Kamis, 07 Juni 2018

PTK IPA KELAS 5 SD METODE COOPERATIVE LEARNING

PTK IPA KELAS 5 SD METODE COOPERATIVE LEARNING-Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa sekolah dasar pada mata pelajaran IPA khususnya fungsi organ pencernaan manusia dengan penerapan Metode Cooperative Learning Ti pe Group Investigation. Contoh ptk sd kelas 5 pdf
Penelitian ini merupakan penelitian PTK Kuantitatif. Subjek penelitiannya adalah siswa SDN 2 ... Kecamatan ... Kabupaten ... Tahun Pelajaran 2016/2017. Dengan menerapkan Metode Cooperative Learning Tipe Group Investigation untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Teknik analisis yang digunakan adalah persentase.
Dari hasil stastistik data menunjukkan peningkatan jumlah siswa untuk skor angka keaktifan siswa ~75 dan skor angka keaktifan siswa <75 dalam mata pelajaran IPA, sebelum diadak annya ti ndakan skor angka keaktifan si sw a ~75 sebanyak 17 siswa, siklus 1 sebanyak 20 siswa dan siklus dua sebanyak 24 siswa. Sedangkan, skor angka keaktifan siswa <75 sebelum tindakan sebanyak 12 siswa, siklus I sebanyak 9 siswa, dan siklus II sebanyak 5 siswa. Sehingga terjadi peningkatan jumlah siswa dengan skor angka keaktifan siswa ~75 dari pra siklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 10,35%, kemudian pada siklus I ke Siklus II terdapat peningkatan sebesar 13,28% ,dengan hasil akhir pada siklus II mencapai 82,76 menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa masuk dalam kategori baik sesuai dengan yang ditentukan penulis.

Peningkatan hasil belajar terlihat dari hasil pos test siswa yang tuntas dalam mata pelajaran IPA, sebelum diadakan tindakan yang tuntas hanya 15 orang. Sedangkan setelah siklus I dan siklus II jumlah siswa yang tuntas yaitu meningkat yaitu 21 siswa menjadi 29 siswa. Pada klasifikasi tidak tuntas, sebelum diadakan tindakan terdapat 14 siswa yang belum tuntas pada mata pelajaran IPA. Setelah siklus I dan II siswa yang tidak tuntas berkurang menjadi 8 siswa dan 0 siswa. Pada siklus I dan II sudah mencapai indikator yaitu 100% siswa mencapai KKM = 65 dengan rata-rata 75 dari indicator yang sitetapkan oleh penulis sebesar 90 % siswa tuntas KKM dengan rata-rata 70. Ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan metode Cooperative Learning tipe Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa.

Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas IPA SD yang diberi judul "Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ipa Pada Kelas 5 Sdn 2 .... Kecamatan ... Kabupaten ... Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 ". Disini akan di bahas lengkap.

PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE PTK IPA KELAS 5 SD lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke 0817-283-4988 dengan Format PESAN PTK 038 SD).

CONTOH TERBARU PTK IPA KELAS 5 SD LENGKAP

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah
Semua guru pasti dihadapkan pada kondisi pembelajaran dengan jumlah siswa, gender, latar belakang etnis, agama, sosio-ekonomi, budaya, tingkah laku dan kemampuan akademik siswa yang beraneka ragam sehingga untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran, bukanlah suatu hal yang mudah. hal tersebut merupakan kondisi dalam proses belajar mengajar di kelas, dimana guru dituntut profesional untuk melaksanakan semua itu.
Peranan yang diemban oleh guru tidak hanya sekedar mengupayakan agar siswa dapa memperoleh berbagai ragam ilmu pengetahuan dan keterampilan. Akan tetapi lebih dari itu, seorang guru harus dapat mendorong siswa untuk dapat bekerja secara berkelompok dalam rangka menumbuhkan daya nalar, cara berpikir logis, sistematis, kreatif, cerdas, dan rasa ingin tahu dan dapat menumbuhkan keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran.

Sistem pendidikan sekarang ini lebih menekankan pada siswa sebagai manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Siswa harus aktif dalam pencarian dan pengembangan pengetahuan. Melalui sistem tersebut diharapkan di kelas siswa aktif dalam belajar, aktif berdiskusi, berani menyampaikan gagasan dan menerima gagasan dari orang lain dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi (Zamroni dalam Raesita, 2012:9). Seperti dikemukakan oleh (Thelen dalam Joyce, Weil, Calhoun 2011:318) seorang guru sebagai pelayan kemanusiaan memiliki suatu keterampilan dalam mengajar salah atu diantaranya keterampilan dalam mengembangkan sikap ingin tahu siswa melalui pembelajaran yang beragam sehingga berkreasi dan berfikir kritis. Contoh ptk ipa sd kelas 5 doc Dari uraian tesebut dapat telihat bahwa guru dituntut untuk memiliki jiwa kepedulian terhadap anak didiknya sehingga mampu membangkitkan dan mengembangkan keaktifan siswa dalam belajar agar mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

Salah satu solusi yang ditawarkan untuk membenahi sistem pendidikan saat ini yaitu diterapkannya metode pembelajaran yang lebih inovatif, sebagai contohnya yaitu penerapan Metode Cooperative Leaning tipe Group Investigation. Joyce, Weil, Calhoum (2011:36) menyatakan bahwa inti dari metode Group Investigation adalah membuat sebuah kelompok demokrasi yang mendefinisikan dan mengatasi beberapa masalah terkait dengan signifikansi sosial. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam penggunaan metode Group Investigation tersebut siswa belajar dalam kelompok untuk memecahkan masalah atau mempelajari suatu topik secara berkelompok.
Sardiman (2011) mengemukakan bahwa dalam belajar sangat memerlukan keaktifan siswa. Dimana guru harus berupaya untuk mengaktifkan kegiatan belajar mengajar karena dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran mereka dapat mengembangkan keterampilan dan mampu mendorong siswa untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Proses belajar tersebut sejalan dengan pembelajaran dengan menggunakan metode Group Investigation. Zingaro (2008) beranggapan bahwa lingkungan pendidikan seharusnya menjadi cerminan nyata yang akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat pilihan, mendiskusikan dan memikirkan ide-idenya. Begitu pula Narrudin (2009) menyatakan bahwa Group Investigation merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan keaktifan siswa dalam mencari informasi dari bahan-bahan yang tersedia. Berdasarkan pendapat kedua tokoh tersebut maka dapat diartikan Group Investigation merupakan salah satu model pembelajaran yang dirancang untuk melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. (Johnson and Johnson dalam Joyce, Weil, Calhoun 2011:304) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif Group Investigation mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar dengan peningkatan dramatis (30 hingga 95 persen). Angka tersebut merupakan tingkat aktivitas belajar dan hasil belajar yang terjadi dalam pembelajaran yang kondusif.

Mata pelajaran IPA dipahami oleh siswa sebagai pelajaran yang membosankan dan tidak menarik. , sehingga pada akhirnya berpengaruh terhadap
sikap siswa yang kurang aktif dan tidak termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran. Hal ini berakibat pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh oleh siswa pada mata pelajaran ini. Padahal, mata pelajaran IPA adalah salah satu mata pelajaran yang sangat penting, karena mata pelajaran ini di samping menjadi salah satu mata pelajaran yang diujiannasionalkan juga mencakup komponen kemampuan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri.
Berdasarkan catatan dokumentasi, proses pembelajaran di kelas 5 SDN 2 ... Kecamatan ... Kabupaten ... pada kompetensi dasar “mendeskripsikan fungsi organ pencernaan manusia “ dengan metode pengajaran ceramah ternyata tidak mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar sehingga pada saat penilaian hasil belajar yang diperoleh sangat tidak maksimal.
Kurangnya keaktifan siswa terhadap pelajaran mengakibatkan rendahnya tingkat daya serap terhadap materi pelajaran yang dipelajari khususnya fungsi organ pencernaan manusia. Catatan dokumentasi tahun lalu dari guru kelas 5 dengan murid berjumlah 29 orang terdapat 15 orang siswa tuntas dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM= 65) dan 14 siswa lain nilainya berada di bawah kriteria ketuntasan minimal. Jika kita lihat dalam presentase maka siswa yang nilainya mencapai KKM sebanyak 5 1,72% dan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 48,28%. Sungguh merupakan suatu masalah serius yang patut mendapat penanganan secara tepat.
Ketuntasan belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas proses belajar mengajar IPA adalah peserta didik, pengajar, sarana prasarana, dan penilaian. Download ptk ipa sd kelas 5  Rendahnya ketuntasan belajar IPA dipengaruhi oleh keaktifan siswa dimana rendahnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru monoton sehingga siswa cenderung bosan dan tidak mau berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, keaktifan siswa yang kurang dalam proses belajar mengajar ini mengakibatkan hasil belajar siswa tidak maksimal
(catatan dokumentasi SDN 2 ... Kecamatan ... Kabupaten ... Tahun Pelajaran 2016/2017).
Masalah ini yang mendorong munculnya gagasan untuk menekankan kepada pengajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih melatih kemampuan berpikir, bernalar dan menggali segenap potensi yang ada pada dirinya. Siswa diarahkan agar mampu menempatkan dirinya sebagai pemeran penting dalam proses pembelajaran yaitu suatu proses belajar yang melibatkan siswa secara aktif. Strategi pembelajaran ini merupakan suatu bentuk inovasi untuk dapat menciptakan situasi pembelajaran yang menantang dan menyenangkan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Rendahnya keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran IPA telah lama menjadi permasalahan guru di SDN 2 ... Kecamatan ... Kabupaten .... Telah berbagai strategi pembelajaran model kelompok diterapkan dan dilakukan, namun proses pembelajaran hanya didominasi oleh siswa yang pandai, sementara siswa yang berkemampuan rendah dan sedang tidak memperlihatkan partisipasinya dalam pembelajaran, sehingga tidak terjadi interaksi dalam pembelajaran, terutama interaksi antara siswa dengan siswa. Kondisi yang seperti itu dapat menyebabkan tujuan pembelajaran kelompok tidak terwujud karena siswa tidak mampu bekerja sama, tidak mampu menyampaikan pendapat dan menanggapi pendapat orang lain. Hal ini merupakan kegagalan guru dalam proses pembelajaran. Ada kecenderungan pembelajaran terpusat kepada guru (teacher centered). Tidak ada umpan balik (feedback) dari siswa sehingga proses pembelajaran tidak maksimal. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa hasil belajar siswa tidak sesuai dengan harapan.
Upaya untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas 5 SDN 2 ... Kecamatan ... Kabupaten ... dalam proses pembelajaran IPA khususnya fungsi organ pencernaan manusia, perlu penggunaan metode pembelajaran yang tepat, yang dapat membangkitkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang terpusat kepada guru (teacher centered) harus diubah menjadi pembelajaran yang terpusat kepada siswa (student centered). Artinya, pembelajaran terfokus pada penguasaan siswa atas materi dan penciptaan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan, sehingga memudahkan siswa memahami pelajaran yang disajikan oleh guru. Download ptk ipa sd word  Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan memberikan pengaruh yang besar untuk menjaga kelangsungan belajar siswa dalam tingkat kesungguhan belajar yang tinggi.
Berdasarkan masalah tentang kurangnya keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar yang berdampak pada hasil belajar siswa yang kuran maksimal pada mata pelajaran IPA di SDN 2 ... Kecamatan ... Kabupaten ... sehinga diangkat dalam penulisan skripsi ini dengan judul : “PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA KELAS 5 SDN 2 ... KECAMATAN ... KABUPATEN ... SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2016/2016”, dengan alasan dapat dilakukannya peningkatan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa di SDN 2 ... Kecamatan ... Kabupaten ....

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan informasi dari berbagai pihak dan observasi yang dilakukan oleh peneliti di SDN 2 ... Kecamatan ... Kabupaten ... banyak sekali permasalahan yang terjadi di kelas, diantaranya:
1 IPA dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan dan tidak menarik sehingga banyak siswa yang tidak menyukai IPA. Hal tersebut berdampak pada keaktifan belajar dan hasil belajar siswa.
2 Metode pembelajaran yang diterapkan guru masih konvensional, monoton, dan berpusat pada guru (teacher centered), siswa mendengarkan materi yang disampaikan guru dengan ceramah sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.
3 Guru kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif menggali kemampuannya dalam proses belajar mengajar.

1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkann hasil analisis masalah yang terjadi, maka peneliti merumuskan permasalahannya yaitu “Apakah penggunaan metode Cooperative Learning Tipe Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar mata pelajaran IPA khususnya fungsi organ pencernaan manusia pada siswa kelas 5 di SDN 2 ... Kecamatan ... Kabupaten ... Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017?”

1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah-masalah yang dijumpai dalam pembelajaran, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA khususnya fungsi organ pencernaan manusia kelas 5 SDN 2 ... Kecamatan ... Kabupaten ... semester I tahun pelajaran 2012/2013 melalui penerapan metode Cooperative Learning tipe Group Investigation.

1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan diperoleh dari implementasi penggunaan strategi pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran berorientasi pada manfaat teoretis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis yang dapat diambil adalah bahwa hasil implementasi konsepsi dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam memperkaya pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar.
a) Manfaat Teoritis
1 .Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan dalam bidang penelitian tindakan kelas;
2.Memberikan ilustrasi gambaran secara lengkap kondisi proses perbaikan pembelajaran IPA melalui PTK di kelas 5 SDN 2 ... Kecamatan ... Kabupaten ... Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017;
3. Dengan PTK ini dapat mengembangkan ilmu pengetahuan melalui penggunaan metode Cooperative Learning tipe Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar pada mata pelajaran IPA khususnya fungsi organ pencernaan manusia kelas 5 SDN 2 ... Kecamatan ... Kabupaten ... Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017;
b) Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang dapat dirasakan secara langsung dari penelitian ini selain untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan juga memberikan manfaat bagi siswa, guru, sekolah, dan perpustakaan sekolah. Download proposal ptk ipa sd 
1. Manfaat bagi siswa
Dapat meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.
2. Manfaat bagi guru
Sebagai alternatif dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.
3. Manfaat bagi sekolah
Sebagai bahan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

B. CONTOH LENGKAP  PTK IPA SD KELAS V TERBARU

BAB II
KAJIAN PUSTAKA


2.1 Kajian Teori
2.1.1 Metode Cooperative Learning Tipe Group Investigation
Peneliti memilih metode Cooperative Learning Tipe Group Investigation dengan alasan melalui penerapan metode Cooperative Learning Tipe Group Investigation siswa dapat lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran sehingga pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan lebih baik karena adanya timbal balik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran.
Peran guru sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Satori, dkk (2008:23), fungsi dan peran guru adalah sebagai motivator dan inovator dalam pembangunan pendidikan, perintis dan pelopor pendidikan, penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan dan pengabdian. Sebagai motivator guru harus mampu untuk meningkatkan motivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu cara untuk membangkitkan keaktifan siswa dalam pembelajaran adalah dengan menggunakan metode yang tepat, inovatif dan menarik bagi siswa. Santyasa (2007) mendefinisikan metode pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dengan demikian metode pembelajaran sangat penting untuk merancang atau memperesiapakan proses penyampaian materi ajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Pembelajaran IPA dengan menggunakan metode Cooperative Learning tipe Group Investigation merupakan salah satu inovasi pembelajaran yang inovatif. Slavin (2010:2 16) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa bekerja dalam kelompok dan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran. Contoh ptk ipa sd kelas 5 doc  Interaksi tersebut mengandung makna bahwa belajar kooperatif secara nyata semakin meningkatkan pengembangan sikap sosial dan belajar dari temansekelompok dalam berbagai sikap positif. Belajar kooperatif dapat meningkatkan sikap sosial dan kemampuan kognitif.
Terdapat dua teori utama yang mendasari metode Cooperative Learning tipe Group Investigation yaitu teori motivasi dan teori kognitif. Teori motivasi menekankan pada insentif-insentif yang diperlukan untuk akademik sedangkan teori kognitif menekankan pada akibat yang ditimbulkan dari kerja kelompok. Teori motivasi membahas tujuan dan penghargaan yang harus dicapai siswa dalam pembelajaran kooperatif. Salah satu ciri dari pembelajaran kooperatif adalah adanya saling ketergantungan pada kesuksesan atau kegagalan kerja kelompok. Siswa bisa berhasil mencapai tujuan pembelajaran bila kelompoknya juga berhasil mencapai tujuan tersebut.
Teori kognitif yang diterapkan dalam pembelajaran kooperatif ada dua yaitu teori perkembangan dan elaborasi. Teori perkembangan berasumsi bahwa interaksi antar siswa dalam menyelesaikan sebuah tugas dapat meningkatkan penguasaan materi. Pada saat seorang siswa berinteraksi dengan siswa lain, mereka harus menjelaskan dan mendiskusikan pendapatnya. Kegiatan ini dapat meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang dipelajari.
Usaha untuk memecahkan konflik yang muncul pada saat aktivitas kooperatif dapat meningkatkan pemahaman siswa. Teori elaborasi menyatakan salah satu cara belajar yang sangat efektif adalah dengan menjelaskan materi pelajaran kepada orang lain. Aktivitas belajar kooperatif menekankan pada berpikir elaboratif dan sangat potensial untuk meningkatkan kedalaman pemahaman, kualitas penalaran, dan ingatan jangka panjang.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Cooperative Learning tipe Group Investigation merupakan metode pembelajaran yang efektif di sekolah dasar dan metode ini dianjurkan untuk diterapkan dalam pembelajaran (Winarta, 2006:7 6). Namun pada kenyataan yang terjadi masih banyak guru yang menerapkan metode pembelajaran ceramah.
Joyce, Weil, Calhoun (2011:307) menyatakan bahwa “belajar berdasar aktivitas secara umum jauh lebih efektif dari pada yang didasarkan ceramah, materi dan media”. Hal ini memberikan asumsi bahwa belajar yang baik adalah mengajak atau melibatkan siswa untuk terlibat sepenuhnya baik fisik, mental, indera dan pikiran. Melalui gerakan fisik dapat meningkatkan proses mental yang dikontrol oleh aktivitas otak melalui proses berpikir untuk memecahkan masalah menjadi lebih mudah. Inilah inti dari materi pembelajaran dengan strategi kelompok diksi. Sehingga penggunaan metode Cooperative Learning tipe Group Investigation sangat cocok untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Menurut Huda (2011:123) Group Investigation adalah suatu metode pembelajaran yang dikembangkan oleh sharan dan sharan ini lebih menekankan pada pilihan dan kontrol siswa daripada menerapkan teknik-teknik pengajaran di ruang kelas. Menurut Suprijono (20 12:93) mengemukakan bahwa penggunaan metode Group Investigation maka setiap kelompok akan bekerja untuk melakukan investigasi sesuai dengan masalah yang sedang dibahas. Dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan pembelajaran dengan menggunakan Group Investigation adalah pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Contoh ptk sd kelas 5 pdf  Kondisi ini ternyata sejalan dengan apa yang dikemukakan Narudin (2009) Group Investigation merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi aktif siswa dalam proses belajar mengajar. Slavin (2010:2 14) mengemukakan enam langkah pembelajaran menggunakan Metode Group Investigation yaitu:
1. Grouping (menetapkan jumlah anggota kelompok)
2. Planning (menetapkan apa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajari, siapa melakukan apa).
3. Investigation (saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan informasi, menganalisis data, membuat inferensi).
4. Organizing (anggota kelompok menulis laporan, merencanakan presentasi laporan, penentuan penyaji,moderator, dan notulis).
5. Presenting (salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain mengamati, mengklarifikasi, mengajukan pertanyaan atau tanggapan).
6. Evaluating (masing-masing siswa melakukan koreksi terhadap laporan masing-masing).
Menurut Huda (2011:124) langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode Group Investigation terdiri dari:
1. Siswa dibentuk kedalam kelompok kecil secara heterogen
2. Masing-masing kelompok diberi tugas/ proyek
3. Setiap anggota berdiskusi dan menentukan informasi apa yang akan dikumpulkan, bagaimana mengolahnya, bagaimana menelitinya, dan bagaimana menyajikan hasil penelitian didepan kelas.
4. Selama proses penelitian atau investigasi siswa akan terlibat dalam aktivitas berpikir tingkat tinggi, seperti sintesis, meringkas, hipotesis, dan kesimpulan.
5. Menyajikan laporan akhir
Metode ini melatih siswa untuk membangun pengetahuan mereka sendiri secara aktif dan tekanan terletak pada proses pembelajaran yang berlangsung, selain pada hasil yang akan dicapai dan menekankan pada partisipasi siswa dan guru. Peran guru dalam pengajaran dengan menggunakan metode group investigation adalah sebagai fasilitator yang terlibat dalam proses kelompok (membantu pembelajar dalam merumuskan rencana, bertindak, dan mengatur kelompok) serta beberapa kebutuhan dalam sebuah penelitian (pengetahuan tentang metode yang digunakan). Guru berfungsi sebagai konselor akademik, dimana saat siswa mengalami kebingungan maka guru membantu mereka dalam memecahkan masalah dan mengumpulkan data yang relevan. Dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan metode Group Investigation terdapat dampak instruksional dan dampak pengiringnya sebagaimana dikemukakan oleh Joyce, Weil, dan Calhoun (2011:322) yaitu Dampak instruksional:
1. Proses dan pengelolaan kelompok efektif
2. Pandangan konstruktifis tentang pengetahuan
3. Disiplin dalam penelitian kolaboratif Dampak pengiring:
1. Kemandirian sebagai pembelajar
2. Penghargaan pada martabat orang lain
3. Penelitian sosial sebagai pandangan hidup
4. Kehangatan dan interpretasi interpersonal
Dampak instruksional dan dampak pengiring tersebut merupakan manfaat dari metode Group Investigation, disamping merupakan penelitian akademik yang mandiri bagi siswa, metode ini juga memadukan interaksi sosial dalam proses pembelajarannya sehingga timbul hubungan yang positif antar siswa, selain itu juga meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap teman-teman yang berbeda dengan dirinya, baik itu ras, etnik, maupun dari sisi akademis. Selain itu juga meningkatkan rasa kepedulian dan ketergantungan yang positif antar sesama. Beberapa hal penting yang harus diketahui dalam pelaksanaan metode Cooperative Learning tipe Group Investigation menurut Slavin (2010:215) berpendapat bahwa hal tersebut diantaranya :
1. Menguasai kemampuan kelompok
Kesuksesan implementasi dari group investigation sebelumnya menuntut pelatihan dalam kemampuan komunikasi dan sosial untuk memperoleh informasi. Fase ini sering disebut sebagai meletakkan landasan kerja atau pembentukan tim. Download ptk ipa sd kelas 5  Merencanakan ukuran kelompok (jumlah anggota setiap kelompok) dibutuhkan untuk menghindari terjadinya ketidakseimbangan kerja antar kelompok. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi antar siswa serta meningkatkan rasa saling menghargai dalam perbedaan (jenis kelamin serta kemampuan pemahaman), selain itu semakin kecil kelompok, maka membuat semua anggota didalamnya aktif terlibat dan berpatisipasi.
2. Perencanaan kooperatif
Penting bagi Group Investigation adalah perencanaan yang kooperatif. Siswa menentukan apa yang akan mereka investigasikan sehubungan dengan upaya untuk “ menyelesaikan masalah yang mereka hadapi; siapa akan melakukan apa; dan bagaimana mereka menampilkan proyek mereka yang sudah selesai ke hadapan kelas “. Biasanya ada pembagian tugas dalam kelompok yang mendorong tumbuhnya interdependensi yang bersifat positif di antara anggota kelompok. Siswa bersama-sama melakukan penyelidikan masalah dengan menggali sumber yang dibutuhkan serta membagi tugas dan kemudian mempresentasikannya di hadapan kelompok lain.
3. Peran guru
Kelas yang melaksanakan proyek Group Investigaton, guru hanya bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator. Guru tersebut berkeliling di antara kelompok-kelompok yang ada dan untuk melihat bahwa mereka bisa mengelola tugasnya, dan membantu setiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan proyek pembelajaran.
Metode Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan siswa, melalui kegiatan penelitian serta penyajian hasil penelitian, selain itu juga aspek emosional lebih penting karena mereka belajar bagaimana bekerja dengan kelompok. Berdasarkan pendapat Slavin (2010:215) dan Huda (2011:128), maka dapat dikaji langkah-langkah yang harus dilakukan guru pada pembelajaran menggunakan Group Investigation yang dilakukan dalam penelitian terdiri dari:
Pra pembelajaran
1. Guru menyiapkan ruang,alat dan media pembelajaran
2. Guru mengatur tempat duduk siswa
3. Mengatur kesiapan siswa menerima pembelajaran
Kegiatan awal pembelajaran
4. Guru menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
5. Guru melakukan kegiatan apersepsi/ mengidentifikasi topik
Kegiatan inti pembelajaran
6. Mengidentifikasi topik dan mengatur murid kedalam kelompok/ Grouping
Pada tahap ini para siswa bergabung dalam kelompoknya yang dibentuk secara heterogen (baik itu dari jenis kelamin, kemampuan akademik (nilai pretest yaitu nilai rendah, sedang, dan tinggi), dan etnik).
7. Merencanakan tugas yang akan dipelajari/ Planning
a. Kelompok mendiskusikan bersama didalam kelompok hal apa yang ingin mereka ketahui terkait dengan topik yang telah ditentukan.
b. Kelompok menentukan apa yang akan mereka ketahui terkait topik dengan kalimat tanya.
c. Setiap kelompok merencanakan koordinasi pembagian tugas masing¬masing anggota dalam kelompok
8. Melaksanakan investigasi/ Investigation
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Guru mengarahkan siswa pada sumber informasi yang bisa diakses (perpustakaan: majalah, buku, interner, dan ahli (guru).
b. Siswa mengumpulkan informasi dari sumber yang telah diarahakan guru.
c. Siswa mendata informasi.
Ditahap ini siswa melakukan pengamatan terhadap obyek yang akan diteliti, serta mengumpulkan data dari pengamatan, baik itu berupa gambar maupun data tertulis. Download ptk ipa sd word  Dalam kegiatan ini para anggota kelompok berkontribusi/ berpartisipasi untuk usaha yang dilakukan kelompoknya serta selama proses siswa bertukar pendapat dan berdiskusi.
9. Menyiapkan laporan akhir/ Organizing
Tahapan yang terdapat dalam tahap ini yaitu:
a.Mengorganisasi/ menata data yang diperoleh melalui kegiatan investigasi
b. Menulis laporan
c.Merencanakan presentasi laporan: penentuan penyaji, moderator, dan notulis.
d. Waktu/ durasi
10. Mempresentasikan laporan akhir/ Presenting
a. Setiap kelompok mempresentasikan hasil penelitian
b. Presentasi dilakukan secara klasikal
Salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain mengamati, mengklarifikasi, dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan sehingga semua siswa dapat mendengarkan penjelasan materi dari kelompok lain yang berbeda materi dengan kelompoknya.
c. Bagian presentasi tersebut melibatkan pendengar aktif, dalam hal ini yaitu teman sekelas mereka.
Kegiatan akhir pembelajaran
11. Evaluasi/ Evaluation
Dalam tahap meliputi:
a. Para siswa saling memberikan umpan balik berupa masukan, kritik, saran, dan pujian mengenai topik yang mereka presentasikan. Berbagi pengalaman mengenai proses kerjasama kelompok antar anggota.
b. Setiap kelompok mendata informasi dan menyimpulkan informasi dari kelompok lain.
c. Guru melakukan konfirmasi tentang informasi dari masing-masing kelompok guna mengecek/ memastikan kebenarannya.
Selain itu guru dan siswa mengevaluasi proses pembelajaran (menejemen waktu, pembagian tugas dalam kelompok, dan keefektifan pencarian informasi).
12. Guru mengadakan refleksi untuk mengetahui apakah tujuan pembelajarannya yang ditentukan tercapai atau tidak.
Berdasarkan tahapan pembelajaran Group Investigation menurut Slavin (2010:215) dan Huda (2011:124) tersebut, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan adalah pembelajaran yang mengikutsertakan siswa dalam pembelajaran bahkan semua kegiatan dari tahap perencanaan hingga evaluasi dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini siswa lebih aktif dalam belajar disamping juga belajar untuk bersosialisasi dengan teman lainnya.
2.1.2 Keaktifan Belajar
Peneliti tertarik dengan keaktifan belajar siswa dalam proses belajar mengajar dengan alasan pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif dan siswa tidak hanya mendengar dan menulis saja tetapi juga melibatkan semua aspek termasuk didalamnya emosional maupun mentalnya karena tanpa adanya keaktifan siswa maka pelajaran tidak berlangsung dengan baik. Download proposal ptk ipa sd  Dengan adanya keaktifan siswa dalam proses belajar/ pembelajaran maka pembelajaran menjadi lebih bermakna, dimana siswa mendapat kesempatan untuk turut berperan serta dalam kegiatan belajar serta belajar untuk bekerjasama dengan teman lain.
Aunurrahman (2009: 119) menyatakan keaktifan belajar siswa dalam merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, dan dikembangkan setiap guru dalam proses pembelajaran. Sehingga keaktifan siswa perlu digali dari potensi-potensinya, yang mereka aktualisasikan melalui aktifitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Rochman Natawijaya dalam Depdiknas, 2005 : 31, belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor”.
Menurut Nana Sudjana (2007:72), keaktifan belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam (1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) terlibat dalam pemecahan masalah; (3) bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; (4) berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah; (5) melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal; serta (6) menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh.
Keaktifan menurut Aunurrahman, Rochman Natawijaya , dan Nana Sudjana dapat diartikan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam kegiatan pembelajaran yang aktif meliputi aspek kognitif afektif dan psikomotorik.
Dimyati dan Mudjiono (2009) dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Pendapat tersebut menyatakan bahwa yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar adalah kesempatan bagi siswa untuk berperan serta sehingga keaktifan siswa saat pembelajaran timbul, bukan keaktifan guru. Sebagaimana dikemukakan oleh Hamalik (2008:179) menyatakan bahwa saat bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup dimasyarakat. Contoh ptk sd kelas 5 pdf  Dalam kegiatan belajar siswa hendaknya siswa turut mengambil bagian sehingga siswa akan lebih aktif mengikuti pelajaran dan dapat memperoleh pengetahuan sehingga dapat mengembangkan dan menerapkan ketrampilan yang didapatnya dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanan kegiatan belajar mengajar hendaknya menitikberatkan pada Student
Center sehingga mereka akan menemukan dengan sendirinya pengetahuan (inquiry).
Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran memberikan peluang kepada siswa untuk lebih memahami gagasan dan guru akan mengetahui kemungkinan gagasan siswa yang salah dan guru akan memperbaiki kesalahannya. Jadi sangat sesuai apabila dilakukan penerapan metode Cooperative Learning tipe Group Investigation, karena semua siswa aktif baik itu dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaannnya.
Pelaksanaan pembelajaran yang aktif adalah pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif dan siswa tidak hanya mendengar dan menulis saja tetapi juga melibatkan semua aspek termasuk didalamnya emosional maupun mentalnya karena tanpa adanya keaktifan siswa maka pelajaran tidak berlangsung dengan baik. Keaktifan siswa sangat besar nilainya bagi pengajaran para siswa (Hamalik, 2008:180) karena:
1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri
2. Berbuat sendiri akan mengambangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral
3. Memupuk rasa kerjasama yang harmonis dikalangan siswa
4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri
5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis
6. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua dengan guru
7. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindari verbalitas
8. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas kehidupan di masyarakat.
Sejalan dengan pendapat Hamalik tersebut, maka dengan adanya keaktifan siswa dalam proses belajar/ pembelajaran maka pembelajaran menjadi lebih bermakna, dimana siswa mendapat kesempatan untuk turut berperan serta dalam kegiatan belajar serta belajar untuk bekerjasama dengan teman lain.
Kriteria Instrumen Keaktifan Siswa
Wardani (2012:2 13) Kriteria Instrumen yang digunakan tergantung pada skala dan jumlah butir pertanyaan atau pernyataan yang digunakan. Skala likert yang digunakan penulis berisi 20 butir pernyataan dengan 5 pilihan utnuk mengukur minat peserta didik.
Skor butir pernyataan yang digunakan bersifat positif dengan pilihan sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju (5,4,3,2,1). Download ptk ipa sd word Skor tertinggi untuk instrument tersebut adalah 20 x 5 = 100 dan skor terendah adalah 20 x 1 = 20. Skor ini dikualifikasikan menjadi 2 kategori keaktifan yaitu kategori aktif dan kurang aktif . Berdasarkan kategori ini dapat ditentukan keaktifan peserta didik dikatakan baik apabila skor angka keaktifan mencapai 75.
2.1.3 Hasil Belajar
Menurut Sudjana (20 10:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dimyati dan Mudjiono (2009:200) menyatakan bahwa belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar, sedangkan menurut Uno (2008) hasil belajar merupakan perubahan peilaku yang relatif menetap dalam diri seseorang dengan lingkungannya. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar tersebut dapat ada karena siswa telah melakukan proses belajar, dan dalam proses belajar tersebut siswa mendapat pengalaman dari pengajaran gurunya, baik itu langsung maupun tidak langsung, sehingga terjadi perubahan perilaku sebagai akibat dari pengaruh lingkungan belajarnya.
Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring (Dimyati dan Mudjiono). Dampak pengajaran yaitu hasil yang dapat diukur, seperti nilai rapor, angka dalam ijazah, sedangkan dampak pengiring
adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain atau suatu transfer data. Hasil belajar tidak hanya tertuang dalam nilai-nilai angka dalam rapor saja tetapi penerapan dari pengetahuan yang didapat merupakan hasil belajar, dimana mereka belajar dan kemudian menerapakn apa yang telah dipelajari. Hasil belajar yang ditandai oleh perubahan perilaku menurut Suprijono (20 10:4) memiliki ciri¬ciri:
1. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari
2. Kontinu atau kesinambungan dengan perilaku lainnya
3. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup
4. Positif atau berakumulasi
5. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan
6. Permanen atau tetap
7. Bertujuan atau terarah
8. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar mencakup seluruh aspek kemanusiaan yang menjadi bekal untuk kehidupannya, terutama bagi siswa untuk mengahdapi kehidupan sosialnya kelak. Adapun tujuan penilaian hasil belajar menurut (Arifin, 2011:13) adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah diberikan
2. Untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap peserta didik terhadap rogram pembelajaran
3. Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta didik dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan
4. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan peserta didik
5. Untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik sesuai dengan jenis pendidikan tertentu
6. Untuk menentukan kenaikkan kelas
7. Untuk menetapkan peserta didik sesuai dengan potensi yang telah dimilikinya
Oleh karena itu penilaian hasil belajar sangat bermanfaat, terutama bagi peserta didik. Bagi peserta didik, hasil belajar berguna untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan serta untuk mengetahui kelebihan atau potensi dan kekurangan yang dimilikinya. Adapun fungsi hasil belajar (Arifin, 2011:293) adalah sebagai berikut:
- Fungsi formatif, yaitu untuk memberikan umpan balik dan memperbaiki proses pembelajaran serta mengadakan remedial bagi peserta didik.
- Fungsi sumatif, yaitu untuk menentukan nilai/ angka kemajuan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran tertentu, sebagai bahan laporan kepada pihak tertentu, penentuan kenaikan kelas dan penentuan lulus tidaknya peserta didik. Contoh ptk sd kelas 5 pdf 
- Fungsi diagnostik, yaitu untuk memahami latar belakang peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, dan hasilnya dapat digunakan sebagai dasar untuk memecahkan kesulitan tertentu.
- Fungsi penempatan, yaitu untuk menempatkan peserta didik dalam situasi
pembelajaran yang tepat sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik.
Berdasarkan fungsi hasil belajar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar tidak hanya menilai tentang bagaimana pemahaman siswa tetapi juga untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan, mengatasi kesulitan belajar peserta didik serta untuk mengontrol kemajuan peserta didik. Dalam penelitian ini, hasil belajar dari fungsi sumatif diartikan sebagai peningkatan kemampuan kognitif siswa yang diukur melalui pretest dan posttest guna memperoleh data berupa nilai.
2.1.4 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Perngetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan poengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sulistyorini :2007-39). Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalan kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekannkan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
IPA diperlukan dalam kehidupam sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk pada lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan ; pembelajaran salingtemas (Sains, Lingkumgan, Teknologi, dan Masyarakat) yang diarahkan pada penglaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara biujaksana.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah (Scintientificinquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap Satuan Pendidikan. Download proposal ptk ipa sd  Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan (pengetahuan sendiri yang difalitasi oleh guru).

2.2 Kerangka Pikir
Alur kerangka pikir yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka kerangka berpikir dilukiskan dalam sebuah gambar skema agar penelitian mempunyai gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian. Adapun skema itu adalah sebagai berikut :
Gambar 1
Skema Kerangka Pikir
Pada kondisi awal proses pembelajaran guru belum menerapkan Metode Cooperative Learning tipe Group Investigation, sehingga nilai pada mata pelajaran IPA rendah. Kondisi tersebut mendorong penulis yang berkolaborasi dengan guru kelas untuk melakukan tindakan, tindakan yang diberikan berupa penerapan metode Cooperative Learning tipe Group Investigation, Group Investigation diterapkan pada siklus I pertemuan I dan pertemuan II, dimana pada pertemuan ini siswa akan melakukan berbagai investigasi berkaitan dengan materi yang sedang di pelajari bersama kelompoknya sehingga akam mendorong siswa untuk bersikap aktif dalam mengikuti pelajaran. Contoh ptk ipa sd kelas 5 doc Sedangkan pada pertemuan III digunakan untuk uji kompetensi, kemudian setelah itu guru merefleksikan tindakan tersebut. Apabila tindakan pada siklus I belum dapat memenuhi KKM maka perlu diadakan tindakan pada siklus II, sehingga dari hasil tindakan penerapan Cooperative Learning tipe Group Investigation diduga dapat meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa.

2.4 Hipotesis Tindakan
Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Group Investigation diduga dapat meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar dalam pembelajaran IPA kelas 5 SDN 2 ... Kecamatan ... Kabupaten ....

C.CONTOH PENELITIAN TINDAKAN KELAS IPA SD 

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Setting dan Subjek Penelitian
3.1.1 Setting penelitian
a. Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di SDN 2 ... Kecamatan ... Kabupaten ... pada peserta didik kelas 5, semester I tahun pelajaran 2016/2017. Jumlah peserta didik kelas 5 adalah 28 siswa. Jumlah keseluruhan kelas adalah 6 kelas serta jumlah seluruh siswa dari kelas satu sampai dengan kelas 6 sejumlah 177 siswa. PBM berlangsung dari pukul 07.00 sampai dengan 12.30 siang.
b. Waktu penelitian Penelitian dilakukan pada semester I Tahun Pelajaran 2016/2017.
3.1.2 Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas 5 SDN 2 ... Kecamatan ... Kabupaten ... Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017. Jumlah siswa kelas 5 adalah 28 siswa, terdiri dari 19 siswa perempuan dan 9 siswa laki – laki. Rata – rata orang tua mereka ádalah petani dan sarana dan prasarana belajar di rumah dan di sekolah kurang.

3.2. Jenis penelitian dan pendekatan
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Contoh ptk sd kelas 5 pdf  Disebut PTK karena merupakan penelitian yang memerlukan tindakan untuk menanggulangi masalah dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan dalam kelas atau sekolah dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, yaitu hasil penelitian diuraikan secara deskriptif dan bersifat kuantitatif artinya penelitian yang menggunakan ukuran dengan angka-angka hasil
perhitungan sebagai tolak ukur keberhasilannya. Proses penelitian berbentuk siklus. Siklus berlangsung dua kali, tiap siklus tiga kali tatap muka dan tiap kali tatap muka masing-masing 70 menit. Setiap siklus terdiri empat kegiatan pokok, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflection). Sejalan dengan pendapat tersebut di atas maka alur penelitian dilaksanakan sesuai dengan yang dikemukakan oleh Arikunto (2007:16) dengan tahapan yang lazim dilalui, meliputi: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.

3.3. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa saja yang menjadi titik perhatian suatu penelitian Suharsimi Arikunto (2006:94). Sedangkan menurut Sugiyono (2008:38) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi entang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Download ptk ipa sd word Dengan demikian yang dimaksud variabel adalah obyek penelitian. Variabel terdiri dari 2 macam, yaitu:
1. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau tim bulnya variabel terikat, (Sugiyono:39).
2. V ariabel Dependen (V ariabel Terikat)
Variaael terikat erupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas, (Sugiyono:39).
Variabel dalam penelitian ini ada 3 yaitu. Variabel bebas (X) ádalah Cooperative Learning tip e Group Investigation. Variabel terikat (Y) yaitu keaktifan belajar dan hasil belajar siswa kelas 5 pada mata pelajaran IPA.

3.4. Rencana Tindakan 
3.4.1. Perencanaan penelitian
Perencanaan penelitian, yaitu:
a. Permohonan izin
Persiapan dengan minta izin kepada kepala sekolah dan guru kelas 5 untuk melakukan observasi wawancara kepada guru kelas, serta melaksanakan pembelajaran. (lampiran 1,2,3,4)
b. Observasi
Kegiatan ini dilakukan untuk mandapatkan gambaran tentang kelas 5 SDN 2 ... Kecamatan ... Kabupaten ..., pada pembelajaran IPA dengan tindakan pen erapan Metode Cooperative Learning tipe Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa. Hal ini dikerjakan secara langsung sebab peneliti adalah guru kelas tersebut.
c. Pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran:
1. Menentukan standart kompetensi dan kompetensi dasar.
2. Mengembangkan standart kompetensi dan kompetensi dasar dalam indikator.
3. Indikator kemudian dikembangkan menjadi tujuan pembelajaran.
4. Merumuskan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan guru didalam kelas.
5. Menetapkan alat peraga yang akan digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan materi dan memberikan evaluasi kepada siswa.
Dari perencanaan penelitian yang telah dibuat kemudian guru melakukan pembelajaran yang telah di rencanakan. Kegiatan perencanaan pembelajaran dilaksanakan dengan dua siklus. Siklus I dan Siklus II, tiap siklus masing masing dua kali pertemuan.
Pelaksanaan penelitian tindakan adalah sebagai berikut : 
1. Siklus I
a. Perencanaan
1) Identifikasi masalah dan menetapkan alternatif pemecahan masalah.
2) Menetapkan kompetensi dasar dan indikator.
3) Merencanakan pembelajaran
4) Memilih bahan pelajaran yang sesuai
5) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
6) Menyiapkan lem bar observasi
7) Menyiapkan tes hasil belajar yang sudah divalidasi
8) Menetapkan indikator keaktifan mencapai kategori baik dengan persentase 65% sampai dengan 84,99%.
9) Menetapkan indikator hasil belajar, yaitu jika 90% siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM = 65) dengan rata-rata 70.
b. Tindakan
1) Kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang anggota.
2) M enerapkan tindakan yang mengacu pada rencana pembelajaran.
3) Setiap anggota kelompok diberikan materi yang akan diinvestigasi.
4) Anggota kelompok mendiskusikan secara kooperatif materi yang
diberikan.
5) Selanjutnya masing-masing kelompok menyampaikan hasil penemuan kelom poknya yang berkaitan dengan tugas/materi yang diberikan.
6) Memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik.
7) Memberikan PR kepada siswa. Contoh ptk ipa sd kelas 5 doc 
8) Melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
c. Observasi
Melakukan observasi untuk merekam data yang diperlukan. Indikator yang diamati meliputi: (1) senang belajar, (2) antusias, (3) merasa mudah, (4) merasa termotivasi, (5) aktif dalam kelompok, dan (6) menjawab soal yang diberikan dengan benar.
d. Refleksi
1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.
2) Melakukan pertemuan dengan observer untuk membahas hasil evaluasi tentang pelaksanaanti ndakan pem belajaran.
3) Mencermati berbagai kelemahan atau kelebihan yang telah terjadi
4) Menetapkan alternatif perbaikan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.
2. Siklus II
a. Perencanaan
1) Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I yang belum teratasi dan menetapkan alternatif pemecahan masalah.
2) Menyempurkan dan mengembangkan rencana pembelajaran tindakan
3) Menyiapkan lembar observasi
4) Menyiapkan tes prestasi belajar yang sudah divalidasi
5) Menetapkan indikator sikap mencapai kategori baik dengan persentase 65% sampai dengan 84,99%.
6) Menetapkan indikator hasil belajar, yaitu jika 90% siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM = 65) dengan rata-rata 70.
b. Tindakan
Pelaksanaan program tindakan siklus II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:
1) M emantapkan kemampuan dasar siswa sebelum pembelajaran dimulai.
2) M elaksanakan bimbingan individual yang lebih baik lagi pada kegiatan pen erapan
3) Menerapkan pembelajaran kooperatif model Group Investigation lebih baik lagi untuk meningkatkan penguasaan konsep secara bersama. Download ptk ipa sd kelas 5 
4) Pada setiap sesi kegiatan penerapan lanjutan perlu ada waktu jeda untuk mengecek penguasaan siswa, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pada sesi berikutnya.
c. Observasi
1) Melaksanakan observasi dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pembelajaran berlangsung, baik keberhasilan yang telah dicapai maupun kekurangan yang masih terjadi.
2) Menilai hasil tindakan.
d. Refleksi
1) Melakukan evaluasi tindakan siklus II berdasarkan data yang terkumpul.
2) Membahas hasil pelaksanaan pembelajaran untuk mengambil keputusan
3) Melakukan penilaian tindakan II
4) Para siswa diberikan kesempatan untuk mengkonstruksi kembali pengetahuan mereka sendiri agar pengalaman belajar yang dialami dapat memberi pengetahuan baru bagi mereka dan bermanfaat untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.     

3.4.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Tindakan penerapan Metode Cooperative Learning tipe Group Investigation ini diberikan kepada siswa kelas SDN 2 ... Kecamatan ... Kabupaten ... dengan jumlah 29 siswa yang digunakan sebagai subjek penelitian. Bentuk tindakan yang diberikan berupa penerapan metode Cooperative Learning tipe Group Investigation pada saat proses pembelajaran IPA. Tindakan penerapan metode Coopertive Learning tipe Group Investigation dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
3.4.3 Analisis dan Refleksi
Setiap tahap diakhiri dengan refleksi. Data yang diperoleh dari pengamatan dianalis dan dimaknai dengan menggunakan analisis deskriptif rata-rata atau prosentase. Untuk mengetahui perubahan atas tindakan yang telah diberikan, diadakan perbandingan dengan data hasil tindakan sebelumnya. Contoh ptk ipa sd kelas 5 doc  Dari hasil analisis tersebut diadakan tindak lanjut sesuai dengan hasil yang diperoleh jika tindakan yang telah dilakukan tidak menghasilkan perubahan yang dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa terhadap pelajaran IPA.

3.5. Teknik dan Instrumen Pengumpulan data
Adapun teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA sebelum dan sesudah diberi tindakan, peneliti menggunakan:
1. Observasi
Untuk mengetahui perkembangan keaktifan belajar siswa dan kegiatan guru dalam mengajar dilakukan metode observasi (pengamatan). Observasi dilakukan di kelas 5 SDN 2 ... Kecamatan ... Kabupaten .... Dalam observasi, peneliti memperoleh data tentang lingkungan sekolah, mengamati guru pada saat mengajar.
2. Dokumentasi
Berdasarkan Sukmadinata (2005:221) studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen – dokumen baik dokumen tertulis, gam bar maupun elektronik metode ini peneliti menggunakan untuk memperoleh data awal tentang nama siswa, no induk, nilai hasil ulangan siswa kelas 5 di SDN 2 ... Kecamatan ... Kabupaten ...
3. Wawancara
Berdasarkan Sukmadinata (2005:216) wawancara merupakan pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dapat memberikan informasi / penjelasan hal-hal yang dianggap perlu pada penelitian ini yang diwawancara adalah kepala sekolah, guru dan beberapa siswa.
4. Tes
Tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan proses belajar mengajar yang dilakukan akhir kegiatan tiap-tiap siklus (post tes) dengan memberikan sejumlah soal tes kepada subjek penelitian. Dalam pengumpulan data alat yang digunakan berupa soal test sesuai dengan materi.Contoh ptk sd kelas 5 pdf
5. Angket
Angket yang digunakan disini merupakan angket tertutup, artinya angket yang pengisianya memberikan centang atau menyilang dari beberapa item yang telah ditentukan oleh peneliti.

3.6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
M enurut Arikunto (2002:144), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Tingkat validitas dapat dilihat pada output Item-Total Statistic pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Hasil nilai pada kolom Corrected Item-Total Correlation dibandingkan dengan nilai r tabel. Adapun r tabel dicari pada signifikansi 0.05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n)=34, maka didapat r tabel sebesar 0.339. sehingga dapat diketahui nilai pada kolom Corrected Item-Total Correlation ~ 0.339 dikatakan valid, sebaliknya nilai pada kolom Corrected Item-Total Correlation <0,339 dikatakan tidak valid.
Sedangkan reliabilitas menurut A rikunto (2002:1 54), bahwa reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan suatu data. Adapun reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik.
Untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitas pada tiap item dapat menggunakan program SPSS 16.0 for windows.

3.7. Indikator Kinerja
3.7.1. Indikator Hasil Belajar
Pelaksanaan tes pada akhir siklus akan membantu peneliti dalam mendapatkan data tentang penguasaaan materi yang telah diajarkan. Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran tiap siklus, tolok ukurnya adalah sistem belajar tuntas yaitu pencapaian nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan sebesar = 65.
Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
P = ~ siswa yang tuntas belajar X 100%
~ siswa
Keterangan :
P : persentase ketuntasan belajar
~ : jumlah
Peneliti menyatakan hasil belajar IPA meningkat jika 90% siswa kelas 5 SDN 2 ... Kecamatan ... Kabupaten ... telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM = 65) dengan rata-rata 70.

3.7.2. Indikator Keaktifan
Peningkatan keaktifan ditunjukkan dengan adanya antusias siswa dalam proses pembelajaran, itu dapat dilihat dari kemungkinan banyaknya siswa yang terlibat dalam pembelajaran hal itu dilihat dari lembar observasi penerapan metode ekspositori pada proses pembelajaran.
Pembacaan kesimpulan kondisi keaktifan siswa dengan kriteria yang diadaptasi dari pedoman penilaian (Pudji M uljono 2008 :104) seperti pada tabel berikut :
Tabel 1
Klasifikasi persentase keaktifan belajar

Rumus:
K eterangan
Tx = Persen total yang dicapai
A = jumlah siswa yang aktif dalam pembelajaran
B = jumlah seluruh siswa
Berdasarkan tabel klasifikasi prosentase keaktifan tersebut maka peneliti menentukan indikator kinerja keaktifan berada pada katagori Baik, sehingga prosentase jumlah siswa yang aktif dalam pembelajaran antara 65 % sampai dengan 84,99%.
3.8. Teknik Analisis Data
Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik data kuantitatif yang berupa skor keaktifan belajar dan hasil belajar siswa dari kegiatan pembelajaran pada siklus I dan II. Download proposal ptk ipa sd  Data tersebut diolah dengan menggunakan teknik analisis diskriptif. Selain teknik tersebut akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas paa soal dan lem bar angket keaktifan untuk memperoleh hasil yang maksimal terhadap keaktifan belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Cara penghitungannya dibantu dengan menggunakan program SPSS 16.00 for windows. Berikut merupakan kisi-kisi soal post tes dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2, dan kisi-kisi lem bar angket keaktifan siswa dapat dilihat pada tabel 3:
Tabel 2
Kisi-kisi Soal Post tes Siklus I

Nilai = jawaban benar x 10 15
Nilai total = 100
Tabel 3
Kisi-kisi Soal Post tes Siklus II

Nilai = jawaban benar x 20
2 Nilai total = 100
Tabel 4
Kisi-kisi Sebaran Nomor Item Angket Keaktifan Belajar

Angket keaktifan belajar ini adalah untuk mengukur apa saja aktivitas yang dilakukan siswa dan bagaimana keaktifan belajar itu dilakukan. Download ptk ipa sd word  Dalam menentukan skor, maka sistem skoring menggunakan skala Likert. dengan 5 pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk pernyataan pada angket keaktifan belajar skala yang digunakan adalah 5, 4, 3, 2, dan 1.

D.CONTOH LAPORAN PROPOSAL PTK IPA SD

DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, S. (2010). Dasar-dasat Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Budiningsih, DR.C. Asri, 2012, B elajar dan P em belajaran, Jakarta: Rineka Cipta
Devi, A.T.( 2010). Skripsi: Peningkatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) untuk M eningkatkan Pemahaman Gaya Magnet pada Pembelajaran IPA Bagi Siswa Kelas V SD Negeri 2 Wanaraja Wanarasa Banjarnegara Tahun Ajaran 2010/2011. Diunduh dari http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=20040 (19 Desember 2011).
Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hamalik, O. (2008). P roses B elajar M engajar. Jakarta: Sinar Grafika.
Hamalik, Oemar 2008, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Bandung: Bumi Aksara
Hanafiah & Suhana,C. (2010). K on sep St r a teg i P em belaja ran. Bandung: Refika Aditama.
Huda, M. (2011). Cooperative Learning (M etode, Tehnik, Struktur, dan Model Pen era pan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Joyce, Weil, Calhoun, 2011, Model’s Of Teaching Model-m o d e l P en g aja r a n, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mawardi, M.Pd, Sulasmono, Dr. Bambang S., 2011, B a h a n Aja r C eta k K aji a n K urikulum Pendidikan Kewarganegaraan SD, Salatiga: Widya Sari Press
Mikarsa, L.H., Taufik, A., Prianto, L., P. (2008). Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Univesitas Terbuka.
Musbikin, Imam, 2012, M engatasi Anak M ogok Sekolah+ M alas Belajar, Jogjakarta: Laksana
Nana Sudjana, 2007, Penelitian Hasil ProsesBelajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Narudin, D. (2009, Mar.3). Pembelajaran M etode Group Investigation. Diunduh dari:file:///F :/group%20material/Pembelajaran%20Metode%C2%A0Group %C2%A0Investigation%20_%20AKHMAD%20SUDRAJAT%20%20TE NTANG%20PENDIDIKAN.htm (18 Februari 2013).
Rusman, 2010, Model-model Pembelajaran M engembangkan P rofesionalisme G u r u ,Bandung: Rajawali Press
Santyasa, I.W. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif. M akalah. D isajikan dalam Pelatihan tentang Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru-guru SM P dan SM A di Nusa Penida, 29 Juni s.d 1 Juli 2007.
Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Satori, D. (2008). Pr ofesi K eg u r u an. Jakarta: Universitas Terbuka.

Seifert, Kelvin, 2012, Pedoman Pembelajarn & Instruksi Pendidikan, Jogjakarta: IRCiSoD
Slavin, Robert E, 2010, Cooperative Learning Teori, Riset dan Prakik, Bandung: Nusa Media
Sudjana S., 2010, Metode & TeknikPembelajaran Partisipatif, Bandung: Falah Production
Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta
Suharsimi, Ari Kunto dan Suhadjo Supardi, 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara
Sukmadinata, Nana Syaodih, 2005, M etode Penelitian Pendidikan,Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset
Suprijono, Agus, 2012, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, Surabaya: Pustaka Pelajar
Uno, Hamzah B., 2007, Model Pembelajaran M enciptakan P roses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, Gorontalo: Bumi Aksara
Wardani, Naniek Sulistya dkk.2012. Asesmen Pembelajaran SD Bahan Belajar M a n dir i. Salatiga: Widya Sari.
Winartha, I Made, 2006, Pedoman Penulisan U sulan Penelitian,Skripsi, Dan T esi s, Yogyakarta: ANDI Yogyakarta
Winoto, S.D. (2011). Penerapan Model Group Investigation untuk M eningkatkan Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SD N Kidul Dalem 2 M alang. Diunduh dari http://library.um.ac.id/free-contents/download/pub/pub.php/48689.pdf (19 Februari 2013).
Woolfolk, Anita E, Lorraine McCune-Nicolich, 2004, M end i di k A n a k-A n a k Bermasalah (Psikologi Pembelajaran I), Jakarta: Inisiasi Press
Zainal Arifin, 2011, Evaluasi P em belajaran,Bandung: PT.Remaja Rosdakaya
Zingaro, D. (2008). Group Investigation: Theory and Practice. Ontario Institute for Studies in Education. Diunduh dari http://www.danielzingaro.com/gi.pdf (12 Februari 2013).

Terima kasih telah berkunjung di Musiyanto Blog yang membahas  CONTOH  PTK IPA SD TERBARU- ini dapat membantu Anda dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan cara mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.