PROPOSAL PTK BAHASA JAWA KL V SD LENGKAP.DOC-Penelitian ini dilatarbelakangi oleh beberapa permasalahan yang dialami di kelas 5 SD Negeri 2 … Kecamatan … Kabupaten … yaitu rendahnya kemampuan siswa dalam pembelajaran Bahasa Jawa khususnya materi Aksara Jawa akibat belum tepatnya penggunaan model pembelajaran dan tidak ada media yang digunakan serta kurangnya minat, gairah dan motivasi siswa untuk menerima sehingga kelas cenderung ramai, Hal menyebabkan sejumlah siswa kelas 5 sebanyak 20 siswa, 60% diantaranya memperoleh hasil belajar yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal atau KKM yaitu 60 untuk mata pelajaran Bahasa Jawa. Tujuan penelitian ini yaitu meningkatkan motivasi serta hasil belajar untuk mengatasi masalah tersebut melalui penerapan model pembelajaran jisaw dengan media kartu aksara.
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart dengan langkah perencanaan, tindakan dan observasi, refleksi yang dilaksanakan dengan dua siklus. Pada masing-masing siklus terdiri dari tiga pertemuan. Teknik analisis data yang digunakan dengan menggunakan teknik analisis data prosentase.Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan ketuntasan belajar serta motivasi untuk mata pelajaran Bahasa Jawa Kelas 5 Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Melalui penggunaan model pembelajaran jigsaw yang akan dilanjutkan oleh upaya peningkatan motivasi serta hasil belajar yang dapat dilihat pada kondisi awal didapat skor rata-rata 58,6 Siklus 1 62,2 Siklus 2 yaitu 72,5. Peningkatan hasil belajar pada kondisi awal ke siklus 1 sebesar 20% dan dari siklus I ke siklus II 25%. Dengan nilai maksimal siklus 1 adalah 80 dan nilai minimalnya 40, dan pada siklus 2 dengan nilai maksimal 100 dan nilai minimal 50. ptk bahasa jawa aksara jawa
Motivasi siswa pada siklus 1 terdiri dari siswa yang tergolong memiliki motivasi tinggi berjumlah 12 dengan persentase 60%, Sedangkan siswa yang memiliki motivasi cukup berjumlah 8 dengan persentase 40%. Motivasi siswa pada siklus 2 mencapai keseluruhan dari siswa tergolong memiliki motivasi tinggi berjumlah 20 dengan persentase 90%. Maka dapat disimpulkan bahwa melalui Penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw dengan Media Kartu Aksara dapat meningkatkan motivasi serta hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri 2 … Kecamatan … Kabupaten … Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Saran dari penulis adalah Pembelajaran Jigsaw dengan Media Kartu Aksara dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam PBM.
Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas BAHASA JAWA SD yang diberi judul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DENGAN MEDIA KARTU AKSARA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI SERTA HASIL BELAJAR BAHASA JAWA PADA SISWA KELAS 5 SD NEGERI 2 … KECAMATAN … KABUPATEN … SEMETER II TAHUN PELAJARAN 2016/2017“. Disini akan di bahas lengkap.
PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE PTK BAHASA JAWA KELAS 5 SD lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 – BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke 0817 283 4988 dengan Format PESAN PTK 010 SD).
A.DOWNLOAD LENGKAP PTK BAHASA JAWA SD KEL. 5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa Jawa merupakan salah satu mata pelajaran wajib muatan lokal (mulok) di Jawa Tengah sebagai upaya mempertahankan nilai-nilai budaya Jawa masyarakat setempat dalam wujud komunikasi dan apresiasi sastra. Hal ini selaras berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 423.5/5/20 10 tanggal 27 Januari 2010 tentang Kurikulum mata pelajaran Bahasa Jawa tahun 2004.
Pembelajaran Bahasa Jawa meliputi dua aspek, yaitu aspek kemampuan berbahasa dan aspek kemampuan bersastra. Setiap aspek meliputi empat keterampilan, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam pembelajaran Bahasa Jawa khususnya aksara atau huruf Jawa dapat dikategorikan 2 macam. Pertama, keterampilan membaca Aksara Jawa yang di dalamnya diajarkan cara membaca serta memahami kata maupun kalimat sederhana berhuruf Jawa. Kedua, adalah keterampilan menulis Aksara Jawa. ptk bahasa jawa smp 2010
Dalam pengamatan sementara penulis tentang pembelajaran bahasa Jawa guru dalam menyampaikan materi Aksara Jawa di kelas 5 SD Negeri 2 … Kecamatan … Kabupaten … mengalami beberapa permasalahan, yaitu rendahnya kemampuan siswa dalam pembelajaran Bahasa Jawa khususnya materi Aksara Jawa. Hal ini terbukti dari jumlah siswa kelas 5 sebanyak 28 siswa, 60% diantaranya memperoleh hasil belajar yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal atau KKM yaitu 60 untuk mata pelajaran Bahasa Jawa.
Penggunaan pendekatan cooperative learning dengan teknik belajar mengajar jigsaw pada permainan kartu Aksara Jawa ini diharapkan dapat mengatasi kebosanan dan rasa jenuh siswa dalam proses pembelajaran. Para siswa secara aktif bekerjasama menyelesaikan tahap-tahap membaca maupun menulis dalam permainan kartu Aksara Jawa. Setiap anggota dalam kelompok-kelompok kecil tersebut akan memberikan sumbangan pada keberhasilan kelompok. Selain itu, permainan kartu Aksara Jawa dengan berprinsip pada teknik belajar mengajar jigsaw merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Jawa.
Bertolak dari hal-hal tersebut di atas, maka peneliti akan mengambil suatu tindakan kelas yang cocok untuk mengatasi masalah-masalah tersebut sebagai solusi yang akan dijadikan cara untuk menjadikan para siswa aktif, termotivasi, dan semangat dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas, oleh karenanya penulis dirasa perlu untuk mengadakan penelitian tindakan kelas yang berjudul:“Penerapan.
Model Pembelajaran Jigsaw dengan Media Kartu Aksara Sebagai Upaya Peningkatan Motivasi Serta Hasil Belajar Bahasa Jawa Pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 2 … Kecamatan … Kabupaten … Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukaan di atas, maka terdapat beberapa permasalahan yaitu:
1) Pembelajaran yang dilaksananakan kurang menarik perhatian siswa sehingga Motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran Aksara Jawa pada mata pelajaran bahasa Jawa dalam muatan lokal (mulok) rendah.
2) Dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan guru belum menunjukkan hasil
yang maksimal terbukti dengan masih terdapat 17 siswa atau 60% dari 28 siswa
kelas 5 yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM=60).
3) Pembelajaran belum menggunakan model pembelajaran yang tepat.
4) Belum adanya penerapaan penggunaan media dalam pembelajaran Aksara Jawa yang dapat membantu mempermudah penyerapan materi.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang serta identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
a) Apakah penerapan model pembelajaran Jigsaw dengan media kartu Aksara Jawadapat meningkatkan motivasi siswa pada mata pelajaran Bahasa Jawa berdasarkan pengamatan pada siswa Kelas 5 SD Negeri 2 … Kecamatan … Kabupaten … Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017?
b) Apakah penerapan model pembelajaran Jigsaw dengan media kartu Aksara Jawa dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Jawa berdasarkan pengamatan pada siswa Kelas 5 SD Negeri 2 … Kecamatan … Kabupaten … Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017?
1.4 Tujuan Penelitian
Berangkat dari latar belakang dan rumusan masalah di atas maka peneliti berharap bisa mencapai tujuan penelitian yaitu:
a) Meningkatkan motivasi siswa melalui penerapan model pembelajaran Jigsaw dengan media kartu aksara pada mata pelajaran Bahasa Jawa kelas 5 SD Negeri 2 … Kecamatan … Kabupaten … Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017.
b) Meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran Jigsaw dengan media kartu aksara pada mata pelajaran Bahasa Jawa kelas 5 SD Negeri 2 … Kecamatan … Kabupaten … Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017.
1.5 Batasan Masalah
Penelitian ini terfokus pada penerapan model pembelajaran jigsaw untuk meningkatkan motivasi serta hasil belajar siswa kelas 5 SD SD Negeri 2 … Kecamatan … Kabupaten …. Agar masalah dalam penelitian ini tidak meluas maka masalah dibatasi pada penerapan model pembelajaran jigsaw untuk meningkatkan motivasi serta hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri 2 … Kecamatan … Kabupaten … pada mata pelajaran Bahasa Jawa semester II tahun pelajaran 2016/2017.
1.6 Manfaat Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian “Penerapan model pembelajaran jigsaw dengan media kartu aksara sebagai upaya peningkatan motivasi serta hasil belajar Bahasa Jawa pada siswa kelas 5 SD Negeri 2 … Kecamatan … Kabupaten … Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017”, diharapkan dapat memberikan manfaat secara langsung dan tidak langsung dalam dunia praktisi pendidikan dan menambah ilmu pengetahuan. Untuk itu, manfaat-manfaat tersebut dapat diuraikan dalam manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1) Manfaat Teoretis
a. Memberi kontribusi ilmu pengetahuan tentang cara menyiasati sulitnya pembelajaran Bahasa Jawa materi Aksara Jawa dipahami siswa dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw dengan media kartu aksara.
b. Memberikan ilustrasi gambaran secara lengkap kondisi proses perbaikan pembelajaran Bahasa Jawa khususnya pada peningkatan motivasi serta hasil belajar Bahasa Jawa melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di kelas 5 SD Negeri 2 … Kecamatan … Kabupaten … tahun pelajaran 2016/2017. Download ptk bahasa jawa sd pdf
2) Manfaat Praktis
Adapun secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi:
a. Masyarakat
Hasil penelitian tindakan kelas ini sebagai salah satu tambahan dalam karya-karya yang mengambil tema dengan lingkup kebudayaan daerah sendiri sebagai salah satu aset budaya bangsa yang harus tetap lestari dalam dunia pendidikan.
b. Universitas
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang berguna untuk dijadikan acuan bagi sivitas akademika.
B.CONTOH PTK BAHASA JAWA KELAS 5 SD DOC
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Kajian teori menyajikan penjelasan mengenai teori pembelajaran bahasan Jawa, motivasi, model pembelajaran jigsaw, dan media pembelajaran aksara sebagai acuan dan dasar dalam penelitian.
2.1.1 Pembelajaran Bahasa Jawa
a) Hakikat Bahasa Jawa
Secara geografis, bahasa Jawa merupakan bahasa yang dipakai di daerah Provinsi Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur. Di Jawa Timur, khusus daerah Besuki sampai Probolinggo, bagian utara memakai bahasa campuran antara Jawa dan Madura. Bahasa Jawa merupakan bahasa yang mengenal adanya tingkat tutur (speech levels) atau undha-usuk atau unggah-ungguhing basa menyebut adanya tingkat tutur ngoko, madya dan krama dalam bahasa Jawa.
Pembelajaran Bahasa Jawa masih berkaitan erat dengan aspek budaya karena di dalam budaya mencakup kebiasaan, adat istiadat, aturan-aturan yang umumnya tidak tertulis (misalnya tata krama, sopan santun, tata pergaulan dengan orang tua sendiri atau orang lain yang usianya lebih tua, pergaulan dengan tetangga dan teman sebaya). Download ptk bahasa jawa sd pdf Dalam kehidupan masyarakat Jawa muncul kesadaran perlunya pembinaan dan pengembangan bahasa Jawa dengan usaha-usaha yang konkrit sehingga dapat menyentuh perilaku masyarakat sehari-hari baik melalui pendidikan formal, informal maupun non formal.
b) Prinsip-prinsip Pembelajaran Bahasa Jawa
Pembelajaran memiliki beberapa prinsip yakni, harus bertujuan dan terarah. Prosesnya memerlukan bimbingan, memerlukan latihan dan ulangan sehingga diperoleh pemahaman. Pembelajaran merupakan proses aktif peserta didik dengan lingkungannya, disertai keinginan dan kemauan untuk mencapai tujuan, dan diikuti proses internalisasi diri dari si pembelajar, pembelajaran dianggap berhasil jika telah sanggup menerapkan dalam praktik kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran Bahasa Jawa berdasarkan Kurikulum 2010 lebih menekankan kepada pendekatan komunikatif yaitu pembelajaran yang mempermudah para siswa agar lebih akrab dalam pergaulan dengan menggunakan Bahasa Jawa dan melatih siswa untuk lebih senang berbicara menggunakan Bahasa Jawa yang benar dan tetap sesuai dengan situasinya.
Pembelajaran Bahasa Jawa diajarkan dari SD sampai dengan SMP bahkan sampai SMA secara berkesinambungan, selaras antara kompetensi dasar yang satu dengan kompetensi dasar lainnya. Dalam pembelajaran ini ada 4 aspek yang diajarkan oleh guru yaitu:mendengarkan, berbicara, membaca, menulis. Keempat aspek tersebut tidak dapat terpisah antara satu aspek dengan aspek lainnya, dalam pembelajaran hanya penekanannya lebih difokuskan pada salah satu aspek, artinya pada pembelajaran mendengarkan siswa tidak hanya dituntut mendengarkan saja akan tetapi siswa juga harus dapat berbicara, menulis dan mengapresiasikannya dalam bentuk sastra. Di bawah ini beberapa contoh model pembelajaran yang dapat diajarkan kepada siswa, dalam mengemas aspek-aspek yang saling mendukung.
Peranan guru dalam pengembangan Bahasa Jawa terutama penerapan unggah¬ungguh sangat penting dan dominan dalam keberhasilan pembelajaran Bahasa Jawa. Mengingat guru Bahasa Jawa adalah orang-orang yang tugasnya setiap hari membina Bahasa Jawa, orang yang semestinya merasa paling bertanggungjawab akan perkembangan Bahasa Jawa adalah guru, orang yang selalu akan dituding oleh masyarakat bila hasil pengajaran bahasa Jawa disekolah tidak memuaskan. Guru memegang peranan terpenting dalam menentukan keberhasilan pengajaran. Bagaimanapun baiknya kurikukulum dan lengkapnya sarana prasarana, apabila guru tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka pengajaran pastilah tidak akan memberikan hasil yang memuaskan.
c) Pembelajaran Bahasa Jawa di SD
Pembelajaran adalah kegiatan interaksi edukatif antara peserta didik dengan guru. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan tatap muka sebagaimana dimaksud dalam, PP No. 74 tahun 2008, yang isinya antara lain merupakan kegiatan bimbingan dan latihan kepada peserta didik yang belum menguasai kompetensi yang harus dicapai. (Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2009).
Pembelajaran Bahasa Jawa untuk jenjang pendidikan SD/SDLB/MI baik negeri maupun swasta merupakan salah satu mata pelajaran wajib muatan lokal (mulok) di Jawa Tengah sebagai upaya mempertahankan nilai-nilai budaya Jawa masyarakat setempat dalam wujud komunikasi dan apresiasi sastra. Hal ini selaras berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 423.5/5/20 10 tanggal 27 Januari 2010 Tentang Kurikulum mata pelajaran Bahasa Jawa Tahun 2004.
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Jawa
Waktu yang sangat terbatas untuk porsi pembelajaran muatan lokal di sekolah dasar akan sangat efektif jika siwa telah memiliki gairah minat dan motivasi yang tinggi terhadap pembelajaran bahasa dan satra daerah. Bersamaan dengan perkembangan zaman, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan juga mendorong guru untuk mengadakan upaya pembaharuan dalam proses belajar berupa penggunaan strategi baik model ataupun metode pembelajaran serta pemanfaatan hasil-hasil teknologi. Contoh ptk bahasa jawa sd doc
2.1.2 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya (Hamalik 1995 :48).
Setelah mengkaji pengertian belajar dan hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa baik kognitif, afektif, ataupun psikomotor yang didapat setelah siswa berinteraksi dengan lingkungan.
2.1.3 Motivasi
a) Pengertian Motivasi
Istilah motif kita temui dalam berbagai aspek kehidupan, diantaranya di dunia tekstil terdapat kata motif yang berarti gambar, pola, dan sebagainya. Dalam dunia kriminal kita kenal dengan motif pembunuhan, motif perampokan,dll yang artinya adalah latar belakang. Dari dua pendekatan pengertian motif di atas, dapat kita ambil persamaan bahwa keduanya menyatakan suatu kehendak yang melatarbelakangi perbuatan. Motivasi yang akan kita bahas, erat kaitannya dengan perbuatan atau perilaku manusia yang pengertiannya dirumuskan sebagai berikut:
Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah dan tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar (Koeswara, 1989; Siagian, 1989; Schein, 1991; Biggs & Telfer, 1987 dalam Dimtayi dan Mudjiono (2006: 80)
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa motivasi dapat dipandang sebagai fungsi, proses dan tujuan. Motivasi dipandang sebagai tujuan berarti motivasi berfungsi sebagai daya penggerak dari dalam individu untuk melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan. Motivasi sebagai proses, berarti motivasi dapat dirangsang oleh faktor luar untuk menimbulkan motivasi dalam diri seseorang. Maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang melalui proses rangsangan belajar sehingga mencapai tujuan yang dikehendaki.
b) Macam-Macam Motivasi Belajar
Motivasi merupakan tenaga pendorong bagi seseorang agar memiliki energi atau kekuatan melakukan sesuatu dengan penuh semangat. Motivasi sebagai suatu kekuatan yang mampu mengubah energi dalam diri seseorang dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. (Aunurrahman 2011:114)
c) Prinsip- Prinsip Motivasi Belajar
Dari berbagai teori motivasi belajar yang berkembang, Keller (Sugihartono 2007: 78) telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yaitu:
1) Attention (Perhatian)
Perhatian peserta didik muncul karena didorong rasa ingin tahu. Oleh sebab itu, rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan, sehingga peserta didik akan memberikan perhatian selama proses belajar.
2) Relevance (Relevansi)
Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik. Motivasi peserta didik akan terpelihara apabila mereka menganggap bahwa apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang.
3) Confidence (Percaya diri)
Merasa diri kompeten atau mampu, merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Motivasi dapat memberikan ketekunan untuk membawa keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya pengalaman sukses tersebut akan memotivasi untuk mengerjakan tugas berikutnya.
4) Satisfaction (Kepuasan)
Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan. Kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun luar individu. Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi peserta didik, dapat menggunakan pemberian penguatan berupa pujian, pemberian kesempatan, dan sebagainya.
d) Membangkitkan Motivasi Belajar
Slameto (2010: 175) menyatakan mengingat demikian penting motivasi bagi siswa dalam belajar. Maka guru diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa- siswanya. Dalam usaha ini banyaklah cara yang dapat dilakukan. Menciptakan kondisi- kondisi tertentu dapat membangkitkan motivasi belajar.
2.1.4 Model Pembelajaran
a) Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaktif maupun generatif (Nanang-Hanafiah, 2009)
Menurut Andreas dalam Agus Supriyono (20 10:46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajar, tahap-tahap pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model pembelajaran yaitu guru dapat membantu peserta didik mendapat informasi, ide keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. ptk bahasa jawa aksara jawa Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran atau merancang aktivitas belajar mengajar secara sistematis.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar agar tercipta pembelajaran efektif dan efisien serta mencapai tujuan belajar yang maksimal.
b) Hakikat Model Pembelajaran Jigsaw
Arti jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebut dengan istilah puzzle yaitu teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan dengan cara bekerja sama dengan siswa lainnya untuk mencapai tujuan bersama.
Model pembelajaran jigsaw dalam pelaksanaannya memiliki ciri khusus yaitu terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal merupakan kelompok awal yang terdiri atas beberapa siswa dengan tugas setiap anggota kelompok mempelajari materi tertentu. Kelompok ahli merupakan bentukan kelompok baru dari perwakilan masing-masing anggota di kelompok awal dengan ketentuan setiap satu kelompok ahli merupakan gabungan dari anggota kelompok awal dengan materi yang sama. Dalam kelompok ahli dilakukan proses berdiskusi atau bekerjasama menyelesaikan permasalahan atau tugas dengan atmosfer materi yang sama. Pada akhirnya masing-masing anggota di kelompok ahli akan bergabung kembali dengan kelompok asal untuk menyampaikan hasil dari kelompok ahli kepada anggota yang lain di kelompok asal.
2.1.4 Media Pembelajaran
a) Pengertian Media Pembelajaran
R. Ibrahim dan Nana Syaodih S. (2010:112) menyebutkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untukmenyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapatmendorong proses belajar mengajar.
Dari berbagai definisi dari media diatas, dapat diambil kesimpulan bahwamedia adalah segala sesuatu dalam lingkungan siswa dan merupakan non personal(bukan manusia) yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isipelajaran sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dankemampuan siswa dalam proses belajar mengajar.
b) Fungsi Media Pembelajaran
Penggunaan media pembelajaran adalah sebagai salah satu usaha guru untuk membuat pengajaran lebih konkret, memperjelas, membuat konsep yang kompleks menjadi lebih sederhana, dan membuat siswa lebih termotivasi dalam menjalani kegiatan pembelajaran. Sehingga secara tidak langsung, penggunaan media pembelajaran dapat membantu meningkatkan pemahaman dan daya serapsiswa terhadap materi pelajaran yang dipelajari. Diantara fungsi-fungsi daripenggunaan media pembelajaran menurut M. Basyarudin Usman antara lain adalah:
1) Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan membantu memudahkan mengajar bagi guru.
2) Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi lebih konkrit).
3) Menarik perhatian siswa lebih besar (kegiatan pembelajaran dapat berjalan lebih menyenangkan dan tidak membosankan).
4) Semua indra siswa dapat diaktifkan.
5) Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.
c) Klasifikasi Media Pembelajaran
Aneka ragam media pembelajaran menurut R.Ibrahim dan Nana Syaodih S (2003: 144) dapat diklasifikasikan berdasarkan ciri-ciri tertentu. Brets membuat klasifikasi berdasarkan adanya tiga ciri, yaitu: suara(audio), bentuk (visual) dan gerak (motion).
Atas dasar ini, Brets mengemukakan beberapa kelompok media sebagai berikut:
1) Media audio-motion-visual, yakni media yang mempunyai suara, gerakan dan bentuk objektif dapat dilihat. Media semacam ini paling lengkap. Jenis media yang termasuk kelompok ini adalah televise, video, dan film bergerak.
2) Media audio-still-visual, yakni media yang mempunyai suara objeknya dapat dilihat, namun tidak ada gerakan, seperti film strip bersuara, slide bersuara, dan rekaman televisi dengan gambar tak bergerak.
3) Media audio-semi-motion, mempunyai suara dan gerakan, namun tidak menampilkan suatu gerakan secara utuh. Salah satu contoh dari media jenis ini adalah papan tulis jarak jauh atau tele-blackboard.
4) Media motion-visual, yakni media yang mempunyai gambar objek bergerak, tapi tanpa mengeluarkan suara, seperti film bisu yang bergerak.
5) Media still-visual, yaitu ada objek namun tidak ada gerakan, seperti film strip dan slide tanpa suara.
6) Media audio, yaitu hanya menggunakan suara, seperti radio, telepon, dan tape.
7) Media cetak, yang tampil dalam bentuk bahan-bahan tercetak/seperti buku, modul, gambar, kartu, pamphlet, dll.
d) Media Kartu Aksara Jawa
Media kartu Aksara Jawa yang dalam penelitian ini, berisikan pesan atau informasi mengenai kata, frasa, dan klausa beraksara Jawa nglegena, bersandhangan, dan berpasangan. Melalui pemainan kartu Aksara Jawa ini dimaksudkan untuk melatih keterampilan siswa dalam membaca maupun menulis kata, frasa, dan klausa berhuruf Jawa. Download ptk bahasa jawa sd pdf
Kartu aksara tersebut berupa kartu-kartu kecil yang terbuat dari potongan kertas HVS warna-warni dengan ukuran 6 x 9 cm yang bertuliskan kata atau frasa, dan atau klausa berhuruf Jawa dengan hiasan bingkai pada tepi kartu sebagai penghias agar menarik perhatian siswa. Kartu Aksara Jawa ini terdiri atas empat set kartu yang masing-masing set terdiri atas:
1) Set pertama (I) : berisi huruf Jawanglegena;
2) Set kedua (II) : berisipasanganAksara Jawa;
3) Set ketiga (III) : berisi kata yang menggunakansandhanganAksara Jawa;
4) Set keempat (IV) : berisi kata yang menggunakan pasangan serta sandhangan;
5) Set terbaru : berisi kalimat sederhana berhuruf Jawa yang menggunakan pasangan serta sandhangan.
Gambar 2.2 Set I (pertama) Aksara Jawa nglegena
Gambar 2.4 Set II (kedua) pasanganAksara Jawa
Gambar 2.5 Set III dan IV kata berhuruf Jawa menggunakan pasanganbdan sandhangan
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa telaah pustaka yang telah dilakukan berikut ini dikemukakan beberapa
penelitian yang ada kaitannya dengan variabel-variabel penelitian yang dilakukan:
1) Penelitian Mawardi dan Puspasari Nur Indah Prihatini (Jurnal, 2010) perbedaan efektivitas pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran PKn kelas IV SD Negeri 1 Badran kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung. Menyimpulkan bahwa, ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar PKn siswa kelas IV yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pembelajaran konvensional. Hasil belajar siswa yang menggunakan kooperatif tipe jigsaw, menunjukkan ketuntasan belajar sebesar 96% (24 siswa) dari 25 siswa. Sedangkan pembelajaran konvensional menunjukkan ketuntasan belajar sebesar 60% (15 siswa). Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih efektif daripada pembelajaran konvensional.
2) Hasil Penelitian Ratna Nulinnaja (Jurnal, 2012) menunjukkan peningkatan motivasi belajar siswa kelas III MI Salafiah Baharudin Ngelom Taman Sidoarjo dengan menggunakan kartu aksara. Bukti secara kualitatif dapat diketahui dari suasana kelas yang menjadi lebih semangat, senang dan aktif dalam kerjasama kelompoknya. Sedangkan bukti secara kuantitatif dapat dilihat dari hasil tes belajar siswa yang mengalami peningkatan sampai 100% karena hampir semua memenuhi ketuntasan, sedangkan keaktifan peserta didik pada siklus 1 dan siklus 2 juga terjadi peningkatan dari 83% naik menjadi 85%.
Berdasarkan beberapa telaah yang telah dilakukan oleh peneliti di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi perbedaan terhadap pembelajaran konvensional yang biasa diterapkan guru dan setelah diterapkan model pembelajaran jigsaw. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan proses serta hasil yang lenih baik. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan motivasi serta hasil belajar siswa.
2.3 Kerangka Berpikir
Alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka kerangka pemikiran dilukiskan dalam sebuah alur penjelasan agar penelitian mempunyai alur yang jelas dalam melakukan penelitian. Adapun penjelasan tersebut adalah sebagai berikut:
Pada kondisi awal hasil belajar siswa masih rendah pada mata pelajaran bahasa Jawa khususnya pada materi Aksara Jawa. Sedangkan motivasi siswa dalam mata pelajaran ini dibuktikan dengan ketidakantusisme siswa pada materi Aksara Jawa kurang yang berimbas pada hasil belajar tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan dalam proses pembelajaran yang dapat meningkatan penguasaan Aksara Jawa dengan hasil meningkatnya pula hasil belajar siswa serta motivasi/ dorongan dalam mata pelajaran Bahasa Jawa.
Untuk menunjang penggunaan model pembelajaran jigsaw agar gagasan atau materi pelajaran sampai pada siswa, dapat digunakan media pembelajaran kartu aksara, selain untuk menarik perhatian dan minat belajar siswa, media ini juga dapat membantu dan mempermudah guru untuk pemyampaian materi membaca Aksara Jawa. Peneliti berharap dengan penggunaan media kartu aksara pada pembelajaran Bahasa Jawa dapat meningkatkan motasi serta penguasaan Aksara Jawa pada siswa kelas 5 SD Negeri 2 … Kecamatan … Kabupaten …
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut :
a) Motivasi siswa pada pembelajaran Bahasa Jawa kelas 5 semester II SD Negeri 2 … Kecamatan … Kabupaten … tahun pelajaran 2016/2017 dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran Jigsaw dengan media kartu aksara. Contoh ptk bahasa jawa sd doc
b) Hasil belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Jawa kelas 5 semester II SD Negeri 2 … Kecamatan … Kabupaten … tahun pelajaran 2016/2017 dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran Jigsaw dengan media kartu aksara.
C.LAPORAN PROPOSAL PTK BAHASA JAWA SD
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Seting dan Subjek Penelitian
3.1.1 Seting penelitian
Seting penelitian menyajikan deskripsi mengenai gambaran tempat dan waktu penelelitian dilaksanakan.
a. Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelas 5 S SD Negeri 2 … Kecamatan … Kabupaten …. Sekolah ini berdiri sejak tahun …….dan baru diresmikan sebagai SD Negeri 2 … Kecamatan … Kabupaten …. Lokasi sekolah ini merupakan daerah pemukiman penduduk yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai buruh.
Secara umum gedung SD Negeri 2 … Kecamatan … Kabupaten … sudah sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran dengan halaman yang cukup luas dan dapat dijadikan tempat bermain para peserta didik, dan lingkungan SD Negeri 2 … Kecamatan … Kabupaten … jauh dari jalan raya sehingga suasana hening dan sangat nyaman untuk dilaksanakannya proses pembelajaran.
b. Waktu penelitian
Waktu pelaksanaan diawali dengan tahap persiapan sampai pelaporan, dilakukan dalam jangka waktu kurang lebih 4 bulan. Dimulai dari bulan Januari sampai dengan bulan April tahun 2017 di SD Negeri 2 … Kecamatan … Kabupaten ….
Alasan mendasar penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2017 sampai bulan April 2017, karena hari-hari tersebut merupakan hari-hari efektif dalam kegiatan belajar mengajar pada semester II tahun pelajaran 2016/2017. ptk bahasa jawa aksara jawa
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan yang dimulai dari observasi awal, penyusunan proposal, penyusunan instrumen (seperti RPP, lembar diskusi, lembar evaluasi, media atau peralatan yang diperlukan), uji coba instrumen, pengumpulan data atau pelaksanaan penelitian, analisis data, dan penyusunan laporan hasil penelitian dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1Alokasi Waktu Penelitian
Keterangan : pelaksanaan kegiatan
3.1.2 Subjek penelitian
Jumlah keseluruhan kelas di SD Negeri 2 … Kecamatan … Kabupaten … adalah 6 kelas serta jumlah seluruh siswa dari kelas I sampai dengan kelas 5 sejumlah 98 siswa. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar berlangsung dari pukul 07.00 sampai dengan 12.10 siang. Subjek penelitian adalah siswa kelas 5 S SD Negeri 2 … Kecamatan … Kabupaten … Semester II Tahun Ajaran 2016 / 2017. Jumlah siswa kelas 5 adalah 28 siswa, terdiri dari 18 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki. Rata-rata orang tua peserta didik kelas 5 adalah buruh.
3.2 Jenis penelitian dan pendekatan
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Disebut PTK karena merupakan penelitian yang memerlukan tindakan untuk menanggulangi masalah dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan dalam kelas atau sekolah dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. Peneliti menggunakan jenis PTK kolaboratif. PTK kolaboratif yaitu kerja sama antara peneliti dengan guru kelas.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Yaitu hasil penelitian diuraikan secara deskriptif dan bersifat kuantitatif artinya penelitian yang menggunakan ukuran dengan angka-angka hasil perhitungan sebagai tolak ukur keberhasilannya. Proses penelitian berbentuk siklus. Siklus berlangsung dua kali, tiap siklus tiga kali tatap muka dan tiap kali tatap muka masing-masing 70 menit.
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan menurut Kemmis dan Taggart yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan) dan reflection (refleksi).
Gambar 3.1 Model penelitian tindakan menurut Kemmis dan Taggart
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian tindakan kelas ini siswa kelas 5 SD Negeri 2 … Kecamatan … Kabupaten … dengan kompetensi dasar membaca kalimat sederhana berhuruf Jawa yang menggunakan pasangan”. Dalam penelitian ini terdapat variabel bebas dan variabel terikat.
a) Variabel Bebas (X)
Adalah unsur yang mengikat munculnya unsur lain, jadi variabel bebas merupakan gej ala yang sengaja mengikat tehadap variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel bebas terletak pada model pembelajaran jigsaw dengan media pembelajaran kartu aksara.
b) Variabel Terikat (Y)
Adalah unsur yang diikat oleh adanya variabel yang lain, jadi variabel terikat merupakan gejala sebagai akibat dari variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah motivasi serta hasil belajar siswa.
3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik dan instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas 5 dalam mata pelajaran Bahasa Jawa di SD Negeri 2 … Kecamatan … Kabupaten … setelah menggunakan model pembelaj aran jigsaw dengan media kartu aksara adalah:
a) Observasi
Adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Dari segi keterlibatan observer (orang yang melakukan observasi), observasi dapat dipilah menjadi: observasi non partisipan adalah kegiatan pengamatan dimana observer tidak ikut dalam kehidupan objek yang di observasi dan secara terpisah berkedudukan sebagai pengamat. Sebagai observasi partisipan adalah suatu proses pengamatan yang dilakukan oleh observer dengan ikut mengambil bagian dalam domain objek yang diamati. Download ptk bahasa jawa sd pdf Dengan menggunakan observasi ini data yang ingin diperoleh adalah untuk mengetahui perkembangan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapi dengan format atau blanko pengamat sebagai instrument. Format yang sesuai item-item tentang kejadian atau tingkah aku yang digambarkan akan terjadi (Arikunto, 2002: 4). Metode ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana implementasi model pembelajaran pada proses pembelajaran.
a. Tes
Tes hasil belajar untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima bahan ajar dan tingkat pemahaman dalam pembelajaran Bahasa Jawa, khususnya pada peningkatan hasil belajar dalam pokok bahasan membaca kalimat berhuruf Jawa. Tes yang digunakan adalah tes tertulis yang berbentuk tes pilihan ganda terutama digunakan untuk mengukur pemahaman siswa pada ranah kognitif. Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa dalam bentuk tulisan. Tes pilihan ganda yaitu salah satu bentuk tes objektif yang terdiri atas pertanyaan yang sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah satu dari kemungkinan jawaban yang telah disediakan pada tiap¬tiap butir soal.
b. Angket
Angket yang digunakan disini merupakan angket tertutup, artinya angket yang pengisianya memberikan centang atau menyilang dari beberapa item yang telah ditentukan oleh peneliti. Instrumen angket dalam penelitian ini dibuat 20 item. Angket motivasi belajar ini dibuat dengan memperhatikan beberapa aspek. Aspek yang digunakan dalam angket motivasi siswa adalah aspek menurut Keller dalam Sugihartono (2007:78) yang terdiri dari attention (perhatian), relevance (relevansi), confidance (kepercayaan), dan satisfaction (kepuasaan).
3.6. Uji Validitas Dan Reabilitas Instrumen
3.6.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunujukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen. Sebuah instrumen dinyatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Uji validitas istrumen dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur tingkat motivasi siswa dan menguji instrument tiap item soal yang nantinya akan digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pada pembelajran dalam siklus 1 dan siklus 2 pada pembelajaran Bahasa Jawa kelas 5 SD SD Negeri 2 … Kecamatan … Kabupaten … pada pokok bahasan membaca kalimat sederhana berhuruf Jawa dengan menerapkan model pembelajaran jigsaw.
a) Uji Validitas Soal Evaluasi
Sebelum dibagikan kepada peserta didik, terlebih dahulu soal evaluasi tertulis diuji coba sehingga diperoleh butir soal yang valid. Validitas menunjukkan sejauhmana alat ukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Instrument dikatakan valid artinya instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Berdasarkan hasil uji validitas tes dengan 32 responden maka berikut ini adalah hasil rekap nomor item soal yg dinyatakan valid dan tidak valid:
Tabel 3.7
b) Uji Validitas Angket Motivasi
Untuk menguji kevaliditasan angket motivasi yang digunakan untuk mengukur tingkat motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Jigsaw, maka peneliti mengujicobakan angket motivasi tersebut di kelas 5 SD Negeri 2 … Kecamatan … Kabupaten … pada pertemuan pertama. Setelah diujicobakan kemudian peneliti menganalisis tingkat kevaliditasnnya dengan bantuan SPSS 16.0 for windows. Hal ini dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam menguji validitas angket motivasi jika dibandingkan dengan menganalisisnya secara manual. Adapun rekap hasil uji validitas instrumen angket motivasi berdasarkan 20 responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 3.8 Hasil
3.6.2 Reliabilitas Tes
Reliabilitas adalah ukuran konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah variabel bentukkan yang menunjukkan derajad sampai dimana masing- masing indikator itu mengindikasikan sebuah variabel bentukan yang umum. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat konsistensi instrumen. Uji reliabilitas dilakukan oleh SPPs 16,0 pada penelitian ini menggunakan rumus alpha-Cronbach. Batasan instrumen dikatakan reliabel bila hasil pengukuran relatif jika dikenakan pada suatu objek. Sedangkan untuk menguji reliabilitas dengan merujuk teori Alpha dari Cronbach dalam Mardapi menjelaskan bahwa keajegan instrumen dapat dinyatakan dengan menentukan koefisien alpha (D).
a) Uji Reabilitas Soal Evaluasi
Untuk menguji kerebilitas soal evaluasi dilakukan dengan tujuan mengetahui apakah soal evaluasi sudah reliable atau dapat digunakan atau tidak. Setelah diuji cobakan kemudian peneliti menganalisisnya dengan bantuan SPSS 16 for windows. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penelitian dalam menguji reliable soal evaluasi. Adapun tabel uji reliabilitas instrumen siklus 1 adalah sebagai berikut.
Tabel 3.9 Hasil Uji
Pada tabel 3.7 reliabilitas instrumen yang akan digunakan sebagai evalusi pada siklus 1 menunjukkan reliabilitas .957 sehingga masuk dalam kriteria reliabilitas tingkat sangat tinggi. Reliabilitas instrumen yang akan digunakan sebagai evaluasi siklus 2 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Soal Siklus 2
Pada siklus 2 menunjukan reliabilitas instrumen yang digunakan untuk evaluasi siklus 2 dapat diketahui reliabilitasnya .934 sehingga masuk dalam kriteria reliabilitas tingkat sangat tinggi.
b) Uji Reliabilitas Angket Motivasi
Untuk menguji kereabilitasan angket motivasi, peneliti mengujjicobakan angket motivasi tersebut dengan tujuan untuk mengetahui apakah angket tersebut reabel atau dapat digunakan atau tidak. Setelah diuji kemudian peneliti menganalisisnya dengan bantuan SPS S 16.0 for windows. Hal ini diakukan untuk mempermudah peneliti dalam menguji reliable angket motivasi.
Adapun hasil uji reabilitas angket motivasi yang telah diujikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.11 Hasil Reliabilitas Angket Motivasi Contoh ptk bahasa jawa sd doc
Berdasarkan perhitungan melalui program SPSS versi 16.0 maka hasil reliabilitas instrument angket motivasi dinyatakan reliable nilai koefisien Alpha menunjukan lebih dari 0,7. Dengan melihat nilai cronbanch’s alfa yaitu .896, sehingga masuk dalam criteria tinggi. Maka instrumen motivasi belajar dinyatakan reabel dan dapat digunakan.
3.7 Uji Taraf Kesukaran
Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik, disamping memenuhi validitas dan reliabilitas, adalah adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar secara proporsional. Persoalan yang penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kriteria soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar. (Nana Sudjana, 2011: 137)
Untuk menentukan indeks kesukaran digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
I = Indeks kesulitan untuk setiap butir soal
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal
N = Banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan.
Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal tersebut. (Nana Sudjana, 2011: 137).
Kriteria indeks kesulitan soal adalah sebagai berikut :
I = 0,00 – 0,30 = soal kategori sukar
I = 0,31 – 0,70 = soal kategori sedang
I = 0,71 – 1,00 = soal kategori mudah
Berdasarkan hasil uji tingkat kesukaran soal, maka diperoleh hasil rekap sebagai berikut:
Tabel 3.12 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Siklus 1 dan 2
3.8 Indikator Kinerja
Dengan melihat latar belakang permasalahan dan untuk meningkatkan motivasi belajar serta, peningkatan penguasaan siswa terhadap Aksara Jawa, maka dipergunakan indikator sebagai berikut:
1) 70% dari jumlah keseluruhan kegiatan yang telah diterapkan oleh guru terjadi peningkatan motivasi belajar siswa dengan kategori baik berdasarkan angket.
2) 80% dari jumlah siswa terjadi peningkatan dalam membaca Aksara Jawa sesuai dengan kompetensinya yang dinilai berdasarkan hasil penilaian evaluasi tertulis dan observasi yaitu mendapatkan nilai di atas sama dengan nilai KKM=60.
3.9 Teknik Analisis Data
Tehnik anĂ¡lisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan deskripsi kuantitatif, karena data yang diperoleh akan di analisis adalah berbentuk kata-kata atau penjelasan (deskriptif kualitatif) dan berbentuk angka¬angka (deskripsi kuantitatif). Untuk keperluan analisis data kualitatif diperoleh dari lembar observasi dan angket, sedangkan untuk keperluan analisis data kuantitatif diperoleh dari penilaian hasil evaluasi tertulis pada siklus 1 dan 2
a) Data Kuantitatif
Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa. Data berupa hasil belajar Bahasa Jawa yang dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menentukan mean atau rerata. Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan kriteria ketuntasan belajar siswa yang dikelompokkan ke dalam 2 kategori tuntas dan tidak tuntas, dengan kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.13Kriteria Ketuntasan Belajar
Sumber :KKM mata pelajaran Bahasa Jawa kelas 5 SD Negeri 2 … Kecamatan … Kabupaten …
b) Data kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian ini adalah data observasi dari hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus. Data kualitatif yang diperoleh dari observasi kinerja guru dan aktifitas siswa selama proses pembelajaran Bahasa Jawa berlangsung dengan cara deskriptif, dan data ini hanya bersifat sebagai data pendukung. Data observasi menggunakan skala penilaian dengan rentang nilai antara (4, 3, 2, 1) untuk penilaian keterlaksanaan guru dalam pembelajaran yang berarti angka 4 = baik sekali, 3 = baik, 2 = cukup, 1 = kurang (sudjana, 2006: 77-78) dengan cara memberi centang (¥) pada kolom skala nilai. Untuk menentukan kategori maka menggunakan rumus: ptk bahasa jawa aksara jawa
Kinerja guru dan aktivitas siswa dibagi menjadi lima kategori, yaitu tinggi, sedang, rendah, kurang, sangat rendah. Berikut ini disajikan table kualifikasi hasil persentase skor angket aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas yang diadopsi menurut pendapat Suharsimi Arikunto (2007:245)
3.14 Tabel Kualifikasi Persentase Skor Observasi
Selain observasi pelaksanaan pembelajaran Bahasa Jawa data kualitatif ini juga melaksanakan observasi motivasi siswa. Observasi motivasi siswa ini dilakukan dengan angket motivasi belajar yang dibuat dengan memperhatikan beberapa indikator. Karakteristik motivasi terdiri dari attention (perhatian), relevance (relevansi), confidance (kepercayaan), dan satisfaction (kepuasaan).Penilaian dalam angket ini terdiri dari empat jawaban alternatif, yaitu Sangat setuju (4), Setuju (3), Tidak setuju (2), Sangat tidak setuju (1).
Tabel 3.15 Konversi Nilai Motivasi Belajar Siswa
D.CONTOH PTK BAHASA JAWA SD LENGKAP
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara
Aunurrahman. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2009. Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas, Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2004.Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Hanafi, Nanang. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama.
Ibrahim, R; Nana Syaodih S. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kurikulum Mata Pelajaran Muatan Lokal (Bahasa Jawa) Untuk Jenjang Pendidikan SD/SDLB/MI Provinsi Jawa Tengah berdasarkan keeputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor: 423.5/5/20 10.
Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning. Mempraktekkan Cooperative Learning. Jakarta:Grasindo
Mulayana. 2008. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Daerah dalam Kerangka Budaya. Yogyakarta: Tiara Wacana
Pergeseran Struktur Gramatika dan Tingkat Tutur. Pidato Sidang Pengukuhan, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sadiman, Arief S. (dkk). 2008. Media Pembelajaran, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning. Bandung: Penerbit Nusa Media.
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sudjana, Nana; Rifai Ahmad. 1990. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Bandung.
Sugihartono. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitaif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumarlam, 2011. Potret Pemakaian Bahasa Jawa Dewasa ini serta pembinaan dan Pengembangan : Sebuah
Terima kasih telah berkunjung di Musiyanto Blog yang membahas CONTOH PTK BAHASA JAWA SD KL.V DOC- ini dapat membantu Anda dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan cara mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.