Senin, 11 Juni 2018

CONTOH LENGKAP PTK PKn SMP KELAS IX TERBARU

CONTOH LENGKAP PTK PKn SMP KELAS IX TERBARU-Dalam pembelajaran salah satu indikator bahwa guru yang memahami dan menghayati profesinya yaitu guru yang menguasai metode pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran harus sesuai dan tepat dengan cara belajar siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal. Sekarang ini metode pembelajaran yang sering digunakan adalah metode ceramah yang berpusat pada guru merupakan paradigma lama. Tetapi ada paradigma baru dalam dunia pendidikan yang berpusat pada siswa, yaitu metode pembelajaran kooperatif dimana salah satu tipenya adalan Think – Pair – Share. Contoh ptk pkn smp doc Tujuan penelitian ini adalah untuk Meningkatkan keaktifan dan hasil belajar PKn melalui metode pembelajaran kooperatif Think – Pair – Share yang disertai pemberian Reward bagi siswa Kelas IXA SMP Negeri 1 .....
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, dan hipotesis dalam penelitian ini adalah keaktifan dan hasil belajar dapat meningkatkan dengan menggunakan metode Think – Pair – Share. Subjek yang melakukan tindakan adalah guru (peneliti) dengan guru mata pelajaran PKn sebagai (Pengamat) Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode TPS beserta Reward ini ternyata lebih efektif dalam proses pembelajaran, yang ditunjukkan dengan meningkatnya keaktifan dan hasil belajar siswa: 1). Penerapan pembelajaran kooperatif Think – Pair – Share dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pelajaran PKn yaitu pada Pra Siklus 57,84%, Siklus I 67,88%, pada Siklus II 75,68% dari jumlah siswa 34 siswa. 2). Hasil belajar siswa meningkat ditunjukkan dengan peningkatan rata-rata siswa pada Pra siklus (56,6) atau 38% siswa tuntas, Siklus I rata-rata (70,85) atau 73% dan pada Siklus II rata-rata meningkat menjadi (75,29) atau 94%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Think – Pair – Share lebih memungkinkan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa bila dibandingkan dengan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah.

Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas PKn SMP yang diberi judul “Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Pkn Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Think - Pair- Share Beserta Pemberian Reward Bagi Siswa Kelas Ixa Smp Negeri 1 ... Semester Ii Tahun Ajaran 2015/2016 ". Disini akan di bahas lengkap.

PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE PTK PKn KELAS IX lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke 0817-283-4988  dengan Format PESAN PTK SMP 042 ).

A.DOWNLOAD  PTK PKn SMP KELAS IX LENGKAP

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam dunia pendidikan, kewarganegaraan dikenal mulai dari siswa taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, karena kewarganegaraan digunakan secara luas dalam segala bidang kehidupan manusia. Untuk itu diperlukan upaya pengajaran kewarganegaraan yang optimal agar siswa dapat menerima dengan baik dan benar. Tujuan pembelajaran kewarganegaraan adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir logis, sistematis, dan memiliki sifat objektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang kewarganegaraan, maupun kehidupan sehari-hari.

Namun keadaan di lapangan belum tentu sesuai dengan apa yang diharapkan. Download ptk pkn smp kelas 9 Hasil studi menyebutkan bahwa meski adanya peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, tetapi pembelajaran dan pemahaman kewarganegaraan pada siswa SMP menunjukkan hasil yang kurang memuaskan (Saptono : 2010). Pembelajaran di SMP cenderung abstrak dengan metode ceramah sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami. Sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa atau dengan akta lain tidak melakukan pengajaran bermakna, metode yang digunakan kurang bervariasi dan sebagai akibatnya motivasi belajar siswa menjadi sulit tumbuh dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis.

Kelemahan di bidang pembelajaran juga berlaku dalam pendidikan kewarganegaraan yang secara khusus bertanggung jawab untuk membina warga negara demokratis. Oleh karena itu, pada masanya Ace Suryadi (dalam penelitian Saptono : 2010), staf Litbang Depdiknas, menilai bahwa mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang kemudian berubah menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) selama ini justru hanya menjadi alat indoktinasi politik penguasa, yang diarahkan pada pembentukan kesetiaan/ loyalitas pada penguasa dan menjadi pelajaran hafalan belaka (Kompas: 16-12-2000). Sementara itu staf Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Ahnar Gonggong, juga menyatakan bhawa “Pemerintah sudah terlambat 25 tahun dalam memberikan pendidikan kewarganegaraan yang bertema multi kultural” (Kompas: 14-2-200 1).
Dalam kaitannya dengan implementasi kurikulum pendidikan kewarganegaraan tahun 2006, tampak bahwa misi yang dibebankan pada mata pelajaran PKn ternyata sulit dilaksanakan oleh para guru PKn di sekolah. Focuss Group Discussion dengan Guru-guru SMP dan SMA/K se-Salatiga menegaskan adanya sejumlah problematik dalam pelaksanaan pembelajaran PKn, Problematika tersebut antara lain meliputi (Saptono : 2010) :
1) Muatan materi PKn begitu padat, terutama sesudah materi Tatanegara dipadukan ke dalam PKn. Oleh karena itu maka guru mengalami kesulitan dalam membagi waktu yaitu antara waktu untuk mengajar konsep-konsep politik kenegaraan dan waktu untuk menanamkan nilai¬nilai Pancasila.
2) Walaupun beberapa guru sudah menerapkan pembelajaran inovatif, namun masih banyak guru yang tetap menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat pada guru. Kendala yang dirasakan oleh para guru yang inovatif adalah :
a) Sangat terbatasnya waktu yang tersedia untuk melaksanakan pembelajaran inovatif.
b) Tumpang tindihnya materi Pendidikan Kewarganegaraan antar jenjang pendidikan.
c) Rendahnya kreativitas guru dalam mengembangkan pembelajaran inovatif.
d) Kurang memadainya sarana dan prasarana sekolah yang diperlukan untuk mengembangkan dan menerapkan pembelajaran inovatif.
e) Kurang dukungan dari pihak sekolah yang sebenarnya amat diperlukan guru dalam mengembangkan pembelajaran PKn yang inovatif.
f) Motivasi siswa untuk belajar PKn rendah. Salah satu penyebab yang diduga oleh para guru adalah karena PKn bukan mata pelajaran yang diuji-nasionalkan.
Walaupun demikian guru juga menyadari bahwa peluang yang tersedia bagi dilakukannya pembelajaran inovatif dalam PKn yaitu :
a) Dewasa ini tersedianya banyak model/ strategi pembelajaran mutakhir bagi pembelajaran PKn.
b) Ada kebijakan kurikuler yang menekankan pentingnya pembelajaran non konvensional.
c) Status mata pelajaran PKn yang tidak diuji-nasionalkan memungkinkan para guru PKn untuk lebih leluasa melakukan pembelajaran non konvesional
Sudah saatnya pembelajaran Kewarganegaraan hendaknya lebih bervariasi metode maupun strateginya guna mengoptimalkan potensi siswa. Download ptk pkn smp Pemilihan metode, strategi dan pendekatan dalam mendesain model pembelajaran guna terciptanya iklim pembelajaran aktif yang bermakna adalah tuntutan yang harus dipenuhi guru agar siswa dapat berpikir logis, kritis dan dapat memecahkan masalah dengan sikap terbuka, kreatif dan inovatif serta tidak membosankan.
Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berinteraksi satu sama lain adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif dapat memotivasi siswa, memanfaatkan seluruh energi sosial siswa, saling mengambil tanggung jawab. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa belajar setiap mata pelajaran, mulai dari ketrampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks.
Model Pembelajaran Kooperatif memiliki beberapa tipe. Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat membangun kepercayaan diri siswa dan mendorong partisipasi mereka dalam kelas adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Think – Pair – Share (THP). Model Pembelajaran kooperatif tipe Think – Pair – Share membantu siswa mengintepretasikan ide mereka bersama dan memperbaiki pemahaman.
Dari data di atas, hendaknya guru memberikan suatu semangat dukungan untuk memotivasi siswa agar lebih serius mengerjakan soal materi. Disinilah sebuah Reward dapat berperan penting membantu guru untuk memotivasi siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian Nurul Huda (2009), metode Reward terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Ketika Reward diterapkan dalam belajar siswa terlihat serius dan antusias terhadap tugas yang diberikan. Sudah menjadi tanggung jawab bagi guru untuk membangkitkan motivasi belajar siswa khususnya mata pelajaran Kewarganegaraan. Motivasi yang tinggi menjadikan siswa semangat dalam belajar, sebaliknya motivasi yang rendah akan menyebabkan siswa tidak semangat dalam belajar. Dengan adanya pemberian Reward kepada siswa, diharapkan mampu menekan sekecil mungkin kelemahan-kelemahan ada pada model pembelajaran Think – Pair – Share.

1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian diatas maka dapat diuraikan masalah sebagai berikut : Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share yang disertai dengan pemberian Reward kepada siswa dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar kewarganegaraan bagi kelas IXA SMP Negeri 1 ....

1.3 Tujuan Penelitian
Meningkatkan keaktifan dari hasil belajar kewarganegaraan siswa melalui model pembelajaran Think-Pair-Share yang disertai dengan pemberian Reward kepada siswa.

1.4 Manfaat Penelitian
Ada dua manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Model pembelajaran Think-Pair-Share yang disertai dengan pemberian Reward kepada siswa memberikan sumbangan keilmuan tentang peningkatan hasil belajar.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Siswa
1. Siswa dapat berperan aktif dan berpartisipasi dalam proses belajar sehingga dapat mengekspresikan ide mereka.
2. Siswa dapat menerapkan prinsip-prinsip kerjasama dalam kelompoknya, melatih keharmonisan dalam hidup bersama atas dasar saling menghargai (life together).
3. Siswa dapat meningkatkan hasil belajar sehingga dapat belajar tuntas.
b. Manfaat Bagi guru
1. Meningkatkan kreativitas guru dalam pengembangan metode pelajaran.
2. Keberhasilan guru sebagai pengajar meningkat, karena hasil belajar siswa juga meningkat.
3. Dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas.
c. Manfaat Bagi Sekolah
Prestasi sekolah juga mengalami peningkatan karena hasil belajar siswa meningkat.

1.5 Penegasan Istilah
1) Keaktifan
Keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat atau bersemangat. Menurut KBBI (2003) keaktifan adalah kegiatan atau kesibukan. Contoh ptk pkn smp pdf  Keaktifan disini merupakan segala bentuk aktivitas belajar yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok untuk mengisi waktu baik dalam bentuk kegiatan formal maupun informal sesuai dengan inisiatifnya sendiri.
2) Think – Pair – Share
Pembelajaran Think-Pair-Share merupakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural (PS). Pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Think-Pair-Share memiliki prosedur yang diterapkan secara ekplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Teknik belajar mengajar Think-Pair-Share sebagai struktur kegiatan gotong¬royong memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dalam kelompok. (Peni, 2008).
3) Hasil Belajar
Hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melakukan proses belajar melalui tes (post test).

1.6. Sistematika Penulisan
Secara garis besar karya tulis  ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu : bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal karya tulis  ini berisi halaman judul, halaman pengesahan, motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi dan daftar lampiran.
Bagian isi, karya tulis  ini terdiri dari 5 bab, yaitu meliputi :
1. Bab I yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan karya tulis ,
2. bab II membahas tentang teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji yaitu mengenai pembelajaran kooperatif Think – Pair – Share, keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar,
3. bab III berisi tentang Jenis Penelitian, Subjek Penelitian, Diskripsi Pra Siklus, Pengumpulan Data, Analisis Data, Instrumen Penelitian dan Indikator Keberhasilan,
4. bab IV ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian,
5. bab V berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.
6. Bagian akhir dalam PTK ini berisi daftar pustaka dan lampiran.

B.CONTOH PENELITIAN TINDAKAN KELAS PKn SMP KELAS IX 

BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN


Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1) kajian teori, (2) hasil penelitian yang relevan, dan (3) kerangka berpikir, serta (4) hipotesis. Bagian ini merupakan dasar atau landasan teoritis bagi pelaksanaan penelitian ini. Berikut ini akan dibahas secara khusus keempat bagian-bagian besar tersebut

2.1. Kajian Teori
a. Belajar
1) Pengertian
Belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan¬pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan. Belajar merupakan suatu kegiatan disengaja yang bertujuan mencapai suatu kecakapan, kepandaian atau kemahiran baru yang dapat digunakan dalam kehidupan (Mulyati:2005)
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku,baik yang menyangkut pengetahuan, ketrampilan maupun sikap; bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Download ptk pkn smp kelas 9 Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasikan pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi, hakikatnya belajar adalah perubahan (Syaiful Bahri dan Zain: 2002).
Yang dimaksud belajar dalam penelitian ini adalah proses perubahan perilaku siswa kelas IXA SMPN 1 .... karena hasil dari pengalamannya mempelajari Kewarganegaraan.
2) Prinsip-Prinsip Belajar
Prinsip belajar menurut teori Gestalt (Slameto:2010) adalah
a) Belajar berdasarkan keseluruhan
Prinsip belajar secara keseluruhan didasarkan pada kenyataan bahwa apa yang dipelajari sangat kompleks sehingga untuk memudahkan pemahaman dengan cara menghubungkan pengajaran yang satu dengan pengajaran yang lain. Pebelajar berusaha semaksimal mungkin mengkaitkan pelajaran secara utuh dan menyeluruh untuk mendapatkan pemahaman yang lengkap.
b) Belajar merupakan suatu proses perkembangan ;
Prinsip belajar ini mau mengatakan bahwa belajar merupakan proses dinamis dimana pebelajar mendapatkan pemahaman untuk mengetahui, mempelajari, dan merencanakan sesuatu sesuai dengan taraf perkembangan individu yang bersangkutan.
c) Siswa sebagai organisme keseluruhan;
Prinsip ini mau menyadarkan kepada para pendidik bahwa pembelajaran bukan hanya menyangkut segi kognitif saja. Guru harus sadar bahwa selain mengembangkan segi kognitif, ia juga berperan dalam mengembangkan sisi afektif dan keterampilan siswa sehingga intelektual, emosional dan jasmani siswa dapat berkembang secara seimbang.
d) Terjadi transfer;
Prinsip belajar ini berpesan bahwa dalam belajar yang terpenting adalah penyesuaian dan merespon secara tepat sehingga apa yang dipelajari benar-benar dikuasai. Penguasaan apa yang dipelajari yang ditandai dengan adanya kesesuaian dan adanya respon yang tepat tadi sangat berguna untuk memindahkan kemampuan yang satu ke kemampuan yang lain.
e) Belajar adalah reorganisasi pengalaman;
Menurut prinsip ini seorang anak baru dikatakan belajar apabila ia dapat menganalisis pengalaman yang lalu untuk menyelesaikan persoalan/masalah yang baru dalam bentuk yang lain. Dalam menganalisis pengalaman ia mengorganisasikan kembali pengalaman yang pernah ia jumpai untuk mencari solusi ketika sedang menghadapi persoalan dan persoalan yang akan dihadapinya dengan perilaku yang lebih baik dari sebelumnya.
f) Belajar harus dengan insight;
Dalam proses belajar, seorang pebelajar akan mendapatkan pengertian, hubungan, dan perbandingan. Perolehan wawasan ini akan bertambah dan selalu berkembang sesuai dengan perkembangan individu yang belajar tersebut. Proses belajar pun membutuhkan sebuah wawasan yang baik.
g) Belajar lebih berhasil apabila berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan siswa;
Prinsip belajar yang berhubungan dengan kebutuhan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Siswa diajak untuk mengembangkan kemampuan, bakat, dan minat yang telah dimiliki dengan memanfaatkan fasilitas yang ada secara maksimal. Download ptk pkn smp kelas 9 pdf Siswa pun akan termotivasi untuk belajar secara maksimal karena siswa yang bersangkutan memang membutuhkan apa yang dipelajarinya itu.
h) Belajar berlangsung terus menerus
Prinsip ini setuju bahwa belajar bukan hanya di sekolah saja tetapi juga di luar sekolah, baik pengalaman sendiri maupun dalam pergaulan dengan masyarakat. Belajar tidak cukup hanya terbatas pada saat di sekolah, tetapi setelah keluar dari sekolah pun tetap belajar, seumur hidup.
Prinsip-prinsip belajar menunjuk pada hal-hal penting yang harus dilakukan agar proses pembelajaran dapat mencapai hasil yang diharapkan. Aunurrahman (2001) mengatakan bahwa prinsip belajar dalam proses pembelajaran adalah : prinsip perhatian dan motivasi; prinsip transfer dan retensi; prinsip keaktifan; prinsip keterlibatan langsung; prinsip pengulangan; prinsip tantangan; prinsip balikan dan penguatan; prinsip perbedaan individual.
Prinsip-prinsip belajar menurut Sardiman AM (2004) adalah :
a) Belajar berarti mencari makna
Siswa sendiri berusaha secara aktif untuk menciptakan sebuah makna dari pengalaman mereka dalam melihat, mendengar, merasakan dan mengalami;
b) Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus
Pembentukan makna merupakan usaha yang terus menerus sepanjang hidup. Ketrampilan berproses untuk mendapatkan sebuah makna ini dilakukan untuk membuktikan bahwa siswa itu sungguh¬sungguh belajar dari kehidupannya.
c) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, tetapi perkembangan itu sendiri.
Bahwa belajar bukan hanya sekedar mengumpulkan fakta saja yang jika sudah terkumpul kemudian beberapa waktu akan dilupakan. Lebih dari itu, belajar merupakan pengembangan untuk membuat pengertian baru, konsep-konsep yang bermanfaat bagi kehidupannya.
d) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.
Prinsip belajar yang bertujuan mendapatkan hasil itu dicapai dengan berbagai faktor fisik dari siswa itu sendiri maupun dari luar diri siswa yang bersangkutan seperti lingkungan yang ada di sekitar subjek pebelajar itu.
e) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.
Bahwa pencapaian hasil akhir dari proses pembelajaran baik prestasi tinggi atau sebaliknya dipengaruhi faktor-faktor yang ada dalam diri siswa dan interaksinya dengan materi yang sedang dipelajari.
Menurut Moein dkk (1991) prinsip belajar yang diterapkan untuk meningkatkan proses belajar dan pembelajaran adalah
a) Prinsip efek kepuasan (law of efect);
Berdasarkan prinsip ini, hasil belajar akan diperkuat apabila menghasilkan rasa senang atau puas. Sebaliknya hasil belajar akan diperlemah apabila menghasilkan perasaan tidak senang. Wiji Suwarno (2006) mengatakan bahwa perbuatan yang diikuti akibat menyenangkan akan diulang terus menerus, jika tidak mendapatkan kepuasan akan ditinggalkan atau dihentikan.
b) Prinsip pengulangan (law of exercise);
Prinsip ini mengandung arti bahwa hasil belajar dapat lebih sempurna apabila sering diulang dan dilatih. Sebaliknya jika tidak diulang dan dilatih akan menyebabkan hasil belajar yang telah ada semua hilang dan secara berangsung-angsur tidak dimiliki lagi. Pengulangan ini bermanfaat untuk menjaga retensi yang dimiliki oleh individu agar tidak pudar atau bahkan hilang sama sekali.
c) Prinsip kesiapan (law of readiness);
Prinsip ini menyatakan bahwa proses belajar akan memperoleh tingkah laku baru apabila telah siap belajar. Kesiapan ini berkenaan dengan kesiapan kematangan fisik dan psikologis. Selain itu kesiapan berkaitan juga dengan penerimaan atau penolakan terhadap respon yang ada. Jika keadaan siswa belum siap maka terjadi kekecewaan (W Suwarno : 2006).
d) Prinsip kesan pertama (law of primacy);
Prinsip ini berarti bahwa penyiapan situasi belajar yang baik, diharapkan memberikan kesan awal yang baik pula. Download ptk pkn smp Tetapi jika proses belajar pertama keliru dan membentuk kebiasaan buruk, akan tetap mewarnai belajar berikutnya secara beruntun serta menghasilkan yang buruk pula.
e) Prinsip makna yang dalam (law of intensity);
Berdasarkan prinsip ini, belajar akan memberi makna yang dalam apabila diupayakan melalui kegiatan yang bersemangat.
Pengalaman yang statis dan penyajian yang kurang menarik tidak akan memberi makna yang dalam bagi hasil belajar.
f) Prinsip bahan baru (law of recentcy);
Prinsip ini mengandung arti bahwa bahan yang baru dipelajari akan lebih mudah diingat, sedangkan bahan yang telah lama dipelajari akan terhalang oleh bahan baru sehingga terbenam ke alam bawah sadar. Individu akan mengalami kesulitan mengingat bahan-bahan yang lama, apabila terus menerus dijejali dengan bahan baru secara sporadik, sementara bahan yang lama tidak pernah diulangi kembali sehingga terlupakan.
g) Prinsip gabungan (kaitan antara efek dan pengulangan)
Prinsip ini merupakan perluasan dari prinsip efek kepuasan dan prinsip pengulangan. Prinsip gabungan menunjukkan perlunya keterikatan bahan yang dipelajari dengan situasi belajar yang akan mempermudah berubahnya tingkah laku. Penggabungan prinsip belajar ini dapat membantu siswa untuk memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Dengan mengkaitkan bahan yang dipelajari yang bersifat abstrak itu dengan situasi belajar yang konkret akan mempermudah siswa dalam memahami pelajaran.

Kemudian Moein (1991) mengungkapkan bahwa ada prinsip dalam proses belajar yang lain yaitu plateau/ mendatar akibat kemandegan atau tidak mendapatkan kemajuan dalam hasil belajar. Penyebab plateau ini adalah tingkat kesulitan bahan yang dipelajari semakin meningkat, metode belajar yang digunakan tidak memadai, dan kejenuhan belajar. Prinsip-prinsip belajar menurut Rothwell, A.B (2009) yaitu :
a) Prinsip Kesiapan (Readiness)
Kesiapan ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar dengan baik. Seorang siswa yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan dalam belajar. Kesipaan dapat berupa kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang memungkinkan seseorang dapat belajar.
b) Prinsip Motivasi (Motivation)

Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan. Secara alami anak-anak selalu ingin tahu dan melakukan kegiatan penjajagan dalam lingkungannya. Tugas pendidik adalah mempertahankan dan mengembangkan motivasi itu dalam belajar.
c) Prinsip Persepsi
Persepsi adalah interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Perspesi ini mempengaruhi perilaku individu. Seseorang guru akan dapat memahami siswa lebih baik bila ia peka terhadap bagaimana cara seseorang melihat suatu situasi tertentu.
d) Prinsip Tujuan
Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang. Contoh ptk pkn smp doc Guru memiliki tugas untuk mewadahi tujuan pembelajaran yang sudah dibuat sebelum proses pembelajaran dimulai di kelas. Target tujuan itu harus dicapai dalam proses pembelajaran agar terjadi perubahan tingkah laku.
e) Prinsip Perbedaan Individual
Proses pembelajaran harus memperhatikan perbedaan kemampuan individual dalam kelas sehingga dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar secara optimal. Oleh karena itu seorang guru perlu memperhatikan latar belakang, emosi, dorongan dan kemampuan individu tiap siswa supaya tujuan pembelajaran tercapai serta tujuan tersebut persebarannya merata pada setiap siswa.
f) Prinsip Transfer dan Retensi
Prinsip ini menganggap bahwa belajar akan bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil blejar dalam situasi baru. Apa yang dipelajari dalam suatu situasi tertentu akan digunakan dalam situasi yang lain. Tujuan belajar dan daya ingat dapat memperkuat retensi. Usaha yang aktif untuk mengingat atau menugaskan sesuatu latihan untuk dipelajari dapat meningkatkan retensi.
g) Prinsip Belajar Kognitif
Prinsip belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan memecahkan masalah. Cakupan tersebut selanjutnya akan membentuk perilaku baru, berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi yang menuntut aktivitas mental pada berbagai tingkat kesukaran.
h) Prinsip Belajar Afektif
Prinsip belajar afektif mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. Nilai-nilai yang penting yang diperoleh pada masa kanak¬kanak akan melekat sepanjang hayat melalui proses identifikasi dari orang lain dan standar perilaku kelompok. Siswa dibantu agar lebih matang dengan cara membantu mereka mengenal dan memahami sikap, peranan dan emosi. Penghargaan terhadap sikap dan perasaan sangat perlu untuk membantu siswa memperoleh pengertian diri dan kematangannya.
i) Prinsip Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan aktivitas jasmaninya, misalnya bermain dan aktifitas lainnya akan memperoleh kemampuan mengontrol gerakannya lebih baik. Kematangan fisik dan mental, penjelasan yang baik, demonstrasi dan partisipasi aktif pelajar memudahkan siswa untuk memadukan dan memperhalus gerakannya akan lebih baik.
j) Prinsip Evaluasi
Pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagi individu untuk menguji kemajuan dalam pencapaian tujuan. Evaluasi mencakup kesadaran individu mengenai penampilan, motivasi belajar dan kesiapan untuk belajar. Individu yang berinteraksi dengan yang lain pada dasarnya ia mengkaji pengalaman belajarnya dan hal ini pada gilirannya akan dapat meningkatkan kemampuannya untuk menilai pengalamannya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai prinsip¬-prinsip belajar dapat dipahami bahwa prinsip belajar mencakup kesiapan dari diri peserta didik untuk berkembang, secara keseluruhan, terjadi transfer, reorganisasi penalaman, adanya insight, adanya minat, keinginan, tujuan, terus menerus, mencari makna, pengembangan pemikiran, dan sebagainya.
3) Faktor-Faktor Belajar
Selain prinsip-prinsip belajar yang sudah dipaparkan di atas, belajar juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil belajar maupun saat belajar itu sendiri. Menurut Slameto (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi 2, yakti faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
a) Faktor Intern
Faktor intern terdiri dari faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan.
(1) Faktor jasmani, meliputi kesehatan dan cacat tubuh;
Proses belajar dalam kondisi kesehatan yang baik, kondisi panca indera yang berfungsi baik akan mendukung kegiatan pembelajaran. Tetapi jika kondisi kesehatan kurang baik, panca indera pun tidak berfungsi secara normal akan mengganggu proses pembelajaran.
(2) Faktor psikologis, meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan;
Faktor psikologis pun berpengaruh kuat dalam kegiatan proses pembelajaran siswa. Keadaan kecerdasan, perhatian, minat dan bakat, motif, kematangan, serta kesiapan ikut menentukan seseorang belajar dengan baik atau belajar dengan penuh gangguan.
(3) Faktor kelelahan, meliputi kelelahan jasmani dan rohani (psikis)
Kelelahan secara fisik dan psikis bersamaan atau salah satunya juga ikut andil dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Kelelahan ini sangat memungkinkan seseorang belajar tidak terfokus, mengurangi perhatian dan minat terhadap kegiatan belajar walaupun intelegensinya tinggi.
b) Faktor Ekstern
Fakfor ekstern dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.
(1) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
Suasana keluarga tempat dimana individu tinggal dan hidup merupakan faktor lain yang berperan dalam menentukan berhasil atau tidaknya dalam belajar. Individu berasal dari keluarga, maka pertama kali individu belajar adalah dalam keluarga, sehingga pada perkembangan berikutnya kebiasaan yang dialami dalam keluarga akan berpengaruh dalam pola pikir dan cara belajar individu tersebut.
(2) Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan geedung, metode belajar, dan tugas rumah.
Sekolah pun menentukan keberhasilan seseorang dalam belajar. Download ptk pkn smp kelas 9  Sekolah yang kurang mendukung untuk belajar akan sangat mungkin siswa menjadi gagal dalam belajar. Sebaliknya jika sekolah peduli terhadap keberhasilan proses belajar mengajar akan menyediakan tempat, sarana, dan waktu yang cukup secara kondusif untuk mendukung terciptanya suasana belajar yang baik sehingga siswa belajar dengan berhasil.
(3) Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, massa media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat. Faktor masyarakat pun tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi siswa untuk belajar. Lingkungan masyarakat yang menyediakan tawaran yang memungkinkan individu belajar dengan gagal, maka individu yang belajar pun menuai kegagalan. Lingkungan masyarakat yang menyediakan tawaran yang mendukung kegiatan pembelajaran akan mencetak individu untuk belajar dengan sukses.
Selain faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yang disampaikan oleh Slameto di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar juga dikemukakan oleh Witherington dkk (1982) adalah :
a) Situasi belajar
Situasi belajar yang mendukung kegiatan belajar yaitu kondisi yang kondusif pada awal permulaan proses pembelajaran. Kondisi yang kondusif ini seperti keadaan kesehatan yang baik pada siswa, keadaan psikis yang baik, motif yang murni dalam diri siswa untuk sungguh-sungguh ingin mencapai prestasi belajar yang maksimal.
b) Penguasaan alat-alat intelektual
Penguasaan alat intelektual ini nampak dalam semakin meningkatnya kemampuan siswa untuk berhitung, membaca, menulis, pengertian-pengertian, mengarang, penggunaan bahasa, dan logika. Penguasaan alat-alat intelektual ini berkembang secara seimbang menurut ukuran kedewasaan siswa yang bersangkutan dan keadaan lingkungan.
Menurut Mustaqim dkk (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah
a) Kemampuan pembawaan
Siswa yang mempunyai pembawaan lebih dibandingkan dengan yang lain akan lebih mudah dan lebih cepat belajarnya daripada siswa yang mempunyai kemampuan kurang. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa setiap orang dilahirkan dengan kemampuan yang berbeda-beda.
b) Kondisi fisik
Kondisi kesehatan fisik siswa dapat berpengaruh terhadap kegiatan belajar siswa. Kondisi fisik yang tidak sehat memungkinkan siswa belajar dengan terganggu sehingga prestasinya menurun atau proses pembelajaran tidak diikuti dengan baik. Selain itu berkaitan dengan fisik adalah cacat tubuh entah pendengaran ataupun penglihatan, atau cacat tubuh lainnya.
c) Kondisi psikis
Kondisi psikis berkaitan juga dengan kondisi fisik baik yang berasal dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya, atau dari lingkungan dimana siswa tersebut berada. Dalam proses pembelajaran harus memperhatikan kondisi psikis yang baik, harus dipersiapkan agar gangguan belajar dapat diminimalisir dan membantu kegiatan pembelajarannya.
d) Kemauan belajar
Kemauan belajar memegang peranan yang penting agar dorongan untuk belajar dalam mencapai keinginan dan tujuan individu yang bersangkutan. Sebaliknya jika dorongan untuk belajar tidak ada memungkinkan siswa untuk belajar hanya semaunya sendiri, semangat belajar menjadi lemah.
e) Sikap terhadap guru, mata pelajaran dan pengertian mereka terhadap kemajuan mereka sendiri.
Faktor ini berasal dari diri siswa sendiri. Jika siswa menyenangi sikap guru, mata pelajaran maka kurva kemajuan belajarnya menjadi naik. Sebaliknya siswa yang tidak menyenangi gurunya, mata pelajarannya, maka kurva belajarnya menjadi terus menurun. Guru pun berpengaruh terhadap kondisi belajar siswa.
f) Bimbingan
Bimbingan belajar dibutuhkan untuk menghindari dan memperbaiki kesalahan agar dalam proses belajar siswa dapat belajar dengan baik dan sukses. Bimbingan dapat diberikan kepada siswa sesaat sebelum ada usaha-usaha belajar. Atau sewaktu-waktu setelah ada usaha yang tidak terpimpin.
g) Ulangan
Dalam proses pembelajaran dibutuhkan adanya ulangan¬ulangan. Hal ini berguna untuk mengukur kemajuan, kemandegan, atau kemunduran siswa dalam belajar. Hasil ulangan menunjukkan prestasi belajar siswa dan dengan hasil itu siswa dapat memperbaiki cara belajar, penambahan dan efektifitas waktu untuk belajar, atau mencari sumber-sumber belajar yang lebih banyak.
Berbagai pendapat para ahli di atas memberikan pemahaman bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa ada bermacam-macam. Namun dapat dimengerti bahwa secara garis besar faktor-faktor tersebut berasal dari dalam (intern) dan luar (ekstern). Contoh ptk pkn smp pdf Faktor luar (ekstern) dan dalam (intern) ini saling berkaitan satu sama lainnya sehingga kondisi pembelajar sungguh-sungguh merasakan akibat ketika sedang menjalani proses pembelajaran.
b. Pembelajaran
Menurut BSNP (2006) kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Selain itu pengalaman belajar siswa harus terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik.
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur¬unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 1999).
Menurut Dimyati (2002) pembelajaran berarti meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan keterampilan siswa. Kemampuan tersebut dikembangkan bersama dengan perolehan pengalaman belajar. Perolehan pengalaman merupakan proses yang berlaku deduktif atau induktif dan terus menerus.
Berdasarkan definisi-definisi pembelajaran yang diuraikan di atas dapat dimengerti bahwa pembelajaran merupakan suatu pengalaman siswa yang tersusun dari unsur manusia, materil, fasilitas, perlengkapan dan prosedur untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan keterampilan.
Pembelajaran juga memiliki beberapa karakteristik. Menurut Wina Sanjaya (2006) karakteristik pembelajaran yaitu :
1) Pembelajaran berarti membelajarkan siswa
Tujuan utama mengajar adalah membelajarkan siswa, maka kriteria keberhasilan proses pembelajaran diukur dari sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar tidak diukur, bukan dari sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran. Hal ini berarti bahwa guru tidak lagi hanya berperan sebagai sumber belajar, melainkan berperan sebagai orang yang membimbing dan memfasilitasi supaya siswa mau dan mampu belajar.
Kondisi seperti ini menuntut guru untuk memperhatikan perbedaan setiap siswa agar menggunakan cara untuk membelajarkan siswa tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka. Profesionalismenya sebagai guru yang menguasai cara mengajar harus dimiliki. Cara mengajar tidak hanya menggunakan keinginan guru yang bersangkutan, tetapi dengan cara yang bisa dimengerti oleh siswa.
2) Proses pembelajaran berlangsung di mana saja
Sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang berorientasi kepada siswa, maka proses pembelajaran bisa terjadi dimana saja. Kelas bukanlah satu-satunya tempat belajar siswa. Siswa dapat memanfaatkan berbagai tempat belajar sesuai dengan kebutuhan dan sifat materi pelajaran. Ketika siswa hendak mempelajari tentang fungsi pasar misalnya, maka pasar itu sendiri merupakan tempat belajar siswa.
3) Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan
Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu penguasaan materi pelajaran bukanlah akhir dari proses pengajaran, akan tetapi hanya sebagai tujuan antara untuk pembentukan tingkah laku yang lebih luas. Artinya, sejauh mana materi yang dikuasai siswa dapat membentuk pada perilaku siswa itu sendiri.
BSNP (2006) merekomendasikan bahwa dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran yang perlu diperhatikan adalah
1) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesionall;
2) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
3) Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki
konsep materi pembelajaran.
4) Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.
Pembelajaran apapun yang akan dilaksanakan oleh seorang pengajar dalam pengajaran, seorang pengajar pastinya mempunyai tujuan yang akan dicapai oleh peserta didik. Menurut H. Zaini (2008) tujuan pembelajaran yaitu : mendapatkan pengetahuan, mampu menyampaikan pendapat, merubah sikap, keahlian dalam bidang tertentu.
Berdasarkan hal tersebut, metode atau cara apapun yang akan digunakan oleh pengajar dalam pembelajaran, seorang pengajar harus merumuskan tujuan yang akan dicapai pada akhir proses pembelajaran. Kemudian pengajar menentukan metode atau strategi yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan dalam rumusan tujuan pembelajaran.
5) Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (2005) pembelajaran kooperatif adalah para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Menurut Johnson, DW. Johnson, RT Hambee EJ. (1991), pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil tempat siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun kelompok. Download ptk pkn smp kelas 9 pdf Dari pengertian tersebut tersirat tiga (3) karakteristik pembelajaran kooperatif adalah kelompok kecil, belajar/ bekerja sama, dan pengalaman belajar.
Johnson & Johnson (dalam Anita Lie : 2002) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran koopeatif untuk mencapai hasil yang maksimal. Kerja kelompok bisa dianggap sebagai pembelajaran kooperatif apabila memiliki 5 unsur metode pembelajaran gotong roying harus diterapkan.
Kelima unsur tersebut adalah :
1) Saling ketergantungan positif (positive interdependence);
Saling ketergantungan positif (positive interdependence) berarti bahwa pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membantu satu sama lain dalam menguasai materi pembelajaran. Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Setiap anggota berpartisipasi secara aktif untuk mencapai tujuan bersama. Karena itu, untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, guru perlu menyusun tugas sedeimikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Setiap anggota kelompok
kooperatif harus bekerja sama dan berusaha sampai ia benar-benar menguasai materi pelajaran dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
2) Interkasi langsung antar siswa (face to face interaction student);
Interaksi langsung antar siswa (face to face interaction student) merupakan kegiatan interaksi yang bertujuan memberikan kesempatan kepada para siswa untuk bersinergi demi keuntungan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih baik dibanding pemikiran seorang diri. Inti dari sinergi itu adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal satu sama lain.
3) Tanggung jawab individu untuk menguasai materi yang ditetapkan (individual accountability);
Tanggung jawab individu (individual accountability) adalah setiap anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif perlu menyadari tanggung jawab pribadi dalam kelompoknya. Secara individu seseorang menentukan keberhasilan kelompok menyelesaikan tugasnya. Karena itu, kunci utama keberhasilan mendorong tanggung jawab individu dalam kelompok terletak pada tugas yang dirancang guru untuk dikerjakan setiap kelompok.
4) Ketrampilan interpersonal dalam kelompok kecil (interpersonal and small-group skills)
Ketrampilan sosial (social skills) merupakan ketrampilan yang dibutuhkan dalam pembelajaran kooperatif. Ketrampilan sosial berperan mengarahkan seorang siswa berinteraksi dan membangun kerja sama dengan siswa yang lain. Ketrampilan sosial yang dimiliki akan menuntun siswa peka menghargai berbagai perbedaan di antara teman belajar, sehingga ia mampu menempatkan diri di antara berbagai keragaman baik budaya, ekonomi, dan bahasa yang justru dapat digunakan untuk menunjang keberhasilan dalam belajar.
5) Evaluasi proses kelompok
Setiap anggota kelompok dengan kesadarannya akan belajar untuk menyelesaikan diri dengan yang lain. Penyesuaian diri ini melahirkan penghargaan terhadap sesamanya. Dalam pembelajaran kelompok ini proses pembelajaran diikuti oleh siswa. Mereka akan menyatukan perbedaan yang ada untuk mencapai tujuan bersama. Sementara itu guru juga akan memahami bahwa keberhasilan kelompok tersebut disebabkan karena adanya usaha yang aktif dari siswa. Download ptk pkn smp Pendidik akan melihat dan menilai proses yang terjadi dalam proses pembelajaran kelompok tersebut.
Ketrampilan kooperatif yang harus ada dalam model pembelajaran kooperatif yaitu : (Made Wena : 2009)
1) Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma;
2) Functioning (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok;
3) Form ating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan;
4) Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.
Menurut Slavin (2005) pembelajaran kooperatif memiliki macam-macam tipe yaitu :
1) Team-Assisted Individualization (TAI);
TAI dirancang khusus untuk mengajarkan matematika kepada siswa yang belum siap menerima pelajaran secara lengkap dengan menggabungkan pembelajaran kooperatif dan individual.
2) Team Games-Tournament (TGT)
Team Games-Tournament (TGT) hampir sama dengan STAD, kecuali dalam hal evaluatif pada akhir pelajaran. Jika pada model pembelajaran STAD, evaluasinya dengan tes tertulis atau lisan. Sementara
pada model TGT pada akhir pelajaran evaluasinya dalam bentuk games, dimana siswa memilih sendiri nomor pertanyaan yang sudah disediakan.
3) Group Investigation;
Group investigation adalah model pembelajaran yang mencakup penguasaan, analisis, dan mensintesiskan informasi untuk menyelesaikan masalah yang bersifat multi aspek. Siswa mencari sumber belajar baik dari dalam sekolah maupun di luar sekolah. Selanjutnya siswa mengevaluasi dan mensintesiskan informasi yang disumbangkan oleh setiap anggota kelompok supaya dapat menghasilkan karya kelompok.
4) Student Team-Achievement Division (STAD)
Student Team Achievement Division (STAD) adalah model pembelajaran kooperatif dimana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil yang heterogen dan saling membantu dalam belajar untuk memahami materi pelajaran yang telah disampaikan guru.
5) Cooperated Integrated Reading and Composition (CIRC);
Model pembelajaran ini difokuskan untuk mengajari pelajaran membaca, menulis dan seni berbahasa di sekolah. Guru menggunakan novel atau bahan bacaan yang berisi latihan soal dan cerita. Siswa ditugaskan untuk belajar secara berpasangan dalam kegiatan yang bersifat kognitif, termasuk membaca cerita satu sama lainnya, membuat prediksi mengenai bagaimana akhir sebuah cerita naratif, saling merangkum cerita, menulis tanggapan terhadap cerita, melatih pengucapan, dan melatih untuk menguasai gagasan utama.
6) Co-op Co-op
Co-op Co-op adalah model pembelajaran kooperatif dimana siswa didorong untuk menemukan beberapa topik yang menarik bagi mereka. Setelah mengidentifikasi masalah yang akan didalami, mereka memilih sendiri topik yang akan dibahas dalam kelompoknya masing-masing. Siswa diberi waktu untuk bekerja dalam kelompok, dan hasil kerjanya dipresentasikan di kelas. Contoh ptk pkn smp doc Pada akhirnya evaluasi secara keseluruhan materi yang didalami semua kelompok, contoh : Co-op Think – Pair – Share.
7) Learning Together
Model Pembelajaran Learning Together dikembangkan oleh David dan Roger Johnson beserta rekan-rekannya di University of Minnesota tahun 1984. Model ini sama dengan STAD, hanya perbedaannya Learning Together untuk memberikan sertifikat atau rekognisi tim lainnya. Pada Learning Together menyoroti pembangunan kelompok, menilai sendiri kinerja kelompok, dan merekomendasikan penggunaan penilaian tem.
8) Jigsaw II
Model asli jigsaw dikembangkan Elliot Arronson dan rekan-rekannya tahun 1978. Kemudian diadaptasi oleh Slavin tahun 1986 yang diberi nama Jigsaw II. Model pembelajaran ini adalah tipe pembelajaran kooperatif dimana siswa mempelajari bahan ajar yang bila digabungkan dengan materi yang diajarkan oleh siswa lain, membentuk kumpulan pengetahuan atau keterampilan yang padu. (Silberman : 2004)

1) Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah suatu strategi atau cara guru dalam menyampaikan materi pada saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung (Nana Sudjana : 2000). Materi pembelajaran yang sudah disiapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan cara-cara tertentu agar siswa dapat mengerti isi pelajaran itu dan dapat mengembangkannya kembali dalam kehidupan yang konkret dalam masyarakat.
Metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam proses pembelajaran berlangsung antara lain metode pembelajaran kooperatif, metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, kerja kelompok, eksperimen, simulasi dan lain-lain.
Dalam penelitian ini metode pembelajaran yang dibahas adalah metode pembelajaran kooperatif, khususnya metode pembelajaran Think – Pair – Share, dan ceramah.

2) Metode Pembelajaran Ceramah
a) Pengertian
Metode ceramah adalah metode yang paling popular dan banyak dilakukan oleh guru, selain mudan penyajian juga tidak banyak memerlukan media (Mulyani Sumantri : 2000). Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan menganggap bahwa metode ceramah itu mudah dalam penggunaannya dalam proses kegiatan pembelajaran di kelas. Karena dianggap metode yang popular dan banyak dilakukan oleh guru, maka kecenderungan untuk menganggap metode tersebut mudah diterapkan di kelas semakin bertambah juga.
Fakta bahwa metode ceramah itu sangat dipengaruhi oleh pribadi guru yang bersangkutan tidak bisa disingkirkan begitu saja. Seorang guru harus memiliki keterampilan yang cukup untuk menggunakan metode ceramah dalam proses belajar di kelas. Hal senada diungkapkan oleh (Dimyati : 1999) bahwa metode ceramah itu sangat dipengaruhi oleh personalitas guru yaitu suara, gaya bahasa, sikap, prosedur, kelancaran, kemudahan bahasa, keteraturan guru dalam memberikan penjelasan yang tidak dapat dimiliki secara mudah oleh setiap guru.
(Mulyani Sumantri : 2000) mendefinisikan metode ceramah sebagai penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan secara lisan kepada peserta didik. Sedangkan (Winarno Surakhmad : 1980) mengartikan metode ceramah sebagai sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh seorang terhadap sekelompok pendengar. Alat utama perhubungan dengan kelompok pendengar adalah bahasa lisan.
Sementara itu (Dimyati : 1991) mengungkapkan bahwa metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi belajar mengajar yang dilakukan melalui penjelasan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap sekelompok peserta didik. Selanjutnya, metode ceramah adalah suatu cara penyajian bahan ajar atau cara mengajar melalui
penjelasan atau penuturan secara lisan oleh guru kepada peserta diidk (Widi Rahardjo : 2002).
b) Tujuan
Setiap metode yang digunakan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran di kelas pasti sudah ditentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh guru tersebut. Demikian juga metode ceramah yang digunakan guru di kelas memiliki tujuan. Mulyani Sumantri dan (Johar Permana : 2000) tujuan umum metode ceramah adalah untuk menyampaikan bahan yang bersifat informasi (konsep-konsep, pengertian-pengertian, prinsip-prinsip) yang banyak dan luas serta untuk penemuan-penemuan yang langka dan belum meluas.
Selanjutnya ahli yang sama (Mulyani Sumantri dan Johar Permana : 2000) mengemukakan bahwa tujuan khusus metode ceramah adalah :
(1) Menciptakan landasan pemikiran peserta didik melalui produk ceramah yaitu bahan tulisan peserta didik sehingga peserta didik dapat belajar melalui bahan tertulis hasil ceramah guru.
(2) Menyajikan garis-garis besar isi pelajaran dan permasalahan penting yang terdapat dalam isi pelajaran.
(3) Merangsang peserta didik untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa ingin tahu melalui pemerkayaan belajar.
(4) Memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan penjelasan secara gamblang dan menyinggung penjelasan teori dan prakteknya.
(5) Sebagai langkah awal untuk metode yang lain dalam upaya menjelaskan prosedur yang harus ditempuh peserta didik.
Selain tujuan yang diungkapkan tersebut di atas, (Moedjiono dan Dimyati : 1991) juga mengatakan bahwa metode ceramah dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud adalah :
(1) Menghemat biaya penyelenggaraan pendidikan, karena metode ceramah memungkinkan seorang untuk menghadapi sejumlah besar siswa secara serentak.
(2) Mengatasi keterbatasan waktu, peralatan dan kelompok siswa yang mempunyai tipe pengamatan auditif.
(3) Mengatasi keterbatasan persediaan dan/ atau pengadaan bahan pembelajaran yang berisi pokok permasalahan yang harus dipelajari siswa;
(4) Mengatasi keterbatasan kemampuan membaca pada diri siswa. 
c) Keunggulan
Setiap metode yang digunakan dalam proses pembelajaran di kelas memiliki keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan. Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2000) menunjukkan keunggulan metode ceramah yaitu :
(1) Murah dalam arti efisien dalam pemanfaatan waktu dan menghemat biaya pendidikan dengan seorang guru yang menghadapi banyak peserta didik.
(2) Mudah dalam arti materi dapat disesuaikan dengan keterbatasan waktu, karakteristik peserta didik tertentu, pokok permasalahan dan keterbatasan peralatan dan dapat disesuaikan dengan jadwal guru terhadap ketidaktersediaan bahan-bahan tertulis.
(3) Meningkatkan daya dengar peserta didik dan menumbuhkan minat belajar dari sumber lain. Contoh ptk pkn smp pdf 
(4) Memperoleh penguatan bagi guru dan peserta didik yaitu guru memperoleh penghargaan, kepuasan, dan sikap percaya diri dari peserta didik atas perhatian yang ditunjukkan peserta didik dan peserta didik pun merasa senang dan menghargai guru bila ceramah guru meninggalkan pesan dan berbobot.
(5) Memberikan wawasan yang luas daripada sumber lain karena guru dapat menjelaskan topik dengan mengkaitkannya dengan kehidupan sehari-hari.
d) Kelemahan
Kemudian (Mulyani Sumantri : 2000) mengungkapkan secara tegas bahwa kelemahan-kelemahan metode ceramah dalam penerapannya adalah
(1) Dapat menimbulkan kejenuhan pada peserta didik apalagi bila guru kurang dapat mengorganisasikannya.
(2) Menimbulkan verbalisme pada peserta didik.
(3) Materi ceramah terbatas pada apabila yang diingat guru.
(4) Merugikan peserta didik yang lemah dalam keterampilan mendengarkan.
(5) Menjejali peserta didik dengan konsep yang belum tentu diingat terus.
(6) Informasi yang disampaikan mudah usang dan ketinggalan jaman.
(7) Tidak merangsang perkembangan kreatifitas peserta didik;
(8) Terjadi proses satu arah yaitu dari guru kepada peserta didik.
Ahli yang lain mengungkapkan hal yang hampir sama. Menurut (Dimyati : 1991) menerangkan bahwa kelemahan metode ceramah adalah
(1) Cenderung terjadi proses satu arah yang mengakibatkan siswa berperan pasif selama penerapan metode ini jika diterapkan secara murni.
(2) Cenderung ke arah pembelajaran berdasarkan guru yang ditandai dengan menempatkan guru sebagai pihak primer dalam proses belajar mengajar dan siswa sebagai pihak sekunder, isi ceramah diwarnai minat dan perhatian guru, kemajuan belajar bergantung pada kecepatan penyajian isi pelajaran oleh guru.
(3) Menurunkan perhatian siswa sebagai akibat kejenuhan terhadap panjangnya ceramah.
(4) Ingatan jangka pendek dimana metode ini mampu menghasilkan ingatan dalam diri siswa dalam jangka waktu pendek.
(5) Merugikan kelompok siswa tertentu khususnya siswa yang tidak memiliki tipe pengamatan auditif, tidak bisa mencatat, dan merugikan siswa yang mampu belajar sendiri lebih cepat daripada diceramahi secara klasikal.
(6) Tidak efektif untuk mengajarkan keterampilan psikomotorik dan menanamkan sikap.
e) Langkah-langkah pembelajaran
Secara garis besar terdapat 4 langkah yang tercakup dalam prosedur pemakaian metode ceramah dalam proses belajar mengajar (Dimyati : 1991). Keempat langkah prosedur tersebut adalah
(1) Tahap persiapan ceramah
Pada tahap ini yang dilakukan seorang guru adalah mengorganisasikan isi pelajaran yang akan diceramahkan, mempersiapkan penguasaan isi pelajaran yang akan diceramahkan, dan memilih serta mempersiapkan media instruksional dan/ atau alat bantu instruksional yang akan digunakan dalam ceramah.
(2) Tahap awal ceramah
Pada tahap ini seorang guru melakukan peningkatan hubungan guru-siswa secara akrab, peningkatan perhatian siswa untuk belajar lebih giat, penyampaian pokok-pokok isi ceramah secara garis besar.
(3) Tahap pengembangan ceramah
Tahap ini merupakan tahap kegiatan inti dalam penggunaan metode ceramah. Tahap ini seorang guru melakukan menyajikan isi pelajaran yang telah diorganisasikan sebelumnya. Pada tahap ini hal-hal yang harus diperhatikan guru adalah memberikan keterangan secara singkat dan jelas, penggunaan papan tulis sebagai upaya visualisasi, memberikan keterangan ulang dengan menggunakan istilah atau kata-kata yang lebih jelas, merinci dan memperluas pelajaran, mencari balikan (feedback) sebanyak-banyaknya selama berceramah.
(4) Tahap akhir ceramah
Tahap akhir ceramah atau tahap kesimpulan merupakan kegiatan terakhir dari guru dalam pemakaian metode ceramah. Hal yang dilakukan oleh guru adalah : membuat rangkuman dari garis¬garis besar isi pelajaran yang diceramahkan; menjelaskan hubungan isi pelajaran yang diceramahkan dengan isi pelajaran berikutnya; menjelaskan tentang kegiatan pada pertemuan berikutnya.
f) Syarat-syarat penerapan metode ceramah
Untuk dapat menetapkan apakah metode ceramah sesuai diterapkan dalam situasi tertentu, maka seorang guru harus memperhatikan kapan kewajaran ceramah itu digunakan. Menuru Winarno S (1980) metode ceramah dikatakan wajar dipakai apabila :
(1) Seorang penatar akan menyampaikan fakta (kenyataan) atau pendapat dimana tidak terdapat bahan bacaan yang merangkum fakta atau pendapat tersebut.
(2) Seorang penatar harus menyampaikan fakta kepada kelompok pendengar yang besar jumlahnya sehingga metode-metode yang lain tidak mungkin dipakai.
(3) Penatar adalah pembicara yang bersemangat dan akan merangsang kelompok untuk melaksanakan sesuatu.
(4) Seseorang akan menyimpulkan pokok yang penting yang telah dipelajari oleh kelompok untuk memungkinkan anggota kelompok melihat lebih jelas hubungan antara pokok yang satu dengan yang lain.
(5) Seseorang yang akan memperkenalkan pokok yang baru dalam rangka menghubungkannya dengan hasil interaksi yang telah terjadi sebelumnya.
Selanjutnya, Dimyati dkk (1991) mengungkapkan bahwa syarat-syarat metode ceramah sesuai digunakan apabila :
(1) Tujuan dasar pengajaran adalah menyampaikan informasi baru.
(2) Isi pelajaran langka misalnya penemuan baru. Download ptk pkn smp kelas 9 pdf 
(3) Isi pelajaran harus diorganisasikan dan disajikan dalam sebuah cara khusus untuk kelompok tertentu.
(4) Membangkitkan minat terhadap mata pelajaran.
(5) Isi pelajaran tidak diperlukan untuk diingat dalam waktu yang lama.
(6) Untuk mengajar penggunaan metode mengajar yang lain dan pengarahan penyelesaian tugas-tugas belajar.
Kemudian Dimyati dkk (1991) menulis bahwa metode ceramah tidak sesuai digunakan apabila :
(1) Tujuan pengajaran bukan tujuan perolehan informasi.
(2) Isi pelajaran perlu diingat dalam jangka waktu yang lama.
(3) Isi pelajaran kompleks, rinci, dan abstrak.
(4) Pencapaian tujuan yang mempersyaratkan partisipasi siswa.
(5) Tujuan kognitif tingkat tinggi yang mencakup analisis, sintesis, atau evaluasi.
(6) Para siswa yang inteligensi atau pengalaman pendidikannya rata-rata atau dibawah rata-rata.
c. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar (Solihatin dalam Evi : 2000). Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil yang bekerja sebagai suatu tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya (Erman dkk dalam Evi : 2007).
Upaya untuk mengoptimalkan pembelajaran kooperatif yang harus diperhatikan adalah heterogen anggota timnya, baik dari kemampuan atau karakteristik lainnya. Untuk menjamin heterogenitas keanggotaan kelompok, sebaiknya gurulah yang membagi kelompok. Jika para siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda dimasukkan dalam satu kelompok, maka dapat memberikan keuntungan bagi siswa yang berkemampuan rendah dan sedang. Sedangkan siswa yang pandai akan dapat mentransfer ilmu yang dimilikinya. Ukuran kelompok yang ideal untuk pembelajaran kooperatif adalah 4 – 7 orang.
Pembelajaran kooperatif dalam kewarganegaraan dapat membantu siswa meningkatkan sikap positif dalam kewarganegaraan. Siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkah rasa bosan terhadap kewarganegaraan. Pembelajaran kooperatif juga terbukti sangat bermanfaat bagi siswa yang heterogen. Dengan menonjolkan interaksi dalam kelompok, model pembelajaran ini dapat membuat siswa menerima siswa lain yang berkemampuan dan berlatarbelakang berbeda.
1) Pembelajaran Kooperatif tipe Think – Pair – Share
Pembelajaran Think – Pair – Share merupakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural (PS). Pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Pembelajaran Think – Pair – Share kali pertama dikenalkan oleh Professor Frank Lyman dari University of Maryland (1981) Think – Pair – Share memiliki prosedur yang diterapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Teknik belajar mengajar Think – Pair – Share sebagai struktur kegiatan gotong royong memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dalam kelompok. (Peni : 2008).
Adanya kegiatan “berpikir – berpasangan – berbagi” memberikan keuntungan. Siswa secara individu dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think-time), sehingga kualitas jawaban siswa juga meningkat. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, dengan metode klasikal hanya memungkinkan satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, tetapi Think – Pair – Share memberikan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Anita Lie : 2002). Para guru juga mempunyai waktu lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan Think – Pair – Share. Guru dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa dan mengajukan pertanyaan.
Tahapan utama dalam pembelajaran Think – Pair – Share menurut (Ibrahim : 2008) adalah sebagai berikut :
Tahap 1 .Think (berpikir)
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Tahap 2. Pair (berpasangan)
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban atau berbagi ide jika suatu persoalan/ masalah khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
Tahap 3. Share (berbagi)
Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Keterampilan berbagi dengan seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan.
Langkah-langkah pembelajaran Think – Pair – Share adalah sebagai berikut.
1. Pendahuluan
Fase I : Persiapan
a. Guru melakukan apersepsi.
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
c. Guru memberikan motivasi.
2. Kegiatan inti
Fase II : Pelaksanaan pembelajaran Think – Pair – Share
Langkah pertama :
a. Guru menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan.
b. Siswa memperhatikan/ mendengarkan dengan aktif penjelasan dan pertanyaan dari guru.
Langkah kedua :
a. Berpikir : siswa berpikir secara individual.
b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan hasil pemikiran masing-masing.
Langkah ketiga :
a. Berpasangan : setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing dengan pasangan.
b. Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan. Siswa
mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja kelompoknya.
Pelaksanaan model ini dapat dilengkapi dengan LKS, kumpulan soal latihan yang dikerjakan secara kelompok.
Langkah keempat :
a. Berbagi : siswa berbagi jawaban mereka dengan seluruh kelas.
b. Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah secara individual atau kelompok di depan kelas. Individu atau kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan pendapat terhadap hasil diskusi kelompok tersebut.
c. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan. Jika ada siswa yang belum berhasil di fase ini, guru diharapkan memberikan dorongan semangat.
Fase III : Penutup
a. Dengan bimbingan guru, siswa membuat simpulan dari materi yang telah didiskusikan
b. Guru memberikan evaluasi atau latihan soal mandiri.
c. Siswa diberi PR dari buku paket/ LKS atau mengerjakan ulang soal evaluasi.
2) Pengertian Reward
Thorndike (dalam Raniyati : 2010) berpendapat bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh Reward (ganjaran) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi tingkah laku dengan stimulus (rangsangan).
Menurut Edi Soegito (2010) Reward (ganjaran) atau penguatan (reinforcement) adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya tingkah laku tersebut. Download ptk pkn smp  Memberikan penguatan ini kelihatannya sangat sederhana namun mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi siswa, bayangkan seandainya siswa telah berusaha untuk menunjukkan pekerjaan yang baik, akan tetapi guru bersikap acuh tanpa memberi komentar apapun, dapat membuat siswa patah semangat. Penghargaan dari guru sebenarnya tidak berat, cukup dengan anggukan, senyuman, pujian atau bahkan acungan ibu jari, namun kenyataannya masih banyak yang tidak melakukannya.
3) Bentuk-Bentuk Reward
Fathleen Sri Wandani ( dalam Raniyati : 2010) menyatakan bahwa ada lima kategori utama bentuk Reward yang dengan mudah diperoleh dalam kelas.
Adapun kategori bentuk Reward adalah :
1. Reward berupa pujian.
2. Reward berupa aktivitas.
3. Reward berupa ganjaran.
4. Reward berupa denda.
5. Reward berupa tanda kredit, ganjaran ini tidak bernilai tinggi tetapi kelak dapat ditukarkan dengan sesuatu yang berharga.
4) Tujuan Pemberian Reward
(Prasetyo : 2010) menyatakan bahwa ada 4 tujuan diberikan penguatan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan keaktifan dan perhatian siswa.
2. Membangkitkan dan memelihara motivasi siswa.
3. Memudahkan siswa belajar.
4. Mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa yang kurang positif serta mendorong munculnya tingkah laku yang produksi.
d. Pembelajaran Kewarganegaraan
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagia suatu proses yang mana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang dihadapi, dengan keadaan bahwa karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar kecenderungan-kecenderungan reaksi asli, kematangan, atau perubahan¬perubahan sementara dari organisme (Jogiyanto:2006).
Atau dengan kata lain bahwa, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan para peserta didik.
Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai mata pelajaran yang memiliki keunikan tersendiri. Karena dalam pendidikan Kewarganegaraan dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan demokrasi, pendidikan moral dan pendidikan Pancasila (P.S. Widi Raharja:2008). Dalam hakekat pendidikan kewarganegaraan terdapat tujuan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yaitu sebagai berikut :
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

1) Visi dan Misi Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut BSNP (2006) visi mata pelajaran PKn adalah terwujudnya suatu mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa (nation and character building) dan pemberdayaan warga negara.
Kemudian misi mata pelajaran ini adalah membentuk warga negara yang baik, yakni warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 (BSNP, 2006).

2) Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) mempunyai karakteristik sebagai sarana pembinaan watak bangsa (nation and character building) dan pemberdayaan warga negara. Contoh ptk pkn smp doc Warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajiban dalam kehidupan berbangsa, bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

3) Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan
Hakekat pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengembangkan dan membina sikap (efective education) mulai dari tingkatan yang belum tahu terhadap nilai sampai siswa menyadari dan melakukan nilai moral dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari.

4) Peranan Pendidikan Kewarganegaraan
Hamid Darmadi (2010) mengemukakan bahwa Peranan Pendidikan Kewargangeraan adalah :
a) Membina, mengembangkan dan melestarikan konsep, nilai, moral dan norma Pancasila secara dinamis dan bertanggung jawab.
b) Membina dan mengembangkan jati diri manusia Indonesia yang seutuhnya, agar berkepribadian Pancasila dan melek politik yang mampu menjadi insan teladan dan narasumber dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

5) Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut BSNP (2006) adalah :
1) Memiliki kemampuan berfikir secara rasional, kritis dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan sehingga mampu memahami berbagai wacana kewarganegaraan.
2) Memiliki keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi secara demokratis dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan masyarakat, berbangsa dan bernegara.
3) Memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
4) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
5) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan duni secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam tesisnya, Ahmad Haris Bhakti (2009) mengatakan bahwa tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar peserta didik dapat :
a) Mengembangkan pengetahuan dan kemampuan memahami dan menghayati nilai-nilai Pancasila dalam rangka pembentukan sikap dan perilaku sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara yang bertanggung jawab.
b) Memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
c) Mempunyai pola pikir, sikap dan perilaku yang berasaskan nilai, moral dan nilai Pancasila serta UUD 1945.
d) Menjadi warga negara Indonesia yang memiliki politik, cinta pembangunan dan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

6) Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan
BSNP (2006) mengemukakan bahwa ruang lingkup atau isi mata pelajaran PKn yaitu mencakup dimensi politik, hukum, dan moral. Ruang lingkup mata pelajaran PKn meliputi aspek-aspek :
a) Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi : hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.
b) Norma, Hukum dan Peraturan, meliputi : tertib dalam kehidupan keluarga, tata terib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan bangsa dan negara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.
c) Hak Asasi Manusia, meliputi : hak dan kewajiban anak : hak dan kewajiban anggota masyarakat; instrumen nasional dan internasional HAM; pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
d) Kebutuhan Warga Negara meliputi : hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara;
e) Konstitusi Negara meliputi : proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi;
f) Kekuasan dan Politik, meliputi : pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan pers dalam masyarakat demokrasi.
g) Pancasila meliputi : kedudukan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara. Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara. Download ptk pkn smp kelas 9 Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila sebagai ideologi terbuka.
h) Globalisasi meliputi : Globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan Organisasi Internasional, dan mengevaluasi globalisasi.
Ahmad Haris Bakti (2009) mengatakan bahwa ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah
a) Nilai moral dan norma bangsa Indonesia serta perilaku yang diharapkan terwujud dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
b) Kehidupan ideologi, politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan di negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

7) Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan
Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan berfungsi untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter baik, serta setia kepada Bangsa dan Negara Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. Selain itu juga berfungsi sebagai pengikat untuk menyatukan visi peserta didik yang beragam latar belakang tentang budaya persatuan yang dapat mendukung tetap berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (BSNP, 2006).
Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan menurut Hamid Darmadi (2010) adalah :
a. Mendidik siswa dengan tatanan konsep, nilai, norma dan moral berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
b. Membentuk, membina dan mengembangkan potensi serta kualifikasi peserta didik;
c. Membentuk totalitas diri peserta didik yang berjiwa atau berkepribadian Pancasila dan UUD 1945.
d. Membina dan membentuk warga negara Indonesia yang baik, cinta bangsa dan negara, serta memiliki ketahanan fisik dan non fisik yang tinggi.

2.2. Kerangka Berfikir
Sudah saatnya pembelajaran kewarganegaraan hendaknya lebih bervariasi metode maupun strateginya guna mengoptimalkan potensi siswa. Pemilihan metode, strategi dan pendekatan dalam mendesain model pembelajaran guna terciptanya iklim pembelajaran aktif yang bermakna adalah tuntutan yang harus dipenuhi guru agar siswa dapat berpikir logis, kritis dan dapat memecahkan masalah dengan sikap terbuka, kreatif dan inovatif serta tidak membosankan.
Pembelajaran yang hanya berorientasi pada pencapaian target penyampaian materi, membuat siswa pasif dan hasil belajar siswa cenderung rendah. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran hanya bersifat monoton melalui ceramah kemudian diberikan tugas akhir, dengan kata lain pada pembelajaran ini hanya terpusat pada guru saja.
Sudah saatnya pembelajaran PKn hendaknya lebih bervariasi metode maupun strateginya guna mengoptimalkan potensi siswa. Pemilihan metode, strategi dalam mendesain model pembelajaran guna menciptakan iklim pembelajaran aktif yang bermakna adalah tuntutan yang harus dipenuhi guru agar siswa dapat berfikir logis, kritis dan dapat memecahkan masalah dengan kreatif serta tidak membosankan, hendaknya guru memberikan suatu semangat dukungan untuk memotivasi siswa agar lebih serius mengerjakan soal materi. Ketika Reward diterapkan dalam belajar siswa terlihat serius dan antusias terhadap tugas yang diberikan. Motivasi yang tinggi menjadikan
siswa semangat dalam belajar, sebaliknya motivasi yang rendah akan menyebabkan siswa tidak semangat dalam belajar.

2.3. Hipotesis Tindakan
Melalui metode pembelajaran kooperatif Think – Pair – Share dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn di kelas IXA SMPN 1 .... Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.

C.CONTOH LAPORAN PROPOSAL PTK PKn SMP TERBARU

BAB III
METODE PENELITIAN


3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas dalam upaya perbaikan (Kasbolah : 2001). Metode penelitian tindakan kelas ini merujuk pada proses pelaksanaan penelitian yang meliputi menyusun rencana tindakan/ Planning, Pelaksanaan Tindakan/ Acting, dan Pengamatan/ Observasi, serta refleksi/ Reflecting (Suharsimi Arikunto : 2007).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan subjek siswa/ siswi SMP Negeri 1 .... Kelas IXA khususnya berjumlah 34 Siswa. Di kecamatan .... Kabupaten .... Semester II Tahun 2015/2016. Dengan waktu penelitian mulai bulan Januari 2016 sampai selesai.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
1. Tes
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang memperoleh hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Think – Pair – Share yang disertai pemberian Reward kepada siswa.
2. Observasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang memperlihatkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan model pembelajaran Think – Pair – Share yang disertai pemberian Reward kepada siswa.
3. Dokumentasi
Adalah alat yang digunakan untuk mendapatkan hasil data aktifitas siswa yang diperoleh dari observasi, berupa data-data dari hasil penelitian tiap siklusnya.

3.4. Analisis Data
Penganalisasan dapat menggunakan deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Deskripsi kualitatif adalah yang menyangkut meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada saat mengikuti pembelajaran PKn, sedangkan diskripsi kuantitatif adalah mengenai prosentase hasil belajar siswa.

3.5. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dirancang dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/ observasi, dan refleksi. Masing-masing siklus dilaksanakan dengan satu kali pertemuan. Download ptk pkn smp kelas 9 pdf  Deskripsi Pelaksanaan Siklus (Ibrahim : 2000)
I. Pra Siklus
a. Persiapan untuk melakukan penelitian.
b. Pada tahap pra siklus ini ditemukan faktor-faktor yang menyebabkan keaktifan dan hasil belajar siswa kurang.
c. Pembuatan lembar observasi, untuk mengamati pada kegiatan pra siklus.
d. Menetapkan target pencapaian penelitian, yaitu sebesar 75% dari jumlah siswa yaitu 34 siswa.
I. Siklus I
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan meliputi :
a. Membuat RPP dengan materi.
b. Pembuatan lembar soal, berupa soal test dan lembar observasi. Soal digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi.
c. Pembuatan lembar observasi, digunakan untuk mengobservasi/ mengamati KBM pada mata pelajaran PKn.
2. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan pada tahap ini dilakukan dengan rentan waktu 3x pertemuan meliputi :
1. Pertemuan 1
Pada siklus I yang digunakan 2 x 45 menit dengan materi pokok “Memahami pelaksanaan Demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan”.
a. Kegiatan Awal
1) Guru melakukan apersepsi dan absensi.
2) Guru menyampaikan indikator belajar pada siswa.
3) Guru membagikan materi dalam bentuk handout.
b. Kegiatan Inti
1) Guru membagi siswa ke dalam 6 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 – 6 siswa.
2) Guru memberikan materi yang akan didiskusikan oleh siswa.
3) Siswa diberikan kesempatan untuk MEMIKIRKAN jawaban secara individu, mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
4) Siswa membentuk kelompok BERPASANGAN diskusi untuk membahas tugas kelompoknya.
5) Siswa mempresentasikan BERBAGI tugas kelompoknya di depan kelas.
c. Kegiatan Akhir
2. Pertemuan ke II
Pada pertemuan ke II ini dalam waktu 2 x 45 menit yaitu dengan menitikberatkan pada pelaksanaan diskusi di depan kelas : 
a. Kegiatan Awal
1) Kesiapan di kelas, guru melakukan apersepsi.
2) Guru mengajukan pertanyaan tentang materi pertemuan sebelumnya.
b. Kegiatan Inti
1) Siswa mempresentasikan hasil diskusinya secara bergiliran sedangkan kelompok lain menanggapi.
2) Siswa dalam kelompok menjawab pertanyaan, sanggahan dari kelompok lain.
3) Kelompok dalam presentasi memberi kesimpulan dan guru memberikan tambahan penjelasan materi.
c. Kegiatan Akhir
1) Guru melakukan penilaian presentasi masing-masing kelompok.
2) Dengan bimbingan guru siswa membuat kesimpulan hasil diskusi.
3. Pertemuan ke III
Pada pertemuan ke 3 kegiatan pembelajaran adalah meneruskan diskusi atau presentasi dan mengadakan post test.
a. Kegiatan Awal
1) Guru melakukan apersepsi dan absensi.
b. Kegiatan Inti
1) Meneruskan presentasi kelompok terakhir.
2) Kelompok lain menanggapi dengan berpendapat.
3) Kelompok presentasi memberikan kesimpulan dan guru memberikan tambahan penjelasan.
c. Kegiatan Akhir
1) Guru dan siswa mereview tentang materi yang telah disampaikan.
2) Guru mengadakan evaluasi untuk mengerjakan post test dengan materi yang disampaikan sebelumnya.
4. Pengamatan (observasi)
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pengamatan/ observasi meliputi pengamatan aktivitas siswa. Download ptk pkn smp Hasil pengamatan digunakan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran berlangsung, peningkatan aktivitas siswa individu dan kelompok serta ketepatan penggunaan pembelajaran dengan metode pembelajaran Think – Pair – Share yang disertai dengan pemberian Reward kepada siswa.
5. Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analilsis yang berkaitan dengan kekurangan yang dijumpai selama pembelajaran. Dan kekurangan pada tahap ini akan diperbaiki pada pelaksanaan siklus II.
I. Siklus I
1. Perencanaan
a) Menyusun rencana perbaikan pembelajaran berupa RPP.
b) Mempersiapkan sumber belajar yang relevan sebagai penunjang.
c) Membuat lembar observasi dan lembar kerja siswa.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan pada tahap ini dilakukan dengan rentan waktu 3 x pertemuan (6 x 45 menit) meliputi :
1. Pertemuan 1
Pada siklus II yang digunakan menit dengan materi pokok “Pentingnya Kehidupan Demokrasi dalam Berbangsa dan Bernegara.”
a. Kegiatan Awal
1) Guru melakukan apersepsi dan absensi.
2) Guru menyampaikan indikator belajar pada siswa.
b. Kegiatan Inti
1) Guru membagi siswa ke dalam kelompok sesuai kelompok pada siklus 1.
2) Guru memberikan materi yang akan didiskusikan oleh siswa.
3) Siswa diberikan kesempatan untuk MEMIKIRKAN jawaban secara individu, mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
4) Siswa membentuk kelompok BERPASANGAN diskusi untuk membahas tugas kelompoknya.
5) Siswa mempresentasikan BERBAGI tugas kelompoknya di depan kelas.
c. Kegiatan Akhir
2. Pertemuan 2
a. Kegiatan Awal
1) Apersepsi dan absensi.
2) Guru melakukan checking pada setiap masing-masing kelompok.
3) Guru menyampaikan langkah-langkah dalam presentasi.
b. Kegiatan Inti
1) Siswa bergabung dengan kelompok yang sudah dibagi sebelumnya.
2) Guru mempersilahkan siswa untuk mempresentasikan hasil dikusi kelompok secara bergantian, sedangkan kelompok lain menanggapi, tiap anggota kelompok yang presentasi bergabung dengan kelompok lain.
3) Kelompok yang presentasi memberikan kesimpulan dan guru memberikan tambahan penjelasan.
c. Kegiatan Akhir
1) Guru melakukan penelitian presentasi masing-masing kelompok (pemahaman materi dan kemampuan menjawab pertanyaan dari kelompok lain).
2) Guru dan siswa mereview materi pembelajaran.
3. Pertemuan 3
a. Melanjutkan presentasi kelompok terakhir.
b. Guru dan siswa melakukan penarikan kesimpulan dari pembelajaran yang berlangsung.
c. Siswa mengerjakan soal post test.
4. Pengamatan
Pengamatan terhadap proses pembelajaran pada siklus ke II ini dilakukan oleh observer. Pengamatan yang dilakukan mengacu pada kelebihan dan kelemahan pada siklus, yaitu dengan menggunakan media dan dalam penyampaian materi di siklus II pembelajaran harus lebih optimal agar pemahaman siswa meningkat.
5. Refleksi
Setelah guru melakukan proses pembelajaran, maka yang menjadi refleksi adalah peningkatan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa yang tuntas.

3.6. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen, antara lain :
(1) Peneliti
Peneliti merupakan instrumen dalam Penelitian Tindakan Kelas karena manusialah yang menghadapi situasi yang berubah-ubah dan tidak menentu seperti halnya yang banyak terjadi di kelas (Rochiati Wiriatmaja, 2007). Peneliti dapat menjadikan instrumen karena peneliti telah mengetahui dan mempelajari arah atau langkah dari suatu pembelajaran sehingga dapat melakukan pengamatan mendukung.
Dalam penelitian ini, peneliti sebagai perencana, pengumpul data, dan penafsir data.
(2) Lembar observasi
Lembar observasi ini digunakan sebagai instrumen untuk mengamati keaktifan belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
(3) Tes
Tes dilakukan untuk menentukan pengelompokkan, memperoleh point individu dan point kelompok, sebagai dasar penentu hasil belajar dalam proses belajar serta kekuatan metode yang digunakan. Test yang digunakan berupa tes akhir atau post tes.
(4) Dokumentasi
Dokumentasi yang dilakukan untuk mengetahui kegiatan siswa pada setiap pertemuan dan untuk memperkuat data hasil observasi dan tes. Contoh ptk pkn smp doc 

3.7. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan yang digunakan peneliti untuk mengukur keaktifan dan hasil belajar siswa adalah :
1. Meningkatnya keaktifan siswa dari pra siklus sebesar 57,84%, pada siklus I meningkat 67.88% dan siklus II menjadi 75,68%, yang dapat dilihat dari hasil observasi selama pembelajaran.
2. Meningkatnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn yang mencapai standar nilai KKM 70.

D.CONTOH PTK PKn SMP KELAS IX LENGKAP

DAFTAR PUSTAKA


Anita, Lie. 2004. Cooperative Learning Mempraktekkan di Ruang-ruang Kelas. Jakarta : PT. Grasindo.
Arikunto, Suharsimi, 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud.
Kismanto, 2008. Upaya Peningkatan Hasil Belajar dengan Pendekatan Struktural “thin pair share” pada Pembahasan Luas dan Volume Bangun Ruang Kelas X3 SMA Negeri 6 Surakarta.
Elvanah, Handini Fian. 2009. Penerapan Metode Kooperatif Think Pair Share
pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi di SMP Negeri
6 Malang). Skripsi, Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
FIP Universitas Negeri Malang.
Erman, Suherman dkk, 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA Universitas Pendidikan Indonesia.
Handayani, Peni. 2008. Meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui penerapan model pembelajaran think-pair-share berbasis masalah dengan media LKS pada materi pokok aritmetika sosial kelas VI semester I SMP Negeri 4 Ambarawa. Skripsi, Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.
Hernawati, 2007. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learninmg Tipe Think Pair and Share (TPS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI E SMP N 14 Tegal dalam Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press.
Jones Raymond. 2002. Strategy For Reading Comprehensin, TPS. http:curry. Edschool. Virginia. Edu/go/start/tps.html. (12 Mei 2007).
Jogiyanto, Kasihani. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Malang : Universitas Negeri Malang.
Lestari, Raniyati, 2010. Upaya Pemberian Reward kepada Siswa untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 1 Gentan Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung. Skripsi, Jurusan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Kristen Satya Wacana 2012.
Huda Nurul Muhammad, 2009. Penerapan metode reward dalam meningkatkan belajar matematika siswa kelas IV MI NU Malang. Skripsi, Jurusan PGMI. Universitas Islam Negeri Malik Ibrahim Malang.
Rahardja, P.S Widi. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana.
2002. Sekitar Strategi Mengajar dan Ketrampilan Mengajar. Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana.
2008. Sekilas tentang Kurikulum PKn. Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana.
Solihani, Veny. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk Meningkatkan Efektifan Pembelajaran Matematika di SMP pada Pokok Bahasan Perbandingan.http//digilib.Upi.Edu/pasca/etd
Sugino, 2009. Memahami Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung : Alfabeta.
Roka, Joni. 1998. Penelitian Tindakan Kelas, Konsep Dasar. Jakarta : Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah, Dikti.
Rohman, N. 1997. Konsep Dasar PTK. Bandung : IKIP Bandung.

Terima kasih telah berkunjung di Musiyanto Blog yang membahas  CONTOH PTK PKN SMP TERBARU- ini dapat membantu Anda dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan cara mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.