Kamis, 07 Juni 2018

DOWNLOAD CONTOH PTK MATEMATIKA KELAS 5 SD TERBARU

DOWNLOAD CONTOH PTK  MATEMATIKA KELAS 5 SD TERBARU-Banyak siswa yang menganggap bahwa matematika itu ilmu yang abstrak, teoritis, dan penuh dengan lambang-lambang serta rumus-rumus yang sulit, sehingga mereka menganggap matematika menjadi kurang menyenangkan. Begitu juga dengan model pembelajaran yang diterapkan guru masih konvensional, hal tersebut berpengaruh terhadap rendahnya keaktifan dan hasil belajar matematika pada siswa kelas 5 SDI ...
III Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka masalah yang diteliti adalah apakah penerapan Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika pada siswa kelas 5 SDI ... III Kecamatan ... Kabupaten ... Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017? Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika pada siswa kelas 5 SDI ... III Kecamatan ... Kabupaten ... Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017 melalui penerapan Group Investigation. Contoh ptk sd kelas 5 pdf
Jenis penelitian ini adalah PTK yang setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Variabel yang diteliti adalah keaktifan dan hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan pembelajaran Group Investigation. Subjek penelitian adalah siswa kelas 5 SDI ... III Kecamatan ... Kabupaten .... Dalam penelitian ini digunakan teknik observasi dan tes, dengan menggunakan instrumen lembar observasi, lembar keterlaksanaan sintaks pembelajaran, dan soal tes hasil belajar akhir siklus. Analisis data yang digunakan adalah analisis ketuntasan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dan analisis deskriptif komparatif untuk membandingkan nilai antar siklus.
Penerapan Group Inestigation dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika siswa kelas 5 SDI ... III Kecamatan ... Kabupaten ... Tahun Pelajaran 2016/2017. Hal ini terlihat pada kondisi awal pra siklus yang menunjukkan bahwa persentase keaktifan kriteria tinggi 0%, pada siklus 1 meningkat menjadi 47,37%, selanjutnya pada siklus 2 terjadi peningkatan yaitu 8 9,47%, itu artinya sudah mencapai indikator kinerja keaktifan belajar tinggi >70%, kemudian untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa pada pra siklus persentase ketuntasan belajar siswa hanya 26,32%, dan pada siklus 1 yaitu 63,15%, selanjutnya siklus 2 yaitu 84,21%. Siklus 2 sudah memenuhi indikator kinerja yaitu >80%.

Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas MATEMTIKA SD yang diberi judul "Penerapan Group Investigation Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas 5 Sdi .............. Semester 2Tahun Pelajaran 2016/2017". Disini akan di bahas lengkap.

PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE PTK MATEMATIKA KELAS 5 SD lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke 0817-283-4988 dengan Format PESAN PTK 035 SD).

A.DOWNLOAD  LENGKAP PTK MATEMATIKA SD KELAS 5

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Matematika merupakan mata pelajaran yang perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar untuk memberi bekal kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kemampuan yang dimaksud tersebut nantinya sangat bermanfaat bagi siswa, yakni untuk dapat bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Namun menurut Irianti (2009:46) menyatakan bahwa selama ini sebagian siswa beranggapan bahwa mata pelajaran matematika sulit, membosankan, bahkan menakutkan. Banyak siswa yang menganggap bahwa matematika itu ilmu yang abstrak, teoretis, dan penuh dengan lambang-lambang serta rumus-rumus yang sulit, sehingga mereka menganggap matematika menjadi kurang menyenangkan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suryanto (2000:109) bahwa salah satu kesulitan siswa dalam mempelajari matematika disebabkan karena objek kajian matematika yang abstrak.
Menurut Zamroni (2003:45) objek kajian matematika yang abstrak tersebut seringkali tidak ditunjang dengan model pembelajaran matematika yang tepat. Permasalahan yang sering muncul dalam pembelajaran matematika di Indonesia adalah masih banyak guru yang melakukan proses pembelajaran matematika di sekolah dengan model pembelajaran konvensional, yakni guru secara aktif mengajarkan matematika, kemudian memberi contoh dan latihan. Download ptk sd kelas 5 doc Sementara di sisi lain, siswa mendengarkan, membuat catatan dan mengerjakan latihan yang diberikan guru, sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna dan siswa menjadi pasif dalam pembelajaran.
Pengamatan dilakukan peneliti selama dua kali pada saat pembelajaran Matematika berlangsung untuk melihat kondisi awal pembelajaran Matematika siswa kelas 5 SDI ... III Kecamatan ... Kabupaten ... dalam proses pembelajaran di kelas siswa cenderung pasif dalam menerima pembelajaran, hal ini juga dibenarkan oleh guru kelas 5 pada saat diskusi intensif dengan guru setelah proses pembelajaran.

Matematika selesai. Selain itu model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran masih bersifat konvensional, guru masih menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi, hal ini dikarenakan guru memiliki keterbatasan waktu dalam mempersiapkan atau merancang pembelajaran.
Berdasarkan kesepakatan dengan guru maka diadakan observasi lanjutan dengan menggunakan lembar observasi penilaian keaktifan belajar Matematika yang dibuat peneliti untuk menilai keaktifan belajar Matematika siswa, dimana dalam lembar observasi keaktifan belajar Matematika tersebut terdiri dari 6 indikator penilaian dan dikembangkan dalam 40 pernyataan, lembar observasi pra siklus dapat di lihat pada Lampiran 10. Dari observasi yang dilakukan di dapatkan bahwa masih banyak siswa yang kurang aktif selama kegiatan pembelajaran di kelas. Berikut ini merupakan data hasil observasi keaktifan belajar Matematika dengan menggunakan lembar observasi keaktifan belajar Matematika siswa:
Tabel 1
Hasil Observasi Keaktifan Belajar Matematika pada Pra Siklus
Siswa Kelas 5 SDI ... III Kecamatan ... Kabupaten ...
Semester 1 Tahun Pelajaran 2016-2017

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa dalam satu kelas yang berjumlah 26 siswa, ada 3 siswa dalam kategori cukup aktif (10,52%) dan 23 siswa kurang aktif (89,47%).
Observasi awal dilakukan tidak hanya untuk melihat keaktifan belajar Matematika siswa, namun juga bertujuan untuk melihat bagaimana hasil belajar Matematika siswa pada materi sebelumnya. Berdasarkan nilai hasil ulangan harian Matematika pada Kompetensi Dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar, nilai siswa masih kurang memuaskan, karena sebagian besar siswa masih memperoleh nilai di bawah KKM yang ditentukan sekolah yaitu 65. Berikut ini disajikan tabel ketuntasan hasil belajar matematika pra siklus berdasarkan data nilai ulangan harian matematika siswa pada semester 1 yang diberikan oleh guru kelas 5 :
Tabel 2
Nilai Ulangan Harian Matematika Siswa Kelas 5 SDI ... III Kecamatan ... Kabupaten ... Semester 1 Tahun Pelajaran 2016-2017

Sumber: Arsip Nilai Ulangan Harian Matematika Kelas 5 SDI ...  III.
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa masih ada siswa yang belum tuntas dalam memenuhi KKM 60 pada mata pelajaran Matematika yakni sebanyak 73,68% dari jumlah siswa di kelas, sedangkan siswa yang tuntas hanya 26,32%.
Berdasarkan kondisi tersebut, sebagai upaya meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Matematika siswa kelas 5 maka peneliti akan mengadakan perbaikan pembelajaran dengan penerapan Group Investigation agar keaktifan dan hasil belajar Matematika siswa kelas 5 SDI ... III Kecamatan ... Kabupaten ... semester 1 tahun pelajaran 2016-2017 dapat meningkat. Perbaikan pembelajaran yang akan dilakukan dengan menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas dengan berkolaborasi dengan guru kelas 5 di SD tersebut. Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika Kelas 5 semester 1 SDI ... III Kecamatan ... Kabupaten ... dan siswa dapat memahami konsep-konsep matematika dengan mudah.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut yaitu, model pembelajaran yang digunakan guru masih konvensional, keaktifan belajar matematika siswa masih rendah, dan hasil belajar matematika siswa masih rendah.

1.3 Pembatasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini antara lain: Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 5 SDI ... III Kecamatan ... Kabupaten .... Materi pembelajran difokuskan pada mata pelajaran Matematika KD 6. Memahami sifat-sifat bangun ruang. Model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar adalah dengan menerapkan pembelajaran Group Investigation, yang dimaksud dengan keaktifan siswa dalam penelitian ini adalah: a). perhatian dan antusias siswa dalam mengikuti pelajaran yang memberikan pengalaman belajar untuk memperoleh serta menemukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan, b). kebebasan atau keleluasaan melakukan sesuatu hal tanpa tekanan dari guru atau pihak lainnya (kemandirian belajar), c). kegiatan yang melibatkan siswa untuk belajar langsung dari media/alat peraga yang diciptakan, d). kesedaan siswa dalam merespon dan menanggapi siswa dalam proses pembelajaran, e) kesediaan siswa untuk mengerjakan tugas-tugas kelompok belajar yang ada dalam proses, dan f). kesiapan dan kesediaan siswa dalam mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Pada penelitian ini diharapkan terjadi peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa. Download ptk sd kelas 5 lengkap

1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka masalah yang diteliti adalah apakah penerapan Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Matematika pada pokok bahasan memahami sifat-sifat bangun ruang pada siswa kelas 5 SDI ... III Kecamatan ... Kabupaten ... Semester 1 Tahun Pelajaran 2016-2017?

1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Matematika pada pokok bahasan memahami sifat-sifat bangun ruang pada siswa kelas 5 SDI ... III Kecamatan ... Kabupaten ... Semester 1 Tahun Pelajaran 2016-2017 dengan penerapan Group Investigation.

1.6 Manfaat Penelitian
Secara teoretis penelitian ini memberikan informasi dalam dunia pendidikan berupa gambaran mengenai sebuah teori yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa, serta dapat digunakan sebagai referensi penelitian tindakan kelas. Secara praktis hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan antara lain bagi siswa dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, meningkatkan bekerjasama dalam kegiatan kelompok belajar, meningkatkan hasil belajar siswa, serta membuat pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan, sedangkan manfaat penelitian ini bagi guru dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran agar dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Bagi sekolah penelitian ini mampu memberikan inspirasi sebagai upaya dalam perbaikan pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.

B.DOWNLOAD PENELITIAN TINDAKAN KELAS MATEMATIKA LENGKAP

BAB II
KAJIAN PUSTAKA


2.1. Kajian Teori
Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, pembahasan landasan teori pada penelitian ini berisi tinjauan sejumlah kajian yang berkaitan dengan 1) Group Investigation, 2) Keaktifan belajar Matematika, dan 3) Hasil belajar.
2.1.1 Group Investigation
Teknik pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah Group Investigation. Group Investigation termasuk dalam salah satu model pembelajaran kooperatif dimana dalam pembelajaran membentuk kelompok-kelompok kecil untuk melatih siswa agar berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. untuk lebih memahami bagaimana pembelajaran Group Investigation penjelasannya adalah sebagai berikut :
2.1.1.1 Hakikat Group Investigation
Awal mula adanya pembelajaran kooperatif berasal dari adanya pandangan filosofis terhadap konsep belajar yang berpendapat bahwa seseorang harus memiliki pasangan atau teman untuk belajar bersama dan diajak memecahkan masalah bersama. Menurut Johnson dalam Lie (2003:17) yang dimaksud pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas menjadi suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda (tinggi, sedang, dan rendah). Setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran dan menyelesaikan tugas kelompok. Pendapat lain dikemukakan oleh Sanjaya (2007:239) bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam pengelompokan yang terdiri dari 4-6 orang yang mempunyai kemampuan akademik, jenis kelamin, suku, yang heterogen.

Menurut Lie (2002:54) macam-macam model pembelajaran kooperatif yaitu mencari pasangan, bertukar pasangan, TPS (Think Pair Square), berkirim salam dan soal, NHT (Number Heads Together), kepala bernomor terstruktur, keliling kelompok, kancing gemerincing, keliling kelas, lingkaran kecil lingkaran besar, tari bambu, jigsaw, cerita berpasangan dan TSTS ( two stay two stray). Sedangkan Asma (2006:5 1) mengemukakan beberapa model pembelajaran kooperatif antara lain: STAD (Student Team Achievement Division), TGT (Team Game Tournaments), TAI (Team Assisted Individualization), CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition), Jigsaw, GI (Group Investigation).
Group Investigation dikembangkan oleh Sharan & Sharan pada tahun 1970. Model pembelajaran ini banyak melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Killen dalam Fitriana (2010:-) Group Investigation ini melatih siswa untuk dapat berkomunikasi dan menguasai keterampilan¬keterampilan proses kelompok.

Pembelajaran Group Investigation dilakukan dengan cara membagi jumlah siswa ke dalam beberapa kelompok yang heterogen yang terdiri dari lima atau enam orang. Namun, jumlah anggota tiap kelompok fleksibel tergantung dengan kondisi kelas. Menurut Joyce & Weil dalam Fitriana (2010:-) kedudukan guru dalam model pembelajaran ini hanya berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan proses yang terjadi dalam kelompok. Ia berfungsi sebagai pembimbing akademik”. Menurut Suherman dalam Fitriana (2010:-) “Pada kelas yang menerapkan model investigasi kelompok, guru cenderung berperan sebagai konselor, konsultan, dan pemberi kritik yang membangun. Guru membimbing dan mengarahkan kelompok melalui tiga tahap : yakni 1). Tahap pemecahan masalah, 2). Tahap pengelolaan kelas, dan 3). Tahap pemaknaan secara perorangan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan salah satu dari model pembelajaran di atas yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation, karena Group Investigation akan membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara materi yang yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Dengan pembelajaran Group Investigation ini keaktifan belajar siswa meningkat dan hasil pembelajarannya diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
Soedjadi (1999:162) mengemukakan bahwa “model pembelajaran „investigasi dapat dipandang sebagai model belajar berbasis pemecahan masalah atau model penemuan. Tetapi model belajar investigasi memiliki kemungkinan besar berhadapan dengan masalah yang divergen serta alternatif perluasan masalahnya. Dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan sasaran atau tujuan yang ingin dicapai, tentang suatu konsep atau prinsip”.
Menurut Santyasa dalam Fitriana (2010:-) “kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tenntang kehidupan di dunia nyata yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi”. Winataputra (1992:39) menambahkan bahwa “model Group Investigation atau investigasi kelompok telah digunakan dalam berbagai situasi dan dalam berbagai bidang studi dan berbagai tingkat usia”. Model pembelajaran ini dirancang untuk membimbing siswa dalam mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan mengetes hipotesis. Contoh ptk sd kelas 5 pdf

Menurut Depdiknas, pada penerapan Group Investigation guru hendaknya mengarahkan, membantu para siswa menemukan informasi, dan menjadi salah satu sumber belajar untuk menciptakan lingkungan sosial yang demokratif dan berproses ilmiah. Sejalan dengan hal tersebut, Winataputra dalam Fitriana (20 10:-) menyatakan bahwa adanya sifat demokrasi dalam Group Investigation ditandai oleh keputusan-keputusan yang dikembangkan atau diperkuat oleh pengalaman kelompok dalam konteks masalah yang menjadi titik sentral kegiatan belajar. Tanggung jawab utama guru adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif dan memikirkan masalah sosial yang berlangsung pembelajaran serta membantu siswa mempersiapkan sarana pendukung yang dibutuhkan para pelajar untuk dapat menggali berbagai informasi yang sesuai dan diperlukan untuk melakukan pemecahan kelompok.

Sedangkan menurut Ibrahim, dkk (2000:2 3) menyatakan dalam kooperatif tipe Group Investigation guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok denga 5 atau 6 siswa heterogen dengan mempertimbangkan keakraban dan minat yang sama dalam topik tertentu. Dalam diskusi kelas ini diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa.
Model pembelajaran Group Investigation merupakan strategi pemberian tugas pemecahan masalah melalui penyelidikan yang dikerjakan oleh kelompok kecil yaitu 3 sampai dengan 6 orang siswa heterogen dengan mempertimbangkan keakraban dan minat yang sama dalam topik tertentu. Jadi, siswa dapat memilih sendiri topik yang akan dipelajari dan kelompok menyusun strategi penyelidikan dan membuat pembagian kerja dalam kelompok untuk menangani konsep-konsep penyelidikan yang telah disusun. Dalam diskusi diharapkan siswa dapat aktif dalam bertukar pemikiran dan berpendapat.
Menurut Alma, dkk dalam Fitriana (2010:-) Group Investigation diartikan sebagai berikut :
Setelah dibentuk kelompok oleh peserta didik, mereka diberi materi dan permasalahan. Untuk memecahkan masalah ini, peserta didik bisa mencari data di kelas atau di luar kelas. Kemudian pada waktunya mereka harus melaporkan hasil kelompok dan analisis dan kesimpulan.
Berdasarkan beberapa pemaparan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa Group Investigation pada prinsipnya merupakan suatu penyelidikan terhadap peristiwa, masalah, atau topik tertentu melalui pengumpulan fakta-fakta atau nformasi guna memperoleh jawaban atas pemahaman yang lebih jelas tentang suatu persoalan. Model ini memperlihatkan adanya proses interaksi antara siswa dalam pembelajaran, memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara kelompok dalam menyelidiki, menemukan, dan memecahkan masalah.
2.1.1.2 Teori Belaj ar yang Mendasari Group Investigation
Teori belajar yang mendasari Group Investigation adalah teori konstruktivisme yang digagas oleh Piaget dan Vygotsky. Teori ini menyarankan penggunaan kelompok belajar yang anggotanya terdiri dari siswa dengan kemampuan beragam agar nantinya dapat bertukar pikiran dan terjadi perubahan konseptual.
Psikolog pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme dalam proses belajar adalah Piaget. Budiningsih (2005:98) mengemukakan bahwa “Piaget cenderung menganut teori psikogenesis, artinya pengetahuan berasal dari individu”. Menurut pandangan ini, siswa berdiri terpisah dan berinteraksi dengan lingkungan sehingga perkembangan kognitif anak sebagian besar bergantung seberapa jauh anak memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungan.
Piaget berpenadapat bahwa adaptasi merupakan suatu keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Andaikan dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap lingkungan, maka terjadilah ketidakseimbangan. Pada keadaan seperti ini seseorang mengadakan akomodasi yaitu: membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan baru, atau memodifikasi skema baru yang cocok dengan pertumbuhan rangsangan itu. Perkembangan kognitif merupakan proses terus menerus tentang keadaan ketidakseimbangan dan keadaan seimbang. Tetapi bila terjadi kembali keseimbangan maka individu itu berada pada tingkat kognitif yang lebih tinggi daripada sebelumnya.

Dalam penerapan model pembelajaran Group Investigation, siswa dituntut aktif terlibat dalam mengerjakan tugas-tugas. Hal ini dimaksudkan agar sswa dapat terlibat langsung dalam menemukan konsep-konsep baru bagi dirinya dengan menerapkan keterampilan-keterampilan interpersonal. Sejalan dengan teori “Piaget” menurut Budiningsih (2005:98) perkembangan kognitif akan terjadi dalam interaksi antara siswa dengan kelompok sebayanya daripada dengan orang¬orang yang lebih dewasa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa interaksi antara siswa dalam pembelajaran kooperatif akan membantu meningkatkan perkembangan kognitif siswa.
Di samping teori Piaget, teori Vygotsky sekarang ini didasari sebagai salah satu teori penting dalam psikologi perkembangan. Kemudian Vygotsky dalam Isjoni (2009: 39) mengemukakan “pembelajaran merupakan perkembangan suatu pengertian”. Sumbangan terpenting dari teori Vygotsky adalah penekanan pada hakekat sosiokultural dari pembelajaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif manusia berasal dari interaksi sosial masing-masing individu. Vygotsky yakin bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau menangani tugas-tugas itu masih berada dalam Zone Of Proximal Development adalah tingkat perkembangan sedikit di atas perkembangan seseorang saat ini.
Ide penting lain dari Vygotsky adalah Scafolding, yakni memberikan sejumlah bantuan kepada anak pada tahap awal belajar, kemudian mengurangi dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawabnya sendiri saat mereka mampu. Menurut Isjoni (2009:40) dalam teori Vygotsky dijelaskan “ada hubungan langsung antara domain kognitif dengan sosial budaya”. Download ptk sd kelas 5 doc Kualitas berpikir siswa di bangun di dalam ruang kelas, sedangkan aktivitas sosialnya di kembangkan dalam bentuk kerjasama anatara pelajar dengan pelajar lainnya yang lebih mampu dengan bimbingan orang dewasa dalam hal ini guru.
Menurut Sutawidjaja (Abdussakir’s Blog.htm 21 Februari 2010) bahwa belajar kooperatif adalah salah satu alternatif yang perlu di galakkan dalam kontruktivisme karena pertimbangan sebagai berikut:
a) Siswa yang sedang menyelesaikan masalah bersama-sama dengan teman sekelompoknya dalam kegiatan belajar kelompok masing-masing melihat bagaimana masalah itu dan merancang pemecahannya. Kegiatan ini merupakan cara menumbuhkan refleksi yang membutuhkan kesadaran tentang apa yang sedang dipikirkan dan dikerjakan. Dengan demikian menyediakan kesempatan siswa untuk mengabstrasikan secara aktif.
b) Menjelaskan sesuatu kepada teman biasanya mengarah kepada siswa untuk melihat sesuatu lebih jelas dan seringkali menemukan ketidak konsistenan pada pikirannya sendiri.
c) Ketika suatu kelompok kecil menerangkan solusinya ke seluruh kelas (tidak peduli apakah solusi layak atau tidak), kelompok itu memperoleh kesempatan yang berharga untuk mempelajari hasil yang mereka buat.
d) Mengetahui bahwa ada teman sekelompoknya yang belum bisa menjawab, akan meningkatkan kegairahan setiap anggota kelompok untuk mencoba menemukan jawabannya.
e) Keberhasilan suatu kelompok menemukan suatu jawaban akan menumbuhkan motivasi mereka untuk menghadapi masalah baru.

2.1.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Group Investigation
Setiap teknik pembelajaran memiliki kelebihan maupun kekurangan, begitu juga dengan pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini. Group Investigation memiliki kelebihan yakni mampu menciptakan cara belajar siswa menjadi lebih aktif, menumbuhkan motivasi belajar mandiri dalam diri siswa, dapat menumbuhkan minat dan kreativitas siswa, lebih memupuk cara berpikir analitis, serta dapat meningkatkan kepedulian antar anggota dalam belajar.
Di samping memiliki beberapa kelebihan yang sudah disebutkan, pembelajaran Group Investigation memiliki beberapa kekurangan yakni bahan ajar banyak tetapi waktu yang disediakan sedikit dan siswa yang malas memiliki kesempatan untuk tetap pasif dalam kelompoknya dan memungkinkan akan mempengaruhi kelompoknya sehingga usaha kelompok tersebut gagal. Untuk mencegah terjadinya kekurangan atau kelemahan tersebut terjadi maka dalam penelitian ini materi ajar yang digunakan hanya 1 KD sehingga materi tidak terlalu banyak karena dalam 1 KD diselesaikan untuk 2 siklus atau 6 kali pertemuan dengan 4 kali pertemuan khusus untuk KBM. Untuk menyiasati adanya siswa yang malas, guru mengawasi saat kegiatan investigasi kelompok berlangsung dengan berkeliling ke setiap kelompok, sehingga siswa tidak memiliki kesempatan untuk berpangku tangan dalam kerja kelompok.
2.1.1.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Group Investigation
Di dalam investigasi kelompok, enam tahap yang dikemukakan oleh Slavin dalam Fitriana (2010:-) yaitu : 1) Identifikasi topik dan mengatur siswa kedalam kelompok, 2) merencanakan tugas belajar, 3) melaksanakan tugas investigasi, 4) mempersiapkan laporan akhir, 5) menyajikan laporan akhir, dan 6) evaluasi.
Slavin dalam Fitriana (2010:-), mengemukakan tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran Group Investigation adalah sebagai berikut:
Tahap Pengelompokan (grouping) yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta membentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang. Pada tahap ini: siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan, siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki, guru membatasi jumlah anggota masing-masing kelompok antara 4 sampai 5 orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.

Tahap Perencanaan (planning) atau tahap perencanaan tugas-tugas pembelajaran. Pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, siapa dan melakukan apa dan apa tujuan mereka menyelidiki topik tersebut.
Tahap Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada tahap ini, siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki, kemudian masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok sehingga antara siswa satu dengan yang lainnya dapat saling bertukar pikiran, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat.
Tahap Pengorganisasian (organizing) yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam hasil penelitiannya masing-masing, merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya, wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi. Siswa menemukan hubungan dari yang ditemukan dalam investigasi dengan konsep yang sudah ada, mereka belajar membagi tugas dalam kelompok baik sebagai pemimpin, moderator, notulis dalam presentasi investigasi.
Tahap Presentasi (presenting) yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah setiap kelompok menyajikan hasil penyelidikan ke dalam berbagai variasi bentuk penyajian, kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar, mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan. Misalnya: siswa yang bertugas untuk mewakili kelompok menyajikan hasil atau simpulan dari investigasi yang telah dilaksanakan, siswa yang tidak sebagai penyaji, mengajukan pertanyaan, saran tentang topik yang disajikan, siswa mencatat topik yang disajikan oleh penyaji. Contoh ptk kelas 5 sd
Tahap evaluasi (evaluating) yaitu tahap penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa. Pada tahap ini, siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman¬pengalaman efektifnya, guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan, dalam hal ini penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa. Misalnya: siswa merangkum dan mencatat setiap topik yang disajikan, menggabungkan tiap topik yang diinvestigasi dalam kelompoknya dan kelompok yang lain, guru mengevaluasi dengan memberikan tes uraian pada akhir siklus.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka langkah-langkah pembelajaran Group Investigation yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Slavin dalam Fitriana (2010:-), yaitu tahap pengelompokkan dengan membagi jumlah siswa dalam satu kelas menjasi 4 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang, dan guru membagi topik permasalahan kepada setiap kelompok. Tahap perencanaan dimana siswa siswa bersama-sama merencanakan tentang apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, siapa dan melakukan apa dan apa tujuan mereka menyelidiki topik tersebut. Tahap penyelidikan dimana siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulan terkait dengan permasalahan¬permasalahan yang diselidiki, kemudian masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok. Tahap pengorganisasian dimana anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam hasil penelitiannya masing-masing, merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya, wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi. Tahap presentasi yakni setiap kelompok menyajikan hasil penyelidikan ke dalam berbagai variasi bentuk penyajian, kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar, mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan. Tahap evaluasi yakni siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya, guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan, dalam hal ini penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa. Contoh ptk sd kelas 5 pdf

Inti dari pembelajaran Group Investigation adalah siswa membentuk kelompok belajar, kemudian diberi permasalahan dan media pembelajaran untuk kemudian diselidiki. Siswa membagi tugas kerja dalam kelompok dan menyusun laporan akhir. Kemudian siswa mempresentasikan hasil investigasi kelompok mereka, kelompok lain menanggapi dan kemudian dievaluasi bersama antara guru dengan siswa. Diharapkan dengan adanya kegiatan investigasi kelompok ini dapat menambah keaktifan belajar siswa dan hasil belajar siswa meningkat.
2.1.2 Keaktifan Belajar Matematika Siswa
Salah satu variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah keaktifan belajar Matematika siswa. Untuk mengetahui lebih jelas apakah keaktifan belajar Matematika itu penjelasannya adalah sebagai berikut:
2.1.2.1 Pengertian Keaktifan Belajar
Menurut Whipple dalam Hamalik (2001:93) keaktifan belajar adalah suatu proses belajar mengajar yang menekankan keaktifan belajar siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor selama siswa berada di dalam kelas. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:115) keaktifan belajar matematika siswa merupakan proses pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian yang melibatkan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran dengan melibatkan fisik siswa. Sriyono (1992:75) menambahkan bahwa keaktifan belajar matematika siswa di sini adalah usaha yang dilakukan oleh guru pada waktu mengajar, sehingga siswa dapat terlibat aktif baik jasmani maupun rohani dalam mengikuti pelajaran.
Sagala (2006:124-134) menjelaskan bahwa keaktifan jasmani maupun rohani itu meliputi keaktifan indera (pendengaran, penglihatan, dan peraba), keaktifan akal dimana akal anak-anak harus aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah, menimbang-nimbang, menyusun pendapat dan mengambil keputusan, keaktifan ingatan yaitu pada waktu mengajar, anak harus aktif menerima bahan pengajaran yang disampaikan guru dan menyimpannya dalam otak, kemudian pada suatu saat ia siap mengutarakan kembali, keaktifan emosi dimana dalam hal ini siswa hendaklah senantiasa berusaha mencintai pelajarannya.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:63) untuk dapat menimbulkan keaktifan belajar siswa, maka guru diantaranya dapat melaksanakan perilaku¬perilaku seperti menggunakan model pembelajaran yang dapat menimbulkan keaktifan siswa, memberikan tugas individu dan kelompok, memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil, mementingkan eksperimen langsung oleh siswa dibandingkan dengan demonstrasi, mengadakan tanya jawab dan diskusi, melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan pembelajaran. Hal ini berarti bahwa kesempatan yang diberikan oleh guru akan menuntut siswa selalu aktif mencari, memperoleh, dan mengolah perolehan belajarnya.
Berdasarkan pengertian keaktifan belajar di atas, maka dalam penelitian ini pengertian keaktifan belajar matematika siswa sejalan dengan pendapatnya Dimyati dan Mudjiono (2006:115) bahwa keaktifan belajar matematika siswa adalah proses pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian yang melibatkan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran dengan melibatkan fisik siswa.
2.1.2.2 Indikator Keaktifan Belajar Matematika Siswa
Adapun indikator keaktifan belajar Matematika siswa menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:122-125) adalah sebagai berikut:
a) Perhatian dan antusias siswa dalam mengikuti pelajaran yang memberikan pengalaman belajar kepada siswa untuk memperoleh dan menemukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan.
b) Kebebasan atau keleluasaan melakukan sesuatu hal tanpa tekanan dari guru atau pihak lainnya (kemandirian belajar).
c) Kegiatan yang melibatkan siswa untuk belajar langsung dari media/alat peraga yang diciptakan.
d) Kesediaan siswa dalam merespon dan menanggapi siswa dalam proses pembelajaran.
e) Kesediaan siswa untuk mengerjakan tugas-tugas kelompok belajar yang ada dalam proses pembelajaran.
f) Kesiapan dan kesediaan siswa dalam mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
2.1.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar Matematika Siswa
Keaktifan belajar Matematika siswa dianggap begitu penting dalam kegiatan pembelajaran, dan keaktifan belajar Matematika siswa tersebut muncul karena dipengaruhi beberapa faktor. Berikut adalah beberapa faktor keaktifan belajar Matematika siswa menurut Sudjana (1989:27-29) yaitu :
a) Stimulus belajar
Peran yang diterima siswa dari guru biasanya dalam bentuk stimulus. Stimulus tersebut dapat berbentuk verbal atau bahasa, visual, auditif atau suara.
b) Perhatian dan motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan prasarat utama dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi, hasil belajar yang dicapai tidak akan maksimal.
c) Respon yang dipelajari
Belajar adalah proses yang aktif, sehingga apabila tidak dilibatkan dalam berbagai kegiatan belajar sebagai respon terhadap stimulus yang diterima, tidak mungkin dapat mencapai hasil belajar yang dikehendaki.
d) Penguatan
Setiap tingkah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap kebutuhan, maka akan mempunyai kecenderungan untuk diulang kembali.
e) Pemakaian dan pemindahan
Pikiran manusia mempunyai kesanggupan menyimpan informasi yang tidak terbatas jumlahnya. Dalam hal ini penyimpanan informasi yang tak terbatas ini penting sekali pengaturan dan penempatan informasi, sehingga dapat digunakan kembali apabila diperlukan. Download ptk sd kelas 5 lengkap

2.1.3 Hasil Belajar
Salah satu fokus dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Matematika Siswa. Untuk lebih memahami apakah hasil belajar Matematika yang dimaksud, penjelasannya adalah sebagai berikut:
2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Menurut Purwanto (2011:44) pengertian hasil menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional, sedangkan belajar dilakukannya untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Menurut Winkel (1991:42). Hasil belajar adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai siswa dimana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas, dalam hal ini hasil belajar meliputi keaktifan, keterampilan proses, motivasi, dan prestasi belajar
Dimyati dan Mudjiono (2006:117) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dicapai dalam bentuk angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar kepada siswa dalam waktu tertentu. Arikunto (1990:133) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diamati dan dapat diukur. Proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar yang dicapai. Dapat diambil gambaran tentang keberhasilan belajar dalam bentuk penentuan raport. Mustamin (20 10:37) menambahan dalam proses belajar mengajar, siswa mengalami pengalaman belajar, kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar tersebut merupakan hasil belajar
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, maka dalam penelitian ini pengertian hasil belajar sejalan dengan pendapatnya Dimyati dan Mudjiono (2006:122) bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar kepada siswa dalam waktu tertentu.

Adapun hasil belajar matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai atau skor yang diperoleh siswa setelah dilakukan tes pada materi yang telah dipelajarinya.
2.1.3.2 Ranah Hasil Belajar
Menurut teori Taksonomi Bloom dalam Abdurrahman (2003:33) hasil belajar terdapat tiga ranah antara lain kognitif, afektif, dan psikomotor yaitu dapat dijabarkan sebagai berikut :
a) Ranah kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
b) Ranah afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif memiliki lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi, dan karakterisasi dengan suatu nilai.
c) Ranah psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Ketiga ranah tersebut, maka yang akan diukur dalam penelitian ini mengarah pada ranah kognitif dan ranah afektif, karena pada ranah kognitif untuk melihat hasil belajar siswa dilakukan suatu penilaian terhadap siswa dan tes digunakan untuk mengetahui hasil pemahaman siswa, sedangkan pada ranah afektif guna melihat keaktifan belajar siswa.
2.1.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar Matematika yang dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu, sedangkan faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar.
Faktor-faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa, dalam hal ini, menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial. Faktor lingkungan sosial meliputi lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial masyarakat, dan lingkungan sosial keluarga, sedangkan lingkungan non sosial meliputi lingkungan alamiah seperti udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.
Adapun pendapat lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar siswa dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal, kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar siswa. Menurut Slameto (2003:54), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor internal, yang meliputi: a). faktor biologis, meliputi : kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu dari faktor biologis terganggu akan
mempengaruhi hasil belajar siswa, b). faktor psikologis, meliputi : intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan berfikir, dan c). faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan hilang.

Faktor yang ada pada luar individu yang disebut dengan faktor eksternal, yang meliputi: a). faktor keluarga, keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama. Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar. b). faktor masyarakat, meliputi: bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Download ptk sd kelas 5 doc Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong untuk lebih giat belajar ,dan c) faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah.
Berdasarkan faktor-faktor hasil belajar tersebut, dapat dilihat pada faktor eksternal bahwa salah satu yang mempengaruhi hasil belajar secara eksternal adalah metode mengajar. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan perbaikan yaitu dengan memperbaharui metode mengajar yang dilakukan oleh guru guna meningkatkan hasil belajar siswa.

2.2 Kerangka Pikir
Suatu pembelajaran dikatakan baik apabila proses pembelajaran dapat menumbuhkan keaktifan belajar matematika siswa. Siswa dapat melakukan kegiatan untuk memahami konsep-konsep materi pembelajaran secara mandiri, baik itu secara individu maupun berkelompok. Tingkat keberhasilan pembelajaran guru dapat diukur dengan melihat hasil belajar siswa dan juga tingkat keaktifan belajar siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Kondisi awal di SDI ... III Kecamatan ... Kabupaten ... pada saat peneliti melakukan observasi, guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional, keaktifan dan hasil belajar Matematika siswa kelas 5 masih rendah. Kemudian peneliti berupaya untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran Group Investigation, dimana model ini mampu menciptakan cara belajar siswa untuk menjadi lebih aktif. Group Investigation juga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa untuk belajar mandiri dalam menjalankan tugas-tugasnya dalam kelompok. Siswa dapat terasah kemampuannya dalam berpikir analisis dan belajar untuk bekerja sama dengan teman satu anggotanya. Dengan adanya kelebihan-kelebihan tersebut siswa dapat memecahkan kesulitan belajar matematika yang dihadapinya sehingga keaktifan dan hasil belajar matematika siswa dapat meningkat.

2.3 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Melalui penerapan Group Investigation diduga dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika pada pokok bahasan memahami sifat-sifat bangun ruang pada siswa kelas 5 SDI ... III Kecamatan ... Kabupaten ... semester 1 tahun pelajaran 2016-2017”

C.CONTOH  LENGKAP PROPOSAL PTK MATEMATIKA SD

BAB III
METODE PENELITIAN


3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian
Kegiatan penelitian bertempat di SDI ... III Kecamatan ... Kabupaten ... yang terletak di ....... Desa Sarudu Kecamatan Duripoku Kabupaten Mamuju Utara. Jarak SD ini dengan kecamatan terbilang jauh yakni + 11 km. SD ini merupakan SD inti yang berada di gugus Gunung Karang. Fasilitas yang ada di SDI ... III Kecamatan ... Kabupaten ... cukup lengkap baik dari ketersediaan alat peraga maupun dari segi ruangan pun kondisinya masih sangat baik. SDI ... III Kecamatan ... Kabupaten ... pernah meraih beberapa prestasi yang membanggakan untuk perlombaan tingkat kecamatan antara lain: juara voli mini putera, uara 1 cerita bergambar, juara 1 lempar turbo, juara 3 pidato, juara 3 loncat katak, dan juga pernah meraih juara 3 voli mini putera tingkat kabupaten. Dari beberapa perlombaan tersebut termasuk dalam perlombaan bidang olahraga dan kesenian, untuk perlombaan dalam bidang mata pelajaran SDI ... III Kecamatan ... Kabupaten ... belum pernah meraih juara.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 5 SDI ... III Kecamatan ... Kabupaten .... Adapun jumlah siswa kelas 5 sendiri adalah 26 siswa yang terdiri dari 15 siswa putra dan 4 siswa putri, mereka rata-rata berumur antara 10 hingga 11 tahun. Latar belakang orang tua siswa sebagian besar adalah petani dan buruh tani dengan pendidikan terakhir SD dan SMP. Kemampuan berpikir siswa SDI ... III Kecamatan ... Kabupaten ... umumnya masih rendah begitu juga dengan kesadaran untuk belajarnya.
Kegiatan penelitian rencananya akan dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Februari s/d April. Kegiatan persiapan dilaksanakan pada bulan Februari hingga Maret dan pada minggu ke-2 Maret sebagai tahapan pelaksanaan penelitian siklus 1 dan siklus 2.
Adapun jadwal kegiatan penelitian ada pada tabel berikut:
Tabel 4
Rencana Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian merupakan bagian penting dalam penelitian, agar suatu penelitian lebih jelas maka variabel penelitian perlu diperjelas manakah yang merupakan variabel terikat dan manakah yang merupakan variabel terkontrol. Selain itu agar tidak terjadi kesalahan makna maka variabel penelitian perlu didefinisikan secara operasional. Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut:
3.2.1 Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 variabel. Variabel bebas sebagai variabel treatment adalah penerapan Group Investigation (X). Sedangkan variabel terikat adalah keaktifan (Y1) dan hasil belajar matematika siswa (Y2).
3.2.2 Definisi Operasional
Variabel penelitian tindakan kelas perlu didefinisikan karena nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam penelitian. Variabel penerapan Group Investigation didefinisikan sebagai suatu penyelidikan terhadap peristiwa, masalah, atau topik tertentu melalui pengumpulan fakta-fakta atau informasi guna memperoleh jawaban atas pemahaman yang lebih jelas tentang suatu persoalan. Model ini memperlihatkan adanya proses interaksi antara siswa dalam pembelajaran, memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara kelompok dalam menyelidiki, menemukan, dan memecahkan masalah. Contoh ptk kelas 5 sd
Adapun sintaks pembelajaran pembelajaran Group Investigation yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


Tabel 5
Sintaks Pembelajaran Group Investigation
Tahap Kegiatan
Pengelompokan Guru membagi jumlah siswa menjadi 4 kelompok antara 4-(Grouping) 5 orang per kelompok dan membagi topik permasalahan kepada tiap kelompok
Perencanaan Siswa bersama-sama merencanakan tentang apa yang
(Planing) mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, siapa dan melakukan apa dan apa tujuan mereka menyelidiki topik tersebut.
Penyelidikan Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan
(Investigation) membuat simpulan terkait dengan permasalahan¬permasalahan yang diselidiki, kemudian masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok sehingga antara siswa satu dengan yang lainnya dapat saling bertukar pikiran, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat.
Pengorganisasian (Organizing) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam hasil penelitiannya masing-masing, merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya, wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi. Siswa menemukan hubungan dari yang ditemukan dalam investigasi dengan konsep yang sudah ada, mereka belajar membagi tugas dalam kelompok baik sebagai pemimpin, moderator, notulis dalam presentasi investigasi.
Presentasi Setiap kelompok menyajikan hasil penyelidikan ke dalam
(Presenting) berbagai variasi bentuk penyajian, kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar, mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan.
Evaluasi (Evaluating) Siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya, guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan, dalam hal ini penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa
Keaktifan belajar matematika siswa didefinisikan secara operasional sebagai proses pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian yang melibatkan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran dengan melibatkan fisik siswa. Sedangkan hasil belajar matematika dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai atau skor yang diperoleh siswa setelah dilakukan tes pada materi yang telah dipelajarinya.

3.3 Prosedur Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan adaptasi model Kemmis dan McTaggart dimana dalam satu siklus terdapat empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi, untuk komponen tindakan dan observasi dijadikan sebagai satu kesatuan. Siklus penelitian model Kemmis dan Mc Taggart dalam Suroso (2010:18) dapat divisalisasikan sebagai berikut:
Gambar 1. Model Kemmis dan Mc Taggart
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama dua siklus atau 6 kali pertemuan, dengan tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai pada faktor-faktor yang diselidiki. Berdasarkan hasil observasi awal terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas 5, ditetapkan bahwa tindakan yang akan dipergunakan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika siswa adalah pembelajaran Group Investigation.
Secara rinci pembagian materi bangun ruang berdasarkan kompetensi dasar sebagai berikut: Siklus 1 yaitu dengan kompetensi dasar mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang. Adapun indikatornya adalah menyebutkan macam¬macam bangun ruang sisi datar, membedakan sisi, rusuk, dan titik sudut, mendeskripsikan sifat-sifat kubus, menyebutkan sifat-sifat balok, mengidentifikasi sifat-sifat prisma, dan mendeskripsikan sifat-sifat limas.
Siklus 2 masih dengan kompetensi dasar yang sama yaitu mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang. Adapun indikatornya adalah menyebutkan macam¬macam bangun ruang sisi lengkung, mendeskripsikan sifat-sifat tabung, mengidentifikasi sifat-sifat kerucut, dan menyebutkan sifat-sifat bola. Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
3.3.1 Siklus 1
Pelaksanaan siklus 1 terdiri dari tiga kali pertemuan yaitu dua kali pertemuan untuk kegiatan pembelajaran dan satu kali pertemuan untuk tes evaluasi akhir siklus. Dalam setiap pertemuan terdapat empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
3.3.1.1 Perencanaan
Perencanaan dimulai dengan meminta izin kepada kepala sekolah untuk melakukan observasi di kelas 5 SDI ... III Kecamatan ... Kabupaten .... Setelah mendapat izin dari kepala sekolah, peneliti melakukan wawancara dan observasi di kelas 5, mengidentifikasi kebutuhan siswa, mencari kendala apa saja yang dialami guru dalam mengajar matematika, mengindentiikasi kondisi keaktifan belajar siswa di kelas, dan meminta data nilai hasil belajar matematika pada siswa kelas 5.
Persiapan yang dilakukan peneliti pada siklus 1 adalah: a). Mempersiapkan silabus mata pelajaran matematika kelas 5 SD semester 1 pada pokok bahasan bangun ruang yaitu pada Kompetensi Dasar

6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang, b). Menyiapkan materi pelajaran dan sumber belajar yang akan digunakan, c). Menyusun RPP dengan menggunakan Group Investigation, d). Menyiapkan sarana dan prasarana serta membuat media/alat peraga guna mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran, e). Membuat dan menyiapkan Lembar Kerja Siswa, f). Menyiapkan lembar observasi keaktifan siswa dan lembar observasi kegiatan guru, g) membuat kisi-kisi soal evaluasi hasil belajar matematika, h) melakukan uji coba instrumen, i) menyusun soal tes hasil belajar siswa, dan j). Mengkomunikasikan rencana pembelajaran kepada guru kelas 5.
Dalam pembelajaran ini direncanakan bahwa materi yang diajarkan untuk dua siklus adalah satu KD, yakni KD

6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang yang terdiri dari 10 indikator. Pelaksanaan pembelajaran akan membagi indikator tersebut ke dalam 4 kali pertemuan yakni dua kali pertemuan pada siklus 1 dan dua kali pertemuan pada siklus 2. Pada setiap pertemuan sintaks pembelajaran group investigation harus selesai dilaksanakan.
3.3.1.2 Tindakan
Setiap siklus dilaksanakan selama tiga kali pertemuan. Tindakan dilakukan oleh guru kelas 5 SDI ... III Kecamatan ... Kabupaten ... sementara peneliti bertugas sebagai observer. Berikut ini rincian tindakan pelaksanaan penerapan pembelajaran Group Investigation pada siklus 1:
Pertemuan ke-1
a. Kegiatan Awal
1) Guru mengkondisikan kelas, melakukan absensi.
2) Apersepsi : Guru menyuruh siswa memperhatikan benda-benda yang ada
disekitar, dan bertanya jawab mengenai benda apa saja yang mereka lihat.
3) Guru menghubungkan apersepsi dengan materi pelajaran yang akan
disampaikan.
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
b. Kegiatan Inti
Eksplorasi :
1) Siswa diberi stimulus berupa pemberian materi tentang mengenal bangun ruang dengan cara guru menunjukkan macam-macam benda sekitar yang biasa mereka jumpai.
2) Siswa menyebutkan benda apa saja yang dibawa oleh guru.
3) Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai macam-macam bangun ruang sisi datar.
4) Guru dan siswa bertanya jawab mengenai pengertian sisi, rusuk, dan titik sudut.
5) Beberapa siswa mengajukan dugaan sementara.
6) Guru membagi jumlah siswa menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 4-5 anggota. (grouping)
7) Guru membagi LKS dan siswa diberi kesempatan memilih bangun ruang yang diinginkan kemudian mereka menyelidiki dan menentukan sifat-sifat dari bangun ruang serta menggambar bangun ruang yang mereka kerjakan. Elaborasi :
1) Masing-masing kelompok membagi tugas kerja untuk setiap anggota kelompok. (planning)
2) Siswa mengerjakan LKS, bertukar ide dan pendapat dengan teman kelompoknya untuk menemukan sifat-sifat bangun ruang yang mereka dapatkan, guru berperan sebagai fasilitator (Investigation)
3) Siswa membuat laporan tertulis mengenai hasil kerjanya, menentukan siapa yang akan menyajikan laporan, notulis, dan moderator (organizing).
4) Masing-masing perwakilan kelompok secara bergantian mempresentasi¬kan hasil penyelidikan di depan kelas, kelompok lain mengamati dan menanggapi hasil kerja yang dipresentasi-kan (presenting).
5) Masing-masing kelompok melakukan koreksi terhadap hasil pekerjaan mereka sesuai hasil diskusi kelas dan evaluasi dari guru. (evaluating). Konfirmasi :
1) Siswa menanyakan materi yang belum jelas.
2) Guru bersama siswa menyimpulkan tentang materi yang dipelajari. 
c.   Kegiatan Akhir
1) Siswa membuat rangkuman.
2) Guru memberikan informasi tentang materi selanjutnya.

Pertemuan ke-2
a. Kegiatan Awal
1) Guru mengkondisikan kelas, melakukan absensi.
2) Apersepsi : “Anak-anak pernahkah kalian berkemah? Apa nama tempat
yang kalian gunakan untuk berteduh?ya tenda, coba gambarkan di depan!
nah apakah kalian tahu tenda tersebut menyerupai bangun ruang apa?
3) Guru memghubungkan apersepsi dengan materi yang akan dipelajari.
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
b. Kegiatan Inti
Eksplorasi :
1) Guru menunjukkan bangun ruang prisma dan limas. Contoh ptk sd kelas 5 pdf
2) Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai unsur-unsur bangun prisma dan limas.
3) Beberapa siswa mengajukan dugaan sementara.
4) Guru membagi jumlah siswa menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 4-5 anggota. (grouping)
5) Guru membagi LKS dan siswa diberi kebebasan memilih bangun ruang dan kemudian mereka menyelidiki untuk menentukan sifat-sifat dari bangun ruang serta menggambar bangun ruang yang mereka kerjakan (prisma tegak segitiga, prisma tegak segi lima, limas segitiga, dan limas segi empat).
Elaborasi :
1) Masing-masing kelompok membagi tugas kerja untuk setiap anggota kelompok. (planning)
2) Siswa mengerjakan LKS, bertukar ide dan pendapat dengan teman kelompoknya untuk menemukan sifat-sifat bangun ruang yang mereka dapatkan, guru berperan sebagai fasilitator (Investigation)
3) Siswa membuat laporan tertulis mengenai hasil kerjanya, menentukan siapa yang akan menyajikan laporan, notulis, dan moderator (organizing).
4) Masing-masing perwakilan kelompok secara bergantian mempresentasikan hasil penyelidikan di depan kelas, kelompok lain mengamati dan menanggapi hasil kerja yang dipresentasikan (presenting).
5) Masing-masing kelompok melakukan koreksi terhadap hasil pekerjaan mereka sesuai hasil diskusi kelas dan evaluasi dari guru. (evaluating). Konfirmasi :
1) Siswa menanyakan materi yang belum jelas
2) Guru bersama siswa menyimpulkan tentang materi yang dipelajari.
c. Kegiatan Akhir
1) Siswa membuat rangkuman.
2) Guru memberikan informasi tentang materi selanjutnya.

Pertemuan ke-3
a. Kegiatan Awal
1) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang materi yang belum dipahami
pada pertemuan sebelumnya.
b. Kegiatan inti 1) Guru memberikan tes siklus 1 kepada siswa.
c. Kegiatan akhir 1) Guru meminta lembar jawab siswa.
3.3.1.3 Observasi
Tahap observasi dilakukan bersama dengan tahap tindakan. Dimana setiap tindakan atau aktivitas yang dilakukan oleh siswa diamati oleh observer/peneliti dengan menggunakan lembar observasi keaktifan siswa dan peneliti mengamati jalannya pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dalam penerapan Group Investigation.
3.3.1.4 Refleksi
Pada tahap ini melakukan evaluasi dari pelaksanaan tindakan pembelajaran dan diadakan analisis data untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan, sehingga dapat ditentukan apakah diperlukan siklus berikutnya atau tidak. Kelemahan dan kekurangan yang terjadi pada siklus 1 akan diperbaiki pada siklus 2.
3.3.2 Siklus 2
Pelaksanaan siklus 2 terdiri dari tiga kali pertemuan yaitu dua kali pertemuan untuk kegiatan pembelajaran dan satu kali pertemuan untuk tes evaluasi akhir siklus. Dalam setiap pertemuan terdapat empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Rinciannya adalah sebagai berikut:
3.3.2.1 Perencanaan
Pada siklus 2 pelaksanaan memperhatikan kekurangan-kekurangan pada siklus 1 dengan cara memperbaikinya, agar tidak terjadi lagi kendala-kendala yang dapat mengganggu proses belajar mengajar. Kompetensi Dasar yang diajarkan pada siklus 2 yaitu : KD 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang dengan indikator menyebutkan macam-macam bangun ruang sisi lengkung, mendeskripsikan sifat-sifat tabung, dan mengidentifikasi sifat-sifat kerucut, dan menyebutkan sifat-sifat bola. Peneliti mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan dan kemudian diserahkan kepada guru kelas 5 untuk digunakan dalam pembelajaran.

3.3.2.2 Tindakan
Setiap siklus dilaksanakan selama tiga kali pertemuan. Tindakan dilakukan oleh guru kelas 5 SDI ... III Kecamatan ... Kabupaten ... sementara peneliti bertugas sebagai observer. Berikut ini rincian tindakan pelaksanaan penerapan pembelajaran Group Investigation pada siklus 1:
Pertemuan ke-1
a. Kegiatan Awal
1) Guru mengkondisikan kelas, melakukan absensi.
2) Apersepsi : “Anak-anak siapa yang suka minum susu kaleng? enak tidak? nah bagaimana bentuk kaleng? menyerupai bangun apakah kaleng tersebut?”
3) Guru menghubung-kan apersepsi dengan materi pelajaran yang akan disampaikan.
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
b. Kegiatan Inti
Eksplorasi :
1) Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai macam-macam bangun ruang sisi lengkung.
2) Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai pengertian selimut pada bangun ruang sisi lengkung.
3) Beberapa siswa mengajukan dugaan sementara.
4) Guru membagi jumlah siswa menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 4-5 anggota.
5) Guru membagi LKS dan siswa diberi kesempatan memilih bangun ruang yang diinginkan antara tabung dan kerucut kemudian mereka menyelidiki
dan menentukan sifat-sifat dari bangun ruang serta menggambar bangun ruang yang mereka kerjakan. Download ptk sd kelas 5 lengkap
Elaborasi :
1) Masing-masing kelompok membagi tugas kerja untuk setiap anggota kelompok. (planning)
2) Siswa mengerjakan LKS, bertukar ide dan pendapat dengan teman kelompoknya untuk menemukan sifat-sifat bangun ruang yang mereka dapatkan, guru berperan sebagai fasilitator (Investigation)
3) Siswa membuat laporan tertulis mengenai hasil kerjanya, menentukan siapa yang akan menyajikan laporan, notulis, dan moderator (organizing).
4) Masing-masing perwakilan kelompok secara bergantian mempresentasi-kan hasil penyelidikan di depan kelas, kelompok lain mengamati dan menanggapi hasil kerja yang dipresentasikan (presenting).
5) Masing-masing kelompok melakukan koreksi terhadap hasil pekerjaan mereka sesuai hasil diskusi kelas dan evaluasi dari guru. (evaluating). Konfirmasi :
1) Siswa menanyakan materi yang belum jelas
2) Guru bersama siswa menyimpulkan tentang materi yang dipelajari. c. Kegiatan Akhir
1) Siswa membuat rangkuman.
2) Guru memberikan informasi tentang materi selanjutnya.

Pertemuan ke-2
a. Kegiatan Awal
1) Guru mengkondisikan kelas, melakukan absensi.
2) Apersepsi : “Anak-anak siapa di antara kalian yang suka main sepak bola? Bagaimana bentuknya?”.
3) Guru menghubungkan apersepsi dengan materi pelajaran yang akan disampaikan.
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
c. Kegiatan Inti
Eksplorasi :
1) Guru menunjukkan sebuah bola.
2) Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai unsur-unsur bangun prisma dan limas.
3) Beberapa siswa mengajukan dugaan sementara.
4) Guru membagi jumlah siswa menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 4-5 anggota. (grouping)
5) Guru membagi LKS dan siswa diberi menyelidiki untuk menentukan sifat¬sifat dari bola serta menggambarnya.
Elaborasi :
1) Masing Masing-masing kelompok membagi tugas kerja untuk setiap anggota kelompok. (planning)
2) Siswa mengerjakan LKS, bertukar ide dan pendapat dengan teman kelompoknya untuk menemukan sifat-sifat bangun ruang yang mereka dapatkan, guru berperan sebagai fasilitator (Investigation)
3) Siswa membuat laporan tertulis mengenai hasil kerjanya, menentukan siapa yang akan menyajikan laporan, notulis, dan moderator (organizing).
4) Masing-masing perwakilan kelompok secara bergantian mempresentasikan hasil penyelidikan di depan kelas, kelompok lain mengamati dan menanggapi hasil kerja yang dipresentasikan (presenting).
5) Masing-masing kelompok melakukan koreksi terhadap hasil pekerjaan mereka sesuai hasil diskusi kelas dan evaluasi dari guru. (evaluating). Konfirmasi :
1) Siswa menanyakan materi yang belum jelas.
2) Guru bersama siswa menyimpulkan tentang materi yang dipelajari. 
c. Kegiatan Akhir
1) Siswa membuat rangkuman.
2) Guru bersama siswa menyimpulkan tentang materi yang dipelajari.

Pertemuan ke-3
a. Kegiatan Awal
1) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang materi yang belum dipahami pada pertemuan sebelumnya.
b. Kegiatan inti
1) Guru memberikan tes siklus 2 kepada siswa.
c. Kegiatan akhir
1) Guru meminta lembar jawab siswa.
3.3.2.3 Observasi
Tahap Observasi dilakukan bersama dengan tahap tindakan. Dimana setiap tindakan atau aktivitas yang dilakukan oleh siswa diamati oleh observer/peneliti dengan menggunakan lembar observasi keaktifan siswa dan peneliti mengamati jalannya pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dalam penerapan Group Investigation.
3.3.2.4 Refleksi
Tujuan refleksi pada siklus 2 ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika, serta mengetahui peningkatan keaktifan siswa selama proses pembelajaran. Apabila pada siklus 2 sudah terjadi peningkatan atau memenuhi indikator keberhasilan, maka siklus 2 dapat dihentikan.

3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Pada penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data serta instrumen pengumpulan data, penjelasannya adalah sebagai berikut:
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes, observasi, dan dokumentasi. Teknik Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam ranah kognitif dimana siswa dapat menerima, memahami, menganalisis setiap soal yang diberikan oleh guru, yang diberikan setelah tindakan, yaitu setelah siswa mendapatkan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Group Investigation serta untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dan tingkat pemahaman siswa dalam proses belajar mengajar.
Penelitian ini menggunakan teknik observasi untuk menilai keaktifan belajar siswa yang difokuskan pada pengamatan keaktifan belajar Matematika siswa selama proses pembelajaran dan untuk mengetahui keaktifan belajar Matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation. Peneliti juga melakukan observasi kegiatan guru yang difokuskan mengamati dan mengetahui kegiatan guru dalam pembelajaran matematika disesuaikan dengan sintaks penerapan model pembelajaran Group Investigation.
Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data tentang identitas siswa, latar belakang sosial siswa, dan keadaan sekolah. Dari teknik ini peneliti memperoleh data nilai matematika siswa pada materi sebelumnya, untuk nantinya dibandingkan dengan model pembelajaran Group Investigation yang akan diterapkan guru.

3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah tes hasil belajar dan lembar observasi, penjelasannya adalah sebagai berikut:
3.4.2.1 Tes Hasil Belajar
Terdapat dua tes yang diberikan kepada siswa yaitu : a) tes diberikan pada akhir siklus 1, untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dari pra siklus ke siklus 1, dan b) tes diberikan pada akhir siklus 2, untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2.
Jenis tes yang digunakan adalah tes sumatif berupa pilihan ganda dengan materi pokok mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang. Untuk menjamin bahwa soal tes yang digunakan merupakan soal yang baik maka tes disusun dengan mengikuti langkah penyusunan tes yaitu : menyusun kisi-kisi, menyusun butir soal, melakukan uji coba instrumen, melakukan analisis validitas dan realibilitas, dan kemudian memilih dan menyusun soal tes.
Berikut ini merupakan kisi-kisi tes hasil belajar Matematika :
a) Kisi-kisi tes akhir siklus 1
Penyusunan kisi-kisi dilakukan untuk menjamin bahwa setiap indikator terwakili oleh butir soal yang akan digunakan untuk tes akhir siklus. Berikut ini merupakan kisi-kisi terakhir siklus 1:
Tabel 6
Kisi-Kisi Tes Akhir Siklus 1

b) Kisi-kisi tes akhir siklus 2
Sama halnya dengan siklus 1, dalam pembuatan soal yang akan digunakan pada akhir siklus 2 juga perlu menyusun kisi-kisi tes akhir siklus 2, dan berikut ini merupakan kisi-kisi tes akhir siklus 2 :
Tabel 7
Kisi-Kisi Tes Akhir Siklus 2

3.4.2.2 Lembar Observasi
Pada penelitian ini terdapat dua lembar observasi, yaitu lembar observasi keaktifan belajar siswa dan lembar observasi kegiatan guru. Lembar observasi digunakan sebagai pedoman dalam melakukan observasi guna memperoleh data yang diinginkan. Contoh ptk sd kelas 5 pdf Dalam observasi ini terdapat empat alternatif jawaban dari setiap pernyataan, yang dapat dipilih salah satu sesuai dengan keadaan yang terjadi dilapangan, alternatif jawaban tersebut antara lain:
4 = sangat baik
3 = baik
2 = cukup
1 = kurang
Berikut ini adalah kisi-kisi lembar observasi:
1) Kisi-kisi lembar observasi keaktifan belajar siswa
Lembar observasi keaktifan belajar siswa terdiri dari dua sub aspek yaitu penampilan berbagai usaha/kegiatan belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilan dengan pengalaman yang membelajarkan dan keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses, dan kelanjutan belajar. Kemudian dari kedua sub aspek tersebut disusunlah menjadi 5 indikator yang dikembangkan menjadi 40 butir pernyataan. Berikut ini merupakan rincian kisi-kisi lembar observasi keaktifan belajar siswa:
Tabel 8
Kisi-Kisi Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa

2) Kisi-kisi lembar observasi kegiatan guru
Selain lembar observasi keaktifan belajar siswa, peneliti juga mengamati jalannya pembelajaran Group Investigation yang dilakukan oleh guru kelas 5. Peneliti mengamati apakah sintaks pembelajaran Group Investigation berjalan sempurna atau ada yang terlewat dalam setiap pertemuan. Berikut ini merupakan kisi-kisi lembar observasi keterlaksanaan sintaks pembelajaran Group Investigation :
Tabel 9
Kisi-Kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Group
Investigation

3.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Insrumen yang digunakan dalam penelitian harus valid dan reliabel. Untuk itu diperlukan uji validitas dan reliabilitas terhadap instrumen yang nantinya akan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. Berikut uraian lebih lanjut mengenai validitas dan reliabilitas instrumen:
3.5.1 Validitas Instrumen
Uji validitas instrumen digunakan untuk mengetahui validitas soal yang nantinya akan digunakan sebagai tes individual setelah proses pembelajaran berlangsung, yakni setiap satu siklus selesai. Uji validitas instrumen dilakukan pada soal pos test. Butir soal yang sudah disusun diuji coba di kelas 6 SDI ... III Kecamatan ... Kabupaten ... dengan jumlah siswa sebanyak 26 siswa. Kemudian peneliti melakukan analisis statistik dengan menggunakan SPSS 18,0 untuk mengetahui validitas dan realibilitas butir soal. Dasar pengambilan keputusan item yang valid berdasarkan kriteria Azwar dalam Priyanto (20 10:90) yakni dengan mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item. Hasil korelasi dapat dilihat pada output item-total statistics pada kolom corrected Item Total Correlation. Nilai yang ada kolom corrected Item Total Correlation ini kemudian dibandingkan dengan nilai yang ada dalam r table product moment dengan taraf signifikasi yang digunakan 0,05 untuk responden sebanyak 32, maka di dapat r tabel sebesar 0,349. Kategori inilah yang digunakan untuk menentukan apakah item valid atau tidak.
Berdasarkan uji validitas soal pada siklus 1 yang berjumlah 30 soal yang dirancang terdapat 9 soal tidak valid, dan 21 soal valid. Berikut ini merupakan hasil uji validitas soal tes akhir siklus 1 berdasarkan indikator :
Tabel 10
Hasil Uji Validitas Butir Soal Tes Siklus 1 Berdasarkan 

Dari hasil uji validitas butir soal yang disajikan dalam Tabel 10 terlihat bahwa semua indikator telah terwakili oleh butir soal. Berdasarkan butir soal yang valid maka dipilih sebanyak 20 butir soal untuk dirangkai menjadi instrumen penelitian siklus 1. Untuk butir soal siklus 2 berdasarkan uji validitas soal yang berjumlah 20 soal yang dirancang terdapat 5 soal tidak valid, dan 15 soal valid. Berikut ini merupakan hasil uji validitas soal tes akhir siklus 2 berdasarkan indikator :
Tabel 11
Hasil Uji Validitas Butir Soal Tes Siklus 2 Berdasarkan Indikator

Dari hasil uji validitas butir soal yang disajikan dalam Tabel 11 terlihat bahwa semua indikator telah terwakili oleh butir soal. Berdasarkan butir soal yang valid maka dipilih sebanyak 15 butir soal untuk dirangkai menjadi innstrumen penelitian siklus 2.
3.5.2 Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat ukur yang digunakan tersebut dapat diandalkan dan konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan SPSS 18,0. Reliabilitas ini diuji dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha. Widoyoko (2009:170) mengemukakan bahwa untuk menentukan tingkat reliabilitas instrumen maka digunakan kriteria sebagai berikut:
D < 0,7 : tidak dapat diterima
0,7< D < 0,8 : dapat diterima
0,8 < D < 0,9 : reliabilitas bagus
D > 0,9 : reliabilitas memuaskan
Berdasarkan hasil uji reliabilitas butir soal siklus 1 dengan melihat Cronbach’s Alpha diperoleh koefesien sebesar 0,903 yang berarti instrumen tes hasil belajar matematika tersebut sudah dalam kriteria reliabilitas memuaskan. Hasil analisis reliabilitas lebih j elasnya lihat Tabel 12 berikut ini :

Tabel 12
Hasil Analisis Uji Reliabilitas Instrumen Soal Siklus 1

Uji reliabilitas juga dilakukan pada butir soal akhir siklus 2. Hasil uji reliabilitas butir soal siklus 2 dengan melihat Cronbach’s Alpha diperoleh koefesien sebesar 0,780 yang berarti instrumen tes hasil belajar matematika
tersebut sudah dalam kriteria reliabilitas dapat diterima. Hasil analisis reliabilitas butir soal akhir siklus 2 lebih jelasnya lihat Tabel 13 berikut ini :
Tabel 13
Hasil Analisis Uji Reliabilitas Instrumen Soal Siklus 2

3.5.3 Indikator Kinerja
Indikator ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada akhir siklus dalam penelitian ini adalah ш80% siswa telah memenuhi nilai KKM 65. Indikator keberhasilan keaktifan belajar siswa setiap siklus ditandai dengan ш70% dari jumlah siswa memiliki keaktifan belajar tinggi. Download ptk sd kelas 5 doc
3.5.4 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan 2 analisis data yaitu analisis ketuntasan dan analisis diskriptif komparatif. Penjelasannya adalah sebagai berikut: 
3.5.4.1 Analisis Ketuntasan
Analisis data yang digunakan yaitu menggunakan analisis ketuntasan dan analisis deskriptif komparatif. Analisis ketuntasan digunakan untuk mengukur ketuntasan hasil belajar siswa dengan tolak ukur KKM yang digunakan. Analisis ketuntasan dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu :
a. Analisis Hasil Belajar Matematika Siswa
Untuk menentukan ketuntasan hasil belajar Matematika siswa, dapat dianalisis dengan menggunakan rumus (Trianto, 2011:64).
b. Analisis Keaktifan Belajar Matematika Siswa
Data hasil observasi keaktifan belajar Matematika siswa dalam penelitian ini dapat dilihat dari hasil rata-rata skor keaktifan masing-masing siswa pada lembar observasi yang digunakan. Contoh ptk sd kelas 5 pdf Perolehan skor pada lembar observasi dirata-rata untuk menentukan seberapa besar keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran untuk setiap siklus. Hasil data observasi ini dianalisis sebagai berikut :
Tabel 14
Kualifikasi Skor Keaktifan Belajar Matematika Siswa
Skor Kriteria
ш 3,00 Tinggi
2,0 – 2,9 Cukup
1,0 – 1,9 Kurang

3.5.4.2 Analisis Deskriptif Komparatif
Analisis deskriptif komparatif digunakan untuk membandingkan kondisi awal pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 serta antar siklus maupun dengan indikator kinerja. Melalui analisis deskriptif komparatif akan dianalisis apakah ada perbedaan keaktifan dan hasil belajar untuk setiap siklus yang dilaksanakan.

D.CONTOH PTK MATEMATIKA SD TERBARU

DAFTAR PUSTAKA


Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:Rineka Cipta.
Arikunto, S. 1990. Metode Penelitian. Jakarta:Angkasa
Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendididkan Tinggi Direktorat Ketenagaan.
Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta.
Dimyati, Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:PT. Rineka Cipta.
Fitriana, Laila. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Tipe Group Investigation (GI) dan STAD Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa . Tesis. Surakarta:UNS
Ibrahim,dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:University Press.
Irianti. 2009. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Tentang Program Linear Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Untuk Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Wanadadi Banjarnegara. Jurnal DIDAKTIKA.1, 145-162.
Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung:Alfabeta
Iswandi. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang Tumbuhan Hijau Kelas V
SDN Temenggungan 02 Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar. Skripsi.
Malang:Universitas Negeri Malang.
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia.
Lie, Anita. 2003. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta:PT. Gramedia.
Mustamin, Hasmiah. 2010. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Ass esm en Kinerja. Lentera Pendidikan. Vol.13. No 1 hal 37.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Prayitno, Dwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data Dengan SPSS. Yogyakarta: MediaKom
Sagala, Syaiful. 2006. Konsep Makna Pembelajaran. Bandung:Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Kooperatif:Berorientasi pada Standar Proses Pendidikan. Jakarta:Kencana Prenada Media Grup.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.
Soedjadi. 1999. Meningkatkan Minat siswa terhadap Matematika. S urab aya : Media Pendidikan IKIP Surabaya.
Sriyono,dkk. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta:Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar Baru.
Sugiyanto. 2011. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model 
Suroso. 2010. Elektronik Tugas Akhir. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Suryanto. 2000. Pendidikan Realistik Suatu Inovasi Pembelajaran Matematika. Cakrawala Pendidikan, XIX (3), 109-116.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wardani, Naniek Sulistya. 2010. Pengembangan Model Pembelajaran Aktif (Hasil Penelitian). Salatiga: Widya Sari Press.
Widoyoko, S. Eko Putro. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Winataputra. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Depdikbud
Winkel. 1991. Teknik-Teknik Belajar dan Mengajar. Bandung:Jemmars.

Terima kasih telah berkunjung di Musiyanto Blog yang membahas  CONTOH PTK MATEMATIKA SD TERBARU- ini dapat membantu Anda dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan cara mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.