CONTOH PTK AGAMA KRISTEN SD KELAS III-Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran Pendidikan Agama Kristen materi pokok bahwa manusia itu berdosa di SDN 7 ... Kecamatan ... Kabupaten .... Kemudian dalam proses pembelajaran dilakukan dengan melalui lima komponen utama dalam TGT yaitu: penyajian kelas, kelompok (Teams), permainan (game), turnamen, dan penghargaan kelompok (teams recognize). Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Tiap siklusnya terdiri dari 4 tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah peserta didik Kelas III SDN 7 ....
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar dan aktivitas peserta didik setelah diterapkannya model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen materi pokok mengenal bahwa manusia itu berdosa. Hasil ketuntasan hasil belajar kognitif peserta didik pada siklus I mencapai 80%, siklus II mencapai 100%. Hasil ketuntasan hasil belajar afektif peserta didik pada siklus I adalah 72,33% meningkat menjadi 80,61% pada siklus II. Hasil ketuntasan hasil belajar psikomotorik peserta didik pada siklus I adalah 76,67% meningkat menjadi 83,33% pada siklus II. ptk agama kristen gratis
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT layak dikembangkan sebagai alternatif model mpembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.
Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas PAK SD yang diberi judul “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Tgt (Teams Games Tournament) Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen
Materi Pokok Bahwa Manusia Itu Berdosa Kelas Iii Semester Ganjil Di
Sd Negeri 7 ... Kecamatan ... Kabupaten ... Tahun Pelajaran 2015/2016" . Disini akan di bahas lengkap.
PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE PTK PAK SD KELAS III lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke 0817-283-4988 dengan Format PESAN PTK 045 SD).
A.PTK PAK (PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN) KELAS III SD
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Agama Kristen merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD yang mempunyai andil besar dalam mewujudkan tujuan pendidikan Nasional. Hal ini sesuai dalam UU RI No.20 tahun 2003 bab II pasal 3 tentang SISDIKNAS yang berbunyi “Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab.”
Metode-metode pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen selama ini masih didominasi metode ceramah. Metode tersebut masih sering digunakan oleh guru-guru Pendidikan Agama Kristen dalam proses pembelajaran, karena metode tersebut dianggap paling sederhana dan hanya menyampaikan informasi. Metode tersebut masih sering kali membuat bosan peserta didik apalagi jika diterapkan pada anak seusia Sekolah Dasar. Mengingat usia Sekolah Dasar masih tergolong usia anak-anak yang secara psikologis gemar bermain, maka keinginan untuk bermain tersebut diupayakan diarahkan dalam artian walaupun sambil bermain mereka tetap belajar. Hal ini perlu diterapkan pada anak didik agar dalam belajar tidak lekas bosan. Belajar sambil bermain ini akan lebih bermakna dan menyenangkan bagi anak didik seusia Sekolah Dasar.
Salah satu upaya yang dilakukan peneliti dengan kolaborator adalah dengan merubah metode konvensional yang biasanya diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Menurut Slavin yang dikutip oleh Buchari Alma, model pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning merupakan suatu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil, bekerja sama. Keberhasilan dari model ini sangat tergantung pada kemampuan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun dalam bentuk kelompok. Download PTK agama kristen sd Dan dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Dengan kata lain dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap peserta didik anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu satu sama lain.
TGT atau Pertandingan Permainan Tim merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Perlu diterapkannya pembelajaran kooperatif dalam bidang studi Pendidikan Agama Kristen sebagai upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik karena pembelajaran kooperatif tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan belajar (pencapaian akademik), meningkatkan keterlibatan/ aktivitas peserta didik, menambah motivasi dan percaya diri serta menambah rasa senang di sekolah, karena pembelajaran kooperatif tipe TGT i ni mengandung unsur permainan. Jadi, peserta didik tidak merasa bosan di dalam kelas. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. TGT (Teams Games Tournament) menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para peserta didik berlomba sebagai wakil ti m mereka dengan anggota lain yang bekerja.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah “UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN MATERI POKOK BAHWA MANUSIA ITU BERDOSA Kelas III SEMESTER GANJIL DI SDN 7 ... ... TAHUN PELAJARAN 2015/2016.
B. Identifikasi Masalah
Melihat persoalan di atas, kondisi yang ada saat ini adalah:
1. Kurangnya mi nat/semangat peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran pada bidang studi Pendidikan Agama Kristen
2. Model pembelajaran yang diterapkan membuat bosan peserta didik
3. Belum adanya strategi yang tepat dalam proses pembelajaran
4. Minimnya interaksi antar sesama siswa maupun guru.
5. Rendahnya hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen nilai rata-rata kelas masih di bawah KKM yang telah ditentukan yaitu 68.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen materi pokok bahwa manusia itu berdosa pada peserta didik Kelas III di SDN 7 ... ?
2. Apakah hasil belajar peserta didik setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik daripada hasil belajar sebelumnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen materi pokok bahwa manusia itu berdosa pada peserta didik Kelas III di SDN 7 ... ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Setelah kegiatan pelatihan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, tujuan yang akan dicapai dalam PTK (penelitian tindakan kelas) ini adalah:
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran PAK.
b. Tujuan Khusus :
1) Mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen materi pokok bahwa manusia itu berdosa pada peserta didik Kelas III di SDN 7 ...
2) Mengetahui apakah hasil belajar peserta didik setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik daripada hasil belajar sebelumnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen materi pokok bahwa manusia itu berdosa pada peserta didik Kelas III di SDN 7 ....
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari PTK ini antara lain:
a. Bagi Siswa
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak membuat bosan peserta didik.
2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.
Bagi Guru
Dapat memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran PAK. Contoh proposal ptk pendidikan agama kristen sd
Bagi sekolah
Dapat dijadikan bahan kajian bersama agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
Bagi Peneliti
1) Menambah pengalaman secara langsung bagaimana penggunaan strategi pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membuat bosan.
2) Memberi bekal sebagai calon guru PAK agar siap melaksanakan tugas di lapangan sesuai kebutuhan.
B.CONTOH PTK AGAMA KRISTEN SD DENGAN METODE TGT
BAB II
LANDASAN TEORI & HIPOTESIS TINDAKAN
A. Deskripsi Teori
1. Hakikat Pendidikan Agama Kristen.
Hakikat Pendidikan Agama Kristen adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan kontinyu dalam rangka mengembangkan kemampuan pada siswa agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati kasih Allah di dalam Yesus Kristus yang dinyatakan dalam kehidupan sehari – hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya. PTK agama kristen sd doc
Berdasarkan pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Kristen merupakan salah satu bentuk usaha yang harus dilakukan secara terus menerus agar dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam kehidupan sehari – hari.
Menurut Tata Gereja, mengungkapkan bahwa “Pendidikan Agama Kristen adalah usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati kasih Allah dalam Yesus Kristus, dinyatakan dalam kehidupan sehari – hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya”. (Exodus, 2005 : 3)
Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan Agama Kristen merupakan usaha dalam menumbuhkembangkan kemampuan siswa lewat tuntunan Roh Kudus agar dapat memahami Kasih Allah dalam Roh Kudus.
2. Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.
Pembelajaran Pendidikan Agama Kristensecara umum bertujuan untuk memperkenalkan Allah, Bapa, Putera dan Roh Kudus dan karya – karyaNya serta menghasilkan manusia Indonesia yang mampu menghayati imannya secara bertanggungjawab di tengah masyarakat. Dan secara khusus bertujuan menanamkan nilai-nilai kristiani dalam kehidupan pribadi dan sosial sehingga siswa mampu menjadikan nilai kristiani sebagai acuan.
Berdasarkan tujuan tersebut, maka kompetensi dalam Pendidikan Agama Kristen di tingkat SD hanya terbatas pada aspek nlai – nilai iman kristiani.
Melalui penyajian kurikulum maka Pendidikan Agama Kristen diharapkan siswa mampu mengalami suatu proses transformasi nilai – nilai kehidupan berdasarkan iman kristiani yang dipelajari dalam Pendidikan Agama Kristen.
Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen bukan saja diberikan oleh gereja di dalam lingkungannya sendiri, tetapi juga di luar lingkungannya itu, yaitu di dalam lingkungan sekolah.Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di sekolah merupakan kesatuan yang utuh dengan pendidikan yang dterima baik di rumah maupun di keluarga, gereja dan masyarakat. Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen berpusat pada siswa artinya bahwa perkembangan, keberadaan, pergumulan, kebutuhan, kondisi kongkrit siswa yang seringkali berbeda – beda haruslah menjadi pertimbangan utama guru dalam merancang pembelajaran sehingga Pendidikan Agama Kristen benar – benarmenyentuh eksistensi guru, dan siswa mengalami perubahan baik secara kognitif, afektif maupun psikomotor, serta nilai – nilai dalam dirinya.
1. Kejadian 12 : 1 – 3.
“Berfirmanlah Tuhan kepada Abram : pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah Bapamu ini ke negeri yang akan kutunjukkan kepadamu. Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur, dan engkau akan menjadi berkat, Aku akan memberkati orang – orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang – orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat”.
2. Yesaya 49 : 6.
“Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku – suku Yakub dan untuk mengembalikan orang – orang Israel yang masih terpelihara.Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa – bangsa supaya keselamatan yang daripada-Ku sampai ke ujung bumi”.
3. Amsal 22 : 6.
“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya ia tidak akan menyimpang daripada jalan itu”.
4. Matius 28 : 19 – 20.
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”.
5. II Timotius 3 : 16.
“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran”
b. Hasil Belajar
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, menulis, mengamati, mendengarkan dan lain-lain. ptk pendidikan agama kristen sd Dari kegiatan belajar tersebut seseorang akan memperoleh suatu hasil dari apa yang telah mereka kerjakan, yang disebut hasil belajar.
Untuk lebih jelas apa yang dimaksud hasil belajar perlu mengkaji beberapa pendapat di bawah ini.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang telah diberikan oleh guru.
Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sedangkan menurut Syaiful Bahri mengatakan dalam bukunya “Psikologi Belajar” bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dicapai oleh individu dari proses belajar. Berbeda lagi menurut Nana Sudjana, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dicapai peserta didik dalam menuntut suatu pelajaran yang menunjukkan taraf kemampuan peserta didik dalam mengikuti program belajar dalam waktu tertentu sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan. Prestasi belajar ini sering dicerminkan sebagai nilai yang menentukan berhasil tidaknya peserta didik telah belajar.
d. Aspek-aspek Hasil Belajar
Secara umum belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku. Belajar tidak ada warnanya apabila tidak menghasilkan pengetahuan, pembentukan sikap serta ketrampilan. Oleh karena itu, proses belajar mengajar harus mendapat perhatian yang serius yang melibatkan berbagai aspek yang menunjang keberhasilan belajar mengajar. Aspek¬aspek/ranah tersebut adalah aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
1) Aspek Kognitif
Yaitu proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan perkembangannya dari persepsi, introspeksi, atau memori siswa. Dalam bukunya Sukardi tujuan pembelajaran kognitif dikembangkan oleh Bloom, dkk, dalam taxonomy Bloom tahun 1956. Tujuan kognitif ini dibedakan menjadi 6 tingkatan: knowledge, comprehension, application, analysis, synthesis, evaluation.
Keenam tingkatan aspek kognitif di atas dapat dijabarkan, seperti:
a) Knowledge (pengetahuan), ialah tingkat kemampuan yang hanya memi nta responden untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep, fakta, atau istilah-istilah tanpa harus mengerti, atau dapat menilai, atau dapat menggunakannya.
b) Comprehension (pemahaman), ialah tingkat kemampuan yang mengharapkan responden mampu memahami arti/konsep, situasi, serta fakta yang di ketahui nya.
c) Application (penerapan), ialah responden dituntut kemampuannya untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah diketahuinya dalam suatu situasi yang baru baginya.
d) Analysis (analisis), ialah ti ngkat kemampuan responden untuk menganalisis atau menguraikan suatu integritas atau suatu situasi tertentu ke dalam komponen-komponen/ unsur-unsur pembentuknya.
e) Syntesis (sintesis), ialah penyatuan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk yang menyel uruh.
f) Evaluation (evaluasi), ialah responden di minta untuk membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi, dsb. Berdasarkan suatu kriteria tertentu.
2) Aspek Afektif
Yaitu proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan pada pengembangan aspek-aspek perasaan dan emosi. Dalam pengembangannya pendidikan afektif yang semula hanya mencakup perasaan dan emosi, telah berkembang lebih luas yakni menyangkut moral, nilai-nilai, budaya, dan keagamaan.
3) Aspek Psikomotorik
Yaitu proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan dari pengembangan proses mental melalui aspek-aspek otot dan membentuk ketrampi lan siswa. Di sampi ng mencakup proses yang menggerakkan otot, pendidikan psikomotor juga telah berkembang dengan pengetahuan yang berkaitan dengan ketrampilan hidup.
Aspek psikomotorik ini secara garis besar dibedakan menjadi 6 tingkatan, yaitu:
1. Gerakan refleks (ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar)
2. Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar
3. Kemampuan perceptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dll.
4. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan.
5. Gerakan-gerakan skill, mulai dari ketrampilan sederhana sampai pada ketrampi lan yang kompleks.
6. Kemampuan yang berkenaan dengan komuni kasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
Untuk mencapai keberhasilan belajar ketiga aspek tersebut tidak harus dipisahkan, namun jauh lebih baik jika dihubungkan. Dengan penggabungan tiga aspek tersebut akan dapat diketahui kualitas keberhasilan proses belajar mengajar itu.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
1) Faktor I nternal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktorfisiologis dan psikologis.
a) Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi 2 macam. Contoh ptk agama kristen pdf Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar peserta didik. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah, lelah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.
b) Faktor Psikologis
Faktor Psikologis, yang termasuk dalam kategori faktor psikologis yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
2) Faktor Eksternal
Menurut Baharudin, faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
a) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.Lingkungan sosial masyarakat, kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran, dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa.
Lingkungan sosial keluarga, lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat sifat orang tua, demografi keluarga, pengelolaan keluarga, semuanya dapat member dampak terhadap aktivitas belajar siswa.
b) Lingkungan nonsosial
Lingkungan alami, belajar pada lingkungan/ keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya daripada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap.
Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan 2 macam yaitu: Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya.
(3) Faktor materi pelajaran, faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru harus disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Oleh karena itu, guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
a. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berasal dari dua kata yaitu pembelajaran dan kooperatif. Pembelajaran adalah interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Sedangkan kooperatif menurut Basyirudin Usman adalah belajar kelompok/bekerja sama. Menurut Burton yang dikutip oleh Nasution, kooperatif adalah cara individu mengadakan relasi dan bekerja sama dengan individu lain untuk mencapai tujuan bersama.
Cooperative learning/pembel ajaran kooperatif ini lebih menekankan pada lingkungan sosial belajar dan menjadikan kelompok belajar sebagai tempat untuk mendapatkan pengetahuan, mengeksplorasi pengetahuan, dan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh individu.
Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.
Dalam metode pembelajaran kooperatif para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Semua metode pembelajaran kooperatif mengembangkan ide bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggungjawab terhadap teman satu ti mnya mampu membuat di ri mereka mampu belajar sama baiknya.
b. Dasar-dasar Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif
1. Dasar Pedagogis
Dalam UU RI No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 3 yang berbunyi “Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab.”55 Melalui pembelajaran kooperatif inilah anak-anak lebih dapat dibentuk menjadi manusia utuh yang bertanggung jawab seperti yang diharapkan dalam tujuan pendidikan nasional.
2. Dasar Psikologis
Sebagaimana yang dikatakan oleh Walgito bahwa kegiatan manusia digolongkan menjadi 3, yaitu:
1. Kegiatan yang bersifat I ndivi dual
2. Kegiatan yang bersifat Sosial
3. Kegiatan yang bersifat keTuhanan
Kegiatan sosial dalam poin kedua itulah yang menjadi landasan pelaksanaan pembelajaran kooperatif dimana manusia mempunyai kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain atau bersosial.
c. Jenis Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang baru, para guru selama bertahun-tahun sudah menggunakannya dalam bentuk kelompok laboratorium, kelompok tugas, kelompok diskusi, dan sebagainya. Jenis pembelajaran kooperatif diantaranya adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, STAD (Student Team Achievement Division), TGT (Team Games Tournament), TAI (Team Assisted Individualization), dan lain sebagai nya.
Namun, dalam penelitian ini penulis lebih memilih menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Kristen dikarenakan model pembelajaran tipe TGT ini berbeda dengan pembelajaran kooperatif lainnya, dalam TGT terdapat game turnamen yang dimainkan oleh peserta didik yang berkemampuan homogen, dimana peserta didik berlomba-lomba untuk mendapatkan skor/nilai terbaik. Dan dalam game tersebut terdapat dimensi kegembiraan, apalagi jika diterapkan anak usia Sekolah Dasar, dimana dalam usia tersebut masih dalam tahap suka bermain dan seusia mereka dalam masa perkembangan intelektual. Maka dari itu, diupayakan agar pembelajaran tidak membosankan dan lebih menyenangkan yaitu dengan menggunakan metode TGT ini, karena TGT mengandung unsur permainan. Peserta didik dapat belajar bersama teman sebayanya dengan santai dan tidak lekas bosan di dalam kelas.
d. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
TGT singkatan dari Teams Games Tournament yang merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif. TGT pada mulanya dikembangkan oleh David Devries dan Keith Edwards, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. PTK agama kristen sd doc Metode ini menggunakan pelajaran yang sama yang disampaikan guru dan tim kerja yang sama seperti dalam STAD, tetapi menggantikan kuis dengan turnamen mingguan, dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya.
Hanya saja, untuk menambah skor perolehan tim/kelompok setelah pelaksanaan kuis, antar kelompok dipertandingkan suatu permainan edukatif (Educative Games). Jadi, guru harus mempersiapkan suatu permainan matematis yang bersifat mendidik yang dimainkan siswa setelah pelaksanaan kuis. Dengan demikian, kelompok siswa melakukan lomba bermain dengan kelompok lain untuk memperoleh tambahan skor/poin bagi tim mereka.
TGT memiliki kesamaan dinamika dengan STAD, tetapi menambahkan di mensi kegembi raan yang di perol eh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah satu sama lain, siswa yang sedang bermain dalam game, temannya tidak boleh membantu dan memastikan telah menjadi tanggung jawab individual.
Selain kompetisi dalam belajar juga terdapat dimensi kegembi raan yang di peroleh dari penggunaan permainan akademik seperti yang diungkapkan oleh Robert Slavin di atas.
Deskripsi dari komponen-komponen TGT adalah sebagai berikut:
Presentasi di kelas, materi dalam TGT pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas.
Tim, terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas (kemampuan yang heterogen). Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan pertanyaan-pertanyaan dalam kompeti si game turnamen.
Game, gamenya terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa dengan kemampuan homogen, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda.
Turnamen, adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya.
TGT ini menggabungkan kelompok belajar dan kompetisi tim, dan bisa digunakan untuk meningkatkan pembelajaran beragam fakta, konsep, dan ketrampilan.
Rekognisi Tim, adalah tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Tiga macam tingkatan penghargaan dimulai dari Tim Super, Tim Sangat Baik, dan Tim Baik.
e. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Slavin melaporkan beberapa hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara implisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut:
Keunggulan-keunggulan pembelajaran TGT antara lain:
a. Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
b. Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
c. TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga di ri akademi k mereka.
d. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonverbal, kompetisi yang lebih sedikit).
f. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Dalam implementasinya secara teknis Slavin mengemukakan empat langkah utama dalam pembelajaran dengan teknik TGT yang merupakan siklus regular dari aktivitas pembelajaran, sebagai berikut:
Step 1: Pengajaran, pada tahap ini guru menyampaikan materi
pelajaran.
Step 2: Belajar Tim, para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam ti m mereka untuk menguasai materi.
Step 3: Turnamen, para siswa memainkan game akademik dalam kemampuan yang homogen, dengan meja turnamen tiga peserta (kompetisi dengan tiga peserta).
Step 4: Rekognisi Tim, yaitu dengan menghitung skor tim berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.68
Penempatan pada meja turnamen dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Gambar 2.1
3. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Dalam Pembelajaran PAK Materi Pokok Bahwa manusia itu berdosa
Untuk memahami materi pokok bahwa manusia itu berdosa, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang terdiri dari beberapa tahap, antara lain:
1. Guru menyampaikan materi pelajaran, yaitu pengertian bahwa manusia itu berdosa dan ketentuan-ketentuannya.
2. Guru membagi kelompok dengan anggota tiap kelompok 6 peserta didik.
3. Guru bersama peserta didik mendiskusikan tentang materi bahwa manusia itu berdosa.
4. Guru memberikan soal TGT tentang pengertian bahwa manusia itu berdosa, dalil-dalil yang memerintahkannya, serta ketentuan-ketentuan dan aplikasi bahwa manusia itu berdosa dalam kehidupan sehari-hari secara berkelompok dalam kelompok. Kemudian guru memberikan bimbingan masing-masing individu pada tiap kelompok. Bagi peserta didik yang sudah bisa dan paham agar menjelaskan pada teman lain dalam kelompoknya.
5. Guru memberi soal TGT tentang bahwa manusia itu berdosa antar kelompok yang homogen. Tiap kelompok diminta menyelesaikan soal berkompetisi secepat mungkin. Contoh proposal ptk pendidikan agama kristen sd
6. Bagi kelompok yang dapat menyelesaikan lebih dahulu, salah satu wakilnya diminta menyampaikan pekerjaan kelompok di depan kelas dengan bimbingan guru. Bagi kelompok yang maju diberikan penghargaan nilai sebagai penguatan dan motivasi.
Dengan membiasakan peserta didik menggunakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT di atas diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik Kelas III SDN 7 ... pada pembelajaran Pendidikan Agama Kristen materi pokok bahwa manusia itu berdosa.
B. Hipotesis Tindakan
Hipotesis berasal dari 2 kata, yaitu “hypo” yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”. Jadi hipotesis adalah jawaban sementara yang kebenarannya masih perlu diuji (di bawah kebenaran).
Berdasarkan landasan teori yang telah penulis uraikan di atas maka penulis mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen materi pokok bahwa manusia itu berdosa pada peserta didik Kelas III di SDN 7 ... adalah langkah-langkah pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
2. Hasil belajar peserta didik setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik daripada hasil belajar sebelumnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen materi pokok bahwa manusia itu berdosa pada peserta didik Kelas III di SDN 7 ....
C.DOWNLOAD PTK PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN (PAK) TERBARU
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 11 September sampai 30 Oktober 2015. Adapun yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah SDN 7 ... yang beralamat di Kecamatan ... Kabupaten ....
B. Subyek Penelitian
Subyek yang diteliti dalam penelitian ini meliputi faktor guru dan peserta didik.
1. Guru
Subyek guru yang diteliti adalah guru mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen Kelas III SDN 7 ... yang juga berperan sebagai kolaborator dalam penelitian ini. Adapun yang diteliti adalah ketrampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pelajaran Pendidikan Agama Kristen Kelas III SDN 7 ... dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik. Download PTK agama kristen sd
2. Peserta didik
Subyek peserta didik yang diteliti adalah siswa Kelas III SDN 7 ... semester ganjil tahun ajaran 2015-2016 dengan jumlah siswa 8 orang terdiri atas siswa putra 3 orang dan siswa putri 5 orang. Adapun yang diteliti adalah aktivitas peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, tanggapan peserta didik dan hasil belajarnya sebelum dan setelah mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada tiap-tiap siklus.
Tabel 2.1
Daftar Nama Peserta Didik Kelas III SDN 7 ...
C. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada pelajaran Pendidikan Agama Kristen. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipatif, kolaboratif, dan spiral yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses, isi, kompetensi, dan situasi.
Secara garis besar prosedur penelitian tindakan mencakup 4 daur : perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan ref leksi (reflecting). Sedangkan Menurut Raka Joni, ada 5 tahapan pelaksanaan PTK yang merupakan titik-titik estafet yang terdapat dalam suatu siklus. Tahap-tahap tersebut meliputi: penetapan fokus masalah penelitian, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan interpretasi, analisis dan refleksi.
Secara lebih rinci prosedur berdaur pelaksanaan PTK dapat di gambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.2
Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Langkah pertama, rencana (planning) kegiatan yang di lakukan antara lain yaitu mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah dan analisis penyebab masalah, dan pengembangan intervensi (action/ solution). Kedua, tindakan (acting) yang dilaksanakan peneliti untuk memperbaiki masalah seperti tindakan apa yang pertama kali dilakukan? Bagaimana organisasi kelas? Siapa yang menjadi kolaborator? Siapa yang mengambil data?. Ketiga, pengamatan (observing) adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran, data apa saja yang perlu dikumpulkan? Bagaimana cara pengumpulan dan analisis data? Keempat, refleksi (reflecting) tentang perubahan yang terjadi (a) pada siswa, (b) suasana kelas, dan (c) guru.
Pada tahap ini, guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan mengapa (why), bagaimana (how), dan seberapa jauh (to what extent) intervensi telah menghasilkan perubahan secara signifikan. Kolaborasi dengan teman (termasuk para ahli) akan berperan penting dalam memutuskan “Judging the value” (seberapa jauh action telah membawa perubahan: apa/di mana perubahan terjadi, mengapa demikian, apa kelebihan/kekurangan, bagaimana langkah-langkah penyempurnaannya, dan sebagainya.
Rangkaian kegiatan di atas disebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan masalah, apabila dalam satu siklus belum menunjukkan perubahan kea rah perbaikan yang signifikan, maka kegiatan penelitian dilanjutkan pada siklus kedua dan seterusnya. Jadi, dalam satu siklus masing-masing terdiri dari planning, acting, observing, dan reflecting.
2. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pelajaran Pendidikan Agama Kristen pokok bahasan mengenal bahwa manusia itu berdosa pada Kelas III semester ganjil di SDN 7 ... tahun pelajaran 2015/2016.
Peneliti memilih Kelas III yang dijadikan subyek penelitian karena berdasarkan observasi, karakteristik peserta didi knya kurang tertarik untuk belajar Pendidikan Agama Kristen sehingga hasil belajar yang dicapai masih banyak yang di bawah KKM yang telah ditentukan yaitu 68.
D. Desain Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus. Dalam penelitian ini diambil 2 siklus. Masing¬masing siklus mencakup empat tahap kegiatan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting), deskripsi alur si klus seperti yang terli hat pada gambar berikut. Contoh ptk agama kristen pdf
Gambar 3.2
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaborasi partisipatif antara guru mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen Kelas III SDN 7 ... dengan peneliti. Adapun langkah-langkah penelitian yang dilakukan di setiap siklus secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pra Siklus
Dalam pra siklus ini peneliti belum memberikan metode yang akan ditawarkan pada guru mata pelajaran sehingga pengajaran yang digunakan masih murni belum tercampur oleh peneliti. Model pembelajaran yang dipakai oleh guru kelas adalah model pembelajaran yang bersifat konvensional dalam bentuk ceramah. Maka hal itu akan mengakibatkan suatu pembelajaran yang monoton yang akhirnya membuat peserta didik merasa bosan. Akibatnya, hasil belajar yang diperoleh peserta didik masih banyak yang belum mencapai KKM yang telah ditentukan, yaitu 68. Nilai rata-rata peserta didik juga masih dikatakan rendah yaitu 64,43. I nformasi tersebut di peroleh dari wawancara dan observasi secara langsung pada tanggal 11 dan 18 September 2015.
Maka dari itu, perlu adanya penelitian tindakan kelas ini guna untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen yang sesuai dengan KKM yang telah ditentukan.
2. Siklus I
Siklus I ini dilaksanakan dua kali pertemuan yaitu pada tanggal 8 dan 15 Oktober 2015. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) pada siklus I dilaksanakan melalui beberapa tahap yaitu, sebagai berikut:
a. Perencanaan
1. Peneliti mengidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran yang terdiri dari metode mengajar yang digunakan dan hasil belajar peserta didik yang rendah.
2. Guru memilih materi pokok yang akan diteliti yaitu materi pokok bahasan mengenal bahwa manusia itu berdosa.
3. Guru dan peneliti secara kolaboratif merencanakan pembelajaran dengan model kooperatif tipe TGT, yaitu dengan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
b. Pelaksanaan
1. Guru membuka pelajaran kemudian mengecek kehadiran peserta didik.
2. Guru memberikan apersepsi tentang mengenal bahwa manusia itu berdosa dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
3. Guru memberikan penjelasan pada peserta didi k tentang pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT.
4. Bagi kelompok yang dapat menyelesaikan dahulu, salah satu wakilnya diminta menyampaikan pekerjaan kelompok di depan kelas kepada seluruh kelompok dengan bimbingan guru. Bagi kelompok yang maju diberikan penghargaan nilai sebagai penguatan dan motivasi.
5. Guru bersama peserta didik membuat kesimpulan dari hasil diskusi yang telah dilaksanakan pada siklus I.
6. Guru melakukan tes formatif dan memberikan angket peserta didik terhadap pembelajaran kooperatif tipe TGT.
c.Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan dan penilaian terhadap peserta didik dan guru yang terdiri dari :
1. Pengamatan aspek psikomotorik yaitu ketrampilan motorik peserta didik yang terdiri dari kemampuan menyampaikan informasi, kemampuan memberikan pendapat atau ide, kemampuan mengajukan pertanyaan, dan kemampuan mengajukan argumentasi.
2. Untuk sikap (aspek afektif) peserta didik didapat melalui angket yang meliputi: sikap, perhatian, tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran dan pemberian tugas dari guru.
3. Pengamatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dalam hal ini aspek yang diamati adalah apersepsi, penyampaian materi, penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT, dan menutup pelajaran.
d. Refleksi
1. Guru dan peneliti memberikan skor perkembangan anggota tim dan penghargaan untuk tim dengan skor tertinggi. Dan tim yang mendapatkan skor tertinggi dalam siklus I ini adalah tim A dengan jumlah skor 21,67 kategori baik
2. Peneliti mengolah hasil pengamatan, hasil evaluasi dan kuis pada siklus I
3. Guru dan peneliti mendiskusikan hasil pengamatan dan penilaian selama proses pembelajaran pada siklus I ditinjau dari tingkat keberhasilannya. Seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%, sekurang¬kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut.
3. Siklus II
Siklus II ini dilaksanakan dua kali pertemuan yaitu pada tanggal 22 dan 29 Oktober 2015. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) pada si klus II dilaksanakan melalui beberapa tahap yaitu, sebagai berikut:
a. Perencanaan
1. Peniliti mengidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran yang terdiri dari metode mengajar yang digunakan dan hasil belajar peserta didik.
2. Guru memilih materi pokok yang akan diteliti yaitu materi pokok mengenal bahwa manusia itu berdosa.
3. Guru dan peneliti secara kolaboratif merencanakan pembelajaran dengan model kooperatif tipe TGT pada siklus II, yaitu dengan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
b. Pelaksanaan
1. Guru membuka pelajaran kemudian mengecek kehadiran peserta didik. PTK agama kristen sd doc
2. Guru memberikan apersepsi tentang materi pokok mengenal bahwa manusia itu berdosa pada sub pokok bahasan bahwa Allah mengampuni orang yang menyesali dosanya dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
3. Guru memberikan penjelasan pada peserta didik tentang pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus II.
c. Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan dan penilaian terhadap peserta didik dan guru yang terdiri dari:
1. Pengamatan aspek psikomotorik yaitu ketrampilan motorik peserta didik yang terdiri dari kemampuan menyampaikan informasi, kemampuan memberikan pendapat atau ide, kemampuan mengajukan pertanyaan, dan kemampuan mengajukan argumentasi.
2. Untuk sikap (aspek afektif) peserta didik didapat melalui angket yang meliputi: sikap, perhatian, tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran dan pemberian tugas dari guru.
3. Pengamatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dalam hal ini aspek yang diamati adalah apersepsi, penyampaian materi, penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT, dan menutup pelajaran.
d. Refleksi
Refleksi pada siklus II ini dilakukan untuk melakukan penyempurnaan tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model TGT yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran.
1) Guru dan peneliti memberikan skor perkembangan anggota tim dan penghargaan untuk tim dengan skor tertinggi. Dan tim yang mendapatkan skor tertinggi dalam siklus II ini adalah tim A dan D dengan jumlah skor 30,00 kategori super, selengkapnya bisa dilihat pada lampi ran 30.
2) Peneliti mengolah hasil pengamatan, hasil angket, hasil evaluasi dan kuis peserta didik pada siklus II, seperti yang terlampir dalam lampiran 29, 26, 18, 19, & 20.
3) Guru dan peneliti mendiskusikan hasil pengamatan dan penilaian selama proses pembelajaran pada siklus II.
E. Metode Pengumpulan Data
1. Sumber data
Data utama penelitian ini bersumber dari peserta didik dan guru ketika proses pembelajaran dan setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pelajaran Pendidikan Agama Kristen pokok bahasan mengenal bahwa manusia itu berdosa pada Kelas III SDN 7 ...
2. Jenis data
a. Kualitatif:
- Data tentang pelaksanaan pembelajaran oleh guru
- Data tentang hasil wawancara guru dan peserta didik
b. Kuantitatif:
- Data tentang hasil evaluasi belajar peserta didik
- Data tentang hasil angket peserta didik
- Data tentang aktivitas peserta didik
3. Cara pengambilan data
Dalam penelitian ini jenis-jenis data di atas diambil dengan cara menggunakan beberapa metode, yaitu:
a. Metode Tes
Adalah seperangkat rangsangan (stimulasi) yang mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.
Metode tes ini digunakan untuk mengetahui skor nilai melalui angka yang diberikan kepada peserta didik dengan kriteria-kriteria penskoran sebagaimana telah tertulis. Dan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam hal pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
b. Metode Wawancara
Adalah “Metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan berdasarkan kepada tujuan penyelidikan.”
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang tanggapan siswa dan guru terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan menggunakan lembar wawancara.
c. Metode Observasi
Metode observasi adalah sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti.88 Dalam arti luas yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap obyek, baik secara langsung maupun tidak langsung, sengaja maupun tidak sengaja, dan semua dicatat dalam kegiatan observasi yang terencana secara fleksibel dan terbuka.
Metode ini digunakan untuk menggali data tentang situasi atau kondisi kelas pada saat pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berlangsung, metode ini diambil dengan menggunakan lembar observasi.
G. Teknik Analisis Data
a. Pengambilan Data
Untuk menganalisis data yang telah terkumpul, dilakukan analisis hasi l yang telah di capai peserta didik dalam lembar observasi, kuesioner, interview, dan tes evaluasi. Data observasi penelitian diberikan dengan pemberian nil ai berupa angka yang di kategori kan dengan kurang, cukup, baik, dan sangat baik. Pada tindakan setiap siklus masing-masing 2 kali pertemuan untuk satu siklus, kemudian diberi perlakuan kegiatan yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
b. Hasil Observasi
Hasil observasi proses pembelajaran adalah dengan menghitung jumlah skor pengamatan dengan teknik dan kriteria sebagai berikut:
a. Lembar observasi psikomotorik peserta didik Download PTK agama kristen sd
Untuk mengetahui tentang kemampuan psikomotorik peserta didik dalam mengikuti proses KBM, maka penulis membuat 4 aspek pengamatan yang meliputi: kemampuan menyampaikan informasi, kemampuan memberi kan pendapat/ ide, kemampuan mengajukan pertanyaan, kemampuan mengajukan argumentasi. Kemudian data yang diperoleh dianalisis pada instrumen lembar observasi dengan menggunakan teknik deskri ptif melalui persentase. Adapun perhitungan persentase keaktifan peserta didik adalah:
Rumus 3.1
Lembar observasi tentang pelaksanaan pembelajaran oleh guru
Untuk mengetahui tentang pelaksanaan pembelajaran oleh guru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, maka penulis membuat 4 aspek pengamatan yang meliputi: apersepsi, penyampaian materi pokok, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, menutup pelajaran. Kemudian data yang diperoleh dianalisis pada instrumen lembar observasi dengan menggunakan teknik deskriptif melalui persentase. Adapun rumus persentase dan indikator keberhasilannya adalah:
Rumus 3.2
Penilaian aspek kognitif peserta didik diambil melalui tes evaluasi peserta didik dan kuis TGT pada akhir pembelajaran siklus. Dari data hasil tes dan hasil kuis TGT peserta didik pada tiap siklus akan diketahui hasil persentase ketuntasan belajar peserta didik.
3. Hasi l Evaluasi per siklus Peserta Didik
Hasil evaluasi siklus tiap peserta didik diperoleh dari nilai tes akhir siklus yang berupa tes berbentuk multiple choice (Pilihan Ganda) dan nilai kuis TGT. Sistem skoring pada tes formatif yang berupa pilihan ganda yaitu:
Alternatif jawaban benar dengan skor 2
Alternatif jawaban salah dengan skor 0
Sedangkan sistem skoring kuis TGT pada siklus I dan II yang berupa essay yaitu :
Skor 10 = jika jawaban sempurna
Skor 8 = jika jawaban salah sedikit
Skor 5 = jika jawaban mendekati benar
d.Skor 2 = jika jawaban salah
e. Skor 0 = jika jawaban tidak diisi
Kemudian dari data yang telah diperoleh dapat dianalisis nilai ketuntasan individu, ketuntasan klasikal, dan nilai perkembangan peserta didik setelah adanya tindakan.
Ketuntasan Individu
Ketuntasan belajar individu dihitung dengan menggunakan analisis deskriptif persentase, yaitu:
Rumus 3.3
Indikator keberhasi lan peserta didik dikatakan tuntas belajar jika peserta didik memperoleh nilai yang sesuai dengan KKM yang telah ditentukan yaitu 68.
Ketuntasan Klasikal
Ketuntasan klasikal dihitung dengan menggunakan analisis deskriptif persentase, yaitu:
Rumus 3.4
Indikator keberhasilan ketuntasan belajar klasikal ditentukan jika rata-rata kelas memperoleh di atas nilai KKM dan minimal 85% dari jumlah peserta didik mendapat nilai minimal 68.
4. Hasil Kuesioner (angket) Peserta Didik
Angket dalam penelitian ini berisi tentang tanggapan dan sikap peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) pada materi pokok mengenal bahwa manusia itu berdosa serta dalam pembelajaran konsep tersebut selama penelitian. Penskoran angket dalam penelitian ini menggunakan sistem scoring yaitu sistem berjenjang atau bobot pilihan bertingkat. Bobot masing-masing tingkat ditentukan oleh penel iti, yaitu:
Untuk pernyataan positif
1) Nilai atau skor (3) di berikan pada responden yang memilih jawaban sangat setuju
2) Nilai atau skor (2) di berikan pada responden yang memilih jawaban setuj u
3) Nilai atau skor (1) di berikan pada responden yang memilih jawaban tidak setuju
4) Nilai atau skor (0) di berikan pada responden yang memilih jawaban sangat tidak setuju
Untuk pernyataan negatif
1) Nilai atau skor (3) di berikan pada responden yang memilih jawaban sangat tidak setuju
2) Nilai atau skor (2) di berikan pada responden yang memilih jawaban tidak setuju
3) Nilai atau skor (1) di berikan pada responden yang memilih jawaban setuju
4) Nilai atau skor (0) di berikan pada responden yang memilih jawaban sangat setuju
Hasil angket ini dilakukan setelah proses belajar mengajar selesai yaitu setelah siklus I dan siklus II. Sedangkan pengisian angket peserta didik di analisis dengan menggunakan rumus:
Rumus 3.5
Indikator keberhasilan afektif peserta didik ditentukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
0-20 : Rendah
21-40 : Sedang
41-60 : Tinggi
5. Ni lai Perkembangan Peserta Didik
Hasil evaluasi/tes peserta didik dan hasil kuis TGT tiap akhir siklus selain dapat dipergunakan untuk mendapat skor tim/kelompok yang akan dianalisis sebagai penentuan nilai perkembangan peserta didik. Adapun kriteria yang digunakan dalam penentuan nilai perkembangan peserta didik adalah sebagai berikut: ptk agama kristen
Tabel 2.2
Kriteria Penentuan Nilai Perkembangan Peserta Didik
Nilai perkembangan yang diperoleh peserta didik dalam satu kelompok ditentukan sebagai nilai perkembangan kelompok. Nilai kelompok yang diperoleh kemudian diberikan penghargaan (reward) menurut penggolongan sebagai berikut:
Nilai kelompok <15 : kurang (K)
15 > nilai kelompok < 20 : cukup (C)
20 > nilai kelompok < 25 : baik (B)
Nilai kelompok > 25 : super (S)
G. Indikator Keberhasilan
Yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila kemampuan peserta didik Kelas III SDN 7 ... tahun pelajaran 2015/2016 dalam menyelesaikan soal-soal PAK (Pendidikan Agama Kristen) tentang bahwa manusia itu berdosa, melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) yang ditandai dengan:
Nilai rata-rata peserta didik mengalami peningkatan di atas 68.
Ketuntasan belajar klasikal diatas 85 %.
H. Jadwal Penelitian
Berikut ini merupakan jadwal kegiatan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di Kelas III SDN 7 ... semester ganjil tahun ajaran 2015/2016.
Tabel 2.3
Jadwal Penelitian Tindakan Kelas
D. PTK PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN (PAK) TERBARU
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari, Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar), Bandung: PT. Alfabeta, 2009.
Arikunto, Suharsi mi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002.
, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008, Cet.7.
, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.
Baharuddin, Psikologi Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010, cet. 3
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009.
Bahri Dj, Syaiful, Psikologi Belajar, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2002.
Basrowi, dkk, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, Bogor: PT.Ghalia Indonesia, 2008.
B. Uno, Hamzah, Model Pembelajaran Menciptakan PBM yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
DEPAG RI, KTSP PAK Pada Sekolah Dasar, Jakarta: Depag RI, 2006.
, Metodologi PAK, Jakarta: DEPAG RI, 2001.
, Pedoman Umum PAK di Sekolah Umum, Jakarta: DEPAG RI, 2003.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1999.
E. M ulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.
E. Slavin, Robert, Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik, terj. Lita, Bandung: Nusa Media, 2008.
, Cooperative Learning Theory, Research, and Practice, London: Allyn and Bacon, 1995, 2nd Ed.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research I, Yogyakarta: Yasbit Fakultas Psikologi UGM, 1983.
Hamali k, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, 2006.
Hornby, AS, Oxford Advanced Learner`s Dictionary of Current English, New York: Oxford Univercity Press, 2000.
I .Arends, Richard, Learning To Teach, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, terj. Helly, Cet. 1
Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, Cet.
Lie, Anita, Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana, 2005, Cet.4.
L.Silbermen, Melvin, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Bandung: Nusa Media dan Nuansa, 2006, terj. Sarjuli.
Mahmuddin, Desember 23, 2009, http://www.google.com//Strategi
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games-Tournament (TGT).html.
Didownload 8 Januari 2010, 09.30 WI B.
Muslich, Masnur, Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) Itu Mudah, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, Cet. 3.
Nasirudin, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, .......: Tarbiyah Press, 2008, Cet. 4.
Nasution, Diktat Asas-asas Mengajar, Bandung: Jemmais, 1982
Purwanto, Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008
Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001
Singer, Kurt, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, Bandung: CV. Remaja Karya, 1993.
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, cet. 4.
Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999.
Sukardi, Evaluasi Pendidikan, Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, cet. 2.
Suprijono, Agus, Cooperative Learning, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, Cet. 3.
Tim Penyusun KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
UU RI No.20 th 2003 Bab II pasal 3 tentang SISDIKNAS, Bandung: Fokus Media, 2003.
Walgito, Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: Andi Offset, 1995.
Wiratmaja, Rochi ati, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Terima kasih telah berkunjung di Musiyanto
Blog yang membahas CONTOH PTK AGAMA KRISTEN SD TERBARU- ini dapat membantu Anda
dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi
vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk
halaman ini dengan cara mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda
sedang login, hanya dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas
bantuannya.