DOWNLOAD PTK BAHASA INDONESIA SMP KELAS IX TERBARU DOC-Penggunaan Strategi Quantum Thinking dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menanggapi Informasi (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas 9.9 SMPN 2 ............. Tahun Ajaran 2016/2017). Penulis memilih judul ini berdasarkan penggunaan strategi yang digunakan dalam memperbaiki nilai siswa kelas 9.9 SMPN............... pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Strategi yang digunakan adalah quantum thinking atau berpikir kuantum yaitu sebuah analogi konsep yang diadaptasi dari prinsip relativitas Eisntein. Jadi, pembelajaran kuantum bukan fisika kuantum. PTK bahasa indonesia smp terbaru
Pembelajaran kuantum sesungguhnya merupakan ramuan atau rakitan dari berbagai teori atau pandangan psikologi kognitif dan pemrograman neurologi yang jauh sebelumnya sudah ada. Dengan menggunakan kuantum atau loncatan dalam cara berpikir, maka kita dapat terhubung ke jawaban atas pertanyaan apa pun. Bahkan dapat terhubung ke beberapa jawaban yang benar dan mengambil apa yang menarik bagi pemikir. Dalam keterampilan berbicara atau ekspresi lisan, daya pikir sangat dibutuhkan karena bahasa yang dikeluarkan adalah cerminan dari pikiran. Penelitian yang dilaksanakan penulis ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan tujuan memperbaiki nilai siswa kelas 9.9 SMPN ...............dalam keterampilan berbicara: menanggapi informasi.
Melihat hasil data observasi pengamatan, nilai siswa, dan angket, dapat disimpulkan bahwa strategi quantum thinking dalam keterampilan berbicara menanggapi informasi dapat membantu siswa dalam meningkatkan daya pikir, menuangkan pendapat, kritik individual, dan minat berbicara di depan umum, serta menambah daftar keterampilan mengajar guru dengan cara yang mengasyikkan dan hemat. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan nilai rata-rata pada siklus satu dan siklus dua dari nilai rata-rata sebelum diadakan perbaikan pembelajaran. Dengan adanya kenaikan nilai, menunjukkan bahwa strategi quantum thinking dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas 9.9 dalam menanggapi informasi. ptk bahas indonesia kelas 9 smp doc
Selain dari skor siswa, hasil angket pun membuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi quantum thinking ini menarik perhatian siswa, selain itu daya pikir siswa lebih meluas dan kreatif.Dalam penelitian ini, penulis ingin menunjukan bahwa tidak semua pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dengan strategi dan media sederhana memiliki dampak yang sederhana. Dengan strategi quantum thinking dan metode serta teknik dan media sederhana penulis menyarankan agar guru-guru dapat juga memperbaiki kelas mereka terutama dalam pembelajaran keterampilan berbicara.
Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas mapel BAHASA INDONESIA SMP yang diberi judul “ PENGGUNAAN STRATEGI QUANTUM THINKING DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENANGGAPI INFORMASI (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas 9.9 SMPN............ Tahun Ajaran 2016/2017)". Disini akan di bahas lengkap.
PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE PTK BAHASA INDONESIA SMP KELAS IX lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS/WA/TM ke 0817-283-4988 dengan Format PESAN PTK 090 SMP ).
A.CONTOH PTK BAHASA INDONESIA SMP DOC
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), siswa mempelajari bahasa sebagai alat komunikasi, lebih daripada sekadar pengetahuan tentang bahasa. Oleh karena itu, kehadiran pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah dalam amanat KTSP, pada dasarnya untuk meningkatkan keterampilan berbahasa dan bersastra siswa dalam bentuk menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis,
b) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara,
c) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan,
d) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial,ptk bahas indonesia kelas 9 smp doc
e) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa,
f) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual.
Tujuan-tujuan tersebut diaplikasikan dalam bentuk standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK dan KD), salah satunya adalah SK ke-10 pada kelas 9.9 semester dua: mengungkapkan komentar terhadap informasi dari berbagai sumber, dengan kompetensi dasar : 10.1. memberikan kritik terhadap informasi dari media cetak dan /elektronik, 10.2 Memberikan persetujuan atau dukungan terhadap artikel yang terdapat dalam media cetak dan/elektronik. Standar kompetensi tersebut menuntut siswa untuk terampil berbicara dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dan amanat kurikulum tingkat satuan pendidikan yang berusaha untuk meningkatkan keterampilan berbahasa dan bersastra siswa dalam bentuk menyimak, menulis, membaca, dan berbicara. Berbicara dan menulis merupakan keterampilan aktif /produktif karena merupakan keterampilan berbahasa dalam menyampaikan makna, sedangkan menyimak dan membaca merupakan keterampilan berbahasa pasif/ reseptif karena merupakan keterampilan dalam menerima pesan.ptk bahas indonesia kelas 9 smp doc
Keterampilan berbicara merupakan salah satu cara komunikasi tatap muka, karena keterampilan tersebut dilaksanakan secara langsung, produktif dan ekspresif. Ujaran sebagai suatu cara berkomunikasi sangat memengaruhi kehidupan individual. Dalam sistem ini lah manusia saling bertukar pendapat, gagasan, perasaan, keinginan, dengan bantuan dari kata-kata. Dengan demikian, tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Menariknya, ada beberapa fakta yang bersenjangan dengan cara berbicara dan tujuan keterampilan berbicara. Seperti yang diungkap Tarigan, dalam bukunya Keterampilan Berbicara (2010) sebagai berikut:
a) ekspresi lisan cenderung ke arah kurang berstruktur, lebih sering berubah-ubah, tidak tetap dan biasanya lebih kacau serta membingungkan ketimbang komunikasi tertulis,
b) pembicara memikirkan ide-idenya sambil berbicara dan kerapkali dia lupa bagaimana terjadinya suatu kalimat lama,
c) performasi keterampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan berbahasa
lisan, keterampilan membaca lebih sering digunakan dalam praktek berbicara.
Hal tersebut pun dialami peneliti saat observasi, banyak siswa pada saat menyampaikan informasi yang bersumber dari media, belum runtut, baik, dan benar. Begitu pun saat bercerita, masih banyak guru yang menilai dari performasi keterampilan membaca. Ada pula siswa yang tidak mau menanggapi informasi, diskusi, dan tidak mau menjawab pertanyaan guru karena kurang mampu mengolah informasi dan malu berbicara di depan umum.
Selain siswa, guru pun banyak yang masih mengaanggap bahwa keterampilan ini mudah sehingga kurang begitu diperhatikan, seperti dalam mengevaluasi keterampilan berbicara lebih sering menggunakan tes tertulis dan performasi membaca.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia pada tanggal 11 Januari 2017, sebagai guru Bahasa Indonesia di SMPN ......... ada beberapa masalah yang terjadi pada siswa kelas 9.9 dalam keterampilan berbicara, di antaranya:
a) siswa tidak mendapatkan porsi atau kesempatan yang sama antara masing-masing siswa untuk berbicara, berpendapat, dan bercerita,ptk bahas indonesia kelas 9 smp doc
b) teknik dan metode yang digunakan kurang melibatkan siswa untuk berbicara dan kurang bervariasi,
c) siswa merasa tidak perlu dan kurang percaya diri untuk berbicara, berpendapat, dan bercerita,
d) kemampuan berpikir siswa kurang meluas dan kreatif sehingga yang diutarakan siswa saat menanggapi informasi cenderung homogen dan menimbulkan keraguan dalam berbicara.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kemampuan keterampilan berbicara siswa dalam bentuk menyampaikan laporan dan menanggapi informasi, masih perlu diperbaiki. Perbaikan dalam pembelajaran di kelas dapat menjadi salah satu solusinya. Perbaikan dalam pembelajaran merupakan kegiatan memperbaiki proses belajar mengajar dengan strategi, metode, media, atau sistem tertentu agar proses belajar mengajar menjadi lebih baik.
Di Indonesia, dunia pendidikan akan selalu bertautan dengan dunia ekonomi. Contohnya, dalam era serba teknologi ini, kesenjangan ekonomi semakin luas dan sangat berdampak dengan kesenjangan pendidikan. Selama ini media teknologi menjadi primadona dalam media pembelajaran, dan sekolah yang tidak mampu memfasilitasinya akan semakin jauh tertinggal. Berdasarkan survei yang dilakukan tim Metro TV, dalam acara Metro 10, menyatakan bahwa Jawa Barat adalah provinsi dengan tingkat siswa yang tidak bersekolah paling tinggi. Pengalaman tersebut penulis alami sendiri saat Kuliah Kerja Nyata di daerah Kabupaten Bandung Barat.
Dengan kondisi sekolah yang tidak layak pakai, jam pembelajaran yang tidak digunakan maksimal, media pembelajaran sangat minim, serta kurangnya kerjasama antara guru, orangtua siswa dan pemerintah, menjadikan sekolah-sekolah di daerah tersebut mati suri. Siswa yang memiliki semangat belajar tinggi terhambat dengan media pembelajaran yang kurang serta guru yang cenderung malas dan tidak mau mengembangkan kreatifitas diri. Sehingga siswa datang ke sekolah seolah-olah hanya sebagai ritual harian.PTK Bahasa indonesia kurikulum 2013
Berdasarkan pengalaman tersebut, peneliti ingin membuat sebuah model pembelajaran yang menggunakan strategi tertentu untuk meminimalis media teknologi canggih dan atau menanggulangi saat terjadinya kendala teknis.
Banyak penilitian sebelumnya yang menggunakan teori Quantum Learning seperti yang dilakukan Hermawan Widyastantyo dengan judul Penerapan Metode Quantum Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA (Sains) Bagi Siswa Kelas V SD Negeri Kebonsari Kabupaten Temanggung dan berhasil memperbaiki masalah-masalah dalam kelas, tetapi kerana hal yang diutamakan dalam penilitian ini adalah kemampuan berpikir dalam menanggapi informasi, maka penulis menggunakan Quantum Thinking.
Strategi ini dapat melatih otak berpikir lebih luas, efektif, dan kreatif yang diterapkan pada empat kategori hasil belajar yaitu: keterampilan intelektual, informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap. Strategi ini pun belum pernah diterapkan pada keterampilan berbicara dalam menanggapi informasi di SMPN .....
Untuk membuktikan prinsip-prisnsip Quantum Thinking maka penulis akan melakukan penelitian tindakan kelas di sekolah tersebut dengan judul PENGGUNAAN STRATEGI QUANTUM THINKING DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENANGGAPI INFORMASI (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas 9.9 SMPN ...... Tahun Ajaran 2016/2017).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis mengidentifikasi beberapa masalah, yaitu:
a) minat berbicara siswa SMP di depan umum masih kurang,
b) proses pembelajaran berbicara di SMP kurang melibatkan semua siswa untuk memiliki kesempatan berbicara yang sama,
c) siswa kurang berpikir kreatif dan meluas saat menanggapi informasi yang mengakibatkan keraguan dalam berbicara,
d) guru lebih banyak mengevaluasi dari performansi membaca,
e) kegiatan evaluasi berbicara biasanya dinilai dari susunan yang runut,
f) siswa kerapkali lupa bagaimana terjadinya suatu kalimat.
g) strategi dalam meningkatkan keterampilan berbicara yang digunakan oleh guru di SMP masih belum bervariasi,
h) penggunaan strategi dalam pembelajaran berbicara dengan menggunakan quantum thinking di SMP masih belum banyak digunakan oleh para guru.PTK Bahasa indonesia kurikulum 2013
1.3 Batasan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah penerapan strategi quantum thinking dalam pembelajaran berbicara pada siswa kelas 9.9 SMPN ......... Tahun Ajaran 2016/2017 dengan bentuk menanggapi informasi.
1.4 Rumusan Masalah
Sebagaimana telah diungkapkan dalam latar belakang penelitian ini, masalah utama dari penelitian adalah sebagai berikut ini.
a) Bagaimanakah perencanaan perbaikan pembelajaran berbicara dalam bentuk
menanggapi informasi dengan menggunakan strategi Quantum Thinking?
b) Bagaimanakah proses perbaikan pembelajaran berbicara dalam bentuk
menanggapi informasi dengan menggunakan strategi Quantum Thinking?
c) Bagaimanakah hasil perbaikan pembelajaran berbicara dalam bentuk
menanggapi informasi dengan menggunakan strategi Quantum Thinking?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan jawaban terhadap permasalahan yang dipertanyakan dalam penelitian, yaitu:
a) mendeskripsikan perencanaan perbaikan pembelajaran berbicara dalam bentuk
menanggapi informasi dengan menggunakan strategi Quantum Thinking,
b) mendeskripsikan pelaksanaan perbaikan pembelajaran berbicara dalam bentuk
menanggapi informasi dengan menggunakan strategi Quantum Thinking,
c) mendeskripsikan hasil perbaikan pembelajaran berbicara dalam bentuk
menanggapi informasi dengan menggunakan strategi Quantum Thinking.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk:
a) memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam menanggapi informasi,
b) memperoleh variasi pembelajaran berbicara melalui strategi Quantum Thinking bagi guru,
c) memotivasi siswa agar lebih menyukai pembelajaran berbicara karena penyajiannya yang variatif, dengan demikian tujuan pendidikan menjadi lebih mudah tercapai,
d) meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial dalam menggunakan bahasa Indonesia melalui strategi Quantum Thinking.
1.7 Definisi PTK Bahasa indonesia kurikulum 2013
1.7.1 Definisi Quantum Thinking dalam Menanggapi Informasi
Dengan menggunakan berpikir kuantum atau loncatan dalam cara berpikir, maka kita dapat terhubung ke jawaban atas pertanyaan apa pun. Bahkan dapat terhubung ke beberapa jawaban yang benar dan mengambil apa yang menarik bagi pemikir. Dalam keterampilan berbicara atau ekspresi lisan, daya pikir sangat dibutuhkan karena bahasa yang dikeluarkan adalah cerminan dari pikiran.
B.CONTOH LENGKAP PTK BAHASA INDONESIA QUANTUM THINKING
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1 Keterampilan Berbicara
2.1.1 Pengertian Berbicara
Berbicara berarti mengungkapkan pikiran secara lisan. Dengan mengungkapkan apa yang dipikirkan, seseorang dapat membuat orang lain yang diajak bicara mengerti apa yang ada dalam pikirannya (Djiwandono, 2008).
Hubungan antara pikiran dan berbicara juga dibahas oleh Tarigan (1981:15) dalam bukunya Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, menyebutkan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampiakan pikiran, gagasan dan perasaan.
Sedangkan berdasarkan KBBI edisi keempat kata berbicara yang berasal dari kata bicara mengandung arti 1 berkata; bercakap; berbahasa, 2 melahirkan pendapat.
2.1.2 Tujuan Berbicara
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk menyampaikan pesan, masalah, atau topik tertentu. Dengan kata lain, tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi.
Berdasarkan pendapat Ochs dan Winker, dalam Tarigan menyatakan pada dasarnya berbicara mempunyai tiga tujuan umum yaitu :
a) memberitahukan, melaporkan (to inform),
b) menjamu, menghibur (to entertain),
c) membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan (to persuade),
gabungan atau campuran dari tujuan-tujuan itu pun bisa saja terjadi.
2.1.3 Prinsip Umum Kegiatan Berbicara
Ada delapan prisnsip umum atau ciri suatu pembicaraan yang wajar kita lakukan dalam kehidupan berkomunikasi. Menurut Brooks (1964 dalam Tarigan) delapan prinsip tersebut yaitu:
a) membutuhkan paling sedikit dua orang,
b) mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama, menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum,
c) merupakan suatu pertukaran antara partisipan,
d) menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera, berhubungan atau berkaitan dengan masa kini,
e) hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan dengan suara/bunyi bahasa dan pendengaran, secara tidak pandang bulu menghadapi serta memmerlakukan apa yang nyata dan apa yang diterima sebagai dalil.PTK Bahasa indonesia kurikulum 2013
2.1.4 Jenis Berbicara
Ragam atau jenis seni berbicara secara garis besar, menurut Tarigan (1981 : 22) dapat dibagi dua, yaitu sebagai berikut ini.
2.1.4.1 Berbicara di muka umum pada masyarakat (public speaking) yang mencakup empat jenis.
a) Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan; yang bersifat informatif (informative speaking). Contoh situasinya adalah sebagai berikut:
(i) kuliah, ceramah,
(ii) ceramah tentang perjalanan,
(iii) pengumuman, pemberitahuan, maklumat,
(iv) laporan,
(v) instruksi, pelajaran, pengajaran,
(vi) pemerian sesuatu pemandangan atau adegan,
(vii) pencalonan, pengangkatan, penunjukan,
(viii) anekdot, lelucon, lawak,
(ix) cerita, kisah, riwayat.
(Powers, 1951 ; 195 – 197).
b) Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat kekeluargaan atau persahabatan (fellowship speaking). Contoh situasinya adalah sebagai berikut:
(i) pidato sambutan selamat datang,
(ii) pidato perpisahan,
(iii)pidato penampilan, penyajian, perkenalan,
(iv)pidato jawaban atau balasan,
(v) pidato atau sambutan dalam pembukaan suatu upacara, pemberian ijazah, (vi)pembicaraan sesudah makan,
(vii) pidato atau sambutan penghibur, pertunjukan,
(viii) pidato atau kata-kata pujian tentang seseorang yang telah meninggal dunia.
(Powers, 1951 ; 195 – 197).
c) Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan (persuasive speaking).
d) Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang dan hati-hati (deliberative speaking).
Tujuan utama dari berunding adalah membuat keputusan atau kepastian pendirian. Kepastian pendirian bergerak maju dari penyediaan alasan-alasan yang cukup banyak menuju ke akar pikiran. Maka, meyakinkan menuntut beberapa unsur, antara lain:
(i) kejelasan, kemurnian, kecerahan,
(ii) ketertiban, kerapian, keteraturan,
(iii)fakta-fakta, bukti-bukti, petunjuk-petunjuk,
(iv)alasan-alasan, bantahan-bantahan, penj elasan-penjelasan, argumen¬argumen, dan
(v) pikiran-pikiran atau pemikiran yang jujur serta terus terang.
(Powers, 1951 ; 241 – 242).
2.1.4.2 Berbicara pada konferensi (conference speaking) yang meliputi:
a) diskusi kelompok (group discussion), yang dapat diperinci lagi atas:
(i) kelompok studi,
(ii) kelompok pembuat kebijaksanaan,
(iii)komik.
b) resmi (formal) yang terdiri atas:
(i) konferensi,
(ii) diskusi panel,
(iii)simposium.
2.1.5 Metode Penyampaian dan Penilaian Berbicara
Maksud dan tujuan pembicaraan, kesempatan, pendengar atau pemirsa, atau pun waktu untuk persiapaan dapat menentukan metode penyajian; atau sang pembicara sendiri dapat menentukan yang terbaik dari empat metode yang mungkin dipilih, yaitu:
a) penyampaian secara mendadak (impromptu delivery),
b) penyampaian tanpa persiapan (extemporaneous delivery),
c) penyampaian dari naskah (delivery from manuscript),
d) penyampaian dari ingatan (delivery from memory).
2.1.6 Tes Kemampuan Berbicara
Berdasarkan Nurgiyantoro, tes kemampuan berbicara adalah sebuah tes yang bertujuan untuk mengetahui dan mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap bahasa lisan yang meliputi ketepatan bahasa, nada suara, ekspresi wajah dan sebagainya.
Djiwandono dalam bukunya Tes Bahasa mempertegas bahwa tes kemampuan berbicara ini paling tepat dilaksanakan bukan sebagai tes objektif melainkan tes subjektif. Tes objektif untuk tes kemampuan berbicara senyatanya yang sarat dengan unsure-unsur penggunaan bahasa yang spontan dan tidak dapat diduga sebelumnya. Seperti dimaklumi dalam tes subjektif bukan kunci jawaban dengan daftar jawaban yang diperlukan, melainkan rambu-rambu penskoran.
Dalam tugas berbicara terdapat dua aspek yang terlibat: ketrampilan berbicara yang lebih dilihat dari segi aktivitas, dan kemampuan kognitif yang lebih dilihat dari segi isi atau gagasan yang terungkap melalui bahasa. Berikut merupakan tingkatan-tingkatan dalam tes kemampuan berbicara:
2.1.6.1 Tes Kemampuan Berbicara Tingkat Ingatan
Tes kemampuan berbicara pada tingkat ingatan umumnya lebih bersifat teoritis, menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan tugas berbicara, misalnya tentang pengertian, fakta dan sebagainya. Pada tes tingkat ini data juga berupa tugas yang dimaksudkan untuk mengungkap tingkat kemampuan ingatan siswa secara lisan.
2.1.6.2 Tes Kemampuan Berbicara Tingkat Pemahaman
Seperti halnya tes tingkat ingatan, tes kemampuan berbicara tingkat pemahaman juga masih lebih bersifat teoritis, menanyakan masalah-masalah yang berhubungan dengan berbagai tugas berbicara. Tidak berbeda dengan tes tingkat ingatan, tes tingkat pemahaman pun dapat pula dimaksudkan untuk mengungkapkan kemampuan pemahaman siswa secara lisan. Contoh tugas yang lain misalnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berdasarkan pemahaman siswa terhadap susunan gambar yang disediakan.
2.1.6.3 Tes Kemampuan Berbicara Tingkat Penerapan
Tes kemampuan berbicara pada tingkat penerapan tidak lagi bersifat teoritis, melainkan menghendaki siswa untuk praktik berbicara. Tes tingkat ini menuntut siswa untuk mampu menerapkan kemampuan berbahasanya untuk berbicara dalam situasi dan masalah tertentu untuk keperluan berkomunikasi. Untuk mengungkapkan kemampuan berbicara siswa tingkat penerapan, kita dapat memilih pembicaraan dalam berbagai situasi dan berbagai subjek melalui bentuk permainan simulasi. Dengan simulasi, situasi pembicaraan seperti halnya dalam kehidupan nyata tertentu dapat diciptakan. Cara untuk mengungkapkan kemampuan berbicara siswa yang lain, misalnya setelah siswa diajar pola-pola struktur atau ungkapan-ungkapan yanga biasa dipergunakan dalam situasi pembicaraan tertentu, siswa diminta untuk mempraktekkannya dalam situasi pembicaraan yang konkrit.
2.2 Menanggapi Informasi
2.2.1 Pengertian Menanggapi Informasi
Sebelum menyimpulkan pengertian dari menangapi informasi maka terlebih dulu penulis mencari pengertian dari kata menanggapi dan informasi.download ptk bahasa indonesia smp doc
2.2.1.1 Pengertian Menanggapi
Berdasarkan KBBI edisi keempat (2008), menanggapi adalah menyambut dan memerhatikan (ucapan, kritik, komentar, cinta dan sebagainya dari orang lain). Kata menanggapi berasal dari kata tanggap yang berarti segera mengetahui dan memerhatikan sungguh-sungguh.
Dalam penelitian ini, tanggapan yang dimaksud adalah berupa keterampilan berbicara di depan umum dengan tujuan khusus berbicara untuk merundingkan (berupa dukungan atau kritik).
2.2.1.2 Pengertian Informasi
Dalam KBBI edisi keempat (2008), informasi yang berasal dari kata info memiliki arti penerangan atau pemberitahuan.
Mengutip pendapat beberapa penulis dari artikel “Definisi Informasi 2” yang ditulis Rahmat:
Gordon B. Davis berpendapat bahwa informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang.
Penulis lain, Burch dan Strater, menyatakan: informasi adalah pengumpulan atau pengolahan data untuk memberikan pengetahuan atau keterangan. Sedangkan George R. Terry, Ph. D. menyatakan bahwa informasi adalah data yang penting yang memberikan pengetahuan yang berguna.
Jadi, secara umum informasi adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang atau yang akan datang.
Dapat disimpulkan, menanggapi informasi adalah sebuah kegiatan menyambut dan memerhatikan data yang berisikan pengetahuan atau keterangan. Bentuk informasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa artikel dari media cetak atau media elektronik serta informasi yang berupa tuturan. Sedangkan kegiatan menanggapi berupa tuturan langsung atau keterampilan berbicara di depan umum.
2.2.2 Jenis-jenis Tanggapan
Tanggapan adalah sambutan terhadap ucapan, dapat berupa kritik, komentar atau dukungan. Oleh karena itu, jenis-jenis tanggapan secara umum ada dua yang berupa tanggapan berisikan dukungan dan kritik.
2.2.2.1 Jenis Tanggapan Berupa Dukungan
Dukungan biasa disebut juga sebagai sokongan atau bantuan. Tujuan utama adalah untuk mendukung sesuatu berdasarkan alasan tertentu. Dalam menanggapi informasi, dukungan yang diperoleh biasanya digunakan untuk memperkuat sebuah tindakan, menambah pertimbangan untuk membuat keputusan atau kebijakan.
2.2.2.2 Jenis Tanggapan Berupa Kritik
Dalam KBBI edisi keempat, kritik adalah sebuah kecaman, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik-buruk terhadap suatu hasil karya. Sebuah informasi tidak akan luput dari dukungan dan kritik, karena informasi adalah hasil pemikiran manusia. Jadi, tidak selamanya informasi yang ada ditanggapi dengan baik oleh semua orang. Peran kritik pun tidak selamanya buruk, ada istilah „kritik membangun yang artinya memberi pendapat agar menjadi lebih baik lagi. Adapun istilah „kritik pedas, yaitu kritik yang berupa kecaman keras.
2.3 Strategi Pembelajaran
2.3.1 Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran menurut Arthur L. Costa (1985) seperti yang dikutip Rustaman (2003:3) merupakan pola kegiatan pembelajaran berurutan yang diterapkan dari waktu ke waktu dan diarahkan untuk mencapai suatu hasil belajar siswa yang diinginkan.
Subiyanto (1990:17), menyatakan strategi pembelajaran juga untuk mencapai komponen yang ada dalam pembelajaran. Komponen pembelajaran tersebut ialah tujuan, model dan evaluasi.
Di lain pihak, Dick dan Carey (1985), menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang dihunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.download ptk bahasa indonesia smp doc
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kegiatan ini meliputi: pemilihan model, pendekatan dan metode, pemilihan format, yang dipandang mampu memberikan pengalaman yang berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Penelitian ini akan menggunakan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran khusus dan kategori hasil belajar yang akan dicapai meliputi: keterampilan intelektual, informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap (Kardi, 2003a:5 dalam Trianto) dalam penilaian psikomotor.
2.3.2 Kriteria Memilih Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan gabungan dari beberapa metode dan teknik pembelajaran. Berdasarkan Akhmadi (1990: 21-22), dalam pemilihan strategi pembelajaran atau gabungan dari teknik dan metode belajar-mengajar harus berdasarkan pada tujuan dan materi yang telah ditetapkan pada satuan¬satuan belajar.
Dalam keterampilan berbicara, keterlibatan intelektual-emosional siswa dapat dipolakan antara lain dalam:
e) bermain peran,
f) berbagai jenis diskusi,
g) wawancara,
h) bercerita,
i) berpidato,
j) laporan lisan,
k) membaca nyaring,
l) merekan bicara,
m)bermain drama.
Sedangkan dalam strategi pengajaran, dapat dikatakan bahwa pemakaian beberapa teknik dipandang lebih menguntungkan daripada hanya menggunakan satu teknik saja. Dalam hal pendekatan pun dapat digunakan secara bervariasi antara pendekatan terkontrol dan pendekatan bebas. Kedua pendekatan ini dapat diberlakukan pada sejumlah teknik yang dikehendaki.
a) Berbicara terpimpin:
(i) frase dan kalimat (efektif),
(ii) satuan paragraf,
(iii)dialog,
(iv)pembacaan sajak atau puisi.
b) Berbicara semi terpimpin:
(i) reproduksi cerita,
(ii) cerita berantai,
(iii)menyusun kalimat dalam pembicaraan atau cerita, (iv)melaporkan isi bacaan atau cerita secara lisan.
c) Berbicara bebas:
(i) diskusi,
(ii) drama,
(iii)wawancara,
(iv)berpidato,
(v) bermain peran.
2.4 Quantum Thinking
2.4.1 Pengertian Quantum Thinking
Meskipun dinamakan pembelajaran kuantum, falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum tidaklah diturunkan atau ditransformasikan secara langsung dari fisika kuantum yang sekarang sedang berkembang pesat. Jika ditelaah atau dibandingkan secara cermat, istilah kuantum yang melekat pada istilah pembelajaran ternyata tampak berbeda dengan konsep kuantum dalam fisika kuantum. Walaupun ada sedikit kemiripannya. Kemiripannya terutama terlihat dalam konsep kuantum.
Dalam ilmu fisika, Christina Lombardo Ray, PCC, CPCC (2010) dalam artikelnya berpendapat bahwa salah satu cara untuk mendefinisikan berpikir kuantum adalah menggunakan tubuh dan pikiran untuk mempertimbangkan pilihan dan ide-ide di luar alam logika dan alasan.
Sementara itu, dalam pandangan DePorter (2004:16), istilah kuantum bermakna “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya” dan istilah pembelajaran kuantum bermakna “interaksi-teraksi yang mengubah energi menjadi cahaya karena semua kehidupan adalah energi”. Hal ini makin tampak bila disimak pernyataan DePorter bahwa “Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum adalah massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Mungkin Anda sudah pernah melihat persamaan ini ditulis sebagai E=mc2. Tubuh
kita secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya”.
C.CONTOH PTK BAHASA INDONESIA SMP TERBARU DOC
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Metode Penelitian
Dalam konteks pekerjaan guru maka penelitian tindakan yang dilakukannya disebut Penelitian Tindakan Kelas, dengan demikian Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan belajar yang diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut. Tindakan yang secara sengaja dimunculkan tersebut diberikan oleh guru atau berdasarkan arahan guru yang kemudian dilakukan oleh siswa.
Dalam hal ini, arti ‘kelas’ tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik, yaitu kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama juga (Suharsimi: 2005).
Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan kelas seperti dinyatakan sebelumnya, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Namun perlu diketahui bahwa tahapan pelaksanaan dan pengamatan sesungguhnya dilakukan secara bersamaan.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas 9.9 SMPN ...... tahun ajaran 2010/2011. Kelas X-7 dengan jumlah siswa 49 orang; 25 perempuan dan 24 laki-laki. Subjek penelitian tersebut awalnya dipilih secara acak karena kompetensi di seluruh Kelas 9 rata-rata sama. Setelah itu dilakukan wawancara dengan guru bahasa Indonesia, wali kelas dan siswa tentang permasalahan yang ada dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas tersebut.
3.3 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) studi pendahuluan,
b) perencanaan pelaksanaan tindakan,
c) pelaksanaan penelitian,
d) observasi,
e) refleksi.
3.3.1 Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan diawali dengan wawancara dengan guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Cibitung, tentang kesulitan yang ada pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas 9.9. Setelah mendapatkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa nilai keterampilan berbicara dalam psikomotorik kurang memuaskan.
Kegiatan berikutnya adalah observasi pendahuluan, kajian pustakan, membuat rancangan perbaikan pembelajaran, lalu membuat proposal penelitian dan instrumen penelitian.
3.3.2 Perencanaan Tindakan
Setelah mendapatkan izin melakukan penelitian, peneliti diberikan izin untuk mengajar di kelas yang sebelumnya sudah didiskusikan yaitu Kelas 9.9. Selama proses mengajar peneliti melakukan perencanaan terhadap standar kompetensi yang akan diperbaiki yaitu mengungkapkan komentar terhadap informasi dari berbagai sumber. Perencanaan tersebut diawali dengan pertanyaan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
3.3.3 Pelaksanaan Tindakan download ptk bahasa indonesia smp doc
Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan, yaitu implementasi atau penerapan isi rencana tindakan di kelas yang diteliti. Setelah cukup mengetahui keadaan kelas dan berkomunikasi secara alamiah selayaknya guru, selanjutnya peniliti menerapkan tindakan dalam siklus pertama dan jika indikator belum terpenuhi, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.
3.3.3.1 Struktur Siklus Penelitian
Adapun rencana model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut ini.
3.3.4 Pengamatan Terhadap Tindakan
Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat (baik oleh orang lain maupun guru sendiri). Kegiatan pengamatan ini tidak terpisah dengan pelaksanaan tindakan karena pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Pengamat dalam penelitian ini adalah rekan dari peneliti yang berpengalaman dalam bidang keterampilan berbicara. Selain mengamati kegiatan belajar-mengajar, pengamat juga menilai keterampilan siswa dalam berbicara.
3.3.5 Refleksi Terhadap Tindakan
Tahap ke-4 ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah "refleksi" dari kata bahasa Inggris reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pemantulan. Kegiatan refleksi ini sebetulnya lebih tepat dikenakan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Inilah inti dari penelitian tindakan, yaitu ketika guru pelaku tindakan mengatakan kepada peneliti pengamat tentang hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagian mana yang belum.
Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun, dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Apabila dikaitkan dengan "bentuk tindakan" sebagaimana disebutkan dalam uraian ini, maka yang dimaksud dengan bentuk tindakan adalah siklus tersebut. Jadi bentuk penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan tunggal tetapi selalu berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus.
Tujuan siklus I hingga siklus II bertujuan untuk perbaikan pelaksanaan belajar mengajar berbicara dalam upaya peningkatan kemampuan menanggapi informasi pada siswa. Perbedaan antara setiap siklus adalah perubahan model pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran dan media pembelajaran pada setiap siklus, namun dengan tetap menggunakan strategi Quantum Thinking.
3.4 Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data-data, peniliti menggunakan beberapa teknik penelitian, yaitu :
3.4.1 Teknik Wawancara
Wawancara ialah suatu bentuk komunikasi verbal, semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Wawancara penulis lakukan kepada guru bahasa dan sastra Indonesia Kelas 9.9 SMPN 2 ............pada saat studi pendahuluan dengan tujuan untuk mengetahui situasi awal dan permasalahan yang dihadapi siswa dalam ketarampilan berbicara menanggapi informasi.
3.4.2 Teknik Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Observasi juga dilakukan bila belum banyak keterangan yang dimiliki tentang masalah yang kita selidiki. Melalui observasi ini diharapkan dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai permasalahan yang dihadapi berikut jalan keluar untuk memecahkan permasalah tersebut.
3.4.3 Teknik Tes
Tes ini dilakukan untuk mengambil data berupa informasi mengenai hasil belajar siswa. Penilaian hasil evaluasi yang diambil berupa hasil tes praktik (unjuk kerja).
3.4.4 Teknik Angket
Angket adalah alat penelitian berupa daftar pertanyaan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah responden. Penyebaran angket ini dilakukan sebelum tindakan dan setelah seluruh tindakan dilakukan.
3.4.5 Teknik Catatan Lapangan
Catatan lapangan berisi deskripsi pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru. Catatan ini dibuat setelah proses pembelajaran berakhir. Guru mencatat peristiwa yang terjadi di kelas selama pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan berfungsi untuk mengamati dan mencatat perilaku siswa dan perkembangannya dalam pembelajaran menanggapi informasi dengan menggunakan strategi Quantum Thinking.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
3.5.1 Pedoman Wawancara
Terdiri atas 12 pertanyaan tentang kegiatan belajar mengajar khususnya dalam keterampilan berbicara.
3.5.2 Pedoman Observasi
Pedoman observasi kelas yang berbentuk cheklist dan uraian terbuka jika perlu untuk ditambah. Pedoman tersebut diisi oleh pengamat untuk dijadikan bahan refleksi dan menentukan tindakan berikutnya.
3.5.3 Pedoman Angket
Terdiri atas lima pertanyaan pilihan dan satu uraian terbuka.
3.5.4 Pedoman Tes Kemampuan
3.5.4.1 Pedoman Proses Unjuk Kerja
Untuk menilai proses, peneliti mengambil pedoman penskoran dari buku Tes Bahasa karya Prof. Dr. M. Soenardi Djiwandono dengan sedikit perubahan dalam komponen penilaian. Perubahan tersebut terdapat dalam indikator atau unsur kemampuan sistematis. Peniliti mengubahnya menjadi unsur kemampuan terkait karena lebih sesuai dengan prinsip berbicara yang diungkap Tarigan yaitu ekspresi lisan cenderung ke arah kurang berstruktur, lebih sering berubah-ubah, tidak tetap serta cara kerja otak yang bercabang.
Pedoman penskoran proses unjuk kerja yang berbentuk checklist tersebut bertujuan untuk menilai tingkat kemahiran siswa dalam berbicara. Dalam pedoman tersebut terdapat empat unsur dan empat tingkat kemahiran. Skala nilai 70-85.
3.5.4.2 Pedoman Ekspresi Unjuk Kerja
Berdasarkan lembar peraga yang dibuat oleh Depertemen Pendidikan Nasional dengan judul Teknik Penilaian Kelas, pedoman penskoran ekspresi unjuk kerja yang berbentuk checklist dibagi dengan tiga kriteria, yaitu ekspresi fisik, vokal, dan verbal. Skala nilai 1-10.
Untuk menentukan nilai akhir, nilai proses dan ekspresi digabungkan. Skor maksimal dari dua penilaian itu adalah 95.
3.6 Pengolahan Data
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah mengacu pada hasil observasi, wawancara, angket, dan tes. Bentuk tes berupa tes praktik unjuk kerja dengan dua penilaian yaitu proses dan ekspresi.
3.6.2 Analisis Data
Analisis data diwakili oleh momen refleksi putaran penelitian tindakan. Dengan melakukan refleksi peneliti akan memiliki wawasan otentik yang akan membantu dalam menafsirkan datanya, karena dalam menganalisis data sering seorang peserta penelitian tindakan menjadi terlalu subjektif. Oleh karena itu, usaha triangulasi dilakukan dengan mengacu pendapat atau persepsi orang lain (observer/pengamat).
Langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam mengolah data hasil penelitian menjadi angka (nilai) adalah sebagai berikut.
a) Memeriksa hasil tes unjuk kerja siswa dengan berpedoman pada pedoman penskoran proses dan ekspresi berbicara. Langkah ini dilakukan oleh pengamat.
b) Menyusun daftar pemerolehan skor tiap siswa.
(i) Penilaian Proses: Skala penilaian 70-85. x Skor satu poin dari tingkat 4 adalah 21.25. x Skor satu poin dari tingkat 3 adalah 20. x Skor satu poin dari tingkat 2 adalah 18.75. x Skor satu poin dari tingkat 1 adalah 17.5.
(ii) Penilaian Ekspresi: (skala penilaian 1-10) x Setiap satu komponen mendapatkan satu poin.
c) Mengubah skor mentah menjadi nilai baku dengan penggabungan dua penilaian (skala 1-95).
PP + PE = Skor Akhir
d) Menghitung nilai rata-rata kelas dengan rumus
X N
e) Merefleksikan data-data hasil obeservasi, catatan, dan angket.
f) Menarik kesimpulan dan saran.
D.PTK SMP MAPEL BAHASA INDONESIA KURTILAS
DAFTAR PUSTAKA
A’la, Miftahul. (2010). Quantum Teaching. Jogjakarta: Diva Press.
AR, Syamsuddin dan Damaianti, Vismaya S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan
Bahasa. Bandung: Rosda.
Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta:
Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Teknik Penilaian Kelas. [Online]. Tersedia:
sarwanto.staff.uns.ac.id/files/2009/03/penilaian-kelas1.ppt [20 Maret 2011]
DePorter, Bobbi. (2005). Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
DePorter, Bobbi. (2009). Quantum Thingker: Melatih Otak Berpikir Efktif dan Kreatif.
Bandung: Kaifa.
Djiwandono, Soenardi.M.(1996).Tes Bahasa dalam Pengajaran.Bandung:ITB.
Djiwandono, Soenardi.M.(2008).Tes Bahasa (Pegangan Bagi Pengajar Bahasa).Jakarta:
PT.Indeks.
Herpertiwi. (2009). Teknik Pembelajaran. [Online]. Tersedia:
http://blog.unila.ac.id/herpratiwi/2009/08/22/teknik-pembelajaran/ [16 Desember
2010]
Jensen, Eric. (2007). Rahasia Otak Cemerlang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Jensen, Eric. (2008). Brain-Based Learning: Pembelajaran Berbasis Kemampuan
Otak.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
84
M.A. Muhaimin, Sutiha, dan Prabowo. S.L. (2008). Pengembangan Model Kurikulum
Tingkat satuan pendidikan pada Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ma’mur, Jamal.(2010).Tips Efektif Aplikasi KTSP di Sekolah. Jogjakarta: Bening.
Sugiyono. (2007).Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.
Sulislana, Rudi. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Rosda.
Tarigan, Henry.G. (1981). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Tim Penyusun Kamus. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta:
Balai Pustaka.
Trianto.(2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
UPI. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia. UPI
Bandung: tidak diterbitkan.
Utomo, Yunanto Wiji. (2011, 21 Maret). PLTN di Indonesia Tidak Harus Dibatalkan. Kompas
Widyastantyo. H. (2009). “Penerapan Metode Quantum Learning Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA (Sains) Bagi Siswa Kelas V SD Negeri Kebonsari Kabupaten Temanggung”. [Online].Tersedia:
Terima kasih telah berkunjung di Musiyanto Blog yang membahas CONTOH PTK BAHASA INDONESIA TERBARU- ini dapat membantu Anda dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan cara mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.