Jumat, 11 September 2020

CONTOH PTS KEPALA SEKOLAH SD SUPERVISI KOLABORATIF

CONTOH PTS KEPALA SEKOLAH SD SUPERVISI KOLABORATIF-Berdasarkan pembahasan dalam penelitian mengenai penerapan pendekatan supervisi kolaboratif untuk meningkatkan kompetensi profesional guru di SDN 04 ...........Kecamatan .............. dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut: 1) Proses supervisi dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif secara spesifik terdiri dari tahap pra-supervisi kolaboratif, supervisi kolaboratif dan pasca-supervisi kolaboratif. Proses supervisi dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif mengalami perkembangan dari siklus I ke siklus II. Peningkatan kompetensi profesional guru di SDN 04 .... Kecamatan ................dari pra-siklus ke siklus I sebesar 27,08 poin. download pts sd lengkap doc


Rata-rata kompetensi profesional guru pada pra-siklus sebesar 45,83 dengan kriteria kurang dan pada siklus I sebesar 72,92 dengan kriteria cukup. Kompetensi profesional guru juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 15 poin. Rata-rata kompetensi profesional guru pada siklus II sebesar 87,92 dengan kriteria baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional guru di SDN 04 ..... Kecamatan ...... dapat ditingkatkan melalui penerapan pendekatan supervisi kolaboratif.

Laporan penelitian tindakan sekolah ini  yang diberi judul “ UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENI PROFESIONAL GURU DI SDN 04 ..... KECAMATAN ...... KABUPATEN ............... MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN SUPERVISI KOLABORATIF TH.20../20..”, untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam kenaikan tingkat dari IV a ke IV b. Disini akan di bahas lengkap.

PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan file .. lengkap dalam bentuk word dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTS dapat (SMS/WA/TM ke 081-7283-4988 dengan Format PESAN  PTS 020 ).

1.DOWNLOAD PTS TERBARU DOC KURIKULUM 2013

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Profesionalisme seorang guru terlihat dari kompetensinya sebagai seorang guru yang terdiri dari kompetensi pedagogik, profesional, keperibadian dan sosial. Salah satu dimensi kompetensi guru sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru adalah kompetensi profesional. Dengan Permendiknas tersebut berarti seorang guru harus kompeten dalam melakukan kinerja profesionalnya. Kompetensi profesional guru menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 terdiri dari kemampuan guru dalam: (1) menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; (2)  menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/ bidang pengembangan yang diampu; (3) mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; dan (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. download pts sd lengkap doc

Efektivitas pelaksanaaan kinerja profesional guru sangat bergantung pada kompetensi kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya diantaranya dalam melakukan supervisi akademik. Untuk melaksanakan supervisi akademik, kepala sekolah sebagai supervisor dan penanggungjawab kegiatan di sekolah harus mampu menyusun program, melaksanakan, dan melakukan tindak lanjut supervisi akademik di sekolah yang dipimpinnya. Pelaksanaan supervisi akademik yang baik oleh kepala sekolah akan menghasilkan kompetensi guru dalam memfasilitasi pembelajaran yang baik pula. Selanjutnya, pembelajaran yang dilaksanakan dengan baik akan berdampak pada peningkatan prestasi siswa. Dengan demikian, keberhasilan siswa dalam pembelajaran sangat bergantung pada kemampuan guru dalam memfasilitasi pembelajaran dan kompetensi kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik.

Kompetensi supervisi akademik kepala sekolah terdiri dari tiga aspek yaitu kompetensi dalam menyusun program, melaksanakan, mengevaluasi dan menindaklanjuti temuan-temuan ketika melaksanakan supervisi akademiknya. Program supervisi akademik yang harus disusun oleh seorang kepala sekolah merupakan pedoman atau acuan dalam melaksanakan supervisi akademik. Selain itu, program supervisi akademik juga dapat mengembangkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran secara efektif. Dari hasil pelaksanaan supervisi akademik, kepala sekolah juga harus mampu merefleksi kinerjanya dan melaksanakan tindak lanjut sebagai umpan balik yang sangat berguna untuk peningkatan kualitas baik bagi siswa, guru, maupun dirinya yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolahnya. 

Berdasarkan hasil refleksi diri yang telah dilakukan oleh peneliti sebagai kepala sekolah, selama ini kepala sekolah melaksanakan tugas supervisi akademiknya dengan menerapkan pendekatan supervisi langsung secara individual, dengan cara mendatangi guru yang sedang bertugas, mengamati kinerjanya dan melakukan penilaian. Pendekatan supervisi individual ini tidak terlalu efektif untuk meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan tugasnya khususnya yang berkaitan dengan kompetensi profesionalnya. Hasil kajian empirik yang peneliti lakukan terhadap guru-guru di SDN 04 Embuan Kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat menunjukkan bahwa kompetensi profesional guru masih rendah terutama pada kompetensi guru dalam mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. Rata-rata kemampuan guru dalam mengembangkan materi pembelajaran yang diampunya berdasarkan penilaian kinerja guru terhadap 6 orang guru sampling di SDN 04 Embuan Kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1.1
Kompetensi Guru dalam Mengembangkan Materi Pembelajaran

No Aspek Rara-rata Nilai
Skala 100 Skala 4
1 Keterurutan 46,67 1,87
2 Keberjenjangan 45,00 1,80
3 Kedalaman 38,33 1,53
4 Keluasan 53,33 2,13
Rata-rata 45,83 1,83

Hasil analisis data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kompetensi guru dalam mengembangkan materi pembelajaran yang diampu masih pada kategori sedang yaitu indeks rata-rata 1,83 atau 45,83. Hasil refleksi terhadap temuan tersebut menunjukkan bahwa faktor yang menyebabkan masih rendahnya kompetensi guru tersebut diduga disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yang diduga mempengaruhi rendahya kompetensi profesional guru antara lain:
1. Guru belum memahami teknik pengembangan materi pembelajaran;
2. Guru tidak melakukan analisis materi pembelajaran sebelum mengembangkan bahan ajar atau materi pembelajaran; dan
3. Kurangnya motivasi diri guru untuk melakukan kinerja profesionalnya dengan baik.

Faktor eksternal yang diduga mengakibatkan rendahnya kompetensi profesional guru adalah pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah yang lebih bersifat menilai. Idealnya, supervisi dilaksanakan secara kolegial, tidak menggurui, bersifat kemitraan dan pendampingan, serta dilakukan melalui diskusi dan curah pendapat secara terbuka dan fleksibel untuk membantu guru merefleksi kinerjanya dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Salah satu pendekatan yang mengedepankan kemitraan atau rekan kerja antara kepala sekolah sebagai supervisor akademik dan guru sebagai orang yang disupervisi, lebih bersifat mendampingi melalui diskusi dan curah pendapat secara terbuka dan fleksibel serta memiliki tujuan yang jelas untuk membantu guru berkembang menjadi tenaga-tenaga profesional melalui kegiatan-kegiatan reflektif adalah pendekatan supervisi kolaboratif.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, untuk mengatasi masalah rendahnya kompetensi profesional guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya, maka diterapkan tindakan berupa pendekatan supervisi yang belum pernah dilakukan sebelumnya yaitu pendekatan supervisi kolaboratif. Tindakan tersebut selanjutnya diteliti melalui penelitian tindakan sekolah yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru di SDN 04 Embuan Kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat melalui Penerapan Pendekatan Supervisi Kolaboratif”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perkembangan proses supervisi kolaboratif untuk meningkatkan kompetensi profesional guru di SDN 04 Embuan Kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat? 
2. Bagaimanakah peningkatan kompetensi profesional guru di SDN 04 Embuan Kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat setelah diterapkan pendekatan supervisi kolaboratif? 

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan sekolah yang telah dilaksanakan ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. Perkembangan proses supervisi kolaboratif untuk meningkatkan kompetensi profesional guru di SDN 04 Embuan Kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat.
2. Peningkatan kompetensi profesional guru di SDN 04 Embuan Kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat setelah diterapkan pendekatan supervisi kolaboratif

2.PTS SUPERVISI KOLABORATIF UNTUK KEPALA SD

BAB II
LANDASAN TEORI


A. Pendekatan Supervisi Kolaboratif
Istilah supervisi berasal dari dua kata, yaitu “super” dan “vision”. Dalam Webster’s New World Dictionary istilah super berarti “higher in rank or position than, superior to (superintendent), a greater or better than others” (199:1343) sedangkan kata vision berarti “the ability to perceive something not actually visible, as through mental acuteness or keen foresight (199:1492). Berdasarkan pengertian di atas, supervisi merupakan pemantauan yang dilakukan oleh seorang atasan (supervisor) terhadap bawahannya dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja bawahannya.download pts sd word

Perumusan atau pengertian supervisi dapat dijelaskan dari berbagai sudut pandang, baik menurut asal usul (etimologi), bentuk perkataannya, maupun isi yang terkandung di dalam perkataanya itu (semantic). Secara etimologis, supervisi menurut Wajowasito dan Poerwadarminta yang dikutip oleh Ametembun (1993:1) Supervisi dialihbahasakan dari perkataan inggris “Supervision” artinya pengawasan’. Pengertian supervisi secara etimologis masih menurut Ametembun (1993:2), menyebutkan bahwa dilihat dari bentuk perkataannya, supervisi terdiri dari dua buah kata super + vision : Super = atas, lebih, Vision = lihat, tilik, awasi. Makna yang terkandung dari pengertian tersebut, bahwa seorang supervisor mempunyai kedudukan atau posisi lebih dari orang yang disupervisi, tugasnya adalah melihat, menilik atau mengawasi orang-orang yang disupervisi.

Para ahli dalam bidang administrasi pendidikan memberikan kesepakatan bahwa supervisi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang memfokuskan diri pada pengkajian peningkatan situasi pembelajaran, seperti yang diungkapkan oleh (Gregorio, 1966, Glickman, 1990, Sergiovanni, 1993 dan Gregg Miller, 2003). Hal ini diungkapkan pula dalam tulisan Asosiasi Supervisi dan Pengembangan Kurikulum di Amerika (Association for Supervision and Curriculum Development, 1987:129) yang menyebutkan sebagai berikut:

Almost all writers agree that the primary focus in educational supervision is-and should be-the improvement of teaching and learning. The term instructional supervision is widely used in the literature of embody all effort to those ends. Some writers use the term instructional supervision synonymously with general supervision.

Supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah, tentu memiliki misi yang dan tujuan tertentu. Dalam hal ini supervisi lebih ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada guru dalam melakukan kinerja profesionalnya secara efektif dan efisien serta mengembangkan mutu pembelajaran. Dalam konteks pengawasan mutu pendidikan, maka supervisi oleh kepala sekolah antara lain kegiatannya berupa pengamatan secara intensif terhadap proses pembelajaran di sekolah, kemudian ditindak lanjuti dengan pemberian feed back (Razik, 1995: 559). Hal ini sejalan pula dengan pandangan Drake (1980:278) yang menyebutkan bahwa supervisi adalah suatu istilah yang sophisticated, sebab hal ini memiliki arti yang luas, yakni identik dengan proses manajemen, administrasi, evaluasi dan akuntabilitas atau berbagai aktivitas serta kreativitas yang berhubungan dengan pengelolaan sekolah.
Rifa’i (1992:20) merumuskan istilah supervisi merupakan pengawasan profesional, sebab hal ini di samping bersifat lebih spesifik juga melakukan pengamatan terhadap kegiatan akademik yang mendasarkan pada kemampuan ilmiah, dan pendekatannya pun bukan lagi pengawasan manajemen biasa, tetapi lebih bersifat menuntut kemampuan profesional yang demokratis dan humanistik oleh para pengawas pendidikan.download pts sd word

Gregorio (1966)  mengemukakan bahwa ada lima fungsi utama supervisi, yaitu: sebagai inspeksi, penelitian, pelatihan, bimbingan dan penilaian. Fungsi inspeksi antara lain berperan dalam mempelajari keadaan dan kondisi sekolah, dan pada lembaga terkait, maka tugas seorang supevisor antara lain berperan dalam melakukan penelitian mengenai keadaan sekolah secara keseluruhan baik pada kepala sekolah, guru, siswa, kurikulum tujuan belajar maupun metode mengajar, dan sasaran inspeksi adalah menemukan permasalahan dengan cara melakukan observasi, interview, angket, pertemuan-pertemuan dan daftar isian.

Fungsi penelitian adalah mencari jalan keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi, dan penelitian ini dilakukan sesuai dengan prosedur ilmiah, yakni merumuskan masalah yang akan diteliti, mengumpulkan data, mengolah data, dan melakukan analisis guna menarik suatu kesimpulan atas apa yang berkembang dalam menyusun strategi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Fungsi pelatihan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan keterampilan kepala sekolah dalam suatu bidang. Dalam pelatihan diperkenalkan kepada yang disupervisi cara-cara baru yang lebih sesuai dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran, dan jenis pelatihan yang dapat dipergunakan antara lain melalui demonstrasi mengajar, workshop, seminar, observasi, individual dan group conference, serta kunjungan supervisi. Fungsi bimbingan sendiri diartikan sebagai usaha untuk mendorong guru baik secara perorangan maupun kelompok agar mereka mau melakukan berbagai perbaikan dalam menjalankan tugasnya. Kegiatan bimbingan dilakukan dengan cara membangkitkan kemauan, memberi semangat, mengarahkan dan merangsang untuk melakukan percobaan, serta membantu menerapkan sebuah prosedur yang baru. Fungsi penilaian adalah untuk mengukur tingkat kemajuan yang diinginkan, seberapa besar telah dicapai dan penilaian ini dilakukan dengan beragai cara seperti tes, penetapan standar, penilaian kemajuan belajar siswa, melihat perkembangan hasil penilaian sekolah serta prosedur lain yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan
.
Dalam menjalankan tugasnya kepala sekolah, ia bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Untuk melakukan supervisi diperlukan kelebihan yang dapat melihat dengan tajam terhadap permasalahan peningkatan mutu pendidikan, menggunakan kepekaan untuk memahaminya dan tidak hanya sekedar menggunakan penglihatan mata biasa. Ia membina peningkatan mutu akademik melalui penciptaan situasi belajar yang lebih baik, baik dalam hal fisik maupun lingkungan nonfisik.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa supervisi pendidikan merupakan pembinaan guru oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah untuk memperbaiki dan meningkatkan proses dan prestasi yang dibinanya. Keberhasilan kegiatan supervisi sangat bergantung pada pendekatan yang diterapkan. Nolan (2011) merinci pendekatan supervisi menjadi tiga jenis yaitu: 1) Pendekatan langsung (direktif): Pendekatan langsung adalah pendekatan supervisi oleh supervisor dengan memberikan arahan secara langsung dalam merespon stimulus dari orang yang disupervisi. 

Pendekatan langsung dapat dilakukan melalui kegiatan menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberi contoh, menetapkan tolak ukur dan menguatkan. 2) Pendekatan tidak langsung (nondirektif): Pendekatan tidak langsung adalah pendekatan supervisi oleh supervisor dengan memberikan arahan secara tidak langsung dalam merespon stimulus dari orang yang disupervisi. Pendekatan ini memberikan kesempatan yang leluasa kepada orang yang disupervisi untuk mengutarakan masalahnya. Pendekatan tidak langsung dapat dilakukan melalui kegiatan mendengarkan, memberi penguatan, menjelaskan, menyajikan dan memecahkan masalah. 3) Pendekatan kolaboratif: Pendekatan kolaboratif merupakan gabungan antara pendekatan langsung dan tidak langsung. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang baru yang memungkinkan supervisor dan yang disupervisi untuk bersama-sama sepakat dalam menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses supervisi. Pendekatan kolaboratif dapat dilakukan melalui kegiatan menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, menyajikan, memecahkan masalah, dan negosiasi.

Pendekatan supervisi kolaboratif dilaksanakan oleh supervisor dengan berbagi tanggung jawab dengan orang yang disupervisi. Dengan demikian, pada saat kepala sekolah melaksanakan supervisi kolaboratif, maka kepala sekolah berbagi tanggung jawab dengan guru. Tugas supervisi oleh kepala sekolah dalam supervisi kolaboratif adalah mendengarkan dan memperhatikan secara cermat keluhan guru terhadap masalah perbaikan, peningkatan, dan pengembangan kinerjanya. Dalam pendekatan supervisi kolaboratif, kepala sekolah dapat meminta penjelasan guru terhadap hal-hal yang kurang dipahaminya. Selanjutnya, kepala sekolah mendorong guru untuk mengaktualisasikan pemikiran bersama dalam praktik nyata pemecahan masalah yang berkaitan dengan tugas guru (Glickman, 1984).pts sd tentang supervisi

Beberapa pakar supervisi mengemukakan bahwa gagasan pendekatan supervisi kolaboratif diilhami oleh gerakan hubungan instansi. Gerakan ini sekaligus merupakan reaksi terhadap praktik model supervisi klasik yang mengatakan bahwa fungsi supervisi adalah untuk mengawasi mutu dengan cara mengarahkan, menunjukkan, mengharuskan, memantau, menilai dan mengajar (Wiles & Lovell, 1975). Dalam praktik supervisi, pendekatan ini disebut juga sebagai supervisi kolegial, kesejawatan atau kolaboratif, yang lebih banyak mengilhamikarya para pakar supervisi klinis.
Flanders (1976) menyatakan bahwa supervisi kolaboratif merupakan supervisi yang berbasis kemitraan antara supervisor dengan yang disupervisi, dimana supervisor berposisi sebagai mitra yang lebih berpengalaman untuk melakukan proses inkuiri dan pemecahan masalah. Lerch (1980) dan Werner (1980) menyatakan bahwa kepala sekolah dalam melaksanakan kinerjanya memiliki harapan untuk berbagi tanggung jawab, sehingga mereka menyimpulkan bahwa pendekatan supervisi kolaboratif akan lebih efektif diterapkan karena adanya kolegialitas antara kepala sekolah sebagai supervisor dan guru dalam memecahkan masalahnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Reavis dan Thompson (1979) yang menyatakan bahwa supervisi harus didasarkan pada kepedulian yang disupervisi, dan bukan pada kepedulian supervisor.

Pemilihan pendekatan supervisi akan sangat tergantung dari karakteristik yang disupervisinya. Jika yang disupervisi berkemampuan dan motivasi rendah cenderung untuk disupervisi dengan pendekatan langsung. Mereka yang telah berhasil mengembangkan kompetensi dan motivasinya cenderung sesuai untuk disupervisi dengan pendekatan kolaboratif. Selanjutnya, jika yang disupervisi memiliki latar belakang pengalaman luas dan kompetensi serta motivasinya tinggi baik dalam bekerjasama maupun bekerja mandiri, maka pendekatan yang sesuai untuk diterapkan adalah pendekatan tidak langsung.

3.PROPOSAL PTS SD TERBARU LENGKAP

BAB III
METODE PENELITIAN


A. Metode dan Model Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dengan model Kemmis dan Mc. Taggart yang merupakan model pengembangan dari model Kurt Lewin. Dikatakan demikian, karena di dalam suatu siklus terdiri atas empat komponen, keempat komponen tersebut, meliputi: (1) perencanaan, (2) aksi/ tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Setelah suatu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri.

Menurut Kemmis dan Mc. Taggart, penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya. Dalam pelaksanaannya, ada kemungkinan peneliti telah mempunyai seperangkat rencana tindakan (yang didasarkan pada pengalaman) sehingga dapat langsung memulai tahap tindakan. Ada juga peneliti yang telah memiliki seperangkat data, sehingga mereka memulai kegiatan pertamanya dengan kegiatan refleksi. Akan tetapi, pada umumnya para peneliti mulai dari fase refleksi awal untuk melakukan studi pendahuluan sebagai dasar dalam merumuskan masalah penelitian. Selanjutnya diikuti perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang dapat diuraikan sebagai berikut.penelitian tindakan sekolah pengawas sd

1. Refleksi Awal 
Refleksi awal dimaksudkan sebagai kegiatan penjajagan yang dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi tentang situasi-situasi yang relevan dengan tema penelitian. Peneliti melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengenali dan mengetahui situasi yang sebenarnya. Berdasarkan hasil refleksi awal, dapat dilakukan pemfokusan masalah yang selanjutnya dirumuskan menjadi masalah penelitian. Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat ditetapkan tujuan penelitian. Sewaktu melaksanakan refleksi awal, paling tidak peneliti sudah menelaah teori-teori yang relevan dengan masalah-masalah yang akan diteliti. Oleh sebab itu, setelah rumusan masalah selesai dilakukan, selanjutnya dirumuskan kerangka konseptual dari penelitian.

2. Penyusunan Perencanaan
Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau mengubah perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari masalah penelitian. Perlu disadari bahwa perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi nyata yang ada.

3. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan yang dilakukan dalam PTS hendaknya selalu didasarkan pada pertimbangan teoretik dan empirik agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal.

4. Observasi (pengamatan)
Kegiatan observasi dalam PTS dapat disejajarkan dengan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini, peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi digunakan karena data yang dikumpulkan melalui teknik observasi.

5. Refleksi
Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan. Dalam kegiatan ini, peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang terkumpul perlu dipelajari kaitan yang satu dengan lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian yang telah ada dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam.
Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTS yaitu untuk memahami proses dan hasil yang terjadi, yaitu berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. Pada hakikatnya, model Kemmis dan Taggart berupa perangkat-perangkat atau untaian dengan setiap perangkat terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang dipandang sebagai suatu siklus.

B. Tempat, Subyek dan Jadwal Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN 04 ...........yang berada di alamat Afdeling 1 PTPN 13 Sungai Dekan, yang memiliki karakteristik bahwa di sekolah ini kepala sekolah selalu melakukan supervisi akademik secara individual, tidak secara kolaboratif padahal karakteristik guru di sekolah ini adalah dapat bekerja secara kolaboratif dan memiliki motivasi untuk selalu merefleksi kinerjanya dan berbagi pengalaman dengan rekan sejawatnya.
2. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah 6 guru di SDN 04 Embuan Kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat yang memiliki karakteristik bahwa kompetensi profesionalnya rendah khususnya dalam mengembangkan materi pembelajaran. Namun, guru di sekolah ini dapat bekerja secara kolaboratif dan memiliki motivasi untuk selalu merefleksi kinerjanya serta berbagi pengalaman dengan rekan sejawatnya.penelitian tindakan sekolah smp lengkap dengan lampiran

4.DOWNLOAD JUDUL PTS SD KURIKULUM 2013

DAFTAR PUSTAKA


Alfonso, RJ., Firth, G.R., dan Neville, R.F.1981. Instructional Supervision, A Behavior System, Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Ali Mohamad, 1987, Pengantar Statistik, Bandung.

Danim, Sudarwan. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1982.  Alat Penilaian Kemampuan Guru: Buku I. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Guru.

Direktorat Tenaga Pendidik – Dirjen PMPTK – Depdiknas RI, 2007,  Supervisi Akademik dalam Peningkatan Profesionalisme Guru,  Jakarta.

Direktorat Tenaga Pendidik – Dirjen PMPTK – Depdiknas RI, 2008, Metode dan Teknik Supervisi, Jakarta.

Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar – Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014, Supervisi Pembelajaran - Bahan Materi Bimbingan Teknis Penguatan Kepala Sekolah , Jakarta.

Glickman, C.D 1995. Supervision of Instruction. Boston: Allyn And Bacon Inc.

Gwynn, J.M. 1961. Theory and Practice of Supervision. New York: Dodd, Mead & Company.

Nolan, J.F. 2011. Teacher Supervision and Evaluation. Wiley: United State of America.

Oliva, Peter F. 1984. Supervision For Today’s School. New York: Longman.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah, Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Jakarta.

Terima kasih telah berkunjung di blog kami yang membahas PTS .Semoga  dapat membantu Anda dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan cara mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.