CONTOH LENGKAP PTK PENJAS KELAS 8 SMP TERBARU DOC-Latar belakang dalam penelitian adalah karena rendahnya kemampuan siswa dalam bermain bulutangkis serta kurangnya sarana dan prasarana yang tersedia, sehingga belum bisa menunjukkan hasil belajar yang maksimal. Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah bagaimanakah penggunaan modifikasi alat bantu pembelajaran bokortasko dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dapat meningkatkan hasil belajar permainan bulutangkis pada siswa kelas VIII SMPN 3 .........tahun ajaran 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar permainan bulutangkis pada siswa kelas VIII SMPN .............PTK Penjas smp kelas 8 doc
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus dengan materi yang berbeda, setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu, perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi, dengan langkah langkah sebagai berikut: (1) menentukan subjek penelitian, yaitu siswa kelas VIII yang berjumlah 25 siswa, (2) menentukan objek penelitian, (3) menentukan waktu penelitian baik siklus I maupun siklus II, (4) menentukan lokasi penelitian, (5) teknik pengumpulan data, (6) rencana tindakan pembelajaran. Instrumen penelitian menggunakan dokumentasi, kuisioner atau angket, dan observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pembelajaran penjasorkes melalui modifikasi permainan bulutangkis hasil belajar siswa meningkat disetiap siklus. Hasil belajar kognitif siklus I diperoleh nilai rata-rata 7,8 dengan ketuntasan belajar yang dicapai 76%, pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 9 dengan ketuntasan belajar yang dicapai 100%. Hasil belajar afektif siklus I dengan ketuntasan belajar yang dicapai 72%, pada siklus II dengan ketuntasan belajar yang dicapai 76%. Hasil belajar psikomotorik siklus I dengan ketuntasan belajar yang dicapai 40%, pada siklus II dengan ketuntasan belajar 64%. Berdasarkan penelitian modifikasi permainan bulutangkis dapat meningkatkan pembelajaran penjasorkes pada siswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar, maka saran yang diberikan adalah guru penjas dapat melakukan penerapan modifikasi alat bantu pembelajaran bokortasko pada siswa kelas VIII untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi permainan bulutangkis.PTK Penjas smp kelas 8 doc
Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas mapel PENJAS SMP yang diberi judul “Penerapan Modifikasi Alat Bantu Pembelajaran Bokortasko Terhadap Hasil Belajar Bulutangkis Siswa Kelas Viii Smpn 3 ....Tahun Pelajaran 20../20.. ". Disini akan di bahas lengkap.
PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE PTK PENJAS SMP KELAS VIII lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS/WA/TM ke 0817-283-4988 dengan Format PESAN PTK 086 SMP ).
A.DOWNLOAD PTK PENJAS SMP MATERI BULU TANGKIS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh (Adang Suherman dan Yoyo Bahagia, 2000:1). Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Secara umum tujuan pendidikan jasmani dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu:
1. Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (phsycal fitness).
2. Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, sempurna (skillful).
3. Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berpikir dan mengintepretasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani ke dalam lingkungannya sehingga memungkinkan tumbuh dan berkembangnya pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab siswa.PTK Penjas smp kelas 8 doc
4. Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat (Adang Suherman dan Yoyo Bahagia, 2000:23)
Oleh karena itu pendidikan jasmani harus diutamakan mengingat mempunyai tujuan yang penting dalam proses pembelajaran. Namun demikian pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah terasa masih belum cukup memuaskan karena dalam proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah kurang efektif, sehingga tujuan dari pendidikan jasmani serta hasil belajar yang dicapai menjadi kurang.
Dalam menentukan strategi pembelajaran yang tepat, guru perlu mempertimbangkan karakteristik siswa dan bahan atau materi yang dipelajari sehingga menciptakan pembelajaran yang membuat siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran serta dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Bila dalam proses pembelajaran siswa penuh perhatian terhadap bahan yang dipelajari, maka hasil belajar akan meningkat. Sebab dengan minat dan perhatian, akan ada konsentrasi, sehingga hasil belajar akan lebih optimal dan tidak lekas lupa.download ptk penjas smp doc
Berdasarkan hasil observasi teradap proses pembelajaran penjas yang penulis lakukan dengan Bapak Yudha Anggarina salah satu guru pendidikan jasmani di SMPN 3 ....... pada hari kamis, tanggal 12 April 2015, diperoleh keterangan bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran bulutangkis masih rendah. Siswa mengalami kesulitan dalam melakukan permainan bulutangkis. Sebagian besar siswa baru menguasai cara melakukan pukulan tetapi belum mampu melakukannya secara keseluruhan. Di samping itu, karena minimnya sarana dan prasarana yang digunakan dalam pembelajaran, sebagian siswa melakukan kegiatan pembelajaran sedangkan yang lain menunggu giliran. Adapun sarana yang digunakan adalah 2 buah raket bulutangkis, 4 buah shuttlecock, 1 net dan 2 tiang, dan prasarana yang digunakan adalah 1 lapangan bulutangkis. Karena sekolah hanya mempunyai 2 buah raket, maka siswa dibebani untuk membawa sendiri, tetapi saat pembelajaran berlangsung banyak siswa yang tidak membawa raket.
Persentase ketuntasan belajar pada materi permainan bulutangkis tahun pelajaran 2014/2015 dari 43 siswa sebesar 48% dengan 20 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 78. Siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 21 siswa dengan persentase 52%. Rata-rata nilai hanya mencapai 77.
Besar jumlah rata-rata dan nilai siswa yang mendapat nilai dibawah 78 menjadi bukti kongkrit bahwa hasil belajar siswa-siswi kelas VIII belum mencapai hasil ketuntasan belajar siswa yang telah ditentukan, yaitu dengan nilai 78 download ptk penjas smp doc menunjukkan proses pembelajaran yang belum melibatkan siswa secara aktif, guru masih menjadi pusat pembelajaran, kurangnya model pembelajaran, gaya mengajar serta pemodifikasian dan media pembelajaran yang masih kurang untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kurangnya keterlibatan siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani yang mengakibatkan hasil belajar menjadi kurang, perlu dilakukan suatu tindakan yang mampu meningkatkan partisipasi siswa sehingga tujuan dari pembelajaran dapat dicapai.
Dalam memilih sebuah alat bantu pembelajaran, seorang guru juga harus mempertimbangkan tingkat keekonomisan media yang akan digunakan. Biaya yang digunakan harus seimbang dengan biaya pengeluaran seminimal mungkin tetapi memiliki banyak manfaaat dan keunggulan dalam proses pembelajaran, materi yang diberikan juga harus sesuai dengan tingkat pemahaman siswa, dan sebaiknya menarik perhatian siswa.download ptk penjas smp doc
Bokortasko adalah singkatan dari bola berekor dan kertas koran. Modifikasi alat bantu pembelajaran bokortasko merupakan suatu bentuk media pembelajaran yang dirancang peneliti dengan menggunakan bola berekor yang dapat dibuat dengan memanfaatkan bola kertas koran yang diikat menggunakan tali rafia berwarna sehingga membentuk ekor. Pembuatan alat bantu ini sangat mudah dan tidak memerlukan banyak biaya.
Melalui modifikasi bokortasko ini, sebagai upaya untuk membantu siswa dalam mengikuti pembelajaran permainan bulutangkis dengan peraturan yang telah dimodifikasi. Dengan memanfaatkan media yang ada di sekitar sekolah serta biaya yang tidak terlalu mahal, maka guru pendidikan jasmani dapat membuat alat bantu pembelajaran bokortasko dalam jumlah yang disesuaikan dengan banyaknya jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran.
Tujuan modifikasi pembelajaran permainan bulutangkis ini adalah agar siswa merasa senang dalam mengikuti pembelajaran. Dengan perasaan senang terhadap pembelajaran tersebut, maka akan membuat siswa menjadi aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran serta lebih mudah menguasai materi yang diajarkan. Guru dalam mengajarkan permainan bulutangkis harus membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan untuk siswa, serta peralatan, susunan kelompok, gerakan teknik dasar yang variatif sehingga membuat situasi pembelajaran yang lebih menyenangkan dalam proses pembelajaran bulutangkis.
Atas dasar latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Modifiksi Alat Bantu Pembelajaran Bokortasko Terhadap Hasil Belajar Permainan Bulutangkis Siswa Kelas VIII di SMPN 3 ..............”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah penggunaan modifikasi alat bantu bokortasko dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dapat meningkatkan hasil belajar permainan bulutangkis pada siswa kelas VIII di SMPN 3 ........... ”.
1.3 Tujuan Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini secara umum bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar permainan bulutangkis pada siswa kelas VIII melalui penerapan modifikasi alat bantu pembelajaran bokortasko di SMPN 3 ............................
1.4 Manfaat Penelitian
Yang diharapkan dari hasil penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan manfaat, antara lain:
1.4.1 Manfaat bagi siswa
1) Memberi suasana baru bagi siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang diharapkan memeberi semangat baru dalam belajar.
2) Membantu mempermudah siswa dalam menguasai materi sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
3) Meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi permainan bulutangkis
1.4.2 Manfaat Bagi Guru
1) Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih alat bantu pembelajaran.
2) Menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran bokortasko sebagai salah satu alat bantu pembelajaran alternatif sehingga pada waktu tertentu dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran selanjutnya.
1.4.3 Manfaat Bagi Sekolah
1) Sebagai masukan bagi sekolah dalam melakukan refleksi proses pembelajaran yang telah dilakukan selama ini.
2) Memberikan sumbangan bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.download ptk penjas smp doc
B.CONTOH PTK PENJAS SMP KELAS 8 DOC
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1 KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian Belajar
Slameto dalam Kurnia (2007: 2), mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Gagne dan Berliner dalam Achmad Rifa’i RC, dkk (2009:82), belajar merupakan proses di mana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Lebih lanjut Gagne menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi kecakapan manusia yang berlangsung dalam periode waktu tertentu dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Slavin yang disebabkan oleh pengalaman.
Dari pengertian-pengertian belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman dalam interaksi dengan lingkungannya, dan perubahan perilaku tersebut tidak berasal dari proses pertumbuhan. Dengan kata lain, belajar adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang sengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, sebagai hasil hasil pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan belajar, siswa yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, tidak mampu melakukan sesuatu menjadi mampu melakukan sesuatu, atau yang tidak terampil menjadi terampil.contoh ptk penjas smp terbaru doc
2.1.2 Unsur-unsur Belajar
Menurut Catharina Tri Anni, dkk (2007:4-5) yang mengutip dari Gagne (1977:4), belajar merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat pelbagai unsur yang saling kait-mengait sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Beberapa unsur yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.) Pembelajar, dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar, dan peserta pelatihan. Pembelajaran memiliki organ pengindraan yang digunakan untuk menangkap rangsangan; otak yang digunakan untuk mentransformasikan hasil pengindraannya ke dalam memori yang kompleks; dan syaraf atau otot yang digunakan untuk menampilkan kinerja yang menunjukkan apa yang telah dipelajari. Rangsangan (stimulus) yang diterima oleh pembelajar kemudian diorganisir dalam bentuk kegiatan syaraf, beberapa rangsangan itu disimpan di dalam memorinya. Kemudian memori tersebut diterjemahkan ke dalam tindakan yang dapat diamati seperti gerakan syaraf atau otot dalam merespon stimulus.
2.) Rangsangan (stimulus). Peristiwa yang merangsang pengindraan peserta didik disebut situasi stimulus. Dalam kehidupan seseorang terdapat banyak stimulus yang berada di lingkungannya. Suara, sinar, warna, panas, dingin, tanaman,
gedung, dan orang adalah stimulus yang selalu berada di lingkungan seseorang. Agar pembelajar mampu belajar optimal, ia harus memfokuskan pada stimulus tertentu yang diminati.
3.) Memori. Memori pembelajar berisi pelbagai kemampuan yang berupa pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang dihasilkan dari aktivitas belajar sebelumnya.
4.) Respon. Tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori disebut respon. Pembelajar yang sedang mengamati stimulus, maka memori yang ada di dalam dirinya kemudian memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Respon dalam pembelajaran diamati pada akhir proses belajar yang disebut dengan perubahan perilaku atau perubahan kinerja (performance). Keempat unsur belajar tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. Aktivitas belajar akan terjadi pada diri pembelajar apabila terdapat interaksi antara situasi stimulus dengan isi memori sehingga perilakunya berubah dari waktu sebelum dan setelah adanya situasi stimulus tersebut. Perubahan perilaku pada diri pembelajar itu menunjukkan bahwa pembelajar telah melakukan aktivitas belajar.
2.1.3 Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Chatarina Tri Anni, dkk, 2007:5). Hasil belajar merupakan faktor yang sangat penting, karena hasil belajar mencerminkan kemampuan siswa dalam mempelajari suatu mata pelajaran. Bentuk dari hasil belajar biasanya ditunjukkan dengan nilai yang diberikan guru.
Seperti yang diungkapkan oleh Rifa’i (2009: 85), bahwa belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut bergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu, apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep.contoh ptk penjas smp terbaru doc
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti yang diukur menggunakan teknik penilaian tertentu setelah mengalami kegiatan belajar. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan patokan, ukuran, atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan.
Bloom dalam Rifa’i (2009: 86), menyatakan bahwa hasil belajar meliputi tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar. Diantaranya yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah sikap (afective domain), dan ranah psikomotorik (psychomotoric domain). Rinciannya yaitu sebagai berikut:
a. Ranah kognitif
Berkaitan dengan hasil belajar berupa pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual. Mencakup kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.
b. Ranah afektif
Berkaitan dengan hasil belajar berupa perasaan, sikap, minat, dan nilai. Mencakup kategori penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup.
c. Ranah psikomotor
Berkaitan dengan hasil belajar berupa kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek dan koordinasi syaraf. Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian, dan kreativitas.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah, ranah kognitiflah yang banyak dinilai karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pembelajaran. Hasil belajar afektif dan psikomotorik juga harus menjadi bagian dari penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Hasil belajar mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan materi permainan bulutangkis yaitu berupa kemampuan kognitif yang dimiliki siswa yang dapat diketahui melalui tes formatif. Dan hasil belajar afektif dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa. Serta hasil belajar psikomotorik siswa dapat diperoleh melalui tes ketrampilan/tes praktek.contoh ptk penjas smp terbaru doc
2.1.4 Karakteristik Perkembangan Anak Sekolah Menengah Pertama
2.1.4.1 Perkembangan Penguasaan Gerak Dasar pada Fase Anak Usia Besar (6-14 Tahun)
Sejalan dengan meningkatnya kemampuan tubuh dan kemampuan fisik maka meningkat pula kemampuan gerak anak besar. Berbagai kemampuan gerak dasar yang sudah mulai biasa dilakukan pada masa anak kecil semakin dikuasai. Peningkatan kemampuan gerak dapat didefinisikan dalam bentuk sebagai berikut:
1. Gerakan dapat dilakukan dengan mekanika tubuh yang semakin efisien,
2. Gerakan bisa semakin lancar dan terkontrol,
3. Pola atau bentuk gerakan bervariasi,
4. Gerakan semakin bertenaga (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1993:100).
Berbagai gerakan yang mulai bisa dilakukan atau gerakan yang dimungkinkan bisa dilakukan apabila anak memperoleh kesempatan melakukannya, pada masa anak kecil adalah gerakan-gerakan jalan, mendaki, loncat, mencongklang, lompat tali, meyepak, lempar, menangkap, melempar bola, memukul dan berenang. Gerakan-gerakan tersebut mulai dikuasai dengan baik. Kecepatan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh kesempatan yang diperoleh melakukan berulang-ulang dalam aktivitasnya. Anak-anak yang kurang melakukan aktivitas fisik akan mengalami hambatan untuk berkembang.
Pada masa akhir besar, umumnya gerakan-gerakan seperti yang disebutkan diatas bisa dilakukan dengan bentuk gerakan yang menyerupai gerakan orang dewasa pada umumnya. Perbedaannya terletak pada pelaksanaan gerak yang masih kurang bertenaga. Hal ini disebabkan karena kapasitas fisik anak yang memang belum bisa menyerupai/menyamai fisik orang dewasa.contoh ptk penjas smp terbaru doc
Apabila ditinjau dari segi kebenaran mekanika tubuh dan kecepatan dalam melakukan berbagai gerakan, maka faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan gerak anak adalah faktor-faktor peningkatan koordinasi ukuran tubuh dan kekuatan otot. Ada berbagai macam tes yang biasa dilakukan untuk mengukur kemampuan gerak sekaligus mengukur kemampuan fisik. Perkembangan kemampuan gerak pada anak-anak bisa diketahui dengan cara, misal dengan menggunakan pengetesan atau pengukuran kemampuan lari, loncat, lempar.
Tingkat pertumbuhan dan kematangan fisik dan fisiologis membawa dampak pada perkembangan kemampuan fisik. Pada masa anak besar terjadi perkembangan kemampuan fisik yang semakin jelas dalam kekuatan, fleksibilitas, keseimbangan, dan koordinasi (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1993:101).
2.1.4.3 Perkembangan Gerak Anak SMP
Tahap perkembangan anak pada masa sekolah menengah pertama masuk dalam pertumbuhan tahap IV, yaitu dengan karakteristik:
1.) Karakteristik Jasmani:
a. Laki-laki ataupun putri ada pertumbuhan yang memanjang.
b. Membutuhkan pengaturan istirahat yang baik.
c. Sering menampilkan kecanggungan dan koordinasi yang kurang baik yang sering diperlihatkan.
d. Merasa mempunyai ketahanan dan sumber energi yang tidak terbatas.
e. Mudah lelah, tetapi tidak dihiraukan.
f. Mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat.
g. Anak laki-laki mempunyai kecepatan dan kekuatan otot yang lebih baik dari pada putri.
h. Kesiapan dan kematangan untuk keterampilan bermain menjadi baik.
2.) Karakteristik Psikis atau mental:
a. Banyak mengeluarkan energi untuk fantasinya.
b. Ingin menentukan pandangan hidupnya.
c. Mudah gelisah karena keadaan yang remeh.
3.) Karakteristik Sosial:
a. Ingin diakui oleh kelompoknya.
b. Mengetahui moral dan etik dari kebudayaannya.
c. Persekawanan yang tetap makin berkembang.
Keterampilan gerak telah siap diarahkan kepada permainan besar atau olahraga prestasi. Bentuk penyajian pembelajaran sebaiknya dalam bentuk bermain beregu, komando, tugas dan lomba.
Perlu diketahui, bahwa untuk keperluan fantasi dan imajinasinya, kecepatan tumbuh serta kematangan sejenisnya banyak dibutuhkan energi dalam jumlah besar, maka terjadilah kemerosotan jasmani atau psikik. Keadaan anak pada masa pertumbuhan dan kematangan terjadi kemurungan dan fantasi yang berlebihan. Keadaan ini menyebabkan rasa tidak mampu, enggan bergerak dan mengelak terhadap pelajaran pendidikan jasmani. Oleh sebab itu, perlu dipikirkan pemberian jenis permainan yang rekreatif (Sukintaka, 1992:45).PTK Penjas smp kurikulum2013 doc
2.1.5 Pengertian Alat Bantu Pembelajaran
Alat bantu merupakan alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan mempraktekkan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran.
Jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Dengan perkataan lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin suatu objek, sehingga mempermudah persepsi.
Manfaat alat bantu pembelajaran menurut Soekidjo (2003) dalam Agus Kristiyanto (2010:129) secara terperinci manfaat alat peraga antara lain sebagai berikut:
1. Menimbulkan minat sasaran pendidikan
2. Mencapai sasaran yang lebih banyak
3. Membantu mengatasi hambatan bahasa
4. Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan
5. Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat
6. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain
7. Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pendidik pelaku pendidikan
8. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan.
C.JUDUL PTK PENJAS SMP KURIKULUM 2013 DOC
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 3 ........ dengan jumlah 41 siswa.
3.2 Objek Penelitian
Objek penelitian adalah hasil belajar permainan bulutangkis siswa kelas VIII SMPN 3 ...........
3.3 Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 dan 21 Juni Tahun 2015.
3.4 Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini berada di SMPN 3 ...........
3.5 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Ada tiga pengertian yang dapat diterangkan:
1. Penelitian: menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan: menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
3. Kelas: dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dalam istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula (Suharsimi Arikunto, dkk., 2009:2).
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) harus berkolaborasi dengan pihak lain. Pihak yang berkolaborasi adalah pihak-pihak yang secara riil menjadi komponen inti sesuai masalah dalam praktek pembelajaran atau kepelatihan olahraga yang diteliti. Kualitas PTK bahkan juga sangat bergantung dari kualitas kolaborator. Hal ini dapat dimaklumi karena siklus-siklus dalam PTK itu sangat mengandalkan kesepakatan antara peneliti dan kolaborator (Agus Kristiyanto, 2010:40).
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk penelitian kolaboratif dengan guru bidang studi pendidikan jasmani dan guru kelas yang bersangkutan adalah sebagai pengamat atau observer dalam penelitian. Sedangkan peneliti bertugas sebagai tenaga pengajar sekaligus bertanggung jawab penuh atas tindakan penelitian tersebut, dimana peneliti secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.PTK Penjas smp kurikulum2013 doc
PTK terdiri atas empat tahap, yaitu planning (perencanaan), action (tindakan), observasi (pengamatan), reflection (refleksi) (Agus Kristiyanto, 2010:55).
Tahap-tahap siklus :
1. Tahap Perencanaan (Planning)
Substansi perencanaan pada garis besarnya meliputi beberapa hal yang terkait dengan : (1) pembuatan skenario pembelajaran; (2) persiapan sarana pembelajaran; (3) persiapan instrumen penelitian untuk pembelajaran; (4) simulasi pelaksanaan tindakan.
2. Tahap Pelaksanaan (Action)
Tahap pelaksanaan tindakan adalah tahap untuk melaksanakan hal-hal yang telah direncanakan dalam tahap perencanaan.
3. Tahap Observasi (Observation)
Tahap observasi adalah tahap mengamati kejadian yang ada pada saat pelaksanaan tindakan. Kejadian tersebut diamati atau diobservasi oleh peneliti utama dan kolaborator. Peneliti utama dan kolaborator tidak mencatat semua kejadian, tetapi hanya mencatat hal-hal penting yang perlu diamati dengan memanfaatkan lembar observasi.
4. Tahap Refleksi (Reflecting)
Refleksi pada dasarnya merupakan suatu bentuk perenungan yang sangat mendalam dan lengkap atas apa yang telah terjadi. Refleksi pada akhir siklus merupakan sharing of idea yang dilakukan antara peneliti utama dan kolaborator atas hal yang telah dirancang, dilaksanakan, dan diobservasi pada siklus tersebut.
Gambar 3.1 Bagan tahapan PTK
(Sumber: Suharsimi Arikunto dkk, 2006:16)
3.6 Rancangan siklus I
b. Tahap Perencanaan
1) Mengidentifikasi masalah, mendiagnosis masalah, dan mengembangkan pemecahan masalah.
2) Merancang rencana pembelajaran sesuai indikator pada siklus I yaitu melakukan gerakan pukulan servis dan pukulan lob dalam permainan bulutangkis
3) Merancang alat peraga berupa net, paddle, kardus, alat bantu pembelajaran (bola kertas koran), dan lembar kegiatan siswa.
4) Menyusun lembar pengamatan aktivitas belajar siswa.
c. Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan dari perencanaan yang telah dibuat adalah dengan melaksanakan proses pembelajaran antara lain:
1) Menyiapkan rencana pembelajaran
2) Menyiapkan alat peraga berupa bola berekor kertas koran, paddle, kardus, net dan tiang bulutangkis.
3) Menyiapkan lembar pengamatan aktivitas belajar siswa, kemudian memberikannya kepada guru mitra (pengamat) untuk mengamati proses pembelajaran.
4) Melakukan pengelolaan kelas, meliputi:
a) Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
b) Mengadakan presensi dari semua siswa yang berjumlah 25 siswa.
5) Menjelaskan kegiatan belajar mengajar permainan bulutangkis
6) Melakukan pemanasan
7) Membentuk kelompok dalam proses pembelajaran
8) Melakukan latihan teknik dasar pukulan servis dan pukulan lob bulutangkis dengan menggunakan alat bantu bokortasko dengan berpasangan.
Gambar 3.2. Bentuk latihan gerakan servis dengan
menggunakan bola berekor dan kardus
Gambar 3.3. Bentuk latihan pukulan servis dengan
menggunakan paddle,bola berekor, dan kardus
Gambar 3.4. Bentuk latihan gerakan pukulan lob dengan
menggunakan bola berekor dan kardus
Gambar 3.5. Bentuk latihan pukulan lob dengan menggunakan paddle,bola berekor, dan kardus
9) Siswa melakukan permainan bokortasko
Salah satu kegiatan tersebut adalah seperti terlihat pada gambar berikut ini:
Gambar 3.6. Permainan bokortasko
10) Penilaian dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung
11) Melakukan pendinginan
12) Menarik kesimpulan
3.7 Rancangan Siklus II
Pada siklus II perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai pada tindakan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan materi pembelajaran sesuai dengan silabus mata pelajaran pendidikan jasmani. Demikian juga termasuk perwujudan tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan tindakan, dan refleksi juga mengacu pada siklus sebelumnya.
a. Tahap Perencanaan
1) Mengidentifikasi masalah, mendiagnosis masalah, dan mengembangkan pemecahan masalah.
2) Merancang rencana pembelajaran sesuai indikator pada siklus II yaitu melakukan gerakan pukulan servis dan pukulan lob dalam permainan bulutangkis
3) Merancang alat peraga berupa net, paddle, kardus, alat bantu pembelajaran (bola kertas koran), dan lembar kegiatan siswa.
4) Menyusun lembar pengamatan aktivitas belajar siswa.
b. Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan dari perencanaan yang telah dibuat adalah dengan melaksanakan proses pembelajaran antara lain:
1) Menyiapkan rencana pembelajaran
2) Menyiapkan alat peraga berupa bola berekor kertas koran, paddle, kardus, net dan tiang bulutangkis.PTK PENJAS SMP DOC
3) Menyiapkan lembar pengamatan aktivitas belajar siswa, kemudian memberikannya kepada guru mitra (pengamat) untuk mengamati proses pembelajaran.
4) Melakukan pengelolaan kelas, meliputi:
a. Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
b. Mengadakan presensi dari semua siswa yang berjumlah 25 siswa.
5) Menjelaskan kegiatan belajar mengajar permainan bulutangkis
6) Melakukan pemanasan
7) Membentuk kelompok dalam proses pembelajaran
8) Melakukan latihan teknik dasar pukulan servis dan pukulan lob bulutangkis
dengan menggunakan alat bantu bokortasko dengan berpasangan.
Gambar 3.7. Bentuk latihan gerakan servis dengan cara lempar tangkap
bola melewati net menggunakan bola berekor dan kardus
Gambar 3.8. Bentuk latihan pukulan servis melewati net dengan
menggunakan paddle,bola berekor, dan kardus
Gambar 3.9 Bentuk latihan gerakan pukulan lob dengan cara lempar tangkap bola melewati net menggunakan bola berekor dan kardus
Gambar 3.10. Bentuk latihan pukulan lob melewati net dengan
menggunakan paddle,bola berekor, dan kardus
9) Siswa melakukan permainan bokortasko
1.) Peraturan permainan dan cara bermain bokortasko:
(1) Permainan terdiri dari 2 tim, masing-masing tim terdiri dari 6 orang pemain dengan formasi 3 orang di lapangan sendiri memegang paddle dan 3 orang lainnya berada di kotak belakang lapangan lawan memegang kardus untuk menangkap bola hasil pukulan teman.
(2) Setiap tim mendapat 9 buah bola berekor dan 3 buah paddle (masing-masing anak mendapat 3 bola berekor dan 1 paddle).
(3) Waktu pertandingan adalah 2x3 menit.
(4) Setelah terdengar aba-aba peluit, kedua tim berkompetisi untuk memasukan bola berekor ke dalam kardus yang dipegang teman yang berada di garis belakang lapangan lawan.
(5) Gerakan pukulan ayunan tangan harus dari bawah (untuk permainan pukulan servis). Gerakan pukulan ayunan tangan harus dari atas kepala (untuk permainan pukulan lob).
C.PTK PENJAS SMP LENGKAP TERBARU WORD
DAFTAR PUSTAKA
Adang Suherman dan Yoyo Bahagia. 2000. Dasar-Dasar Penjaskes. Jakarta: Depdiknas
. 2000. Prinsip-Prinsip Pengembangan dan Modifikasi Cabang Olahraga. Depdikbud
Agus Kristiyanto. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Surakarta: UNS press
Catharina Tri Anni dan Achmad Rifai RC. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press
. 2009. Psikologi pendidikan. Semarang: UPT UNNES Press
Grice, Tony. 1999. Bulutangkis Petunjuk Praktis untuk Pemula dan Lanjut, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Herman Subarjah. 2004. Pendekatan Ketrampilan Taktis dalam Pembelajaran Bulu Tangkis. Jakarta: Depdiknas
H. Abdulkadir Ateng. 1992. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta : Depdikbud
http://id.wikipedia.org/wiki/Bulutangkis(accesed 07.46/26/03/2013) Husdarta. 2009. Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung : Alfabeta Icuk Sugiyarto. 2004. Total Badminton. Solo: Cv Setyaki Eka Anugerah.
Nadisah. 1992. Pengembangan Kurukulum Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.Bandung : Depdikbud
Permendiknas No 23. 2006. Standar Kompetensi Kelulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta
. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sugiyanto dan Sudjarwo. 1993. Perkembangan dan Belajar Gerak, Jakarta: Depdiknas.
Sukintaka. 1992. Teori Bermain Penjaskes, Jakarta: Depdiknas.
Supandi. 1992. Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdikbud
Syaiful Bahri Djamarah. 2010. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta
Zainal Aqib. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya
Terima kasih telah berkunjung di Musiyanto Blog yang membahas CONTOH PTK PENJAS SMP TERBARU- ini dapat membantu Anda dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan cara mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.