CONTOH PTK BAHASA INDONESIA KELAS XII SMA TERBARU-Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014 mulai Februari sampai dengan Maret 2014 di SMA ............... Metode penelitian yang digunakan dalam ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) (classroom action research). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII-IPA1 SMA ...............Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi, dokumentasi, dan tes/penugasan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui 2 siklus, dimana setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Hasil penelitian pada siklus yang pertama belum
mencapai peningkatan kemampuan siswa dalam penggunaan reduplikasi dalam teks
editorial. Hal ini terbukti dari hasil rata-rata skor yang diperoleh siswa
untuk soal pilihan ganda (PG) hanya sebesar 6.05 dan untuk soal esai
(mengarang) hasil rata-rata skor yang diperoleh hanya mencapai 6.03, dengan
rata-rata skor keseluruhan hanya mencapai 6.04 indikator pencapaian hasil (IPH)
tidak tercapai karena belum mencapai batas kriteria ketuntasan minimum (KKM)
yang ditetapkan (70), selain itu hal ini disebabkan pula oleh kurangnya
keterampilan dan kemahiran siswa dalam menjawab tugas yang diberikan secara
individu. Tetapi setelah dilaksanakan siklus yang kedua tingkat kemampuan siswa
mengalami peningkatan dalam penggunaan reduplikasi dalam teks editorial. Download ptk bahasa indonesia sma doc
Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata yang
diperoleh dari masing-masing siswa pada siklus yang kedua mengalami peningkatan
hingga sebesar 79 untuk soal pilihan ganda (PG) dan untuk soal esai (mengarang)
mencapai 7.43 dengan rata-rata skor keseluruhan mencapai 7.66 indikator
pencapaian hasil belajar siswa pada siklus 2 telah tercapai melebihi batas KKM
(70) yang ditetapkan. Hal ini juga dapat dilihat dari pengamatan yang
menunjukkan persiapan yang lebih baik dari siklus sebelumnya (siklus 1).
Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas BAHASA
INDONESIA SMA yang diberi judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN REDUPLIKASI
DALAM TEKS EDITORIAL DENGAN METODE TUGAS INDIVIDU PENELITIAN TINDAKAN
KELAS PADA SISWA KELAS XII-IPA1 SMA ....". Disini akan di
bahas lengkap.
PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE PTK BAHASA INDONESIA SMA KELAS XII lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke 081-7283-4988 dengan Format PESAN PTK SMA 014).
A. PTK BAHASA INDONESIA KELAS XII
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Metodologi mengajar perlu dikuasai oleh pendidik
karena keberhasilan proses belajar mengajar (PBM) bergantung pada cara mengajar
gurunya. Jika cara mengajar gurunya baik menurut siswa, maka siswa akan tekun,
rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan
terjadi perubahan tingkah laku baik tutur katanya, sikap/tingkah lakunya, dan
gaya hidupnya.
Metode mengajar banyak ragamnya, kita sebagai pendidik
tentu harus menguasai metode mengajar yang beraneka ragam, agar dalam proses
belajar mengajar tidak menggunakan hanya satu metode saja, tetapi harus
divariasaikan, yaitu disesuaikan dengan tipe belajar siswa dan kondisi serta
situasi yang ada pada saat itu, sehingga tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan oleh pendidik dapat terwujud.
Namun, untuk mengetahui tingkat pemahaman setiap
individu siswa dalam menyerap pelajaran diperlukan metode yang efektif. Dalam
hal ini metode yang efektif adalah metode pemberian tugas individu. Tugas yang
diberikan guru pada umumnya dalam bentuk pekerjaan rumah (PR). Dengan tugas ini
seringkali siswa hanya meniru atau menyalin pekerjaan orang lain, sehingga
pemberian tugas rumah kurang berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Contoh ptk bahasa indonesia sma pdf
Dengan adanya kelemahan tersebut, perlu adanya
pengalihan dari tugas rumah menjadi tugas kelas. Dengan pemberian tugas kelas,
siswa akan termotivasi untuk lebih mempersiapkan diri sebelum tugas diberikan
oleh guru. Teknik pelaksanaan tugas kelas dibagi menjadi dua yaitu tugas
kelompok dan tugas individu. Dengan pemberian tugas secara kelompok diharapkan
siswa dapat berdiskusi dan saling membantu sehingga hasil belajar siswa
diharapkan lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diberi tugas individu.
Salah satu metode pengajaran adalah metode pemberian
tugas individu. Metode ini lebih mengutamakan kemampuan berpikir siswa dalam
menyerap dan memahami secara individual. Sehingga pendidik dapat mengetahui
tingkat pemahaman siswa mengenai bidang pelajaran yang telah diajarkan tersebut,
dan untuk peserta didik mereka dapat memupuk rasa percaya diri dan dapat
membina kebiasaan siswa untuk mencari, mengolah, menginformasikan dan
mengkomunikasikan sendiri, juga dapat dapat membina tanggung jawab dan disiplin
siswa, serta dapat mengembangkan kreativitas siswa dan mengembangkan pola
berpikir dan keterampilan anak setelah berakhirnya kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan dari berbagai kondisi, statmen,
argumentasi, dan kenyataan di atas peneliti ingin melakukan penelitian secara
lebih mendalam tentang siswa berkaitan dengan Peningkatan Kemampuan Penggunaan
Reduplikasi dalam Teks editorial dengan Penerapan Metode Pemberian Tugas
Individu. Dalam hal ini penulis mengadakan penelitian pada siswa kelas XII-IPA1
di SMA ...............
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar
belakang masalah di atas, masalah yang teridentifikasi sebagai berikut.
1. Bagaimana penerapan metode pemberian tugas individu
dapat terjadi
peningkatan kemampuan penggunaan reduplikasi dalam
teks editorial?
2. Seberapa besar peningkatan kemampuan penggunaan
reduplikasi dalam
teks editorial dengan penerapan metode pemberian tugas
individu pada
siswa kelas XII-IPA1 di SMA ..............?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi siswa tidak
memahami reduplikasi?
4. Bagaimana hasil belajar siswa setelah memperoleh tugas
individu?
C. Pembatasan Masalah
Mengacu pada masalah-masalah yang muncul di atas, maka
demi terarahnya penelitian ini penulis perlu membatasi masalah yang akan
diteliti yakni:
1. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas XII-IPA1
semester II (dua) tahun ajaran 2013/2014.
2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode
pemberian tugas individu untuk meningkatkan kemampuan siswa. Contoh ptk
bahasa indonesia sma kelas xii
3. Pembelajaran difokuskan pada aspek kognitif siswa
dengan mengerjakan latihan soal.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah
tersebut di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:
bagaimana peningkatan kemampuan reduplikasi dalam teks editorial dengan metode
tugas individu?
E. Tujuan Penelitian
Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Peningkatan kemampuan penggunaan reduplikasi dalam
teks editorial dengan penerapan metode pemberian tugas individu.
2. Seberapa besar peningkatan kemampuan penggunaan
reduplikasi dalam teks editorial dengan penerapan metode pemberian tugas
individu.
F. Manfaat Penelitian
Secara umum hasil yang diperoleh dari penelitian ini
diharapkan bisa dijadikan bahan masukan dalam program pembelajaran pendidikan
bahasa Indonesia, berkaitan dengan penerapan metode pemberian tugas individu
pada penggunaan reduplikasi, khususnya dalam pembuatan teks editorial.
1. Manfaat Teoretis
a. Manfaat bagi guru
1. Manfaat bagi guru adalah untuk membantu guru dalam
upaya menentukan strategi pengajaran yang tepat dan efektif untuk meningkatkan
pemahaman siswa pada reduplikasi.
2. Sebagai bahan pertimbangan guru dalam mengajar dengan
penerapan metode pemberian tugas individu baik dari strategi persiapan mengajar
maupun kendala-kendala yang dihadapi.
b. Manfaat bagi siswa
Manfaat bagi siswa dalam hal ini adalah untuk
memudahkan siswa dalam memahami reduplikasi dengan metode yang efektif dan
menyenangkan, sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran menjadikan siswa lebih
giat dalam membuat teks editorial.
c. Manfaat bagi sekolah
Manfaat bagi sekolah dalam hal ini adalah sebagai
bahan masukan dan metode yang efektif dalam menerapkan metode pemberian tugas
individu untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi guru
Manfaat praktis bagi guru adalah memberikan informasi
yang bermanfaat tentang penggunaan metode pemberian tugas indivudu untuk
diterapkan dalam proses pembelajaran, serta dapat dijadikan sebagai bahan
rujukan dan acuan pembelajaran bagi guru.
b. Manfaat bagi siswa
Manfaat praktis bagi siswa adalah sebagai sumber
pelajaran bagi siswa atau pihak-pihak yang menaruh perhatian pada kajian
tentang pemahaman reduplikasi.
c. Manfaat bagi sekolah
Manfaat praktis bagi sekolah adalah sebagai salah satu
upaya untuk menentukan kebijaksanaan dalam metode atau alat pembelajaran dalam
proses mengajar.
B. LAPORAN PTK BAHASA INDONESIA DOC
BAB II
KAJIAN TEORETIS
KAJIAN TEORETIS
A. Pengertian Tajuk Rencana atau Editorial dalam Media
Massa
Tajuk rencana atau editorial adalah opini berisi
pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap
persoalan aktual, fenomenal, atau kontroversial yang berkembang di masyarakat.
Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus
mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan.
Tajuk rencana mempunyai sifat:
1. Krusial dan ditulis secara berkala, tergantung dari
jenis terbitan medianya. Misalnya media massa harian (daily), mingguan
(weekly), dwi mingguan (biweekly) atau bulanan (monthly).
2. Isinya menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat
luas baik itu aspek sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan,
atau olah raga bahkan entertainment, tergantung jenis liputan medianya.
3. Memiliki karakter atu konsistensi yang teratur kepada
para pembacanya terkait sikap dari media massa yang menulis tajuk rencana.
4. Terkait erat dengan policy media atau kebijakan media
yang bersangkutan. Karena setiap media mempunyai perbedaan iklim tumbuh dan
berkembang dalam kepentingan yang beragam, yang menaungi media tersebut.
Karena merupakan suara lembaga, maka tajuk rencana
tidak ditulis dengan mencantumkan nama penulisnya, seperti halnya menulis
berita atau features. Idealnya, tajuk rencana adalah pekerjaan dan hasil dari
pemikiran kolektif dari segenap awak media. Download laporan ptk bahasa indonesia sma doc Jadi, sebelum membuat tajuk rencana, terlebih
dahulu diadakan rapat redaksi yang dihadiri oleh pemimpin redaksi, redaktur
pelaksana serta segenap jajaran redaktur yang berkompeten untuk menentukan
sikap bersama terhadap suatu permasalahan krusial yang sedang berkembang di
masyarakat atau dalam kebijakan pemerintahan.
Setelah tercapai pokok- pokok pikiran, dituangkanlah
dalam sikap yang kemudian dirangkum oleh awak redaksi yang telah ditunjuk dalam
rapat. Dalam Koran harian, bisanya tajuk rencana ditulis secara bergantian,
namun semangat isinya tetap mecerminkan suara bersama setiap jajaran
redakturnya. Dalam proses ini reporter amat jarang dilibatkan, karena dinilai
dari segi pengalaman serta tanggung jawabnya yang terbatas.
Karakter dan kepribadian pers terdapat sekaligus
tercermin dalam tajuk rencana. Tajuk rencana juga mencerminkan dari golongan
pers mana media tersebut berasal. Tajuk rencana pers papan atas (middle-high
media) atau pers yang berkualitas misalnya memiliki ciri di antaranya:
1. hati-hati,
2. normatif,
3. cenderung konservatif,
4. Sedapat mungkin menghindari pendekatan kritis yang
tajam, dan
5. pertimbangan aspek politis lebih besar dari aspek
sosiologis.
Namun, tajuk rencana dari golongan pers papan menengah
ke bawah (middle-low media) berlaku sebaliknya. Ciri-ciri tajuk rencana pers
kalangan menengah adalah:
1. lebih berani,
2. atraktif,
3.progresif,
4. tidak canggung untuk memilih pendekatan kritis yang
bersifat tajam dan “tembak langsung”, serta
5. lebih memilih pendekatan sosiologis daripada
pendekatan politis.
2. Langkah-langkah mengevaluasi teks editorial
a. Membaca/ mengamati teks editorialsecara saksama
b. Memahami struktur dan isi teks editorial
c. Mengenali bahasa yang digunakan
d. Menentukan kelebihan dan kekurangan teks laporan
hasil observasi
3. Langkah-langkah mengabstraksi teks editorial
a. Membaca/ mengamati teks secara saksama
b. Memahami bentuk dan isi teks
c. Memahami inti teks
d. Mengabstraksi teks
B. Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang
bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan
perubahan bunyi. Oleh karena itu, lazim dibedakan adanya reduplikasi penuh,
seperti meja-meja (dari dasar meja), reduplikasi sebagian seperti lelaki ( dari
dasar laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti bolak-balik (dari
dasar balik). Di samping adanya reduplikasi semu, seperti mondar-mandir, yaitu
sejenis bentuk kata yang tampaknya sebagai hasil reduplikasi, tetapi tidak
jelas bentuk dasarnya yang diulang.
Dalam linguistik Indonesia sudah lazim digunakan
sejumlah istilah sehubungan dengan reduplikasi dalam bahasa Jawa dan bahasa
Sunda. Istilah¬istilah itu adalah (a) dwilingga, yakni pengulangan morfem
dasar, seperti meja¬meja, aki-aki, dan mlaku-mlaku µberjalan-jalan; (b)
dwilingga salin suara, yakni pengulangan morfem dasar dengan perubahan vokal
dan fonem lainnya, seperti bolak-balik, langak-longok, dan mondar-mandir; (c)
dwipurwa, yakni pengulangan silabel pertama, seperti lelaki, peparu, dan
pepatah; (d) dwiwasana, yakni pengulangan pada akhir kata, seperti cengengesan
µselalu tertawa‘ yang terbentuk dari cenges µtertawa‘; dan (e) trilingga, yakni
pengulangan morfem dasar sampai dua kali, dag-dig-dug, cas-cis-cus, dan
ngak-ngik-ngok.
Prinsip umum yang berlaku pada reduplikasi adalah
harus ada bentuk yang diulang. Itu sebabnya bentuk, misalnya kupu-kupu,
kura-kura, tidak dimasukkan ke dalam reduplikasi, oleh karena tidak ada bentuk
yang diulang Dalam BI tidak ada bentuk *kupu, dan tidak ada bentuk *kura.
1. Pengertian
Secara leksikografis, kata berulang atau reduplikasi
´adalah proses dan hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis atau
gramatikal, misalnya rumah-rumah, tetamu´. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
dirumuskan, ´reduplikasi adalah proses atau hasil perulangan kata atau unsur
kata, misalnya rumah-rumah, tetamu, bolak-balik´. Dengan kata lain, reduplikasi
adalah kata yang mengalami perulangan, baik perulangan penuh, perulangan
sebagian, atau perulangan karena perubahan bunyi. Kata berulang
bangunan-bangunan meskipun bukan bentuk bangun yang diulang, tetapi tampak
bahwa bentuk bangun yang menjadi tumpuan untuk menghasilkan kata bangunan.
Kata berulang atau reduplikasi sebaiknya dibedakan
dengan ulangan kata. Jika diperhatikan potongan lagu yang berbunyi: jangan,
jangan, jangan, jangan dipegang terlihat bentuk jangan diulang beberapa kali.
Ulangan kata seperti ini tidak digolongkan ke dalam kata berulang, melainkan
ulangan kata. Memang benar, ada yang diulang, tetapi ulangan kata itu tidak
menimbulkan kemungkinan lain pada bentuk kata tersebut. Hal ini berbeda dengan
bentuk rumah yang menjadi kata berulang perumahan-perumahan, rumah-rumah. Contoh ptk bahasa indonesia sma pdf Dalam kaitannya dengan definisi kata berulang
atau reduplikasi, Ramlan mengatakan, ´reduplikasi atau proses perulangan ialah
perulangan bentuk, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem
maupun tidak.
2. Menentukan bentuk Dasar
Jika kita berhadapan dengan sebuah bentuk berulang,
sering sulit menentukan bentuk dasarnya. Telah dikemukakan bahwa prinsip bentuk
berulang, yakni harus ada bentuk yang diulang. Untuk memudahkan bentuk
berulang, digunakan prinsip. Ramlan mengemukakan dua prinsip.
Pertama, perulangan tidak mengubah kelas kata.
Contohnya, bentuk berulang berkata-kata. Kata berkata-kata termasuk verba.
Dengan demikian bentuk dasarnya harus verba pula, yakni berkata. Contoh lain,
sungai-sungai. Kata sungai-sungai termasuk nomina. Dengan demikian bentuk dasarnya
harus nomina dalam hal ini sungai.
Prinsip kedua, yakni bentuk dasarnya mestilah bentuk
yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Dalam hubungannya dengan cara menentukan
bentuk dasar bentuk berulang. Kita mencari bentuk satu tingkat yang lebih dari
bentuk yang dihadapi. Misalnya, bentuk berulang tersenyum-senyum. Dan tingkatan
lebih kecil dari bentuk ini, ialah tersenyum. Bentuk tersenyum sendiri memenuhi
prinsip pertama yang dikemukakan oleh Ramlan, yakni tersenyum merupakan verba.
3. Pembagian Bentuk Berulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan
tanda hubung. Misalnya:
Anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati,
undang-undang, biri-biri, kupu-kupu, kura-kura, laba-laba, sia-sia,
gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk, mondar-mandir, ramah-tamah, sayur-mayur,
centang-perenang, porak-poranda, tunggang-langgang, berjalan-jalan,
dibesar-besarkan, menulis-nulis, terus-menerus, tukar-menukar,
hulubalang-hulubalang, bumiputra-bumiputra.
Melihat bentuknya, bentuk berulang dapat dibagi atas:
(1) bentuk berulang atau reduplikasi penuh, maksudnya seluruh bentuk yang
diulang, misalnya buku buku, diam-diam; (2) bentuk berulang sebagian, misalnya
berlari-lari, sebagian dari bentuk {berlari} yang diulang, dan (3) bentuk ulang
karena modifikasi atau bentuk berulang dengan variasi fonem, misalnya
beras-petas, bolak-balik, gerak gerik.
Bentuk berulang atau reduplikasi dapat juga dilihat
dari kelas kata yang merupakan bentuk dasarnya. Berdasarkan kenyataan dalam BI,
rupanya hanya kelas kata adverbia, adjektiva, nomina, numeralia, persona, dan
verba yang mengalami perulangan. Bentuk berulang itu atau reduplikasi itu,
boleh saja bentuk berulang penuh, bentuk perulangan sebagian, atau bentuk
berulang variasi fonem.
Bentuk berulang atau reduplikasi adverbia, misalnya
pagi-pagi, bentuk berulang atau reduplikasi adjektive misalnya tinggi-tinggi,
bentuk berulang atau reduplikasi nomina, misalnya buku-buku, bentuk berulang
atau reduplikasi numeraslis, misalnya tiga-tiga, bentuk berulang atau
reduplikasi persona, misalnya saya-saya juga yang dimarahi, bentuk berulang
atau reduplikasi verba, misalnya berlari-lari.
4. Makna bentuk Berulang
Makna bentuk reduplikasi atau bentuk berulang
bergantung pada hasil proses pembentukannya, dan bergantung pada kelas kata
yang menjadi bentuk dasarnya. Misalnya, bentuk berulang atau reduplikasi
buku-buku yang bentuk dasarnya buku, yang dalam hal ini nomina, maka makna yang
ditimbulkannya adalah banyak buku. Bentuk berulang pagi-pagi yang bentuk
dasarnya pagi, yang berarti adverbia itu sendiri. Dalam hal ini Harimurti
(1989:90) berkata, … dalam reduplikasi morfemis terjadi perubahan makna
gramatikal. Dari sudut pandang yang lain, dalam hal ini dilihat dari sudut
semantis, dapat dibedakan reduplikasi morfemis yang bersifat semantis, dan
reduplikasi morfemis yang bersifat non-idiomatis menyangkut reduplikasi yang
makna leksikal dari bentuk dasarnya tidak berubah.
Dalam bahasa Indonesia reduplikasi merupakan mekanisme
yang penting dalam pembentukan kata, disamping afiksasi, komposisi dan
akronimisasi. Lalu, meskipun reduplikasi terutama adalah masalah morfologi,
masalah pembentukan kata, tetapi tampaknya ada juga reduplikasi yang menyangkut
masalah fonologi, masalah sintaksis dan masalah semantik. Sebelum membicarakan
reduplikasi sebagai mekanisme dalam morfologi ada baiknya dibicarakan dulu
reduplikasi sebagai masalah fonologi, sintaksis dan semantik ini. Dan untuk
lebih jelasnya mari kita bahas satu-persatu.
a. Reduplikasi Fonologis
Reduplikasi fonologi berlangsung terhadap dasar yang
bukan akar terhadap bentuk yang statusnya lebih tinggi dari akar. Status bentuk
yang diulang tidak jelas dan reduplikasi fonologis ini tidak menghasilkan makna
gramatikal, melainkan menghasilkan makna leksikal. Yang termasuk reduplikasi
fonologis ini adalah bentuk-bentuk seperti:
(1) Kuku, dada, pipi, cincin, dan sisi. Bentuk-bentuk
tersebut µbukan‘ berasal dari ku, da, pi, cin, dan si. Jadi. Bentuk tersebut
adalah sebuah kata yang bunyi kedua suku katanya sama.
(2) Foya-foya, tubi-tubi, sema-sema, anai-anai dan
ani-ani. Download ptk bahasa indonesia sma
doc Bentuk-bentuk ini memang jelas sebagai
bentuk ulang, yang diulang secara utuh. Namun, µbentuk‘ dasarnya tidak
berstatus sebagai akar yang mandiri. Dalam bahasa Indonesia kini tidak ada akar
foya, tubi, semai, anai, dan ani.
(3) Laba-laba, kupu-kupu, paru-paru, onde-onde dan
rama-rama. Bentuk-bentuk ini juga jelas sebagai bentuk ulang dan dasar yang
diulang pun jelas ada, tetapi hasil reduplikasinya tidak menghasilkan makna
gramatikal. Hasil reduplikasinya hanya menghasilkan makna leksikal.
(4) Mondar-mandir, luntang-lantung, lunggang-langgung,
kocar-kacir, dan teka¬teki. Bentuk-bentuk ini tidak diketahui mana yang menjadi
bentuk dasar pengulangannya. Sedangkan maknanya pun hanyalah makna leksikal,
bukan makna gramatikal. Dalam berbagai buku tata bahasa tradisional,
bentuk¬bentuk ini disebut kata ulang semu.
b. Reduplikasi sintaksis
Sebelum membahas reduplikasi sintaksis ada baiknya
kita bahas paradigm ilmu sintaksis itu sendiri. Ilmu sintaksis harus berpegang
bahwa kalimat dan tutur¬tutur yang ditangkap oleh pancaindera merupakan
struktur luar. Struktur-luar merupakan hasil transformasi dari struktur-dalam
(SD).
Dalam struktur-dalam akan terdapat hubungan semantik
kasus, hubungan sistemik, dan perbedaan atas topik pembicaraan dan komen atas
topik. Semua kaidah dalam struktur-dalam akan mengalami proses transformasi ke
struktur-luar.
Struktur-luar akan dianalisis dengan teknik tagmemik,
teknik ICs, dan penentuan pengutamaan subjek predikat objek secara fungsional.
Inilah yang kami sebut paradigm ilmu sintaksis. Karena
paradigm ini dibangun di atas teori-teori sintaksis yang berpegenggal
(sebelumnya), paradigma ilmu sintaksis ini disebut satu pendekatan elektik.
Pendekatan ini memberikan satu standar kerja kepada para ilmuwan sintaksis.
Reduplikasi sintaksis adalah proses pengulangan
terhadap dasar yang biasanya berupa akar, tetapi menghasilkan satuan bahasa
yang statusnya lebih tinggi dari sebuah kata. Kridalaksana menyebutnya
menghasilkan sebuah sebuah µulangan kata‘, bukan kata ulang‘. Contoh:
- Suaminya benar-benar jantan.
- Jangan-jangan kau dekati pemuda itu.
Bentuk-bentuk reduplikasi sintaksis memiliki ikatan
yang cukup longgar sehingga kedua unsurnya memiliki potensi untuk dipisahkan.
Perhatikan contoh berikut:
- Jangan kau dekati pemuda itu, jangan.
- Panas memang panas rasa hatiku..
Reduplikasi sintaksis ini memiliki makna menegaskan‘
atau menguatkan‘. Dalam hal ini termasuk juga reduplikasi yang dilakukan
terhadap sejumlah kata ganti orang (pronomina persona) seperti:
- Yang tidak datang ternyata dia-dia juga.
- Mereka-mereka memang sengaja tidak diundang.
c. Reduplikasi Semantis
Reduplikasi semantis adalah pengulangan ³makna´ yang
sama dari dua buah kata yang bersinonim. Misalnya ilmu-pengetahuan, alim-ulama
dan cendi¬cendikia. Kita lihat kata ilmu dan kata pengetahuan memiliki makna
yang sama; kata alim dan ulama juga memiliki makna yang sama. Demikian juga
katacendi dan kata cendikia.
Termasuk ke dalam bentuk ini adalah bentuk-bentuk
sepertisegar-bugar, muda-belia, tua-renta, gelap-gulita dan kerik-mersik.
Namun, bentuk-bentuk seperti ini di dalam berbagai buku tata bahasa dimasukkan
dalam kelompok reduplikasi berubah bunyi (dwilingga salin suara). Memang bentuk
segar bugar perubahan bunyinya masih bisa dikenali, tetapi bentuk muda belia
dan kerik mersik tidak tampak sama sekali bahwa unsur pertama berasal dari
unsur kedua atau sebaliknya.
d. Reduplikasi Morfologis
Menurut Crystal, morfologi adalah cabang tata bahasa
yang menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya adalah melalui penggunaan
morfem Morfologi umumnya dibagi ke dalam dua bidang yakni: telaah infleks
(inflectional morphology), dan telaah pembentukan kata (lexical or dervational
morphology). Apabila penekanan pada teknik menganalisis kata menjadi morfem
khususnya seperti dipraktikkan oleh para linguis strukturalis Amerika pada
tahun 1940 dan 1950, maka morfemik dipakai. Analisis morfemik dalam pengertian
in adalah bagian adalah bagian dari telaah linguistik singkronis; analisis
morfologis adalah istilah yang lebih umum, yang juga diterapkan dalam telaah
histories Analisis morfologis dapat dilakukan dalam berbagai bentuk.
Satu pendekatan adalah membuat telaah distribusional
morfem dan morfemis yang muncul dalam kata (analisis susunan morfotaktis),
seperti dalam model pemirian item and arrangement, yaitu suatu model pemerian
yang mengandung kata sebagai gugus linear (arrangement) morf-morf (items),
misalnya The boy kicked the ball. Contoh ptk bahasa indonesia sma kelas
xii
Pendekatan lain menetapkan atau membangun
proses-proses atau operasi-operasi morfologis, yang melihat hubungan-hubungan
antara bentuk-bentuk kata sebagai satu hubungan pergantian, seperti dalam model
item and process, yaitu suatu model pemerian yang memandang hubungan antara
kata-kata sebagai proses derivasi, misalnya item took diturunkan dari item take
melalui proses perubahan vokal. Dalam linguistik generatif, morfologi dan
sintaksis dilihat sebagi dua tingkat yang terpisah; kaidah-kaidah dari tata
bahasa berlaku bagi struktur kata, seperti halnya terhadap frasa dan kalimat
dan konsep-konsep morfologis hanya muncul sebagai titik di mana output komponen
sintaksis harus diberikan reprsentasi fonologis melalui kaidah-kaidah
morfofonologis.
. Berikut dikemukakan rangkuman dari morfologi dalam
bentuk diagram.
Deivasi Memper- Derivasi Nomina Verba Adjktiva
Tahankan kelas Perubahan Kelas Majemuk Majemuk Majemuk
Gambar 2
Diagram Rangkuman Morfologi
Menurut O‘Grady dan Dobrovolsky, dalam buku
Morfosintaksis yang ditulis oleh Abdul Muis Ba‘dulu, morfologi adalah komponen
tata bahasa generatif transformasional (TGT) yang membicarakan tentang struktur
intena kata, khususnya kata kompleks. Selanjutnya, mereka membedakan antara
teori morfologi umum yang berlaku semua bahasa dengan morfologi khusus yang
hanya berlaku bahasa tertentu. Teori morfologi umum berurusan dengan pembahasan
secara tepat mengenai jenis-jenis kaidah morfologi yang dapat ditemukan dalam
bahasa-bahasa alamiah. Di pihak lain, morfologi khusus merupakan seperangkat
kaidah yang mempunyai fungsi ganda. Pertama, kaidah¬kaidah ini berurusan dengan
pembentukan kata baru. Kedua, kaidah-kaidah ini mewakili pengetahuan penutur
asli yang tidak disadari tentang struktur internal kata yang sudah ada dalam
bahasanya.
Jadi, proses morfologis ialah proses penggabungan
morfem-morfem menjadi kata. Keterangan ini perlu diberikan, supaya ada
ketegasan sampai dimana boleh digolong-golongkan. Dengan begitu bentuk terkecil
ialah morfem sedangkan terbesar ialah kata.
Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar
yang serupa akar berupa bentuk berafiks dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya
dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan berubah bunyi dan pengulangan
sebagian.
1. Pengulangan Akar
Bentuk dasar yang berupa akar memiliki tiga macam
proses pengulangan yaitu pengulangan utuh, pengulangan sebagian, dan
pengulangan dengan perubahan bunyi.
a. Pengulangan utuh, artinya bentuk dasar itu diulang
tanpa melakukan perubahan bentuk fisik dari akar itu. Misalnya, meja-meja
(bentuk dasar meja), kuning-kuning (bentuk dasar kuning) makan-makan (bentuk
dasar makan), kalau-kalau (bentuk dasar kalau) dan sunguh-sungguh (bentuk dasar
sungguh).
b. Pengulangan sebagian, artinya yang diulang dari bentuk
dasar itu hanya salah satu suku katanya saja (dalam hal ini suku awal kata)
disertai dengan ³pelemahan´ bunyi. Misalnya, leluhur (bentuk dasar luhur),
tetangga (bentuk dasar tangga), jejari (bentuk dasar jari), lelaki (bentuk
dasar laki) dan peparu (bentuk dasar paru).
Perlu dicatat bentuk dasar dalam perulangan sebagian
ini dapat juga diulang secara utuh, tetapi dengan perbedaan makna
gramatikalnya. Bandingkan: - Leluhur - luhur-luhur
- Tetangga - Jejari
- Lelaki
- Peparu tangga-tangga jari-jari laki-laki paru-paru
c. Pengulangan dengan perubahan bunyi, artinya bentuk
dasar itu diulang tetapi disertai dengan perubahan bunyi. Yang berubah bisa
bunyi vokalnya dan bisa pula bunyi konsonannya. Bentuk yang berubah bunyi bisa
menduduki unsur pertama, bisa juga menduduki unsur kedua. Contoh kelompok (a)
yang berubah unsur pertamanya dan contoh kelompok (b) yang berubah unsur
keduanya.
(a) Bolak-balik
Larak-lirik
(b) Ramah-tamah
Lauk-pauk
d. Pengulangan dengan infiks, maksudnya sebuah akar
diulang tetapi diberi infiks pada unsur ulangnya. Perhatikan contoh berikut:
- Turun-temurun
- Tali-temali
2. Pengulangan Dasar Berafiks
Dalam hal ini akan membahas pengulangan berafiks´.
Namun, di sini perlu diperhatikan adanya tiga macam proses afiksasi dan
reduplikasi.
Pertama, sebuah akar diberi afiks dulu, baru kemudian
diulang atau direduplikasi. Misalnya, pada akar lihat mula-mula diberi prefiks
me- menjadi melihat, kemudian baru diulang menjadi bentukmelihat-lihat.
Kedua, sebuah akar direduplikasi dulu, baru kemudian
diberi afiks. Misalnya akar jalan mula-mula diulang menj adi jalan-jalan, baru
kemudian diberi prefiks ber- menjadi berjalan-jalan.
Ketiga, sebuah akar diberi afiks dan diulang secara
bersamaan. Misalnya, pada akar minggu diberi prefiks ber- dan proses
pengulangan sekaligus menjadi bentuk bermingu-minggu.
Berikut ini dibicarakan proses itu dengan afiksnya
satu persatu: (1) Akar berprefiks ber
Ada dua macam pengulangan akar yang berprefiksber-, yaitu:
(a) Pada akar mula-mula diimbuhkan prefiks ber-, lalu
dilakukan pengulangan sebagian dan yang diulang hanya akarnya saja. Contoh:
- Berlari-lari (dari ber + lari).
- Berteriak-teriak (dari ber + teriak).
(b)Pengulangan dilakukan serentak dengan
pengimbuhan prefiks ber-.
Contoh:
- Berhari-hari
- Bermeter-meter
Mengapa proses prefiksasi ber- dan proses reduplikasi
dikatakan dilakukan sekaligus? Karena bentuk bermeter dan meter-meter tidak
berterima. Bentuk hari-hari, minggu-minggu dan bulan-bulan memang berterima,
tetapi bentuk-bentuk ini merupakan bagian dari reduplikasi sintaksis. Download ptk bahasa indonesia sma doc
(2) Akar Berkonfiks ber-an
Akar berkonfiks ber-an seperti pada kata berlarian dan
berkejaran direduplikasikan sebagian, yaitu hanya akarnya saja. Misalnya:
- Berlari-larian (dari berlarian).
- Berkejar-kejaran (dari berkejaran).
(3) Akar Berprefiks me
Akar berprefiks me- seperti pada kata menembak dan
menari direduplikasikan hanya akanya saja, tetapi ada dua macam cara.
Pertama,yang bersifat progresif artinya, pengulangan ke arah depan atau ke arah
kanan; dan kedua yang bersifat regresif, artinya pengulangan ke arah belakang
atau ke arah kiri. Contoh berikut kelompok (a) adalah bersifat progresif dan
kelompok (b) berikut adalah yang bersifat regresif:
(a) Menembak-nembak (dasar menembak)
Menari-nari (dasar menari)
(b) Tembak-menembak (dasar menembak)
Pukul-memukul (dasar memukul)
Disamping itu adalah jumlah yang terbatas ada juga
proses pemberian prefiks me- yang dilakukan sekaligus dengan proses
reduplikasi. Misalnya: - Mengada-ada
- Mengagak-ngagak
Bentuk mengada dan ada-ada, serta bentuk mengajak dan
agak-agak tidak berterima.
(4) Akar Berklofiks me-kan
Akar berklofiks me-kan seperti kata membedakan,
membesarkan, dan melebihkan direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya:
- Membeda-bedakan (dari membedakan).
(5) Akar berklofiks me-i
Akar berklofiks me-i seperti pada kata menulisi dan
mengurangi direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya:
- Menulis-nulisi (dari menulisi)
(6) Akar berprefiks pe
Akar berprefiks pe- seperti pada kata pemuda, pembina,
dan pembaca direduplikasikan secara utuh. Misalnya:
- pemuda-pemuda
Namun, perlu dicatat bahwa penggunaan bentuk
pengulangan pada kata berprefiks pe- jarang dilakukan. Lebih sering untuk
menyatakan jumlah ini pemberi adverbia para, seperti para pemuda (daripada
pemuda-pemuda), para pembina (daripada pembina-pembina) dan para pelajar
(daripada pelajar¬pelajar). Kiranya kontruksi dengan menggunakan adverbia para
lebih baik daripada mengulang bentuk berprefikspe- itu.
(7) Akar Berkonfiks pe-an
Akar berkonfiks pe-an seperti pada kata pembangunan
dan penjelasan direduplikasikan secara utuh. Misalnya:
- Pembangunan-pembangunan
Bentuk reduplikasi itu boleh saja digunakan, tetapi
tampaknya lebih baik menggunakan adverbia semua, seluruh dan sejumlah bila
ingin menyatakan plural. Misalnya:
- Semua pembangunan
- Sebagian penjelasan
(8) Akar Berkonfiks per-an
Akar berkonfiks per-an seperti pada kata peraturan,
perindustrian dan perindustrian dan perdebatan bila direduplikasikan haruslah
secara utuh. Misalnya:
- Peraturan-peraturan
Bentuk-bentuk reduplikasi itu boleh saja digunakan,
tetapi tampaknya penggunaan adverbia semua, seluruh, sebagaian, dan sebagainya
lebih baik daripada penggunaan reduplikasinya. Misalnya:
- Semua peraturan
(9) Akar Bersufiks –an
Akar bersufiks –an ada dua cara pereduplikasiannya.
Pertama, dengan mengulang secara utuh bentuk bersufiks –an itu ; dan kedua
mengulang akarnya saja yang sekaligus disertai dengan pengulangannya. Kelompok
(a) berikut adalah contoh cara pertama dan kelompok (b) adalah contoh cara
kedua.
(a) Bangunan-bangunan Aturan-aturan Latihan-latihan
Tulisan-tulisan Lampiran-lampiran
(b) Obat-obatan Biji-bijian
Batu-batuan Mobil-mobilan Kucing-kucingan
Di samping dua cara di atas masih ada satu cara lagi
yang kurang produktif, yakni dengan mengulang sebagian (hanya suku pertama dari
akar). Contoh:
- Bebatuan
- Tetumbuhan - Pepohonan - Rerumputan – Reruntuhan
(10) Akar Berprefiks se
Akar berprefiks se- ada dua macam cara reduplikasinya.
Pertama, diulang secara utuh; dan kedua hanya mengulang bentuk akarnya.
Kelompok (a) berikut adalah contoh cara pertama dan kelompok (b) adalah contoh
cara kedua.
(a) Sedikit-sedikit Seorang-seorang
Sekali-sekali Sekepal-sekepal
Seekor-seekor
(b) Sekali-kali Sebaik-baik Sepandai-pandai
Sejauh-jauh
Sebodoh-bodoh
(11) Akar Berprefiks ter
Akar berprefiks ter- seperti pada kata terbawa,
tersenyum, dan tertawa direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya:
- Terbawa-bawa
- Tersenyum-senyum
- Tersendat-sendat
- Tersedu-sedu
(12) Akar berkonfiks se-nya
Akar berkonfiks se-nya seperti pada kata secepatnya,
sebaiknya, dan sedapatnya direduplikasikan hanya akarnya saja. Contoh:
- Secepat-cepatnya
- Sebaik-baiknya
(13) Akar berkonfiks ke-an
Akar berkonfiks ke-an seperti pada keraguan, kemurahan
dan kebiruan direduplikasikan hanya akarnya saja; sedangkan konfiks ke-an
melingkupi bentuk perulangan itu. Misalnya:
- Keragu-raguan
- Kemerah-merahan
(14) Akar Berinfiks (-em-, -el-, -er-, -m-)
Akar berinfiks direduplikasikan sekaligus dalam
pengimbuhan infiks dan proses reduplikasi. Proses ini tampaknya tidak
produktif. Contoh yang ada:
- Tali-temali
- Sinar- seminar
C. Tugas Individu
Manusia dilahirkan dengan berbagai macam potensi yang
dapat dikembangkan untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Potensi-potensi
itu tidak mempunyai arti apa-apa bila tidak dikembangkan dengan baik. Kenyataan
menunjukkan bahwa tidak semua individu memahami potensi yang dimilikinya
apalagi pemahaman tentang cara mengembangkannya.
Pengertian pembelajaran berlangsung bilamana terjadi
suatu proses interaksi antara guru dan siswa sehingga terdapat suatu perubahan
tingkah laku Jadi suatu pengulangan terhadap apa yang terjadi belum dapat
dikatakan suatu proses pembelajaran. Oleh karena itu, peru dipahami dalam
situasi yang bagaimanakah cara pelaksanaannya.
Untuk mendapatkan kecakapan dengan metode latihan
individu ini, ada dua fase;
Pertama, fase integratif, di mana persepsi dari arti
dan proses dikembangkan. Pada fase ini belajar kecakapan dikembangkan menurut
praktek yang berarti sering melakukan hubungan fungsional dan aktifitas
penyelidikan.
Kedua, fase penyempurnaan atau fase menyelesaikan di
mana ketelitian dikembangkan. Dalam fase ini diperlukan ketelitian dapat
dikembangkan menurut praktek yang berulang kali. Jadi pariasi praktek di sini
ditujukan untuk mendalami arti bukan ketangkasan. Contoh ptk bahasa indonesia sma pdf Sedangkan praktek yang sering ditujukan untuk mempertinggi
efisiensi, bukan untuk mendalami arti.
Prinsip-prinsip yang diperhatikan dalam menggunakan
metode penugasan individu, antara lain:
a. Penugasan Individu hanyalah untuk bahan atau perbuatan
yang bersifat otomatis.
b. Latihan harus memiliki makna dalam rangka yang lebih
luas, yakni:
1) Sebelum melaksanakan latihan, siswa perlu mengetahui
terlebih dahulu arti latihan tersebur;
2) Siswa perlu menyadari bahwa latihan-latihan itu
berguna bagi kehidupan mereka kelak;
3) Siswa perlu mempunyai sikap bahwa latihan itu
diperlukan untuk melengkapi belajar;
Latihan-latihan tersebut perrama-tama harus ditekankan
pada diagnosa.
1) Pada taraf permulaan jangan diharapkan reproduksi yang
sempurna;
2) Dalam percobaan kembali harus diteliti kesulitan yang
timbul respon yang
benar akhirnya harus dikenal siswa dan siswa
memerlukan fariasi latihan,
perkembangan arti dan kontrol.
3) Pertama-tama harus bersifat ketetapan, yang kemudian
kecepatan, dan akhirnya kedua-duanya harus dimiliki siswa;
4) Masa latihan harus relatif singkat, dan sering
dilakukan latihan-latihan lanjutan;
5) Kondisi latihan harus menarik minat anak dan dalam
suasana yang menyenangkan;
6) Proses yang bersifat fundamental harus didahulukan
dari latihan yang sifatnya sekunder.
7) Proses latihan juga harus memperhatikan perbedaan
kemampuan individual.
a. Tingkat kecakapan yang diterima pada satu saat tidak
usah sama.
b. Latihan-latihan secara perseorangan perlu untuk
menambah latihan
kelompok.
C.CONTOH PTK BAHASA INDONESIA SMA LENGKAP
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di SMA ..............
Kelas XII-IPA1, yang berlokasi di ............................................
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II Tahun
Pelajaran 2013/2014 mulai Februari sampai dengan Maret 2014.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suryanto PTK adalah suatu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu
agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di
kelas secara professional. Metode penelitian ini mengikuti pola sikus yang
diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Untuk lebih lengkapnya mengenai prosedur tentang
penelitian ini, maka akan diuraikan sebagai berikut.
1. Pra-Penelitian
a. Menentukan sekolah yang akan dijadikan obyek
penelitian
b. Identifikasi masalah yang ada di sekolah melalui
wawancara tertulis dengan guru bidang studi bahasa Indonesia.
2. Penelitian; PTK:
a. Perencanaan tindakan dengan membuat kelengkapan
pembelajaran dan instrumen penelitian.
b. Pelaksanaan tindakan dengan melaksanakan KBM sesuai
dengan langkah¬langkah RPP dengan metode pemberian tugas individu. Download laporan ptk bahasa indonesia sma doc
c. Pengamatan/Observasi
1. Observer mencatat aktivitas guru dan siswa pada format
observasi.
2. Memberikan tes hasil belajar
d. Tahap Refleksi dan Evaluasi
1. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh
2. Menarik kesimpulan: jika hasil tahapan refleksi
(kesimpulan) belum bisa dikatakan mengatasi masalah-masalah yang ada, maka PTK
ini dilanjutkan ke siklus selanjutnya berdasarkan perbaikan atas kekurangan
pada siklus sebelumnya (perencanaan II, tindakan II, pengamatan II dan refleksi
II, dst.)
3. Penyusunan penelitian
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua
sumber, yaitu siswa kelas XII-IPA1 dan guru.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Pada penelitian ini, posisi peneliti yaitu sebagai
pengkaji permasalahan, pendiagnosis masalah, perencana tindakan, pengamat, dan
pelaksana tindakan.
E. Intrumen-instrumen Pengumpulan Data yang Digunakan
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen,
yaitu:
1. Lembar Observasi Proses Pembelajaran dan Catatan
Lapangan
Lembar observasi diperlukan untuk mencatat
kejadian-kejadian selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini
berisi tentang kegiatan-kegiatan baik yang dilakukan oleh siswa ataupun oleh
guru selama proses pembelajaran. Catatan lapangan digunakan dalam rangka
melengkapi kejadian-kejadian yang tidak terdapat dalam lembar observasi.
2. Tes Kemampuan Penggunaan Reduplikasi dalam Teks
editorial Untuk mengetahui penguasaan reduplikasi dan pemahaman siswa dalam
teks editorial maka instrumen yang digunakan adalah tes pilihan ganda, serta
tes esai yaitu membuat suatu teks editorial dan memiliki kemampuan dalam
penggunaan reduplikasi yang ada di dalam Teks Editorial yang mereka (siswa)
buat.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik-teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
melalui:
1. Observasi
Observasi adalah tindakan yang merupakan penafsiran
dari teori. Observasi atau pengamatan dalam penelitian ini untuk mengetahui dan
memproleh gambaran lengkap secara objektif tentang perkembangan siswa dalam
proses belajar mengajar di dalam kelas.
2. Dokumentasi
Teknik dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk
memperoleh data yang tersedia di sekolah berkaitan dengan dokumentasi siswa,
seperti RPP catatan lapangan, absensi kelas, gambar-gambar foto, dan nilai
hasil belajar.
3. Tes/Penugasan
Dalam teknik ini peneliti memberikan tes/penugasan
secara individu agar terdapat peningkatan kemampuan penggunaan reduplikasi
dalam teks editorial, hingga diperoleh data mengenai perlu tidaknya perbaikan
dilakukan dalam setiap tindakan.
G. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian ini mengikuti pola penelitian
Tindakan Kelas. Adapun pola tahapan penelitian ini sebagai berikut.
1. Perencanaan (Plan)
Dalam tahap ini akan dilakukan kegiatan:
a. Menyusun rencana pembelajaran.
b. Menetapkan kelas yang akan dijadikan kelas observasi.
2. Pelaksanaan Tindakan (Action)
Adapun kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut:
a. Guru dan observer masuk ke kelas.
b. Menarik perhatian siswa.
c. Mengabsen.
d. Menjelaskan tentang topik yang akan dibahas mengenai
pengertian teks editorial dan macam-macam jenis reduplikasi.
e. Melaksanakan pembelajaran yang membuat siswa aktif
dengan memberikan latihan tugas individu berupa pembuatan teks editorial dan
penggunaan reduplikasi dalam teks editorial yang dibuat.
f. Memberikan pertanyaan untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam menyerap materi yang telah disampaikan.
g. Mengamati perkembangan siswa.
h. Memberikan penguatan dengan memberikan penjelasan
tentang materi yang diberikan.
i. Melakukan tes kepada siswa.
j. Memberikan penilaian terhadap siswa.
3. Observasi
Dalam observasi ini, peneliti melakukan pengamatan
terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan berkaitan dengan tugas
individu pada masing-masing siswa/i. Adapun aspek yang diamati tersebut adalah:
Mendengarkan penjelasan guru.
Datang tepat waktu.
Mencatat materi yang penting.
Membawa buku paket.
Membawa buku catatan.
Mengikuti jalannya KBM.
Mengajukan pertanyaan pada saat penjelasan materi.
Aktif dan menjawab pertanyaan dari guru.
Aktif mengerjakan tugas ´individu´ yang diberikan oleh
guru.
4. Refleksi (reflecting)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang
telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali
kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
Dalam tahap ini akan diuraikan data-data yang
diperoleh dari hasil pelaksanaan tindakan. Apakah tujuan yang hendak dicapai
sudah tercapai atau belum? Dan kemudian diuraikan faktor-faktor penghambat atau
pendukung dalam pelaksanaan tindakan.
H. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang
digunakan adalah;
1. Tes Hasil Belajar
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data-data
yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan deskriptif komparatif
(statistik deskriptif komparatif) dan analisis kritis. Teknik statistik
deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan
membandingkan hasil antarsiklus. Download
ptk bahasa indonesia sma doc Peneliti
membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus,
yaitu membandingkan rerata kemampuan penggunaan reduplikasi dalam teks
editorial siswa pada kondisi sebelum tindakan, siklus I, siklus II, dan
seterusnya. Teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif.
Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk
mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar
mengajar berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis
maupun ketentuan yang ada. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam
menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang
ada. Analisis data dilakukan bersamaan dan/atau setelah pengumpulan data.
2. Teknik Skoring
Teknik skoring digunakan untuk memberikan skor pada
hasil penelitian. Melalui teknik ini akan diketahui nilai rata-rata peningkatan
kemampuan penggunaan reduplikasi dalam teks editorial. Adapun rumus yang
digunakan sebagai berikut.
Total Skor = Jumlah skor yang diperoleh siswa
Jumlah siswa
Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah untuk mengecek keabsahan data, yang mencakup sumber, metode, penyidik
dan teori. Teknik keabsahan data ini merupakan pengolahan data hasil penelitian
dengan tujuan agar kumpulan data itu bermakna. Analisis dilakukan mengacu pada
hasil pengamatan dan observasi langsung yang diperoleh pada saat pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan teknik triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara
terhadap objek penelitian. Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik yang berbeda yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini
selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya
data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk
menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi
bersifat reflektif.
I. Teknik Pengambilan Kesimpulan
Adapun teknik pengambilan kesimpulan yang digunakan
yaitu;
1. Jika pelaksanaan siklus 1 belum mencapai Kriteria
Ketuntasan
Minimum (KKM) sebesar 7.00 maka perlu dilakukan siklus
selanjutnya. (siklus 2, siklus 3, dst)
Jika nilai rata-rata siswa telah mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 7.00 maka pelaksanaan siklus selanjutnya tidak
perlu dilanjutkan.
D.CONTOH PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) SMA KELAS XII PDF
DAFTAR
PUSTAKA
. Morfologi Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta.
2002
Andriana, Deni. ³Teknik Triangulasi ”, diakses pada
tanggal 07 Juli 2014, dari http://goyangkarawang.com/2013/
02/triangulasi-dan-keabsahan-data¬dalam-penelitian/
Ba‘dulu, Abdul Muis, dkk. Morfosintaksis, Jakarta:
Rineka Cipta, 2005
Brataatmaja, T Heru Kasida. Morfologi Bahasa
Indonesia,Yogyakarta: Kanisius, 1987
Darmayanti, Nani. ³Menulis Wacana Naratif ´, diakses
pada tanggal 13 desember 2014, dari
http://books.google.co.id/books?id=264rOvSaHCwC&pg= PA
Fauzi, Ahmad. Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia,
2004
Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia, Jakarta:
Diksi Insan Mulia, 2008
Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi, Jakarta:
Gramedia. 1982
Muslich, Masnur. Melaksanakan PTK Itu Mudah, Jakarta:
Bumi Aksara, 2009 Parera, Jos Daniel. Sintaksis, Jakarta: Gramedia, 1993
Pateda, Mansoer. Morfologi,Gorontalo: Viladan, 2005
. Semantik Leksikal, Jakarta: Rineka Cipta, 2001
Samsuri. Analisis Bahasa, Malang: Erlangga, 1994
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2009
Sekawan, Tim Lima Adi. EYD Plus, Jakarta: Limas, 2007
Soetjipto, dkk. Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka
Cipta, 2007
Sudarno. Morfofonemik, Jakarta: Arikha Media Cipta,
1990
Surachmad, Winarno. Metodologi Pengajaran Nasional,
Jakarta: Jemmars, 2002
Usman, M Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama
Islam, Jakarta: PT Intermasa, 2002
Wiriaatmadja, Rochiati. Metode Penelitian Tindakan
Kelas, Bandung: Remaja Rosadakarya, 2008
Terima kasih telah berkunjung di Musiyanto Blog yang membahas CONTOH
PTK BAHASA INDONESIA SMA KELAS XII TERBARU- ini dapat membantu Anda dalam
penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi vote
Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan cara mengklik
tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan sekali
klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya