Sabtu, 19 Mei 2018

CONTOH PTK BAHASA INDONESIA KELAS XII SMA TERBARU-

CONTOH PTK BAHASA INDONESIA KELAS XII SMA TERBARU-Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014 mulai Februari sampai dengan Maret 2014 di SMA ............... Metode penelitian yang digunakan dalam ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) (classroom action research). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII-IPA1 SMA ...............Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi, dokumentasi, dan tes/penugasan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui 2 siklus, dimana setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Hasil penelitian pada siklus yang pertama belum mencapai peningkatan kemampuan siswa dalam penggunaan reduplikasi dalam teks editorial. Hal ini terbukti dari hasil rata-rata skor yang diperoleh siswa untuk soal pilihan ganda (PG) hanya sebesar 6.05 dan untuk soal esai (mengarang) hasil rata-rata skor yang diperoleh hanya mencapai 6.03, dengan rata-rata skor keseluruhan hanya mencapai 6.04 indikator pencapaian hasil (IPH) tidak tercapai karena belum mencapai batas kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan (70), selain itu hal ini disebabkan pula oleh kurangnya keterampilan dan kemahiran siswa dalam menjawab tugas yang diberikan secara individu. Tetapi setelah dilaksanakan siklus yang kedua tingkat kemampuan siswa mengalami peningkatan dalam penggunaan reduplikasi dalam teks editorial. Download ptk bahasa indonesia sma doc

Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh dari masing-masing siswa pada siklus yang kedua mengalami peningkatan hingga sebesar 79 untuk soal pilihan ganda (PG) dan untuk soal esai (mengarang) mencapai 7.43 dengan rata-rata skor keseluruhan mencapai 7.66 indikator pencapaian hasil belajar siswa pada siklus 2 telah tercapai melebihi batas KKM (70) yang ditetapkan. Hal ini juga dapat dilihat dari pengamatan yang menunjukkan persiapan yang lebih baik dari siklus sebelumnya (siklus 1).

Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas BAHASA INDONESIA SMA yang diberi judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN REDUPLIKASI DALAM TEKS EDITORIAL DENGAN METODE TUGAS INDIVIDU PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS XII-IPA1 SMA ....". Disini akan di bahas lengkap.


PTK ini bersifat hanya 
REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE PTK BAHASA INDONESIA SMA KELAS XII lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke 081-7283-4988 dengan Format PESAN PTK SMA 014).

A. PTK BAHASA INDONESIA KELAS XII
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Metodologi mengajar perlu dikuasai oleh pendidik karena keberhasilan proses belajar mengajar (PBM) bergantung pada cara mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya baik menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan tingkah laku baik tutur katanya, sikap/tingkah lakunya, dan gaya hidupnya.
Metode mengajar banyak ragamnya, kita sebagai pendidik tentu harus menguasai metode mengajar yang beraneka ragam, agar dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan hanya satu metode saja, tetapi harus divariasaikan, yaitu disesuaikan dengan tipe belajar siswa dan kondisi serta situasi yang ada pada saat itu, sehingga tujuan pengajaran yang telah dirumuskan oleh pendidik dapat terwujud.

Namun, untuk mengetahui tingkat pemahaman setiap individu siswa dalam menyerap pelajaran diperlukan metode yang efektif. Dalam hal ini metode yang efektif adalah metode pemberian tugas individu. Tugas yang diberikan guru pada umumnya dalam bentuk pekerjaan rumah (PR). Dengan tugas ini seringkali siswa hanya meniru atau menyalin pekerjaan orang lain, sehingga pemberian tugas rumah kurang berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Contoh ptk bahasa indonesia sma pdf
Dengan adanya kelemahan tersebut, perlu adanya pengalihan dari tugas rumah menjadi tugas kelas. Dengan pemberian tugas kelas, siswa akan termotivasi untuk lebih mempersiapkan diri sebelum tugas diberikan oleh guru. Teknik pelaksanaan tugas kelas dibagi menjadi dua yaitu tugas kelompok dan tugas individu. Dengan pemberian tugas secara kelompok diharapkan siswa dapat berdiskusi dan saling membantu sehingga hasil belajar siswa diharapkan lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diberi tugas individu.

Salah satu metode pengajaran adalah metode pemberian tugas individu. Metode ini lebih mengutamakan kemampuan berpikir siswa dalam menyerap dan memahami secara individual. Sehingga pendidik dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa mengenai bidang pelajaran yang telah diajarkan tersebut, dan untuk peserta didik mereka dapat memupuk rasa percaya diri dan dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari, mengolah, menginformasikan dan mengkomunikasikan sendiri, juga dapat dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa, serta dapat mengembangkan kreativitas siswa dan mengembangkan pola berpikir dan keterampilan anak setelah berakhirnya kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan dari berbagai kondisi, statmen, argumentasi, dan kenyataan di atas peneliti ingin melakukan penelitian secara lebih mendalam tentang siswa berkaitan dengan Peningkatan Kemampuan Penggunaan Reduplikasi dalam Teks editorial dengan Penerapan Metode Pemberian Tugas Individu. Dalam hal ini penulis mengadakan penelitian pada siswa kelas XII-IPA1 di SMA ...............

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah di atas, masalah yang teridentifikasi sebagai berikut.
1. Bagaimana penerapan metode pemberian tugas individu dapat terjadi
peningkatan kemampuan penggunaan reduplikasi dalam teks editorial?
2. Seberapa besar peningkatan kemampuan penggunaan reduplikasi dalam
teks editorial dengan penerapan metode pemberian tugas individu pada
siswa kelas XII-IPA1 di SMA ..............?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi siswa tidak memahami reduplikasi?
4. Bagaimana hasil belajar siswa setelah memperoleh tugas individu?

C. Pembatasan Masalah
Mengacu pada masalah-masalah yang muncul di atas, maka demi terarahnya penelitian ini penulis perlu membatasi masalah yang akan diteliti yakni:
1. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas XII-IPA1 semester II (dua) tahun ajaran 2013/2014.
2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode pemberian tugas individu untuk meningkatkan kemampuan siswa. Contoh ptk bahasa indonesia sma kelas xii
3. Pembelajaran difokuskan pada aspek kognitif siswa dengan mengerjakan latihan soal.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: bagaimana peningkatan kemampuan reduplikasi dalam teks editorial dengan metode tugas individu?
E. Tujuan Penelitian
Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Peningkatan kemampuan penggunaan reduplikasi dalam teks editorial dengan penerapan metode pemberian tugas individu.
2. Seberapa besar peningkatan kemampuan penggunaan reduplikasi dalam teks editorial dengan penerapan metode pemberian tugas individu.

F. Manfaat Penelitian
Secara umum hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan bisa dijadikan bahan masukan dalam program pembelajaran pendidikan bahasa Indonesia, berkaitan dengan penerapan metode pemberian tugas individu pada penggunaan reduplikasi, khususnya dalam pembuatan teks editorial.
1. Manfaat Teoretis
a. Manfaat bagi guru
1. Manfaat bagi guru adalah untuk membantu guru dalam upaya menentukan strategi pengajaran yang tepat dan efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa pada reduplikasi.
2. Sebagai bahan pertimbangan guru dalam mengajar dengan penerapan metode pemberian tugas individu baik dari strategi persiapan mengajar maupun kendala-kendala yang dihadapi.

b. Manfaat bagi siswa
Manfaat bagi siswa dalam hal ini adalah untuk memudahkan siswa dalam memahami reduplikasi dengan metode yang efektif dan menyenangkan, sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran menjadikan siswa lebih giat dalam membuat teks editorial.
c. Manfaat bagi sekolah
Manfaat bagi sekolah dalam hal ini adalah sebagai bahan masukan dan metode yang efektif dalam menerapkan metode pemberian tugas individu untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan.

2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi guru
Manfaat praktis bagi guru adalah memberikan informasi yang bermanfaat tentang penggunaan metode pemberian tugas indivudu untuk diterapkan dalam proses pembelajaran, serta dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dan acuan pembelajaran bagi guru.
b. Manfaat bagi siswa
Manfaat praktis bagi siswa adalah sebagai sumber pelajaran bagi siswa atau pihak-pihak yang menaruh perhatian pada kajian tentang pemahaman reduplikasi.
c. Manfaat bagi sekolah
Manfaat praktis bagi sekolah adalah sebagai salah satu upaya untuk menentukan kebijaksanaan dalam metode atau alat pembelajaran dalam proses mengajar.

B. LAPORAN PTK BAHASA INDONESIA DOC
BAB II
KAJIAN TEORETIS

A. Pengertian Tajuk Rencana atau Editorial dalam Media Massa
Tajuk rencana atau editorial adalah opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal, atau kontroversial yang berkembang di masyarakat. Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan. 
Tajuk rencana mempunyai sifat:
1.  Krusial dan ditulis secara berkala, tergantung dari jenis terbitan medianya. Misalnya media massa harian (daily), mingguan (weekly), dwi mingguan (biweekly) atau bulanan (monthly).
2.  Isinya menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat luas baik itu aspek sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan, atau olah raga bahkan entertainment, tergantung jenis liputan medianya.
3.  Memiliki karakter atu konsistensi yang teratur kepada para pembacanya terkait sikap dari media massa yang menulis tajuk rencana.
4.  Terkait erat dengan policy media atau kebijakan media yang bersangkutan. Karena setiap media mempunyai perbedaan iklim tumbuh dan berkembang dalam kepentingan yang beragam, yang menaungi media tersebut.

Karena merupakan suara lembaga, maka tajuk rencana tidak ditulis dengan mencantumkan nama penulisnya, seperti halnya menulis berita atau features. Idealnya, tajuk rencana adalah pekerjaan dan hasil dari pemikiran kolektif dari segenap awak media. Download laporan ptk bahasa indonesia sma doc Jadi, sebelum membuat tajuk rencana, terlebih dahulu diadakan rapat redaksi yang dihadiri oleh pemimpin redaksi, redaktur pelaksana serta segenap jajaran redaktur yang berkompeten untuk menentukan sikap bersama terhadap suatu permasalahan krusial yang sedang berkembang di masyarakat atau dalam kebijakan pemerintahan.
Setelah tercapai pokok- pokok pikiran, dituangkanlah dalam sikap yang kemudian dirangkum oleh awak redaksi yang telah ditunjuk dalam rapat. Dalam Koran harian, bisanya tajuk rencana ditulis secara bergantian, namun semangat isinya tetap mecerminkan suara bersama setiap jajaran redakturnya. Dalam proses ini reporter amat jarang dilibatkan, karena dinilai dari segi pengalaman serta tanggung jawabnya yang terbatas.

Karakter dan kepribadian pers terdapat sekaligus tercermin dalam tajuk rencana. Tajuk rencana juga mencerminkan dari golongan pers mana media tersebut berasal. Tajuk rencana pers papan atas (middle-high media) atau pers yang berkualitas misalnya memiliki ciri di antaranya:
1. hati-hati,
2. normatif,
3. cenderung konservatif,
4. Sedapat mungkin menghindari pendekatan kritis yang tajam, dan
5. pertimbangan aspek politis lebih besar dari aspek sosiologis.

Namun, tajuk rencana dari golongan pers papan menengah ke bawah (middle-low media) berlaku sebaliknya. Ciri-ciri tajuk rencana pers kalangan menengah adalah:
1. lebih berani,
2. atraktif,
3.progresif,
4. tidak canggung untuk memilih pendekatan kritis yang bersifat tajam dan “tembak langsung”, serta
5. lebih memilih pendekatan sosiologis daripada pendekatan politis.

2. Langkah-langkah mengevaluasi teks editorial
a. Membaca/ mengamati teks editorialsecara saksama
b. Memahami struktur dan isi teks editorial
c. Mengenali bahasa yang digunakan
d. Menentukan kelebihan dan kekurangan teks laporan hasil observasi
3.  Langkah-langkah mengabstraksi teks editorial
a. Membaca/ mengamati teks secara saksama
b. Memahami bentuk dan isi teks
c. Memahami inti teks
d. Mengabstraksi teks

B. Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi. Oleh karena itu, lazim dibedakan adanya reduplikasi penuh, seperti meja-meja (dari dasar meja), reduplikasi sebagian seperti lelaki ( dari dasar laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti bolak-balik (dari dasar balik). Di samping adanya reduplikasi semu, seperti mondar-mandir, yaitu sejenis bentuk kata yang tampaknya sebagai hasil reduplikasi, tetapi tidak jelas bentuk dasarnya yang diulang.
Dalam linguistik Indonesia sudah lazim digunakan sejumlah istilah sehubungan dengan reduplikasi dalam bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Istilah¬istilah itu adalah (a) dwilingga, yakni pengulangan morfem dasar, seperti meja¬meja, aki-aki, dan mlaku-mlaku µberjalan-jalan; (b) dwilingga salin suara, yakni pengulangan morfem dasar dengan perubahan vokal dan fonem lainnya, seperti bolak-balik, langak-longok, dan mondar-mandir; (c) dwipurwa, yakni pengulangan silabel pertama, seperti lelaki, peparu, dan pepatah; (d) dwiwasana, yakni pengulangan pada akhir kata, seperti cengengesan µselalu tertawa‘ yang terbentuk dari cenges µtertawa‘; dan (e) trilingga, yakni pengulangan morfem dasar sampai dua kali, dag-dig-dug, cas-cis-cus, dan ngak-ngik-ngok.
Prinsip umum yang berlaku pada reduplikasi adalah harus ada bentuk yang diulang. Itu sebabnya bentuk, misalnya kupu-kupu, kura-kura, tidak dimasukkan ke dalam reduplikasi, oleh karena tidak ada bentuk yang diulang Dalam BI tidak ada bentuk *kupu, dan tidak ada bentuk *kura.

1. Pengertian
Secara leksikografis, kata berulang atau reduplikasi ´adalah proses dan hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis atau gramatikal, misalnya rumah-rumah, tetamu´. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dirumuskan, ´reduplikasi adalah proses atau hasil perulangan kata atau unsur kata, misalnya rumah-rumah, tetamu, bolak-balik´. Dengan kata lain, reduplikasi adalah kata yang mengalami perulangan, baik perulangan penuh, perulangan sebagian, atau perulangan karena perubahan bunyi. Kata berulang bangunan-bangunan meskipun bukan bentuk bangun yang diulang, tetapi tampak bahwa bentuk bangun yang menjadi tumpuan untuk menghasilkan kata bangunan.

Kata berulang atau reduplikasi sebaiknya dibedakan dengan ulangan kata. Jika diperhatikan potongan lagu yang berbunyi: jangan, jangan, jangan, jangan dipegang terlihat bentuk jangan diulang beberapa kali. Ulangan kata seperti ini tidak digolongkan ke dalam kata berulang, melainkan ulangan kata. Memang benar, ada yang diulang, tetapi ulangan kata itu tidak menimbulkan kemungkinan lain pada bentuk kata tersebut. Hal ini berbeda dengan bentuk rumah yang menjadi kata berulang perumahan-perumahan, rumah-rumah. Contoh ptk bahasa indonesia sma pdf Dalam kaitannya dengan definisi kata berulang atau reduplikasi, Ramlan mengatakan, ´reduplikasi atau proses perulangan ialah perulangan bentuk, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak.

2. Menentukan bentuk Dasar
Jika kita berhadapan dengan sebuah bentuk berulang, sering sulit menentukan bentuk dasarnya. Telah dikemukakan bahwa prinsip bentuk berulang, yakni harus ada bentuk yang diulang. Untuk memudahkan bentuk berulang, digunakan prinsip. Ramlan mengemukakan dua prinsip.
Pertama, perulangan tidak mengubah kelas kata. Contohnya, bentuk berulang berkata-kata. Kata berkata-kata termasuk verba. Dengan demikian bentuk dasarnya harus verba pula, yakni berkata. Contoh lain, sungai-sungai. Kata sungai-sungai termasuk nomina. Dengan demikian bentuk dasarnya harus nomina dalam hal ini sungai.
Prinsip kedua, yakni bentuk dasarnya mestilah bentuk yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Dalam hubungannya dengan cara menentukan bentuk dasar bentuk berulang. Kita mencari bentuk satu tingkat yang lebih dari bentuk yang dihadapi. Misalnya, bentuk berulang tersenyum-senyum. Dan tingkatan lebih kecil dari bentuk ini, ialah tersenyum. Bentuk tersenyum sendiri memenuhi prinsip pertama yang dikemukakan oleh Ramlan, yakni tersenyum merupakan verba.

3. Pembagian Bentuk Berulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya:
Anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang, biri-biri, kupu-kupu, kura-kura, laba-laba, sia-sia, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk, mondar-mandir, ramah-tamah, sayur-mayur, centang-perenang, porak-poranda, tunggang-langgang, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, menulis-nulis, terus-menerus, tukar-menukar, hulubalang-hulubalang, bumiputra-bumiputra.

Melihat bentuknya, bentuk berulang dapat dibagi atas: (1) bentuk berulang atau reduplikasi penuh, maksudnya seluruh bentuk yang diulang, misalnya buku buku, diam-diam; (2) bentuk berulang sebagian, misalnya berlari-lari, sebagian dari bentuk {berlari} yang diulang, dan (3) bentuk ulang karena modifikasi atau bentuk berulang dengan variasi fonem, misalnya beras-petas, bolak-balik, gerak gerik.

Bentuk berulang atau reduplikasi dapat juga dilihat dari kelas kata yang merupakan bentuk dasarnya. Berdasarkan kenyataan dalam BI, rupanya hanya kelas kata adverbia, adjektiva, nomina, numeralia, persona, dan verba yang mengalami perulangan. Bentuk berulang itu atau reduplikasi itu, boleh saja bentuk berulang penuh, bentuk perulangan sebagian, atau bentuk berulang variasi fonem.
Bentuk berulang atau reduplikasi adverbia, misalnya pagi-pagi, bentuk berulang atau reduplikasi adjektive misalnya tinggi-tinggi, bentuk berulang atau reduplikasi nomina, misalnya buku-buku, bentuk berulang atau reduplikasi numeraslis, misalnya tiga-tiga, bentuk berulang atau reduplikasi persona, misalnya saya-saya juga yang dimarahi, bentuk berulang atau reduplikasi verba, misalnya berlari-lari.

4. Makna bentuk Berulang
Makna bentuk reduplikasi atau bentuk berulang bergantung pada hasil proses pembentukannya, dan bergantung pada kelas kata yang menjadi bentuk dasarnya. Misalnya, bentuk berulang atau reduplikasi buku-buku yang bentuk dasarnya buku, yang dalam hal ini nomina, maka makna yang ditimbulkannya adalah banyak buku. Bentuk berulang pagi-pagi yang bentuk dasarnya pagi, yang berarti adverbia itu sendiri. Dalam hal ini Harimurti (1989:90) berkata, … dalam reduplikasi morfemis terjadi perubahan makna gramatikal. Dari sudut pandang yang lain, dalam hal ini dilihat dari sudut semantis, dapat dibedakan reduplikasi morfemis yang bersifat semantis, dan reduplikasi morfemis yang bersifat non-idiomatis menyangkut reduplikasi yang makna leksikal dari bentuk dasarnya tidak berubah.

Dalam bahasa Indonesia reduplikasi merupakan mekanisme yang penting dalam pembentukan kata, disamping afiksasi, komposisi dan akronimisasi. Lalu, meskipun reduplikasi terutama adalah masalah morfologi, masalah pembentukan kata, tetapi tampaknya ada juga reduplikasi yang menyangkut masalah fonologi, masalah sintaksis dan masalah semantik. Sebelum membicarakan reduplikasi sebagai mekanisme dalam morfologi ada baiknya dibicarakan dulu reduplikasi sebagai masalah fonologi, sintaksis dan semantik ini. Dan untuk lebih jelasnya mari kita bahas satu-persatu.

a. Reduplikasi Fonologis
Reduplikasi fonologi berlangsung terhadap dasar yang bukan akar terhadap bentuk yang statusnya lebih tinggi dari akar. Status bentuk yang diulang tidak jelas dan reduplikasi fonologis ini tidak menghasilkan makna gramatikal, melainkan menghasilkan makna leksikal. Yang termasuk reduplikasi fonologis ini adalah bentuk-bentuk seperti:

(1) Kuku, dada, pipi, cincin, dan sisi. Bentuk-bentuk tersebut µbukan‘ berasal dari ku, da, pi, cin, dan si. Jadi. Bentuk tersebut adalah sebuah kata yang bunyi kedua suku katanya sama.
(2) Foya-foya, tubi-tubi, sema-sema, anai-anai dan ani-ani. Download ptk bahasa indonesia sma doc Bentuk-bentuk ini memang jelas sebagai bentuk ulang, yang diulang secara utuh. Namun, µbentuk‘ dasarnya tidak berstatus sebagai akar yang mandiri. Dalam bahasa Indonesia kini tidak ada akar foya, tubi, semai, anai, dan ani.
(3) Laba-laba, kupu-kupu, paru-paru, onde-onde dan rama-rama. Bentuk-bentuk ini juga jelas sebagai bentuk ulang dan dasar yang diulang pun jelas ada, tetapi hasil reduplikasinya tidak menghasilkan makna gramatikal. Hasil reduplikasinya hanya menghasilkan makna leksikal.
(4) Mondar-mandir, luntang-lantung, lunggang-langgung, kocar-kacir, dan teka¬teki. Bentuk-bentuk ini tidak diketahui mana yang menjadi bentuk dasar pengulangannya. Sedangkan maknanya pun hanyalah makna leksikal, bukan makna gramatikal. Dalam berbagai buku tata bahasa tradisional, bentuk¬bentuk ini disebut kata ulang semu.

b. Reduplikasi sintaksis
Sebelum membahas reduplikasi sintaksis ada baiknya kita bahas paradigm ilmu sintaksis itu sendiri. Ilmu sintaksis harus berpegang bahwa kalimat dan tutur¬tutur yang ditangkap oleh pancaindera merupakan struktur luar. Struktur-luar merupakan hasil transformasi dari struktur-dalam (SD).
Dalam struktur-dalam akan terdapat hubungan semantik kasus, hubungan sistemik, dan perbedaan atas topik pembicaraan dan komen atas topik. Semua kaidah dalam struktur-dalam akan mengalami proses transformasi ke struktur-luar.
Struktur-luar akan dianalisis dengan teknik tagmemik, teknik ICs, dan penentuan pengutamaan subjek predikat objek secara fungsional.
Inilah yang kami sebut paradigm ilmu sintaksis. Karena paradigm ini dibangun di atas teori-teori sintaksis yang berpegenggal (sebelumnya), paradigma ilmu sintaksis ini disebut satu pendekatan elektik. Pendekatan ini memberikan satu standar kerja kepada para ilmuwan sintaksis.

Reduplikasi sintaksis adalah proses pengulangan terhadap dasar yang biasanya berupa akar, tetapi menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi dari sebuah kata. Kridalaksana menyebutnya menghasilkan sebuah sebuah µulangan kata‘, bukan kata ulang‘. Contoh:
- Suaminya benar-benar jantan.
- Jangan-jangan kau dekati pemuda itu.

Bentuk-bentuk reduplikasi sintaksis memiliki ikatan yang cukup longgar sehingga kedua unsurnya memiliki potensi untuk dipisahkan. Perhatikan contoh berikut:
- Jangan kau dekati pemuda itu, jangan.
- Panas memang panas rasa hatiku..

Reduplikasi sintaksis ini memiliki makna menegaskan‘ atau menguatkan‘. Dalam hal ini termasuk juga reduplikasi yang dilakukan terhadap sejumlah kata ganti orang (pronomina persona) seperti:
- Yang tidak datang ternyata dia-dia juga.
- Mereka-mereka memang sengaja tidak diundang.

c. Reduplikasi Semantis
Reduplikasi semantis adalah pengulangan ³makna´ yang sama dari dua buah kata yang bersinonim. Misalnya ilmu-pengetahuan, alim-ulama dan cendi¬cendikia. Kita lihat kata ilmu dan kata pengetahuan memiliki makna yang sama; kata alim dan ulama juga memiliki makna yang sama. Demikian juga katacendi dan kata cendikia.

Termasuk ke dalam bentuk ini adalah bentuk-bentuk sepertisegar-bugar, muda-belia, tua-renta, gelap-gulita dan kerik-mersik. Namun, bentuk-bentuk seperti ini di dalam berbagai buku tata bahasa dimasukkan dalam kelompok reduplikasi berubah bunyi (dwilingga salin suara). Memang bentuk segar bugar perubahan bunyinya masih bisa dikenali, tetapi bentuk muda belia dan kerik mersik tidak tampak sama sekali bahwa unsur pertama berasal dari unsur kedua atau sebaliknya.

d. Reduplikasi Morfologis
Menurut Crystal, morfologi adalah cabang tata bahasa yang menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya adalah melalui penggunaan morfem Morfologi umumnya dibagi ke dalam dua bidang yakni: telaah infleks (inflectional morphology), dan telaah pembentukan kata (lexical or dervational morphology). Apabila penekanan pada teknik menganalisis kata menjadi morfem khususnya seperti dipraktikkan oleh para linguis strukturalis Amerika pada tahun 1940 dan 1950, maka morfemik dipakai. Analisis morfemik dalam pengertian in adalah bagian adalah bagian dari telaah linguistik singkronis; analisis morfologis adalah istilah yang lebih umum, yang juga diterapkan dalam telaah histories Analisis morfologis dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. 

Satu pendekatan adalah membuat telaah distribusional morfem dan morfemis yang muncul dalam kata (analisis susunan morfotaktis), seperti dalam model pemirian item and arrangement, yaitu suatu model pemerian yang mengandung kata sebagai gugus linear (arrangement) morf-morf (items), misalnya The boy kicked the ball. Contoh ptk bahasa indonesia sma kelas xii 

Pendekatan lain menetapkan atau membangun proses-proses atau operasi-operasi morfologis, yang melihat hubungan-hubungan antara bentuk-bentuk kata sebagai satu hubungan pergantian, seperti dalam model item and process, yaitu suatu model pemerian yang memandang hubungan antara kata-kata sebagai proses derivasi, misalnya item took diturunkan dari item take melalui proses perubahan vokal. Dalam linguistik generatif, morfologi dan sintaksis dilihat sebagi dua tingkat yang terpisah; kaidah-kaidah dari tata bahasa berlaku bagi struktur kata, seperti halnya terhadap frasa dan kalimat dan konsep-konsep morfologis hanya muncul sebagai titik di mana output komponen sintaksis harus diberikan reprsentasi fonologis melalui kaidah-kaidah morfofonologis.

. Berikut dikemukakan rangkuman dari morfologi dalam bentuk diagram.

Deivasi Memper- Derivasi Nomina Verba Adjktiva
Tahankan kelas Perubahan Kelas Majemuk Majemuk Majemuk

Gambar 2
Diagram Rangkuman Morfologi

Menurut O‘Grady dan Dobrovolsky, dalam buku Morfosintaksis yang ditulis oleh Abdul Muis Ba‘dulu, morfologi adalah komponen tata bahasa generatif transformasional (TGT) yang membicarakan tentang struktur intena kata, khususnya kata kompleks. Selanjutnya, mereka membedakan antara teori morfologi umum yang berlaku semua bahasa dengan morfologi khusus yang hanya berlaku bahasa tertentu. Teori morfologi umum berurusan dengan pembahasan secara tepat mengenai jenis-jenis kaidah morfologi yang dapat ditemukan dalam bahasa-bahasa alamiah. Di pihak lain, morfologi khusus merupakan seperangkat kaidah yang mempunyai fungsi ganda. Pertama, kaidah¬kaidah ini berurusan dengan pembentukan kata baru. Kedua, kaidah-kaidah ini mewakili pengetahuan penutur asli yang tidak disadari tentang struktur internal kata yang sudah ada dalam bahasanya.


Jadi, proses morfologis ialah proses penggabungan morfem-morfem menjadi kata. Keterangan ini perlu diberikan, supaya ada ketegasan sampai dimana boleh digolong-golongkan. Dengan begitu bentuk terkecil ialah morfem sedangkan terbesar ialah kata.

Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar yang serupa akar berupa bentuk berafiks dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan berubah bunyi dan pengulangan sebagian.
1. Pengulangan Akar
Bentuk dasar yang berupa akar memiliki tiga macam proses pengulangan yaitu pengulangan utuh, pengulangan sebagian, dan pengulangan dengan perubahan bunyi.
a. Pengulangan utuh, artinya bentuk dasar itu diulang tanpa melakukan perubahan bentuk fisik dari akar itu. Misalnya, meja-meja (bentuk dasar meja), kuning-kuning (bentuk dasar kuning) makan-makan (bentuk dasar makan), kalau-kalau (bentuk dasar kalau) dan sunguh-sungguh (bentuk dasar sungguh).

b. Pengulangan sebagian, artinya yang diulang dari bentuk dasar itu hanya salah satu suku katanya saja (dalam hal ini suku awal kata) disertai dengan ³pelemahan´ bunyi. Misalnya, leluhur (bentuk dasar luhur), tetangga (bentuk dasar tangga), jejari (bentuk dasar jari), lelaki (bentuk dasar laki) dan peparu (bentuk dasar paru).
Perlu dicatat bentuk dasar dalam perulangan sebagian ini dapat juga diulang secara utuh, tetapi dengan perbedaan makna gramatikalnya. Bandingkan: - Leluhur - luhur-luhur

- Tetangga - Jejari
- Lelaki
- Peparu   tangga-tangga jari-jari laki-laki paru-paru

c. Pengulangan dengan perubahan bunyi, artinya bentuk dasar itu diulang tetapi disertai dengan perubahan bunyi. Yang berubah bisa bunyi vokalnya dan bisa pula bunyi konsonannya. Bentuk yang berubah bunyi bisa menduduki unsur pertama, bisa juga menduduki unsur kedua. Contoh kelompok (a) yang berubah unsur pertamanya dan contoh kelompok (b) yang berubah unsur keduanya.
(a) Bolak-balik
Larak-lirik

(b) Ramah-tamah
Lauk-pauk

d. Pengulangan dengan infiks, maksudnya sebuah akar diulang tetapi diberi infiks pada unsur ulangnya. Perhatikan contoh berikut:
- Turun-temurun
- Tali-temali

2. Pengulangan Dasar Berafiks
Dalam hal ini akan membahas pengulangan berafiks´. Namun, di sini perlu diperhatikan adanya tiga macam proses afiksasi dan reduplikasi.
Pertama, sebuah akar diberi afiks dulu, baru kemudian diulang atau direduplikasi. Misalnya, pada akar lihat mula-mula diberi prefiks me- menjadi melihat, kemudian baru diulang menjadi bentukmelihat-lihat.

Kedua, sebuah akar direduplikasi dulu, baru kemudian diberi afiks. Misalnya akar jalan mula-mula diulang menj adi jalan-jalan, baru kemudian diberi prefiks ber- menjadi berjalan-jalan.
Ketiga, sebuah akar diberi afiks dan diulang secara bersamaan. Misalnya, pada akar minggu diberi prefiks ber- dan proses pengulangan sekaligus menjadi bentuk bermingu-minggu.
Berikut ini dibicarakan proses itu dengan afiksnya satu persatu: (1) Akar berprefiks ber 
Ada dua macam pengulangan akar yang berprefiksber-, yaitu:
(a) Pada akar mula-mula diimbuhkan prefiks ber-, lalu dilakukan pengulangan sebagian dan yang diulang hanya akarnya saja. Contoh:
- Berlari-lari (dari ber + lari).
- Berteriak-teriak (dari ber + teriak).

 (b)Pengulangan dilakukan serentak dengan pengimbuhan prefiks ber-.
Contoh:
- Berhari-hari
- Bermeter-meter

Mengapa proses prefiksasi ber- dan proses reduplikasi dikatakan dilakukan sekaligus? Karena bentuk bermeter dan meter-meter tidak berterima. Bentuk hari-hari, minggu-minggu dan bulan-bulan memang berterima, tetapi bentuk-bentuk ini merupakan bagian dari reduplikasi sintaksis. Download ptk bahasa indonesia sma doc 

(2) Akar Berkonfiks ber-an
Akar berkonfiks ber-an seperti pada kata berlarian dan berkejaran direduplikasikan sebagian, yaitu hanya akarnya saja. Misalnya:
- Berlari-larian (dari berlarian).
- Berkejar-kejaran (dari berkejaran).

(3) Akar Berprefiks me 
Akar berprefiks me- seperti pada kata menembak dan menari direduplikasikan hanya akanya saja, tetapi ada dua macam cara. Pertama,yang bersifat progresif artinya, pengulangan ke arah depan atau ke arah kanan; dan kedua yang bersifat regresif, artinya pengulangan ke arah belakang atau ke arah kiri. Contoh berikut kelompok (a) adalah bersifat progresif dan kelompok (b) berikut adalah yang bersifat regresif:
(a) Menembak-nembak (dasar menembak)
Menari-nari (dasar menari)
(b) Tembak-menembak (dasar menembak)
Pukul-memukul (dasar memukul)

Disamping itu adalah jumlah yang terbatas ada juga proses pemberian prefiks me- yang dilakukan sekaligus dengan proses reduplikasi. Misalnya: - Mengada-ada
- Mengagak-ngagak
Bentuk mengada dan ada-ada, serta bentuk mengajak dan agak-agak tidak berterima.
(4) Akar Berklofiks me-kan
Akar berklofiks me-kan seperti kata membedakan, membesarkan, dan melebihkan direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya:
- Membeda-bedakan (dari membedakan).
(5) Akar berklofiks me-i
Akar berklofiks me-i seperti pada kata menulisi dan mengurangi direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya:
- Menulis-nulisi (dari menulisi)

(6) Akar berprefiks pe 
Akar berprefiks pe- seperti pada kata pemuda, pembina, dan pembaca direduplikasikan secara utuh. Misalnya:
- pemuda-pemuda

Namun, perlu dicatat bahwa penggunaan bentuk pengulangan pada kata berprefiks pe- jarang dilakukan. Lebih sering untuk menyatakan jumlah ini pemberi adverbia para, seperti para pemuda (daripada pemuda-pemuda), para pembina (daripada pembina-pembina) dan para pelajar (daripada pelajar¬pelajar). Kiranya kontruksi dengan menggunakan adverbia para lebih baik daripada mengulang bentuk berprefikspe- itu.

(7) Akar Berkonfiks pe-an
Akar berkonfiks pe-an seperti pada kata pembangunan dan penjelasan direduplikasikan secara utuh. Misalnya:
- Pembangunan-pembangunan
Bentuk reduplikasi itu boleh saja digunakan, tetapi tampaknya lebih baik menggunakan adverbia semua, seluruh dan sejumlah bila ingin menyatakan plural. Misalnya:
- Semua pembangunan
- Sebagian penjelasan

(8) Akar Berkonfiks per-an
Akar berkonfiks per-an seperti pada kata peraturan, perindustrian dan perindustrian dan perdebatan bila direduplikasikan haruslah secara utuh. Misalnya:
- Peraturan-peraturan
Bentuk-bentuk reduplikasi itu boleh saja digunakan, tetapi tampaknya penggunaan adverbia semua, seluruh, sebagaian, dan sebagainya lebih baik daripada penggunaan reduplikasinya. Misalnya:
- Semua peraturan

(9) Akar Bersufiks –an
Akar bersufiks –an ada dua cara pereduplikasiannya. Pertama, dengan mengulang secara utuh bentuk bersufiks –an itu ; dan kedua mengulang akarnya saja yang sekaligus disertai dengan pengulangannya. Kelompok (a) berikut adalah contoh cara pertama dan kelompok (b) adalah contoh cara kedua.

(a) Bangunan-bangunan Aturan-aturan Latihan-latihan Tulisan-tulisan Lampiran-lampiran
(b) Obat-obatan Biji-bijian
Batu-batuan Mobil-mobilan Kucing-kucingan
Di samping dua cara di atas masih ada satu cara lagi yang kurang produktif, yakni dengan mengulang sebagian (hanya suku pertama dari akar). Contoh:
- Bebatuan
- Tetumbuhan - Pepohonan - Rerumputan – Reruntuhan

(10) Akar Berprefiks se 
Akar berprefiks se- ada dua macam cara reduplikasinya. Pertama, diulang secara utuh; dan kedua hanya mengulang bentuk akarnya. Kelompok (a) berikut adalah contoh cara pertama dan kelompok (b) adalah contoh cara kedua.
(a) Sedikit-sedikit Seorang-seorang
Sekali-sekali Sekepal-sekepal
Seekor-seekor
(b) Sekali-kali Sebaik-baik Sepandai-pandai
Sejauh-jauh
Sebodoh-bodoh

(11) Akar Berprefiks ter 
Akar berprefiks ter- seperti pada kata terbawa, tersenyum, dan tertawa direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya:
- Terbawa-bawa
- Tersenyum-senyum
- Tersendat-sendat
- Tersedu-sedu

(12) Akar berkonfiks se-nya
Akar berkonfiks se-nya seperti pada kata secepatnya, sebaiknya, dan sedapatnya direduplikasikan hanya akarnya saja. Contoh:
- Secepat-cepatnya
- Sebaik-baiknya

(13) Akar berkonfiks ke-an
Akar berkonfiks ke-an seperti pada keraguan, kemurahan dan kebiruan direduplikasikan hanya akarnya saja; sedangkan konfiks ke-an melingkupi bentuk perulangan itu. Misalnya:
- Keragu-raguan
- Kemerah-merahan

(14) Akar Berinfiks (-em-, -el-, -er-, -m-)
Akar berinfiks direduplikasikan sekaligus dalam pengimbuhan infiks dan proses reduplikasi. Proses ini tampaknya tidak produktif. Contoh yang ada:
- Tali-temali
- Sinar- seminar

C. Tugas Individu
Manusia dilahirkan dengan berbagai macam potensi yang dapat dikembangkan untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Potensi-potensi itu tidak mempunyai arti apa-apa bila tidak dikembangkan dengan baik. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua individu memahami potensi yang dimilikinya apalagi pemahaman tentang cara mengembangkannya.

Pengertian pembelajaran berlangsung bilamana terjadi suatu proses interaksi antara guru dan siswa sehingga terdapat suatu perubahan tingkah laku Jadi suatu pengulangan terhadap apa yang terjadi belum dapat dikatakan suatu proses pembelajaran. Oleh karena itu, peru dipahami dalam situasi yang bagaimanakah cara pelaksanaannya.

Untuk mendapatkan kecakapan dengan metode latihan individu ini, ada dua fase;
Pertama, fase integratif, di mana persepsi dari arti dan proses dikembangkan. Pada fase ini belajar kecakapan dikembangkan menurut praktek yang berarti sering melakukan hubungan fungsional dan aktifitas penyelidikan.
Kedua, fase penyempurnaan atau fase menyelesaikan di mana ketelitian dikembangkan. Dalam fase ini diperlukan ketelitian dapat dikembangkan menurut praktek yang berulang kali. Jadi pariasi praktek di sini ditujukan untuk mendalami arti bukan ketangkasan. Contoh ptk bahasa indonesia sma pdf Sedangkan praktek yang sering ditujukan untuk mempertinggi efisiensi, bukan untuk mendalami arti.

Prinsip-prinsip yang diperhatikan dalam menggunakan metode penugasan individu, antara lain:
a. Penugasan Individu hanyalah untuk bahan atau perbuatan yang bersifat otomatis.
b. Latihan harus memiliki makna dalam rangka yang lebih luas, yakni:
1) Sebelum melaksanakan latihan, siswa perlu mengetahui terlebih dahulu arti latihan tersebur;
2) Siswa perlu menyadari bahwa latihan-latihan itu berguna bagi kehidupan mereka kelak;
3) Siswa perlu mempunyai sikap bahwa latihan itu diperlukan untuk melengkapi belajar;
Latihan-latihan tersebut perrama-tama harus ditekankan pada diagnosa.
1) Pada taraf permulaan jangan diharapkan reproduksi yang sempurna;
2) Dalam percobaan kembali harus diteliti kesulitan yang timbul respon yang
benar akhirnya harus dikenal siswa dan siswa memerlukan fariasi latihan,
perkembangan arti dan kontrol.
3) Pertama-tama harus bersifat ketetapan, yang kemudian kecepatan, dan akhirnya kedua-duanya harus dimiliki siswa;
4) Masa latihan harus relatif singkat, dan sering dilakukan latihan-latihan lanjutan;
5) Kondisi latihan harus menarik minat anak dan dalam suasana yang menyenangkan;
6) Proses yang bersifat fundamental harus didahulukan dari latihan yang sifatnya sekunder.
7) Proses latihan juga harus memperhatikan perbedaan kemampuan individual.
a. Tingkat kecakapan yang diterima pada satu saat tidak usah sama.
b. Latihan-latihan secara perseorangan perlu untuk menambah latihan
kelompok.

C.CONTOH PTK BAHASA INDONESIA SMA LENGKAP
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di SMA .............. Kelas XII-IPA1, yang berlokasi di ............................................
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 mulai Februari sampai dengan Maret 2014.

B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suryanto PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional. Metode penelitian ini mengikuti pola sikus yang diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Untuk lebih lengkapnya mengenai prosedur tentang penelitian ini, maka akan diuraikan sebagai berikut.
1. Pra-Penelitian
a. Menentukan sekolah yang akan dijadikan obyek penelitian
b. Identifikasi masalah yang ada di sekolah melalui wawancara tertulis dengan guru bidang studi bahasa Indonesia.

2. Penelitian; PTK:
a. Perencanaan tindakan dengan membuat kelengkapan pembelajaran dan instrumen penelitian.
b. Pelaksanaan tindakan dengan melaksanakan KBM sesuai dengan langkah¬langkah RPP dengan metode pemberian tugas individu. Download laporan ptk bahasa indonesia sma doc
c. Pengamatan/Observasi
1. Observer mencatat aktivitas guru dan siswa pada format observasi.
2. Memberikan tes hasil belajar
d. Tahap Refleksi dan Evaluasi
1. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh
2. Menarik kesimpulan: jika hasil tahapan refleksi (kesimpulan) belum bisa dikatakan mengatasi masalah-masalah yang ada, maka PTK ini dilanjutkan ke siklus selanjutnya berdasarkan perbaikan atas kekurangan pada siklus sebelumnya (perencanaan II, tindakan II, pengamatan II dan refleksi II, dst.)
3. Penyusunan penelitian

C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua sumber, yaitu siswa kelas XII-IPA1 dan guru.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Pada penelitian ini, posisi peneliti yaitu sebagai pengkaji permasalahan, pendiagnosis masalah, perencana tindakan, pengamat, dan pelaksana tindakan.

E. Intrumen-instrumen Pengumpulan Data yang Digunakan
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen, yaitu:
1. Lembar Observasi Proses Pembelajaran dan Catatan Lapangan
Lembar observasi diperlukan untuk mencatat kejadian-kejadian selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini berisi tentang kegiatan-kegiatan baik yang dilakukan oleh siswa ataupun oleh guru selama proses pembelajaran. Catatan lapangan digunakan dalam rangka melengkapi kejadian-kejadian yang tidak terdapat dalam lembar observasi.
2. Tes Kemampuan Penggunaan Reduplikasi dalam Teks editorial Untuk mengetahui penguasaan reduplikasi dan pemahaman siswa dalam teks editorial maka instrumen yang digunakan adalah tes pilihan ganda, serta tes esai yaitu membuat suatu teks editorial dan memiliki kemampuan dalam penggunaan reduplikasi yang ada di dalam Teks Editorial yang mereka (siswa) buat.

F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik-teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui:
1. Observasi
Observasi adalah tindakan yang merupakan penafsiran dari teori. Observasi atau pengamatan dalam penelitian ini untuk mengetahui dan memproleh gambaran lengkap secara objektif tentang perkembangan siswa dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.
2. Dokumentasi
Teknik dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data yang tersedia di sekolah berkaitan dengan dokumentasi siswa, seperti RPP catatan lapangan, absensi kelas, gambar-gambar foto, dan nilai hasil belajar.
3. Tes/Penugasan
Dalam teknik ini peneliti memberikan tes/penugasan secara individu agar terdapat peningkatan kemampuan penggunaan reduplikasi dalam teks editorial, hingga diperoleh data mengenai perlu tidaknya perbaikan dilakukan dalam setiap tindakan.

G. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian ini mengikuti pola penelitian Tindakan Kelas. Adapun pola tahapan penelitian ini sebagai berikut.
1. Perencanaan (Plan)
Dalam tahap ini akan dilakukan kegiatan:
a. Menyusun rencana pembelajaran.
b. Menetapkan kelas yang akan dijadikan kelas observasi.
2. Pelaksanaan Tindakan (Action)
Adapun kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut:
a. Guru dan observer masuk ke kelas.
b. Menarik perhatian siswa.
c. Mengabsen.
d. Menjelaskan tentang topik yang akan dibahas mengenai pengertian teks editorial dan macam-macam jenis reduplikasi.

e. Melaksanakan pembelajaran yang membuat siswa aktif dengan memberikan latihan tugas individu berupa pembuatan teks editorial dan penggunaan reduplikasi dalam teks editorial yang dibuat.
f. Memberikan pertanyaan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap materi yang telah disampaikan.
g. Mengamati perkembangan siswa.
h. Memberikan penguatan dengan memberikan penjelasan tentang materi yang diberikan.
i. Melakukan tes kepada siswa.
j. Memberikan penilaian terhadap siswa.

3. Observasi
Dalam observasi ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan berkaitan dengan tugas individu pada masing-masing siswa/i. Adapun aspek yang diamati tersebut adalah:
Mendengarkan penjelasan guru.
Datang tepat waktu.
Mencatat materi yang penting.
Membawa buku paket.
Membawa buku catatan.
Mengikuti jalannya KBM.
Mengajukan pertanyaan pada saat penjelasan materi. Aktif dan menjawab pertanyaan dari guru.
Aktif mengerjakan tugas ´individu´ yang diberikan oleh guru.

4. Refleksi (reflecting)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
Dalam tahap ini akan diuraikan data-data yang diperoleh dari hasil pelaksanaan tindakan. Apakah tujuan yang hendak dicapai sudah tercapai atau belum? Dan kemudian diuraikan faktor-faktor penghambat atau pendukung dalam pelaksanaan tindakan.

H. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah;
1. Tes Hasil Belajar
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan analisis kritis. Teknik statistik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antarsiklus. Download ptk bahasa indonesia sma doc Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus, yaitu membandingkan rerata kemampuan penggunaan reduplikasi dalam teks editorial siswa pada kondisi sebelum tindakan, siklus I, siklus II, dan seterusnya. Teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif.
Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis maupun ketentuan yang ada. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersamaan dan/atau setelah pengumpulan data.

2. Teknik Skoring
Teknik skoring digunakan untuk memberikan skor pada hasil penelitian. Melalui teknik ini akan diketahui nilai rata-rata peningkatan kemampuan penggunaan reduplikasi dalam teks editorial. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut.
Total Skor = Jumlah skor yang diperoleh siswa 
                              Jumlah siswa

Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data dimaksudkan dalam penelitian ini adalah untuk mengecek keabsahan data, yang mencakup sumber, metode, penyidik dan teori. Teknik keabsahan data ini merupakan pengolahan data hasil penelitian dengan tujuan agar kumpulan data itu bermakna. Analisis dilakukan mengacu pada hasil pengamatan dan observasi langsung yang diperoleh pada saat pelaksanaan tindakan dengan menggunakan teknik triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian. Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.

I. Teknik Pengambilan Kesimpulan
Adapun teknik pengambilan kesimpulan yang digunakan yaitu;
1. Jika pelaksanaan siklus 1 belum mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) sebesar 7.00 maka perlu dilakukan siklus
selanjutnya. (siklus 2, siklus 3, dst)
Jika nilai rata-rata siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 7.00 maka pelaksanaan siklus selanjutnya tidak perlu dilanjutkan.

D.CONTOH PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) SMA KELAS XII PDF

DAFTAR PUSTAKA
 Abdul Chaer. Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2003
 . Morfologi Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta. 2002
Andriana, Deni. ³Teknik Triangulasi ”, diakses pada tanggal 07 Juli 2014, dari http://goyangkarawang.com/2013/ 02/triangulasi-dan-keabsahan-data¬dalam-penelitian/
Ba‘dulu, Abdul Muis, dkk. Morfosintaksis, Jakarta: Rineka Cipta, 2005
Brataatmaja, T Heru Kasida. Morfologi Bahasa Indonesia,Yogyakarta: Kanisius, 1987
Darmayanti, Nani. ³Menulis Wacana Naratif ´, diakses pada tanggal 13 desember 2014, dari http://books.google.co.id/books?id=264rOvSaHCwC&pg= PA 
Fauzi, Ahmad. Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2004
Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2008
Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi, Jakarta: Gramedia. 1982
Muslich, Masnur. Melaksanakan PTK Itu Mudah, Jakarta: Bumi Aksara, 2009 Parera, Jos Daniel. Sintaksis, Jakarta: Gramedia, 1993
Pateda, Mansoer. Morfologi,Gorontalo: Viladan, 2005
 . Semantik Leksikal, Jakarta: Rineka Cipta, 2001
Samsuri. Analisis Bahasa, Malang: Erlangga, 1994
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2009
Sekawan, Tim Lima Adi. EYD Plus, Jakarta: Limas, 2007
Soetjipto, dkk. Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2007
Sudarno. Morfofonemik, Jakarta: Arikha Media Cipta, 1990
Surachmad, Winarno. Metodologi Pengajaran Nasional, Jakarta: Jemmars, 2002
Usman, M Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: PT Intermasa, 2002
Wiriaatmadja, Rochiati. Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Remaja Rosadakarya, 2008

Terima kasih telah berkunjung di Musiyanto Blog yang membahas  CONTOH PTK BAHASA INDONESIA SMA KELAS XII TERBARU- ini dapat membantu Anda dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).


Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan cara mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya