DOWNLOAD CONTOH PTK PAI KELAS V SD TERBARU
WORD-Pendidikan Agama Islam di sekolah atau di madrasah, dalam pelaksanaannya
masih menunjukkan berbagai permasalahan. Seperti halnya proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di sekolah saat ini masih sebatas sebagai proses penyampaian
“pengetahuan tentang Agama Islam.” Mayoritas metode pembelajaran agama Islam
selama ini lebih ditekankan pada hafalan, akibatnya peserta didik kurang
memahami kegunaan dan manfaat dari apa yang telah dipelajari dalam materi PAI
yang menyebabkan tidak adanya motivasi peserta didik untuk belajar materi PAI.
Melihat kenyataan yang ada di lapangan, sebagian besar teknik dan suasana
pengajaran di sekolah-sekolah yang digunakan oleh guru cenderung monoton dan
membosankan. Sehingga menurunkan motivasi belajar siswa.
Kondisi ini pada gilirannya berdampak pada prestasi belajar. Untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut perlu diterapkan suatu cara alternatif mempelajari PAI yang kondusif dengan suasana yang cenderung rekreatif sehingga memotivasi peserta didik untuk mengembangkan potensi kreativitasnya. Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah dengan penerapan pembelajaran kontekstual. Dengan penggunaan model pembelajaran ini diharapkan materi pelajaran PAI dapat mudah dipahami dan dapat meningkatkan motivasi serta prestasi belajar peserta didik terhadap mata pelajaran PAI.
Kondisi ini pada gilirannya berdampak pada prestasi belajar. Untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut perlu diterapkan suatu cara alternatif mempelajari PAI yang kondusif dengan suasana yang cenderung rekreatif sehingga memotivasi peserta didik untuk mengembangkan potensi kreativitasnya. Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah dengan penerapan pembelajaran kontekstual. Dengan penggunaan model pembelajaran ini diharapkan materi pelajaran PAI dapat mudah dipahami dan dapat meningkatkan motivasi serta prestasi belajar peserta didik terhadap mata pelajaran PAI.
Penelitian ini dilaksanakan di SDN
... Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research ) dengan jenis kolaboratif. Download ptk pai sd pdf Tahap penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan
oleh Kemmis dan Taggart, yaitu berupa suatu siklus spiral yang meliputi
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik¬teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu: (1) observasi; (2) dokumentasi dan (3)
tes hasil belajar. Data yang diperoleh dari tindakan kemudian dianalisis. Data
yang bersifat kualitatif yang terdiri dari hasil observasi dan dokumentasi
dianalisis secara kualitatif, sedangkan data yang dikumpulkan berupa angka atau
data kuantitatif, cukup dengan menggunakan analisis deskriptif dan sajian
visual.
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kontekstual
dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar peserta didik kelas V SDN ...
pada bidang studi PAI. Indikator peningkatan motivasi belajar peserta didik
terlihat dari bertambahnya semangat dan antusias peserta didik dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran, mereka selalu menampakkan rasa gembira dan senang selama
mengikuti pembelajaran dan besarnya rasa ingin tahu mereka yang diaplikasikan
dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan apabila ada materi yang kurang
dipahami oleh mereka. Dari data di lapangan menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan motivasi belajar peserta didik yang semula rata-rata pra siklus
sebesar 58.6% meningkat menjadi 73.96% atau meningkat sekitar 26.21% pada
siklus I, pada siklus II lebih meningkat menjadi 90.2% atau meningkat sekitar
53.9%. Dengan meningkatnya motivasi belajar siswa, maka prestasi belajar mereka
juga meningkat, yang semula nilai rata-rata pre test/pra siklus 68,40 meningkat
menjadi 74.5 atau sekitar 8.9% pada siklus I, pada siklus II lebih meningkat
lagi menjadi 81.98 atau sekitar 21,95%,
Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas PAI SD yang
diberi judul “PENERAPAN
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM PADA SISWA KELAS V SDN ... KECAMATAN ... TAHUN PELAJARAN 2016/2017 " . Disini akan di bahas lengkap.
PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE PTK PAI SD KELAS V lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke 08I7-283-4988 dengan Format PESAN PTK 0I9 SD).
PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE PTK PAI SD KELAS V lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke 08I7-283-4988 dengan Format PESAN PTK 0I9 SD).
A.CONTOH LENGKAP PTK PAI KURTILAS KELAS V SD
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makluk ciptaan Tuhan
yang paling sempurna di muka bumi, selain memiliki ciri-ciri fisik yang khas ia
juga dilengkapi dengan kemampuan intelegensia dan daya nalar yang tinggi
sehingga menjadikan ia mampu berpikir, berbuat dan bertindak kearah
perkembangannya. Sebagai manusia yang utuh kemampuan itulah yang tidak dimiliki
oleh makluk lainnya seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan. Dalam kaitannya
dengan perkembangan individu, manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui proses,
yaitu proses alami menuju kedewasaan, baik yang sifatnya kedewasaan fisik
jasmani maupun kedewasaan psikis rohani. Oleh karena itu untuk menuju kearah
perkembangan manusia yang optimal sesuai dengan potensi dan kemampuan yang
dimilikinya, manusia memerlukan pendidikan sebagai proses dan usaha sadar untuk
memanusiakan manusia.
Dalam proses pendidikan manusia
membutuhkan dua aspek yang saling mengisi yaitu aspek hominisasi dan aspek
humanisasi. Contoh
ptk pendidikan agama islam sd doc Proses
hominisasi adalah melihat manusia sebagai makluk hidup yang berdasarkan pada
ekologinya yaitu manusia memerlukan kebutuhan-kebutuhan biologis seperti makan,
beranak pinak, memerlukan pemukiman dan pekerjaan untuk menopang kehidupannya.
Sedangkan proses humanisasi melihat manusia pada hakekatnya sebagai mahluk yang
bermoral, artinya manusia bukan hanya sekedar hidup tetapi hidup untuk
mewujudkan suatu eksistensi, yaitu bahwa manusia hidup bersama-sama dengan
sesama manusia sebagai ciptaan yang maha kuasa. Di dalam proses ini tingkah
laku manusia diarahkan kepada nilai-nilai kehidupan yang vertikal di dalam
kenyataan hidup bersama dengan sesama manusia. Aspek yang kedua inilah yang
sering terlupakan, padahal jika disadari bersama bahwa aspek ini adalah bekal
yang sangat diperlukan di dalam kehidupan bersama menuju cita-cita bersama
yaitu kehidupan yang lebih baik, lebih tentram dan berkeadilan.
Untuk memilih metode dan teknik
yang digunakan memang memerlukan keahlian tersendiri. Seorang pendidik harus
pandai memilih metode dan teknik yang akan dipergunakan, dan teknik tersebut
harus dapat memotivasi serta memberikan kepuasan bagi peserta didik agar
prestasi belajarnya semakin meningkat.
Berdasarkan kenyataan tersebut
peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian tindakan kelas berupa
pemberian tindakan melalui pembelajaran baru yang mengajak peserta didik lebih
aktif dalam proses pembelajaran. Alternatif yang dipilih adalah dengan
menggunakan metode pembelajaran kontekstual, pembelajaran ini mengarahkan
peserta didik untuk membangun kemampuan berpikir dan kemampuan menguasai materi
pembelajaran, belajar bukan sekedar menghafal tetapi proses mengkontruksi
pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya. Untuk itu peneliti
menganggap penting untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan
Pembelajaran Kontekstual dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan
Agama Islam pada Peserta didik Kelas V SDN ... Kec. ... Kab. ... Tahun
Pelajaran 2016/2017 ”.
B. Penegasan Istilah
Untuk memperjelas pengertian dan
menghindari kesalahpahaman pembahasan PTK ini, penulis perlu mempertegas
istilah-istilah yang dianggap perlu sebagai berikut :
1. Pembelajaran
Kontekstual
Pembelajaran kontekstual atau
Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan
mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Pembelajaran kontekstual merupakan pro sedur pendidikan yang
bertujuan membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka
pelajarai dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri
dalam lingkungan sosial budaya masyarakat.
2. Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil yang telah
dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya. Sedangkan
belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan prilaku,
termasuk perbaikan prilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi
secara lengkap.
Prestasi belajar adalah hasil yang
dicapai sebaik-baiknya pada peserta didik dalam pendidikan baik yang dikerjakan
atau bidang keilmuan. Prestasi belajar dari peserta didik adalah hasil yang
telah dicapai oleh peserta didik yang didapat dari proses pembelajaran.
Prestasi belajar adalah hasil pencapaian maksimal menurut kemampuan anak pada
waktu tertentu terhadap sesuatu yang dikerjakan, dipelajari, difahami dan
diterapkan.
3. Pendidikan Agama Islam
Achmadi mendefinisikan bahwa
pendidikan agama Islam adalah usaha yang lebih khusus ditekankan untuk
mengembangkan fitrah keberagamaan dan sumber daya insani lainnya agar lebih
mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.
Pendidikan Agama Islam juga
merupakan upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia
dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci
Al-Quran dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan pengajaran, latihan, serta
penggunaan pengalaman.
Dari pengertian di atas
terbentuknya kepribadian yakni pendidikan yang diarahkan pada terbentuknya
kepribadian Muslim. kepribadian Muslim adalah pribadi yang ajaran Islam nya
menjadi sebuah pandangan hidup, sehingga cara berpikir, merasa, dan bersikap
sesuai dengan ajaran Islam. Dengan Demikian Pendidikan Agama Islam itu adalah
usaha berupa bimbingan, baik jasmani maupun rohani kepada anak didik menurut
ajaran Islam, agar kelak dapat berguna menjadi pedoman hidupnya untuk mencapai
kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
di atas, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah
skenario penerapan pembelajaran kontekstual dalam upaya meningkatkan prestasi
belajar PAI pada peserta didik kelas V SDN ...?
2. Apakah penerapan
pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar PAI pada peserta
didik kelas V SDN ...?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk menemukan
skenario pembelajaran PAI melalui penerapan pembelajaran kontekstual.
2. Untuk mengetahui
tingkat keberhasilan belajar peserta didik kelas V SDN ... pada mata pelajaran
PAI melalui penerapan pembelajaran kontekstual.
E. Manfaat
Penelitian
1. Manfaat praktis
a. Bagi peserta
didik dapat memberikan sikap positif dan meningkatkan pemahaman terhadap mata
pelajaran pendidikan agama Islam. Download
ptk pai sd kelas 5 lengkap
b. Bagi peneliti
dapat menambah pengalaman praktis di bidang penelitian dan pengalaman secara
langsung penerapan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran PAI.
2. Manfaat teoritis
a. Bagi
guru PAI sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan metode dan teknik untuk
meningkatan prestasi belajar peserta didik serta sebagai motivasi untuk
meningkatkan keterampilan memilih strategi pembelajaran yang sesuai dan
bervariasi terhadap mata pelajaran PAI.
b. Bagi
pemerhati pendidikan sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran PAI.
3. Manfaat kebijakan
Bagi sekolah sebagai panduan
inovatif tentang penerapan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran PAI yang
diharapkan dapat dipakai untuk kelas-kelas lainnya.
B.CONTOH PTK KENAIKAN PANGKAT UNTUK GURU PAI SD
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL DAN PRESTASI BELAJAR
TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL DAN PRESTASI BELAJAR
A. Pembelajaran Kontekstual
1. Pengertian
Pembelajaran Kontekstual
Strategi pembelajaran kontekstual
merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi
peserta didik untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks
pribadi, sosial dan kultural) sehingga peserta didik memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan
kepermasalahan lainnya.
Pembelajaran kontekstual atau
Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan
mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Pembelajaran kontekstual merupakan pro sedur pendidikan yang
bertujuan membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka
pelajarai dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri
dalam lingkungan sosial budaya masyarakat.
2. Komponen-Komponen
Pembelajaran Kontekstual
a. Konstruktivisme (Constructivism)
Belajar berdasarkan konstruktivisme
adalah mengkonstruksi pengetahuan. Pengetahuan dibangun melalui proses
asimilasi dan akomodasi (pengintegrasian pengetahuan baru terhadap struktur
kognitif yang sudah ada dan penyesuaian struktur kognitif dengan informasi
baru) maupun dialektika berfikir thesa-antithesa-sinthesa. Proses kontruksi
pengetahuan melibatkan pengembangan logika deduktif-induktif-hipotesis-verifikasi.
Belajar konteks ini berangkat dari kenyataan bahwa pengetahuan itu terstruktur.
Pengetahuan merupakan jalinan secara integratif dan fungsional dari
konsep-konsep pendukungnya. Pemahaman arti dan makna struktur merupakan tesis
penting dari pembelajaran berbasis kontruktivisme.
b. Menemukan
(Inquiry)
Inkuiri merupakan bagian inti dari
kegiatan pembelajaran berbasisi kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat
fakta¬fakta, tetapi hasil menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang
kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang
diajarkan. Contoh
ptk pai sd doc
Ada tiga ciri pembelajaran inkuiri,
yaitu pertama, Strategi Inquiry menekankan pada aktivitas peserta didik secara
maksimal untuk mencari dan menemukan (peserta didik sebagai subjek belajar).
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk mencari
dan menemukan jawaban sendiri yang sifatnya sudah pasti dari sesuatu yang sudah
dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sifat percaya diri.
Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inquiry adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis.
c. Bertanya
(Questioning)
Bertanya merupakan strategi utama
yang berbasisi kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai
kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir
peserta didik, bagi peserta didik bertanya merupakan bagian penting dalam
melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi,
mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek
yang belum diketahuinya.
3. Karakteristik Pembelajaran
Kontekstual
Menurut Wina Sanjaya dalam proses
pembelajaran Kontekstual terdapat lima karakteristk penting yaitu :
a. Activiting
knowledge artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang
sudah dipelajari.
b. Understanding
knowledge artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk
pahami dan diyakini.
c. Acquiring
knowledge memperoleh pengetahuan baru dengan cara deduktif artinya pembelajaran
dimulai dengan mempelajari secara sederhana kemudian memperhatikan detailnya.
4. Strategi
Pembelajaran Kontekstual
Berdasarkan Center for Occupational
Research and Development (CORD) penerapan strategi pembelaj aran kontekstual
digambarkan sebagai berikut :
a. Relating, belajar
dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata. Konteks merupakan kerangka
kerja yang dirancang guru untuk membantu peserta didik agar yang dipelajari
bermakna.
b. Experiencing,
belajar adalah kegiatan “ mengalami”, peserta didik berproses secara aktif
dengan hal yang dipelajari dan berupaya melakukan ekspolasi terhadap hal yang
dikaji, berusaha menemukan dan menciptkan hal baru dari apa yang dipelajarinya.
c. Applying, belajar
menekankan pada proses mendemontasikan pengetahuan ysng dimiliki dalam konteks
dan pemanfaatannya.
5. Perbedaan
Pembelajaran Kontekstual dan Pembelajaran Konvensional
Tabel 2.1.
Perbedaan pembelaj aran kontekstual
dengan konvensional
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil yang telah
dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya. Sedangkan
belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan prilaku,
termasuk perbaikan prilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi
secara lengkap.
Prestasi belajar merupakan
kemampuan seorang dalam pencapaian berfikir yang tinggi. Prestasi belajar harus
memiliki tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Prestasi belajar
adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya pada seorang anak dalam pendidikan
baik yang dikerjakan atau bidang keilmuan. Prestasi belajar dari peserta didik
adalah hasil yang telah dicapai oleh peserta didik yang didapat dari proses
pembelajaran. Prestasi belajar adalah hasil pencapaian maksimal menurut
kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap sesuatu yang dikerjakan,
dipelajari, difahami dan diterapkan.
Jadi bisa disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh peserta didik
dalam bentuk nilai atau skor yang merupakan penilaian pengetahuan dan
pengalaman terhadap ilmu yang dipelajari dan prestasi belajar yang dicapai
antara yang satu dengan yang lainnya tentu tidak sama, karena kemampuan dan
kesempatan setiap orang adalah berbeda.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Prestasi Belajar
Secara garis besar faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor
internal dan eksternal.
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar peserta didik yang berasal dari dalam diri
peserta didik itu sendiri. Faktor ini meliputi dua aspek, yaitu aspek
fisiologis dan aspek psikologis.
1) Aspek fisiologis
Ada beberapa faktor yang termasuk
aspek fisiologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik,
diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik
segenap badan beserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah
keadaan atau hal sehat.
Proses belajar akan terganggu jika
kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang
bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah. contoh proposal ptk pai sd kelas 5 Maka hal ini akan berakibat prestasi
belajar peserta didik juga akan terganggu.
b) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang
menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh. Cacat itu dapat
berupa buta, tuli, patak kaki, patah tangan, lumpuh dan berbagai cacat tubuh
lainnya.
Keadaan cacat tubuh juga
mempengahuri belajar. Peserta didik yang cacat belajarnya juga akan terganggu.
Jika hal ini terjadi maka besar kemungkinan prestasi belajarnya akan terganggu
juga.
2) Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek
psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, diantaranya
adalah sebagai berikut :
a) Inteligensi
Intelegensi dapat diartikan sebagai
kemampuan psiko¬fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat. Intelegensi sebenarnya bukan persoalan
kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan
tetapi, memang harus diakui bahwa persoalan otak dalam hubungannya dengan
intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya,
lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktifitas manusia.
b) Bakat (aptitude)
Bakat adalah kemampuan untuk
belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata
sesudah belajar dan berlatih. Jika bahan pelajaran yang dipelajari peserta
didik sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang
belajar dan pastilah selanjutnya peserta didik lebih giat lagi dalam belajar.
c) Minat (Interest)
Minat secara sederhana dapat
diartikan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu. Peserta didik yang menaruh minat besat tehadap pelajaran
tertentu maka akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dan intensif yang pada
akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar dari luar peserta didik, Faktor ini meliputi dua
aspek, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1) Faktor Lingkungan
Sosial
Lingkungan sosial anak adalah
masyarakat, tetangga dan teman-teman sepermainan disekitar perkampungan anak
tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan akan
sangat mempengahuri aktifitas belajar. Namaun yang paling mempengaruhi kegiatan
belajar anak adalah orang tua dan keluarga anak itu sendiri.
2) Faktor Lingkungan
Non Sosial
Faktor-faktor yang termasuk
lingkungan non sosial adalah lingkungan alamiah, seperti udara yang segar dan
panas, sinar yang terang atau gelap keadaan cuaca dan waktu belajar yang
digunakan anak. Lingkungan instrumental, seperti gedung sekolah, rumah tempat
tinggal keluarga anak, alat dan media belajar, dan peraturan sekolah.
3. Ranah Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan
kesempurnaan seorang peserta didik dalam berpikir, merasa dan berbuat. Prestasi
belajar peserta didik dikatakan sempurna jika memenuhi tiga aspek atau ranah
yaitu: a. Ranah Kognitif.
Ranah kognitif adalah ranah yang
mencakup kegiatan mental (otak). Dalam ranah kognitif ini dibedakan atas enam
jenjang proses berfikir, yaitu:
1) Pengetahuan
Pengetahuan adalah aspek yang
paling mendasar dalam taksonomi Bloom. Seringkali disebut juga dengan aspek
ingatan (recall). Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat
mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah-istilah dan lain
sebagainya tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Pengetahuan ini
merupakan proses berfikir paling rendah.
2) Pemahaman
(comprehension)
Merupakan tingkat berikutnya dari
tujuan ranah kognitif berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi
pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran
lainnya. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan yang setingkat lebih tinggi dari
ingatan.
3) Penerapan
(application)
Mencakup kemampuan untuk menerapkan
suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus problem yang konkret dan
baru. Download ptk pai
sd pdf Adanya
kemampuan dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus pada persoalan yang belum
dihadapi/aplikasi suatu metode kerja pada pemecahan problem baru.
b. Ranah afektif.
Ranah afektif adalah ranah yang
berkaitan dengan sikap dan nilai. Ciri-ciri ini dari hasil belajar afektif akan
tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku seperti penghayatan
terhadap mata pelajaran agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran agama
di sekolah, motivasinya yang tinggi, rasa hormat terhadap guru dan sebagainya.
Dalam ranah afektif ini terdapat lima jenjang yaitu:
1) Menerima (receiving)
Mencakup kepekaan akan adanya suatu
perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan dari luar individu,
baik dalam bentuk masalah situasi dan gejala. Dalam tipe ini termasuk
kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala atau
rangsangan dari luar. Contoh prestasi belajar afektif jenjang receiving,
misalnya peserta didik menyadari bahwa disiplin wajib ditegakkan, sifat malas
dan tidak disiplin harus disingkarkan jauh-jauh.
2) Menjawab
(responding)
Responding mengandung arti “adanya
partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki
oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena
tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih
tinggi daripada jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif
responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih
jauh atau menggali lebih dalam lagi, ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan.
3) Menilai (Valuing)
Menilai atau menghargai artinya
memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau
obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa
kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih
tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam kaitan dalam proses
belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang
diajarkan tetapi mereka telah memiliki kemampuan untuk menilai konsep atau
fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka
nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa
peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai dicamkan
(internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam
peserta didik. Contoh hasil belajar efektif jenjang valuing adalah tumbuhnya
kemampuan yang kuat pada diri peserta didik untuk berlaku disiplin, baik di
sekolah, di rumah maupun di tengah¬tengah kehidupan masyarakat.
c. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotor merupakan ranah
yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah
seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah
yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis,
menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor ini tampak
dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil
belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar
kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak
dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Hasil belajar kognitif
dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta
didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna
yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif.
C. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama
Islam
Secara etimologis, pengertian
pendidikan agama Islam digali dari al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber
pendidikan Islam. Dari kedua sumber tersebut ditemukan ayat-ayat atau
hadits-hadits yang mengandung kata-kata atau istilah-istilah yang pengertiannya
terkait dengan pendidikan Islam, misalnya tarbiyah, ta ’lim, ta ’dib, bertolak
dari tinjauan Islam.
Menurut Zakiah Darajat pendidikan
agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari
pendidikan itu ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran
agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran
agama Islam sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan
hidup di dunia maupun di akhirat kelak.
Dari uraian tersebut di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam ialah bimbingan yang dilakukan
oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki
kepribadian muslim yang sejati. Jika direnungkan Syariat Islam tidak akan di
hayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus didirikan
melalui proses pendidikan. Nabi telah mengajak orang untuk beriman dan beramal
serta berakhlak baik sesuai ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan.
Dari satu segi melihat, bahwa pendidikan Islam itu lebih banyak ditunjukan
kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik
bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Dari segi lainnya pendidikan
agama Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran
agama Islam tidak memisahkan antara iman dan amal saleh. Oleh karena itu
pendidikan agama Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal.
Dan karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi
masyarakat, menuju kesejahteraan dan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
2. Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar-dasar pendidikan agama Islam
menurut Abu Ahmadi bahwa pendidikan Islam dibagi menjadi tiga yaitu: dasar
religius, dasar yuridis, dan dasar sosial psikologis.
a. Dasar Keagamaan (religius)
Dalam al-Qur’an disebutkan dasar
pelaksanaan pendidikan agama Islam, antara lain dalam firman Allah Surat
at-Taubah ayat 122 sebagaimana berikut:
“Tidak sepatutnya bagi orang-orang
mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap
golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam ilmu pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka
itu telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (Q.S.
at-Taubat: 122).
Berdasarkan pendapat serta sabda
Rasulullah saw di atas dapat diambil kesimpulan bahwa al-Qur’an dan Hadis
adalah sebagai dasar religius tentang terlaksananya pendidikan agama Islam,
sebab di dalam keduanya terdapat ajaran yang menganjurkan dan memerintahkan
untuk dilaksanakannya proses belajar mengajar.
b. Dasar Yuridis atau Hukum
Yang dimaksud di sini adalah
dasar-dasar yang mengatur pelaksanaan pendidikan agama Islam baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan
pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan formal
1) Dasar Ideal
(Pancasila)
Dasar ideal pendidikan agama Islam
adalah Pancasila, yaitu sila pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”
Makna dari sila “Ketuhanan Yang
Maha Esa” adalah setiap warga negara Indonesia harus beragama dalam menjalankan
syariat agamanya tersebut dengan baik dan benar. Contoh ptk pendidikan agama islam sd doc Bagi umat Islam Indonesia agar
dapat mewujudkan makna sila pertama dari pancasila dalam kehidupan sehari-hari
pasti membutuhkan pendidikan agama Islam.
2) Dasar
Struktural/Konstitusional
Adalah dasar yang berasal dari
perundang-undangan yang berlaku, yakni UUD 1945 dalam bab XI pasal 29 ayat 1
dan 2 yang berbunyi:
(1) Negara
berdasarkan atas Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
(2) Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.
Dalam pasal ini kebebasan memeluk
agama dan kebebasan beribadah menurut agama yang dianutnya bagi warga Indonesia
telah mendapat jaminan dari pemerintah dan hal ini sejalan dengan Pendidikan
Agama Islam dan hal-hal yang terdapat di dalamnya.
c. Dasar Sosial Psikologis
Setiap manusia hidupnya selalu
membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang disebut dengan agama. Mereka
merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Dzat Yang
Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan meminta pertolonganNya.
Seseorang akan merasa tenang dan
tentram hatinya kalau mereka dapat mendekatkan dan mengabdi kepada Allah Swt,
sesuai dengan firman Allah dalam surat ar-Ra’du: 28 yang berbunyi:
“(Yaitu) Orang-orang yang taubat
yaitu mereka yang beriman hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah
(dzikrullah) ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram”
(Q.S. ar-Ra’du: 28).
Oleh karena itu, pendidikan agama
Islam mempunyai tugas untuk memberikan dorongan, rangsangan dan bimbingan agar
peserta didik dapat menyerap nilai yang terkandung dalam ajaran Islam tersebut,
sehingga mereka dapat membentuk dirinya sesuai dengan nilai agama yang
diajarinya, dan dapat mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari
secara baik dan sesuai dengan ketentuan Allah.
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Untuk menjabarkan tujuan pendidikan
Islam tidak dapat dilakukan tanpa melihat komponen-komponen sifat dasar yang
ada pada manusia. Dengan mengetahui sifat dasar itu dapat dilihat kaitaannya
antara tujuan Pendidikan Islam dengan usaha untuk membentuk pribadi muslim yang
utama.
a. Tujuan pendidikan Islam menurut
Abdurrahman Saleh Abdullah
Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah
mengatakan bahwa sifat dasar yang ada pada manusia terdiri dari tubuh, ruh, dan
akal, maka tujuan pendidikan Islam menurutnya harus dibangun berdasarkan ketiga
komponen tersebut yang masing-masing harus dipelihara sebaik-baiknya.
Berdasarkan hal tersebut maka tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan
kepada :
1) Tujuan pendidikan
jasmani, tujuan ini berkaitan dengan keadaan fisik manusia. Untuk mencapai
tujuan ini maka perlu diberikan keterampilan fisik yang dianggap perlu bagi
kekuatan dan keperkasaan tubuh yang sehat dan bertujuan untuk meenghindari
situasi yang mengancam kesehatan fisik para pelajar.
2) Tujuan pendidikan
rohani, tujuan pendidikan Islam harus mampu membawa dan mengembalikan ruh
kepada kebenaran dan kesucian, yaitu manusia bisa berhubungan dengan sang
khaliq secara terus menerus.
3) Tujuan pendidikan
akal, tujuan ini menekankan kepada perkembangan intelegensi manusia, diharapkan
arah para pelajar dapat berfikir secara kreatif, inovatif dan spekulatif
berdasarkan ajaran Islam.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan
sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data.
Hipotesis juga dapat diartikan
sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian
sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan uraian diatas, maka
hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui penerapan pembelajaran
kontekstual maka prestasi belajar peserta didik kelas V SDN ... pada mata
pelajaran Pendidikan agama Islam dapat ditingkatkan.
C.DOWNLOAD LAPORAN PROPOSAL PTK PAI DOC
BAB III
METODE PENELITIAN
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah
jenis penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), penelitian
tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru
yang dilakukan oleh peserta didik.
Sedangkan menurut Suhardjono PTK
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerja sama dengan peneliti atau
dilakukan oleh guru itu sendiri yang juga bertindak sebagai peneliti di kelas
atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau
peningkatan proses dan praktis pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas adalah
penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan
mutu praktik pembelajaran secara berkesinambungan. PTK berfokus pada kelas atau
pada proses pembelajaran yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus,
materi) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal
yang terjadi di kelas.
Selanjutnya Suharsimi menjelaskan
PTK melalui paparan gabungan definisi dari tiga kata yang dapat dipahami
pengertiannya sebagai berikut :
1. Penelitian adalah kegiatan
mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh
data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang
menarik minat dan penting bagi peneliti. Download ptk pai sd kelas 5 lengkap
2. Tindakan adalah
suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam
penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
3. Kelas adalah
sekelompok peserta didik yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang
sama dari seorang guru. Kelas bukan wujud ruangan tetapi sekelompok peserta
didik yang sedang belajar.
PTK memiliki karakteristik tertentu
yang membedakannya dengan jenis penelitian yang lain. Semua penelitian memang
berupaya untuk memecahkan suatu problem. Dilihat dari segi problem yang harus
dipecahkan, PTK memiliki karakteristik penting, yaitu bahwa problema yang
diangkat adalah problem yang dihadapi oleh guru dikelas. Penelitian tindakan
kelas (PTK) akan dapat dilaksanakan jika pendidik sejak awal memang menyadari
adanya persoalan yang terkait dengan proses dan produk pembelajaran yang
dihadapi dikelas .
Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki
dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memperdayakan guru dalam
memecahkan masalah pembelajaran di sekolah.
Pada sisi lain, PTK akan mendorong
para guru untuk memikirkan apa yang mereka lakukan sehari-hari dalam
menjalankan tugasnya. Mereka akan kritis terhadap apa yang mereka lakukan tanpa
tergantung pada teori yang muluk-muluk dan bersifat universal yang ditemukan oleh
para pakar peneliti yang sering kali tidak cocok dengan situasi dan kondisi
kelas. Bahkan keterlibatan mereka dalam PTK sendiri akan menjadikan dirinya
menjadi pakar peneliti di kelas, tanpa tergantung pada para pakar peneliti lain
yang tidak tahu mengenai permasalahan kelasnya sehari-hari.
B. Waktu dan tempat
penelitian
Waktu penelitian ini akan diadakan
selama satu bulan terhitung mulai izin penelitian secara lesan dan tertulis.
Untuk pelaksanaannya akan dimulai pada bulan Oktober 2016 dan waktu pelaksanaan
penelitian akan disesuaikan dengan jam pelajaran PAI pada kelas yang digunakan
sebagai obyek penelitian. Sedangkan tempat penelitian di SDN ... yang beralamat
Kec.. Kab ...
C. Pelaksana dan
Kolaborator
1. Pelaksana
Kehadiran peneliti di lapangan
sebagai instrumen kunci penelitian mutlak diperlukan karena terkait dengan
desain penelitian yang dipilih adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research), yaitu dengan pendekatan kualitatif jenis
kolaboratif-partisipatoris.
Selama penelitian tindakan ini
dilakukan, pelaksana dalam penelitian ini adalah peneliti bertindak sebagai
observer, pengumpul data, penganalisis data dan sekaligus pelapor hasil
penelitian. Dalam penelitian ini, kedudukan peneliti adalah sebagai perencana,
pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data dan akhirnya pelapor
hasil penelitian.
2. Kolaborator
Kolaborator adalah suatu kerja sama
dengan pihak-pihak terkait seperti atasan, sejawat atau kolega, kolaborator ini
diharapkan dapat dijadikan sumber data, karena pada hakekatnya kedudukan
peneliti pada penelitian tindakan kelas ini merupakan bagian dari situasi dan
kondisi dari suatu yang ditelitinya. Kolaborator dalam penelitian ini adalah
guru mata pelajaran PAI.
D. Sumber Data dan
Jenis Data
Terkait dengan penelitian ini yang
akan dijadikan sebagai sumber data atau subyek penelitian adalah peserta didik
kelas V SDN ... dimana peserta didik tersebut tidak hanya diperlukan sebagai
obyek yang dikenai tindakan, tetapi juga aktif dalam kegiatan yang dilakukan.
Peneliti sebagai pengamat sekaligus guru di dalam melakukan pembelajaran kontekstual.
Data penelitian ini mencakup:
1. Skor tes peserta
didik dalam mengerjakan soal yang diberikan, hasil diskusi pada saat pelajaran
berlangsung dan hasil tes yang dilakukan pada setiap akhir tindakan.
2. Hasil lembar
observasi perilaku aktivitas peserta didik.
3. Hasil observasi
dan catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas peserta didik pada
pembelajaran PAI berlangsung.
Data penelitian ini berupa hasil
pengamatan, kumpulan, pencatatan lapangan dan dokumentasi dari setiap tindakan
perbaikan penggunaan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) pada bidang studi PAI dalam upaya meningkatkan prestasi belajar
peserta didik kelas V di SDN .... Data yang diperoleh dari penelitian tindakan
ini ada yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif
diperoleh dari dokumentasi, observasi dan interview, sedangkan data yang
bersifat kuantitatif berasal dari evaluasi pre test dan post test.
E. Teknik
Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang benar
dan akurat dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa metode yang
antara lain sebagai berikut:
a. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan merupakan suatu
aktifitas untuk koleksi data, dengan cara mengamati dan mencatat mengenai
kondisi-kondisi, proses-proses dan prilaku-prilaku obyek penelitian. Contoh ptk pai sd doc Menurut Sugiyono observasi digunakan
bila penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala
alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dalam hal ini
peneliti menggunakan metode ini untuk mengamati aktifitas peserta didik pada
saat mengikuti pembelajaran.
Adapun jenis observasi yang
peneliti gunakan adalah:
1. Observasi
Partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti
terlibat dengan kegiatan sehari¬hari orang yang sedang diamati atau digunakan
sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut
melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya.
Dengan observasi ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai
mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.
2. Observasi
Aktivitas Kelas
Observasi aktivitas kelas merupakan
suatu pengamatan langsung terhadap peserta didik dengan memperhatikan tingkah
lakunya dalam pembelajaran, sehingga peneliti memperoleh gambaran suasana kelas
dan peneliti dapat melihat secara langsung tingkah laku peserta didik, kerja
sama, serta komunikasi di antara peserta didik dalam kelompok.
b. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata
dokumen yang artinya barang¬barang tertulis.11 Menurut Sutan Surya dokumentasi
merupakan perbuatan dan penyimpanan bukti-bukti (gambar, tulisan, suara dan
lain-lain) terhadap segala hal baik obyek atau juga peristiwa yang terjadi.
Dalam hal ini peneliti menggunakan
dokumentasi untuk mendapatkan data tentang profil SDN ... yang mencangkup
identitas sekolah, visi misi sekolah, data peserta didik dan data penunjang
lainnya.
c. Tes
Tes adalah alat atau prosedur yang
digunakan dalam rangka pengukuran atau penilaian. Sedangkan menurut F.L.
Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada
individu atau sekelompok individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan
mereka antara yang satu dengan lainnya.
Pengukuran tes ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik. Tes tersebut juga
sebagai salah satu rangkaian kegiatan pembelajaran PAI dalam penerapan
pembelajaran kontekstual.
Tes yang dimaksud meliputi tes awal
atau tes pengetahuan pra syarat yang akan digunakan untuk mengetahui penguasaan
konsep materi pelajaran sebelum pemberian tindakan. Contoh ptk pendidikan agama islam sd doc Selanjutnya tes pengetahuan pra
syarat tersebut juga akan dijadikan acuan tambahan dalam mengelompokkan peserta
didik dalam kelompok-kelompok belajar, di samping menggunakan nilai ulangan
harian selanjutnya skor tes awal ini juga akan dijadikan sebagai skor awal bagi
penentuan poin perkembangan individu peserta didik.
F. Analisis Data
Setelah data terkumpul, langkah
selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Dalam analisis ini, penulis
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Analisis hasil pengamatan
aktivitas peserta didik dalam pembelajaran melalui pendekatan kontekstual pada
saat proses belajar mengajar berlangsung. Adapun kriteria penilaian untuk
lembar pengamatan aktivitas peserta didik adalah sebagai berikut:
a. Penilaian pertama
apabila banyaknya peserta didik yang melakukan aktivitas terhitung < 25%
dari jumlah yang hadir, berarti penilaian peserta didik dalam pembelajaran
masih tergolong kurang (disimbolkan dengan huruf D).
b. Penilaian kedua
apabila banyaknya peserta didik yang melakukan aktivitas terhitung > 25% dan
> 50% dari jumlah yang hadir, berarti penilaian peserta didik dalam
pembelajaran tergolong cukup (disimbolkan dengan huruf C).
c. Penilaian ketiga
apabila banyaknya peserta didik yang melakukan aktivitas terhitung > 50% dan
~ 75% dari jumlah yang hadir, berarti penilaian peserta didik dalam
pembelajaran tergolong baik (disimbolkan dengan huruf B).
d. Penilaian keempat
apabila banyaknya peserta didik yang melakukan aktivitas terhitung > 75%
dari jumlah yang hadir, berarti penilaian peserta didik dalam pembelajaran
tergolong baik sekali (disimbolkan dengan huruf A)
2. Data tentang hasil belajar
setiap siklus diperoleh dari hasil tes setiap akhir siklus dan data prestasi
belajar secara keseluruhan setelah diterapkannya pembelajaran kontekstual dalam
proses pembelajarannya. Adapun langkah perhitungan adalah dengan cara
menghitung presentase jawaban benar yang dicapai setiap peserta didik yang
dirumuskan sebagai berikut.
Gambar 3.1
Dari perhitungan ini, peneliti
dapat mengetahui sampai sejauh mana tingkat keberhasilan peserta didik atas
materi yang diajarkan ditinjau dari sudut kriteria keberhasilan belajar
(indikator keberhasilan) yang diharapkan atau yang telah ditetapkan.
Untuk mengetahui perubahan hasil
tindakan, jenis data yang bersifat kuntitatif yang didapatkan dari hasil
evaluasi dianalisis dan dirubah menjadi kualitatif dengan menggunakan rumus:
Gambar 3.2
G. Tahapan Penelitian
Seperti yang telah dikemukakan
sebelumnya bahwa penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan. Tahap
penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart, berupa
suatu siklus spiral yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan refleksi yang membentuk siklus demi siklus sampai tuntas
penelitian.
Adapun model tahapan penelitian
mengacu pada Kemmis dan McTaggart yang digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1
Model penelitian tindakan kelas
1. Pra siklus
Tahap prasiklus ini peneliti akan
melihat dan observasi langsung pembelajaran PAI di kelas V SDN .... Pada
pelaksanaan pra siklus ini guru masih menggunakan metode pembelajaran
konvensional yaitu belum menerapklan pembelajaran kontekstual.
Dalam pelaksanaan pembelajaran pada
pra siklus ini juga akan diukur dengan indikator penelitian yaitu akan dilihat
aktifitas peserta didik dalam proses pembelajaran dan prestasi belajar peserta
didik. Hal ini dilakukan sebagai dasar untuk membandingkan keberhasilan pembelajaran
dengan penerapan pembelajaran kontekstual pada siklus satu dan siklus dua.
2. Siklus I
a. Perencanaan
Sebelum mengadakan penelitian,
peneliti membuat rencana pembelajaran dan soal tes akhir pembelajaran tiap
siklus. Proses penyusunannya melalui tahapan sebagai berikut :
1) Peneliti
mengumpulkan bahan dan materi dari berbagai sumber untuk dibuat rencana
pembelajaran dan soal tes.
2) Menyusun materi
yang akan disampaikan.
3) Menyusun alat
evaluasi berupa tes kelompok dan tes individu.
4) Peneliti
mengkonsultasikan rencana pembelajaran dan soal-soal
tes kepada guru mitra selaku
kolaborator untuk diperbaiki,
sehingga menjadi rancangan yang
layak digunakan dalam
penelitian.
5) Peneliti
melakukan proses akhir yaitu mencetak rencana pembelajaran dan soal tes
sehingga siap digunakan dalam pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Guru melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disiapkan. Adapun langkah-langkah
pembelajaran dengan penerapan pembelajaran kontekstual pada siklus satu secara
garis besar adalah sebagai berikut :
1) Pendahuluan
a) Guru membuka
pelajaran dengan salam dan peserta didik siap memulai pelajaran lalu menjawab
salam.
b) Mengadakan
presensi terhadap kehadiran peserta didik.
c) Proses
pembelajaran dimulai dengan bacaan do'a dan salah satu surat pendek .
2) Kegiataan inti
a) Guru membagi
peserta didik menjadi enam kelompok, masing¬masing terdiri empat atau lima
anggota kelompok dan mengatur tempat duduk peserta didik agar setiap anggota
kelompok dapat saling bertatap muka (tiap kelompok memiliki anggota yang
heterogen, baik jenis kelamin maupun kemampuannya).
b) Guru memberikan
tugas yang terencana dengan membagikan materi pembelajaran pada hari itu kepada
setiap kelompok.
c) Tiap kelompok
melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru yaitu :
(1) Menelaah materi
yang telah dibagikan kepada setiap kelompok dan membuat contoh riil yang
terjadi di kehidupan sehari-hari.
(2) Saling membantu
menguasai bahan ajar atau materi yang diberi oleh guru melalui sharing antar
sesama anggota kelompok.
(3) Bekerjasama
dengan seluruh anggota kelompok masing¬masing (yang tahu memberi tahu pada yang
belum tahu, yang pandai mengajari yang lemah).
3) Penutup
a) Mengulas kembali
materi pembelajaran.
b) Merangkum materi
pembelajaran.
c. Pengamatan
1) Selama proses
pembelajaran guru mengamati setiap kegiatan yang dilakukan peserta didik.
2) Guru mencatat
keberhasilan kendala-kendala yang dialami dalam proses pebelajaran yang belum
sesuai dengan harapan.
d. Refleksi
1) Mengadakan
refleksi terhadap proses dan hasil belajar hari itu tentang beberapa hal yang
perlu mendapat perhatian dari sebuah rencana kegiatan pembelajaran kaitannya
dengan kehidupan sehari¬hari.
2) Guru memberikan
kesempatan peserta didik untuk mengungkapkan pengalaman spiritual peserta didik
terkait dengan topik pelajaran.
3) Secara
kolaboratif peneliti menganalisis dan mendiskusikan hasil pengamatan.
Selanjutnya membuat suatu refleksi mana yang perlu dipertahankan dan mana yang
perlu diperbaiki untuk siklus kedua.
4) Membuat
kesimpulan sementara terhadap hasil pelaksanaan siklus satu.
3. Siklus II
Untuk pelaksanaan siklus dua secara
teknis sama seperti pelaksanaan siklus satu. langkah-langkah dalam siklus dua
ini yang perlu ditekankan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi (siklus dua merupakan perbaikan dari siklus satu dan berdasarkan hasil
refleksi siklus satu) akan dijelaskan sebagai berikut: Download ptk pai sd pdf
a. Perencanaan
Meninjau kembali rancangan pembelajaran
yang disiapkan untuk siklus II dengan melakukan revisi sesuai hasil siklus
I.
b. Pelaksanaan
Guru melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disiapkan sesuai revisi
berdasarkan evaluasi pada siklus satu. Adapun langkah-langkah pembelajarannya
hampir sama seperti langkah-langkah pada siklus satu diantaranya :
1) Pendahuluan
a) Guru membuka
pelajaran dengan salam dan peserta didik siap memulai pelajaran lalu menjawab
salam.
b) Mengadakan
presensi terhadap kehadiran peserta didik.
c) Proses
pembelajaran dimulai dengan bacaan do'a dan salah satu surat pendek .
2) Kegiataan inti
a) Guru membagi peserta didik
menjadi enam kelompok, masing¬masing terdiri empat atau lima anggota kelompok
dan mengatur tempat duduk peserta didik agar setiap anggota kelompok dapat
saling bertatap muka (kelompok pada siklus ini telah di rubah tidak sama dengan
siklus satu).
b) Guru memberikan tugas yang
terencana (bisa lewat alat peraga, permainan dan sebagainya) yang mengarahkan
peserta didik dapat menemukan atau mengkontruksi pengetahuannya sendiri.
c) Tiap kelompok melaksanakan tugas
yang diberikan oleh guru yaitu :
(1) Saling membantu
menguasai bahan ajar atau materi yang diberi oleh guru melalui sharing antar
sesama anggota kelompok.
(2) Bekerjasama
dengan seluruh anggota kelompok masing¬masing (yang tahu memberi tahu pada yang
belum tahu, yang pandai mengajari yang lemah).
(3) Semua anggota
kelompok bertanggung jawab atas kelompoknya masing-masing.
d) Memberikan pujian kepada salah
satu kelompok atas prestasi yang diraih.
e) Guru bersama peserta didik
menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
f) Guru membubarkan kelompok yang
telah dibentuk dan peserta didik kembali ketempat duduk masing-masing.
3) Penutup
a) Mengulas kembali
materi pembelajaran.
b) Merangkum Materi
pembelajaran.
c. Pengamatan
Guru melakukan pengamatan yang sama
pada seperti siklus I.
d. Refleksi
Refleksi pada siklus dua ini
dilakukan untuk melakukan penyempurnaan pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran kontekstual yang diharapkan dapat meningkatkan aktivitas peserta
didik dalam proses pembelajaran dan prestasi belajar peserta didik pada mata
pelajaran pendidikan agama Islam.
H. Indikator
Keberhasilan
Untuk mengetahui tingkat
keberhasilan penilitian tindakan kelas ini apabila :
1. Meningkatkan
prestasi belajar peserta didik (termasuk aktivitas peserta didik) kelas V SDN
... pada mata pelajaran PAI, apabila peran guru selama proses pembelajaran
sesuai dengan skenario dalam proses pembelajaran kontekstual, sehingga mampu
meningkatkan prestasi belajar peserta didik dengan indikator sebagai berikut.
a. Aktivitas belajar
peserta didik telah mencapai kriteria baik sekali, dengan jumlah presentase
aktivitas belajar dalam kegiatan pembelajaran sekurang-kurangnya 75%.
b. Prestasi belajar
peserta didik yang berupa nilai tes peserta didik (setelah tindakan penelitian)
lebih dari atau sama dengan 70 sebanyak 75% dari seluruh peserta didik di kelas
V SDN ... dan rata-rata kelas lebih dari 7,0.
2. Ditemukannya cara
yang paling efektif dalam menerapkan pembelajaran kontekstual.
D.PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) PAI SD PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Islam Sebagai Paradigma
Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Media, 1992.
Ahmadi, Abu, Metodik Khusus
Pendidikan Agama (MKPA), Bandung: Armico, 1986.
Arief, Armani, Pengantar Ilmu
Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
Ali, Muhammad Daud, Pendidikan
Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.
Arikunto, Suharsimi dkk, Penelitian
Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi aksara, 2009.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur
Penelitian Suatau Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Dalyono, M, Psikologi Pendidikan,
Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Departemen Pendidikan Nasional,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2000.
Fauzi, Ahmad, “Penerapan Pendekatan
Kontekstual (CTL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi Pokok
Garis dan Sudut Peserta Didik Kelas VII A MTs As-Syafi’iyah Jatibarang
Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2008/2009”, Skripsi, Semarang: Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009.
Hamalik, Oemar, Psikologi Belajar
Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2007.
Iksan, Khoirul, “Peningkatan Proses
Belajar Mengajar Melalui Strategi PembelajaranKontekstual”,http://my. opera.
com/khairul11/blog/2009/03/2.
Khadim al Haramain asy Syarifain,
al-Qur’an dan Terjemahnya, Madinah: Lembaga Percetakan al-Qur’an Raja Fahd,
1990.
Mahmudin, “Pembelajaran
ontekstual”, http://-pengertian. blogsp ot. com/2009/12/
pengertian-pembelajaran- kontekstual-ctl. Htm1.
“Pendekatan Inkuiri dalam
Pembelajaran”, http://mahmuddin. wordpress. com/2009/1 1/10.
Nasirudin, Pendidikan Tasawuf,
Semarang: Rasail, 2009.
Resna Yunanti, “Aplikasi
Pembelajaran Kontekstual pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam dalam
Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa SDN Ketawanggede 1 Malang”,
Skripsi, Malang: Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2006.
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Syukur, Fatah, Sejarah Peradaban
Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009.
Sanjaya, Wina, Pembelajaran dalam
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Kencana, 2008.
SM, Ismail, Strategi Pembelajaran
Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang: Rasail, 2009.
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi
Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009.
Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses
Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005.
Suprijono, Agus, Cooperative
Learning Teori dan Aplikasi PIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Surya, Sutan, Panduan Menulis
Skripsi, Tesis, Desertasi dan Karya Ilmiah, Yogyakarta: Pustaka Pena, 2006.
Syah, Muhibin, Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.
Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan
Nasional, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Trianto, Mendesain Model
Pembelajarn Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010.
Tirtarahardja, Umar, dkk, Pengantar
Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003,
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Sinar Grafika, 2007.
UUD RI 1945, Undang- Undang Dasar
Republik Indonesia beserta Amandemennya, Solo: Adzana Putra, 2010.
Jika berkenan, mohon bantuannya untuk
memberi vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan
cara mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya
dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.