CONTOH PTK BAHASA INDONESIA KELAS XI TERBARU-Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia kelas XI IPS MAN . . ., keterampilan menulis karangan narasi masih rendah. Hal ini disebabkan oleh motivasi siswa dalam manulis masih kurang dan kemampuan siswa membentuk kalimat-kalimat yang mempunyai kesatuan yang logis dan padu masih minim. Selama ini pembelajaran menulis paragraf narasi yang dilakukan guru masih menggunakan metode ceramah sehingga proses interaksi menjadi monoton. Contoh ptk bahasa indonesia smk pdf Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis paragraf narasi adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions teknik kronologis peristiwa yang diharapkan dapat mempermudah siswa dalam menulis narasi.
Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimanakah kualitas proses pembelajaran menulis paragraf narasi, peningkatan
keterampilan menulis narasi, dan perubahan perilaku siswa kelas XI IPS MAN . .
. setelah mengikuti pembelajaran menulis paragraf narasi dari teks wawancara
dengan model pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions teknik
kronologis peristiwa. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsi
proses pembelajaran menulis karangan narasi, mendeskripsi peningkatan
keterampilan menulis paragraf narasi, mendeskripsi perubahan perilaku siswa
kelas XI IPS MAN . . . setelah mengikuti pembelajaran menulis paragraf narasi
dari teks wawancara dengan model pembelajaran kooperatif tipe explicit
instructions teknik kronologis peristiwa. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi guru dan penyelenggara pendidikan.
Desain
penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas melalui dua tahap, yaitu
siklus I dan siklus II. Tiap siklus terdiri atas proses perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis
paragraf narasi siswa kelas XI IPS. Sumber data yang diperoleh dari penelitian
ini yaitu siswa kelas XI IPS dengan jumlah siswa 21. Teknik pengambilan data
adalah dengan tes dan nontes berupa jurnal observasi, jurnal siswa, jurnal
guru, jurnal wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini diketahui bahwa kualitas proses
pembelajaran menulis paragraf narasi dari teks
wawancara berjalan baik dan lancar meskipun
ada beberapa siswa yang kurang mengikuti pembelajaran tetapi dapat
diatasi oleh peneliti. Selain itu, hasil tes keterampilan menulis narasi
mengalami peningkatan dengan nilai tes prasiklus siswa dari keseluruhan aspek
memperoleh nilai rata-rata sebesar 62,2. Pada siklus I, hasil tes siswa
rata-rata sebesar 68,97. Pada siklus II nilai rata-rata sebesar 79,78, sehingga
terjadi peningkatan sebesar 10,79 atau 15,6%. Hasil tes siklus II tersebut
menunjukan bahwa seluruh siswa kelas XI IPS yang berjumlah 30 siswa dinyatakan
tuntas. Adapun perilaku siswa mengalami perubahan ke arah yang positif. Secara
keseluruhan perubahan tingkah laku siswa yang dinilai dari keaktifan dan sikap
siswa mengalami peningkatan ke arah yang lebih positif yaitu sebesar 14,2 %
dari 75,7% pada siklus I menjadi 86,5% .
Laporan penelitian
tindakan kelas ini membahas BAHASA INDONESIA yang diberi judul "PENINGKATAN
KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI DARI TEKS WAWANCARA DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXPLISIT INSTRUCTIONS TEKNIK RONOLOGIS
PERISTIWA PADA SISWA KELAS XI-IPS MAN ... TAHUN PELAJARAN
2015/2016". Disini
akan di bahas lengkap.
PTK ini bersifat
hanya REFERENSI saja kami tidak
mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang
menginginkan FILE PTK BAHASA INDONESIA KELAS XI SMA lengkap dalam bentuk
MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan
laporan PTK dapat (SMS ke 0817-283-4988 dengan Format PESAN PTK SMA 017).
A.CONTOH PTK BAHASA INDONESIA MAN KELAS XI LENGKAP
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan salah satu hal yang tidak terpisahkan
dari kehidupan manusia. Bahasa adalah keterampilan kecakapan dalam kehidupan
yang berkesinambungan satu sama lain. Bahasa digunakan dan diterapkan dalam
bidang pendidikan, keagamaan, sosial, dan lain sebagainya. Keterampilan
berbahasa mencakup menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat
keterampilan tersebut merupakan keterampilan yang tidak dapat dipisahkan dan
berkesinambungan satu sama lain.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat
penting dalam kehidupan, tidak hanya penting dalam dunia pendidikan, tetapi
juga penting untuk lingkungan masyarakat. Keterampilan menulis ini penting
karena keterampilan menulis sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Keterampilan
menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang
terpelajar. Oleh karena itu, sebagai bangsa yang terpelajar sangat penting
sekali orang Indonesia mempunyai keterampilan menulis. Keterampilan menulis
adalah keterampilan yang kompleks karena keterampilan menulis ini merupakan
suatu proses pengembangan waktu, kesempatan, dan memerlukan cara berpikir yang
teratur untuk mengungkapkanya dalam bentuk bahasa tulis (Tarigan 1987: 4).
Menulis merupakan kegiatan yang aktif dan produktif
serta memerlukan cara berpikir yang teratur yang diungkapkan dalam bahasa
tulis. Menulis yang dimaksud adalah sebagai keterampilan seseorang untuk
mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman. Sebagai
suatu keterampilan yang produktif, menulis dipengaruhi oleh keterampilan
produktif lainya, seperti aspek berbicara maupun keterampilan reseptif yaitu
aspek membaca dan menyimak serta pemahaman kosakata, diksi, keefektifan
kalimat, penggunaan ejaan tanda baca, pemahaman berbagai jenis karangan dan
peruntukanya serta pemahaman berbagai jenis paragraf dan pengembanganya (
Parera dalam Suradi 2001:2)
Menulis tidak ada kaitannya dengan bakat. Menulis
memerlukan latihan yang optimal. Agar dapat terampil dalam menulis, seseorang
harus mempunyai niat untuk menulis. Niat di sini bukan hanya sekadar niat,
tetapi harus diimbangi pula dengan latihan yang terus-menerus tanpa putus asa
sehingga apabila menemui kesulitan tidak langsung menyerah melainkan mencari
solusi dan terus berusaha. Download ptk bahasa indonesia Buanglah rasa malu dan
ragu-ragu dalam menulis dan tetaplah yakin bahwa tulisan tersebut akan
bermanfaat bagi kita dan orang lain tulis (Tarigan 1987: 5).
Dilihat dari aspek menulis, tujuan pengajaran bahasa
Indonesia adalah agar siswa mampu menuangkan pengalaman dan gagasan, mampu
mengungkapkan perasaan secara tertulis dan jelas, mampu pula menuliskan
informasi sesuai pokok bahasan (konteks) dan keadaan (situasi). Siswa harus
peka terhadap lingkungan dan mampu mengungkapkan dalam bentuk prosa maupun
puisi, dan tujuan khusus aspek menulis adalah agar
siswa memiliki kegemaran menulis untuk meningkatkan
pengetahuan dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari ( Parera dalam Suradi
2001: 3)
Namun, dalam praktiknya sering kita menemukan
pembelajaran satu arah dalam pembelajaran menulis, guru sebagai sentral atau
penentu dalam pembelajaran dan siswa bersifat pasif sebagai pendengar ,
sehingga dalam pembelajaran menulis siswa cenderung belum mampu dalam menulis
kalimat yang baik dan benar yang menyebabkan tujuan pembelajaran belum tercapai
serta keadaan ini mengakibatkan pembelajaran menulis menjadi tidak efektif.
Dari hasil pengamatan (observasi) di MAN . . .,
banyak siswa mengeluh karena kurang mampu menyerap informasi pembelajaran
yang diberikan guru, terutama pada pembelajaran menulis. Mereka cenderung belum
mampu menulis dengan kalimat yang baik dan efektif. Hal tersebut menyebabkan
pembelajaran menulis menjadi momok menakutkan bagi siswa serta mengakibatkan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai belum terpenuhi. Hal ini juga dapat
dilihat dari tingkat pencapaian siswa yang masih dibawah KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan yaitu 70.
Siswa cenderung hanya menguasai pengetahuan dasar yang
berupa teori, sehingga dalam praktiknya siswa belum bisa menulis secara nyata.
Hal tersebut menyebabkan tidak tercapainya kompetensi dan tujuan pembelajaran
yang sebenarnya pada siswa MAN . . ..
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran
bahasa dan sastra Indonesia di MAN . . . yang mengajar di kelas XI IPS,
diketahui bahwa kemampuan siswa mengubah teks wawancara menjadi narasi masih
belum optimal. Hal ini diperoleh dari data yang mengungkapkan bahwa rendahnya
tingkat pemahaman siswa mengenai pembelajaran menulis paragraf narasi masih
lemah khususnya dalam indikator kesesuaian isi dengan judul, ejaan dan tanda
baca, kohesi dan koherensi serta kronologis peristiwa. Hal tersebut disebabkan
model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang sesuai dengan kompetensi
dasar sehingga suasana kelas kurang kondusif dan efektif untuk pembelajaran.
Keadaan ini pada akhirnya berdampak pada peserta didik, siswa menjadi malas dan
kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi
narasi. Di samping itu, kurangnya pelatihan dan bimbingan dalam menulis
karangan juga berdampak pada keterampilan menulis siswa.
Strategi dan model pembelajaran yang tidak sesuai
tersebut, memlilki pengaruh besar terhadap keterampilan siswa dalam menulis.
Selain itu, kecenderungan guru hanya memberikan materi tanpa diikuti praktik
yang sebenarnya dalam pembelajaran menulis menjadi awal siswa kurang menguasai
keterampilan menulis yang sebenarnya. Teori memang diperlukan, tetapi praktik
menulis langsung merupakan tujuan dasar dalam pembelajaran menulis yang sebenarnya.
Pembelajaran seperti ini membuat siswa cenderung
kurang memahami pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa cenderung menulis hanya
untuk menggugurkan tugas dari guru saja. Siswa hanya mementingkan kuantitas
karangan bukan kualitas isi karangan itu sendiri. Siswa cenderung berpikir
bahwa jika karangan yang dibuat panjang pasti nilai baik, padahal pemikiran
seperti itu tidak tepat. Begitu juga pada pembelajaran mengubah teks wawancara
menjadi narasi, siswa hanya memperhatikan panjang karangan, tanpa melihat kesesuaian
judul dengan isi, pengembangan topik, keterpaduan kalimat dan paragraf serta
penggunaan tanda baca yang tepat.
Dari pemaparan di atas, dibutuhkan satu pembelajaran
khusus mengenai mengubah teks wawancara menjadi narasi. Pembelajaran khusus ini
merupakan pembelajaran terbimbing, dengan model pembelajaran kooperatif tipe
explicit instructions teknik kronologis peristiwa . Penelitian ini dilakukan
pada siswa MAN . . . kelas XI IPS.
Pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions
teknik kronologis peristiwa ini dipilih karena akan menjadikan siswa lebih
aktif dan memberikan siswa pengalaman belajar yang tinggi. Siswa akan belajar
mengenai tanggung jawab, kerja sama, dan sumbang saran. Di samping itu, siswa
akan mendapatkan bimbingan dari guru secara bertahap, melihat bahwa siswa
kurang mendapakan pelatihan sebelumnya, sehingga setiap siswa memahami
pembelajaran yang diberikan dan mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal.
Dalam proses pembelajaran tersebut guru tidak hanya memberikan materi kemudian
siswa dilepas untuk praktik tanpa bimbingan, melainkan ketika praktik guru
membimbing siswa secara berkala sehingga siswa mengetahui kesalahan atau
kekeliruan dalam proses menulis, dan siswa bisa memahami dan memperbaikinya.
Dalam pembelajaran ini, sistem remidi ditiadakan. Sistem remidi akan muncul
ketika siswa setelah melakukan bimbingan masih belum bisa menulis dengan
baik. Download ptk bahasa indonesia sma
doc
Dalam pembelajaran ini, satu kelas terdiri atas 21
siswa, siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri
dari 4-5 orang, siswa tersebut mendiskusikan mengenai pemodelan yang diberikan
guru. Guru berperan sebagai motivator bukan sebagai pemberi informasi sehingga
siswa lebih aktif dalam mencari informasi.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe explicit
instructions teknik kronologis peristiwa dalam pembelajaran keterampilan
menulis paragraf narasi dari teks wawancara dapat juga dijadikan salah satu
jalan untuk mencapai tujuan pembelajaran mata pelajaran bahasa dan sastra
Indonesia dalam pembelajaran menulis untuk mencapai kompetensi dan menghasilkan
lulusan yang terampil berkomunikasi, baik lisan maupun tulis. Maka dari itu,
peneliti akan melakukan penelitian mengenai peningkatan keterampilan menulis
paragraf narasi dari teks wawancara dengan model pembelajaran kooperatif tipe
explicit instructions teknik kronologis peristiwa pada siswa kelas XI IPS MAN .
. ..
1.2 Identifikasi Masalah
Sejalan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP 2006) siswa kelas XI IPS SMA, pemerintah telah menetapkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa dengan nilai
ketuntasan yang telah ditentukan. Salah satu dari kompetensi dasar tersebut
adalah menulis paragraf narasi dari teks wawancara. Secara tidak langsung
mengharuskan siswa untuk memahami semua hal yang berkaitan dengan kaidah
penulisan yang baik.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh
peneliti di MAN . . ., peneliti menemukan adanya kelemahan dalam keterampilan
menulis khususnya dalam indikator kesesuaian isi dengan judul, ejaan dan tanda
baca, kohesi dan koherensi serta kronologis peristiwa.
Saat pembelajaran berlangsung dan tema ditentukan oleh
guru maka hasil tulisan menulis paragraf narasi yang diharapkan masih dalam
bentuk yang sederhana dan belum sesuai dengan indikator menulis narasi yang
diharapkan. Untuk itu, guru perlu menggiatkan kegiatan latihan terbimbing
dengan memperhatikan indikator penulisan pargraf narasi sehingga nantinya
diharapkan siswa terbiasa menulis narasi dengan hasil yang maksimal. Lemahnya
keterampilan siswa dalam menulis paragraf narasi dapat disebabkan oleh dua faktor,yaitu,
kekurangtepatan guru dalam memilih model pembelajaran dan ketidaktertarikan
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Penggunaan model pembelajaran yang
kurang tepat dalam proses pembelajaran oleh guru ditengarai menyebabkan
lemahnya keterampilan menulis paragraf narasi. Selama ini guru cenderung
menerapkan pembelajaran dengan metode ceramah dan tugas, sehingga siswa merasa
bosan dan jenuh. Untuk itu, seorang guru dituntut mampu menjadi perancang
pembelajaran yang menarik, bervariasi, dan tepat bagi siswa.
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi adalah
ketidaktertarikan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Kurangnya
keterampilan siswa dalam menulis narasi dapat disebabkan oleh minat siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran. Selama ini siswa
cenderung mengikuti proses pembelajaran menulis
paragraf narasi hanya untuk mengugurkan tugas saja. Untuk itu, guru dituntut
mampu memilih dan menggunakan model pembelajaran yang menarik dan efektif.
1.3 Pembatasan Masalah
Latar belakang dan identifikasi masalah dapat
dijadikan sebagai dasar pembatasan masalah. Dari latar belakang dan
identifikasi masalah, peneliti menemukan masalah yang menghambat siswa kelas XI
IPS MAN . . . dalam kompetensi dasar menulis paragraf narasi dari teks
wawancara yang akan menjadi bahan penelitian yaitu model pembelajaran yang
digunakan guru biasanya menggunakan strategi penugasan dan ceramah, yaitu
pemberian tugas mengumpulkan informasi sedangkan cara mengumpulkan informasi
tidak dijelaskan guru, siswa belajar sendiri melalui buku panduan. Pembelajaran
semacam itu mengakibatkan siswa merasa jenuh, malas membaca sehingga siswa
kurang dapat menggali informasi untuk menentukan ide. Untuk menyikapi hal
tersebut, siswa perlu mendapatkan pembinaan dan pelatihan secara terbimbing,
agar siswa menjadi bersemangat mengikuti pembelajaran menulis paragraf narasi
dan memiliki kemampuan menulis paragraf narasi sesuai dengan indikator
penulisan yang diharapkan.
Perlu adanya upaya peningkatan keterampilan menulis
paragraf narasi. Hal ini disebabkan siswa kesulitan dalam menulis paragraf
narasi sesuai degan indikator penulisan. Untuk mengatasi masalah ini,
diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe explicit
instructions teknik kronologis peristiwa dapat
dijadikan alternatif dalam pembelajaran menulis paragraf narasi. Pembelajaran
menulis paragraf narasi dari teks wawancara dapat membantu siswa mengembangkan
kemampuan memunculkan ide dan penulisan narasi sesuai dengan indikator
penulisan yang diharapkan.
1.4 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini
mencakup.
1) Bagaimanakah kualitas proses pembelajaran keterampilan
menulis paragraf narasi dari teks wawancara bagi siswa kelas XI IPS MAN . . .
setelah mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions
teknik kronologis peristiwa ?
2) Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis paragraf
narasi dari teks wawancara bagi siswa kelas XI IPS MAN . . . setelah mengikuti
model pembelajaran kooperatif metode explicit instructions teknik kronologis
peristiwa ?
3) Bagaimanakah perubahan tingkah laku siswa XI IPS MAN .
. . setelah mengikuti pembelajaran keterampilan menulis paragraf narasi dari
teks wawancara dengan model pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions
teknik kronologis peristiwa ?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran menulis
karangan narasi, sebagai berikut.
1) Mendeskripsikan kualitas proses pembelajaran
keterampilan menulis paragraf narasi dari teks wawancara bagi siswa kelas XI
IPS MAN . . . setelah mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe explicit
instructions teknik kronologis peristiwa
2) Mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis
paragraf narasi dari teks wawancara bagi siswa kelas XI IPS MAN . . . setelah
mengikuti model pembelajaran tipe explicit instructions teknik kronologis
peristiwa. Download ptk bahasa
indonesia smk doc
3) Mendeskripsikan perubahan tingkah laku siswa kelas XI
IPS MAN . . . setelah mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe explicit
instructions teknik kronologis peristiwa.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai pembelajaran menulis paragraf
narasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions teknik
kronologis peristiwa memiliki manfaat. Manfaat penelitian terbagi menjadi dua,
yaitu manfaat teoretis, dan manfaat praktis.
Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan
sebagai bahan kajian lanjutan ataupun dapat menambah khazanah penelitian aspek
keterampilan menulis paragraf narasi dari teks wawancara di MAN . . ., sehingga
sanggup meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di sekolah tersebut agar
menjadi lebih baik lagi. Penelitian ini juga bermanfaat untuk memberikan
alternatif bagi guru untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
explicit instructions ketika kegiatan pembelajaran
menulis narasi di sekolah.
Dengan model dan teknik tersebut proses pembelajaran
akan lebih variatif, tidak sekedar menyampaikan informasi kemudian melakukan
hal-hal yang telah dipahami sebelumnya akan tetapi lebih memberikan dorongan
dan motivasi untuk mencari, memahami, kemudian mencoba melakukan apa yang telah
didapat.
Secara praktis peneliti berharap hasil penelitian ini
mampu memberikan manfaat. Bagi guru, penelitian ini mampu memberikan inspirasi
atau juga sebagai alternatif dalam mengajarkan menulis narasi dari teks
wawancara di sekolah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
explicit instructionsteknik kronologis peristiwa. Pembelajaran yang selama ini
dirasa kurang efektif dapat diubah sebagai inovasi guru, dengan menggunakan lebih
mengarah untuk meningkatkan kualitas sistem pengajaran yang dilakukan. guru
akan lebih mudah menyampaikan materi serta membantu dalam memberikan rangsangan
kepada anak didiknya untuk mengikuti pembelajaran dengan antusias.
Bagi siswa, penelitian ini dapat memberikan motivasi
dan minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions teknik kronologis peristiwa
, sehingga siswa tidak lagi merasa terbebani dalam menulis narasi.
Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan wawasan
mengenai penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions
teknik kronolgis peristiwa dalam proses pembelajaran.
B.CONTOH LENGKAP PTK BAHASA INDONESIA
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Landasan Teoritis
Teori-teori yang digunakan dalam landasan teoretis ini
mencakup tentang hakikat keterampilan menulis, karangan narasi, wawancara,
kriteria pengubahan teks wawancara menjadi narasi, dan model pembelajaran
kooperatif tipe explicit instructions teknik kronologis peristiwa.
2.1.1 Keterampilan Menulis
2.1.1.1 Hakikat Menulis
Menurut Tarigan (1986: 3), menulis adalah suatu
keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam
kegiatan menulis seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi,
struktur bahasa dan kosa kata untuk menyampaikan maksud serta tujuan yang ingin
diungkapkan.
Akhadiah (1992: 13) memberi pengertian bahwa menulis
adalah suatu aktivitas komunikasi bahasa yang menggunakan tulisan sebagai
mediumnya. Menulis adalah suatu proses, yaitu proses penulisan yang berarti
mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat.
Tulisan itu dapat meninjau suatu gagasan secara lebih objektif. Selain itu,
menulis mengajarkan kepada kita untuk berpikir secara tertib. Sebuah tulisan
merupakan suatu kesatuan yang bulat, singkat, padat, serta memenuhi kaidah
kebahasaan dan yang pasti bersifat komunikatif.
Nurudin (2010: 4) mengemukakan bahwa menulis merupakan
segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah untuk
dipahami, sehingga menulis yang baik adalah menulis yang dapat dipahami orang
lain serta dapat melahirkan pikiran atau perasaan ketika dibaca. Gagasan
tersebut didukung oleh Setiati (2008: 33) yang menyatakan bahwa menulis
merupakan kegiatan berkomunikasi dalam bahasa tulisan. Pesan yang disampaikan
bisa berupa gagasan, informasi, pemikiran, ajakan, dan sebagainya.
Menurut Azies (2000: 128), keterampilan menulis
merupakan keterampilan yang paling sulit untuk diadaptasikan di antara keempat
keterampilan berbahasa sedangkan Sujanto (1988: 60) menjelaskan bahwa menulis
merupakan suatu proses pertumbuhan melalui banyak latihan. Kegiatan menulis
makin mempertajam kepekaan terhadap kesalahan-kesalahan berbahasa baik ejaan,
struktur maupun tentang pemilihan kosakata. Hal ini disebabkan karena gagasan
perlu dikomunikasikan dengan jelas, tepat dan teratur, sehingga tidak meragukan
penulis atau pun pembacanya. Maka dari itu, keterampilan menulis tidak hanya
bisa didapat dari mempelajari teori, tetapi juga dengan latihan dengan
mengatasi kecemasan, kebimbangan, menuju kepercayaan diri sendiri.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Thahar (2001: Vol 2)
yang menyatakan bahwa menulis ialah rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan
gagasan dengan bermediakan bahasa tulis kepada khalayak pembaca untuk dipahami
sebagaimana yang dimaksudkan oleh pengarang. Parera (1993: 3) juga
mendefinisikan menulis dengan suatu proses, sehingga mengalami tahap prakarsa,
tahap lanjutan, tahap, revisi, dan tahap pengakhiran.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa menulis merupakan bentuk komunikasi tidak langsung dengan memanfaatkan
grafologi, struktur bahasa dan kosa kata sehingga menghasilkan tulisan yang
runtut, ekspresif dan mudah dipahami untuk mengungkapkan ide, pikiran atau
gagasan kepada orang lain. Keterampilan menulis menuntut pengalaman, waktu,
kesempatan, dan latihan. Melalui latihan dan praktik secara terus menerus serta
teratur akan meningkatkan keterampilan menulis. Download ptk bahasa indonesia
2.1.1.2 Tujuan Menulis
Menurut Tarigan (1993: 23), secara garis besar tujuan
menulis adalah untuk memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau
mendesak, menghibur atau menyenangkan, dan mengutarakan atau mengekpresikan
perasaan dan emosi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hartig sebagaimana dikutip
oleh Tarigan (1986: 24-25) yang menyebutkan bahwa tujuan kegiatan menulis ada
tujuh, yaitu assigment puspose (tujuan penugasan), altruistic purpose (tujuan
altruistik), persuasive purpose (tujuan persuasif), informational purpose
(tujuan informasional,tujuan penerangan), self ekspressive purpose (tujuan
pernyataan diri), creative purpose (tujuan kreatif), dan problem solving
purpose (tujuan pemecahan masalah). Kegiatan menulis dengan tujuan penugasan
(assigment purpose) jika penulis melakukan kegiatan menulis karena adanya
tugas, bukan atas kemauan sendiri. Tujuan altruistik yaitu menulis untuk
menyenangkan para pembaca sehingga dapat menghilangkan kedukaan para pembaca,
menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya. Menulis
dengan tujuan persuasif akan menghasilkan tulisan yang mampu meyakinkan para
pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan. Akan tetapi, banyak penulis
yang melakukan kegiatan menulis dengan tujuan memberi informasi atau
keterangan/ penerangan kepada para pembaca maka tulisan yang dihasilkan berupa
paparan atau deskripsi.
Tujuan lain dari kegiatan menulis yaitu pernyataan
diri. Penulis ingin memperkenalkan diri sang pengarang melalui tulisan yang
ditulis sehingga pembaca dapat mengetahui atau mengenalnya dengan jelas. Tujuan
lain yang erat hubungannya dengan tujuan pernyataan diri yaitu tujuan kreatif
atau kreatif purpose. Akan tetapi , keinginan kreatif di sini melebihi
pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma
artistik atau seni yang ideal, seni yang menjadi idaman.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan
menulis adalah menyampaikan ide, gagasan atau buah pikiran melalui bahasa
tulis. Selain itu menulis juga dapat memberikan hiburan serta melatih untuk
terampil menulis.
2.1.1.3 Manfaat Menulis
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan
yang penting dan banyak manfaatnya. Menurut Akhadiah (dalam Suriamiharja 1996:
4), ada delapan manfaat yang dapat dirasakan dari kegiatan menulis, yaitu: (1)
penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya, (2) penulis dapat
terlatih mengembangkan berbagai gagasan, (3) penulis dapat lebih banyak
menyerap, mencari serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang
ditulis, (4) penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara
sistematis kemudian mengungkapkannya secara tersurat, (5) penulis akan dapat
meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara lebih objektif, (6) penulis
akan lebih mudah memecahkan permasalahan karena dapat menganalisis tulisan
tersebut secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret, (7) penulis akan
terdorong untuk terus belajar secara aktif, (8) dengan kegiatan menulis yang
terencanakan membiasakan penulis berpikir serta berbahasa secara tertib dan
teratur.
Mulyanto (2006: 9-11) menambahkan manfaat menulis
antara lain: (1) menulis mempunyai kepuasan yang bersifat kebatinan, (2)
menulis dapat meningkatan pengembangan intelektual, (3) menulis dapat
memberikan pengalaman dan informasi serta pengetahuan, dan (4) menulis dapat
menambah kearifan, kedewasaan, pengetahuan, bahkan juga keterampilan.
Berdasarkan pendapat di atas, disimpulkan bahwa dengan
kegiatan menulis kita dapat semakin aktif, berpikir kritis, tanggap dalam
menghadapi masalah, serta dapat meningkatkan intelektualitas. Selain itu,
menulis juga dapat memberikan pengalaman bagi penulis.
2.1.1.4 Langkah-langkah Menulis
Akhadiah, dkk.(1992: 6-8) menyatakan bahwa secara
teoretis, proses menulis dibagi menjadi tiga tahap utama yaitu, tahap
prapenulisan, penulisan, dan tahap revisi. Tahap prapenulisan, tahap ini
merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis dan mencakup beberapa
langkah kegiatan. Pada tahap ini penulis (1) menentukan topik, (2) kemudian
membatasi topik tersebut, (3) menentukan judul, (4) menentukan tujuan kita menulis,
(5) menentukan bahan dan materi penulisan, (6) menyusun kerangka karangan.
Tahap penulisan, pada tahap ini penulis membahas setiap butir topik yang ada di
dalam kerangka yang telah disusun. Gagasan yang telah ada disusun menjadi suatu
karangan yang utuh, memerlukan bahasa. Untuk itu, kita harus menguasai
kata-kata yang berkaitan dengan gagasan. Kita harus memilih kata-kata yang
tepat, kemudian kata-kata tersebut disusun menjadi kalimat-kalimat yang
efektif. Selanjutnya kalimat- kaliamt disusun menjadi paragraf-paragraf yang
memenuhi persyaratan. Tulisan juga harus ditulis sesuai dengan ejaan yang
berlaku. Tahap revisi, adalah jika seluruh tulisan sudah selesai, tulisan itu
perlu dibaca kembali. Terdapat kemungkinan tulisan perlu diperbaiki, dikurangi,
bahkan diperluas. Tahap ini dalah tahap revisi secara menyeluruh sebelum
diketik. Kita biasanya meneliti mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda
baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, pengetikan cacatan kaki, dan sebagainya.
Mulyoto (2006) menyebutkan bahwa menulis mempunyai beberapa tahapan, yaitu :
(1) mengerami ide, atau memikirkan dengan pasti ide yang akan dijadikan
tulisan, (2) mengedit isi dan kebahasaan, (3) memilih judul, (4) revisi
terakhir.
Dari pendapat di atas, disimpulkan bahwa menulis
mempunyai tahapan, (1) memilih topik, (2) pembatasan topik, (3) menentukan
tujuan menulis, (4) mengumpulkan bahan-bahan, (5) membuat kerangka karangan,
(6) mengembangkan kerangka menjadi tulisan, (7) merevisi kembali tulisan,
sedangkan untuk penentuan judul dapat ditentukan di awal atau akhir ketika
tulisan sudah menjadi tulisan yang utuh.
2.1.2 Wawancara
Menurut Kusumah (2011: 117), wawancara merupakan
bentuk komunikasi erat hubungannya dengan keterampilan berbicara. Suatu bentuk
komunikasi yang berupa komunikasi lisan. Moss (dalam Fadli 2001:27)
mendefinisikan wawancara sebagai “sesuatu yang bertujuan”. Lebih terstruktur
dari komunukasi dialog dan mungkin melibatkan lebih dari dua orang. Wawancara
pada dasarnya merupakan suatu dialog. Contoh
ptk bahasa indonesia smk pdf
Menurut Sekar (2001: 1), wawancara merupakan tahapan
yang sangat penting untuk memperoleh gambaran yang utuh dan sesungguhnya
sedangkan Sugiyono (2010: 194)
menjelaskan bahwa wawancara adalah
teknik megumpulkan data yang dilakukan pewawancara kepada
narasumber. Hal tersebut senada dengan pendapat Hecht (1980: 1) yang menyatakan
bahwa wawancara adalah suatu percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu.
Maksud tersebut bisa untuk memperoleh informasi, maupun yang lainnya.
Sukmadinata (2010: 84) berpendapat wawancara adalah kegiatan mengumpulkan data
atau informasi yang dilakukan pewawancara kepada narasumber. Arikunto (2006:
155) mengemukakan wawancara ialah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
untuk memperoleh informasi dari terwawancara.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
wawancara adalah suatu bentuk komunikasi lisan antara dua orang atau lebih yang
bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai suatu hal dari seseorang.
Wawancara bertujuan memberikan fakta, dasar, alasan, atau opini untuk sebuah
topik tertentu dengan menggunakan kata-kata dari narasumber sehingga pendengar
dapat mengambil suatu kesimpulan atau keabsahan dari apa yang dikatakannya.
2.1.3 Karangan Narasi
Narasi adalah karangan yang berupa rangkaian peristiwa
yang terjadi dalam satu kesatuan waktu. Karangan narasi bermaksud menyajikan
peristiwa atau mengisahkan apa yang terjadi dan bagaimana suatu peristiwa
terjadi (Nursisto 1999: 39). Mulyana (2005: 48) menyebutkan naratif adalah
bentuk wacana yang banyak digunakan untuk menceritakan suatu kisahan.
Menurut Djuharie (2001: 47), narasi adalah karangan
yang mengisahkan suatu peristiwa yang disusun secara
kronologis dengan tujuan memperluas pengalaman
seseorang. Narasi juga sering disebut karangan kisahan karena isinya
menceritakan suatu peristiwa atau kisah seseorang. Narasi atau kisahan adalah
wacana yang isinya memaparkan terjadinya suatu peristiwa, baik rekaan maupun
kenyataan.
Narasi adalah karangan yang menceritakan peristiwa,
dan peristiwa itu dapat tetdiri dari satu kejadian atau lebih. (Karsana , 1986:
1.32) sedangkan Parera (1993: 5) menyebutkan bahwa narasi merupakan satu bentuk
pengembangan karangan dan tulisan yang bersifat menyejarahkan sesuatu
berdasarkan perkembangannya dari waktu ke waktu. Narasi mementingkan urutan
kronologis suatu peristiwa, kejadian, atau masalah.
Keraf (2003 : 135) menyatakan bahwa narasi merupakan
suatu bentuk karangan yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa
sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalaminya sendiri.
Ditambahkan Keraf (2003 :136) narasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran
utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dsan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa
yang terjadi dalam satu kesatuan waktu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa narasi adalah
wacana yang menceritakan suatu peristiwa dan bagaimana peristiwa yang dialami
oleh tokoh terjadi dalam satu kesatuan waktu, dengan mementingkan urutan kronologis.
2.1.3.1 Ciri-ciri Karangan Narasi
Menurut Djuharie (2005: 47-48), narasi mempunyai
beberapa ciri, yaitu : (1) berupa kisahan atau cerita tentang
peristiwa, (2) peristiwa disusun secara kronologis, (3) memperluas pengalaman,
baik pengalaman lahiriah atau pun nyata. Hal tersebut senada dengan Semi (
dalam Agusnain 1990: 32) yang menjelaskan bahwa ciri-ciri penanda narasi, yaitu
: (1) berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia, (2) peristiwa
tersebut benar-benar terjadi, (3) berdasarkan konflik, (4) memiliki nilai
estetika, (5) menekankan susunan kronologis dan (6) biasanya memiliki dialog.
Ditambahkan Nursito ( dalam Inayati 1999: 39) menyebutkan ciri narasi yaitu :
(1) bersumber dari fakta bukan sekadar fiksi, (2) berupa rangkaian peristiwa,
dan (3) bersifat menceritakan.
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan,
ciri karangan narasi adalah (1) berupa rangkaian peristiwa, (2) ada pelaku atau
tokoh yang mengalami, (3) latar yang berupa latar waktu dan tempat terjadi
peristiwa, (4) alasan atau latar belakang pelaku mengalami peristiwa, (5)
menekankan pada susunan kronologis.
2.1.3.2 Jenis Narasi
Berdasarkan tujuannya, narasi dibedakan menjadi dua (
Keraf 2003: 136), yaitu narasi ekspositoris yang berarti narasi yang bertujuan
menggugah pikiran pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan.narasi ini
mempersoalkan tahap- tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan kepada
pembaca yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengertian pembaca dan narasi
sugestif yang merupakan narasi yang bertujuan memberi makna atas kejadian atau
peristiwa itu sebagai satu pengalaman. Pada narasi ini selalu melibatkan daya
khayal. Berdasarkan bentuknya (Keraf 2003: 141), membedakan narasi menjadi dua,
yaitu narasi fiksi dan narasi nonfiksi.
Menurut Sudaryat ( 2008 : 170), narasi mencakup dua
unsur, yakni, (1) narasi ekspositif, yaitu narasi yang mempunyai ciri
memperluas pengetahuan, menyampaikan informasi, pencapai kesepakatan
berdasarkan penalaran, dan menyampaikan penjelasan melalui bahasa yang denotatif,
(2) dan narasi sugestif, yang mempunyai ciri, menyampaikan suatu makna atau
amanat tersirat, memunculkan daya khayal tinggi kepada pembaca, menggunakan
penalaran hanya untuk menyampaikan makna, dan menggunakan bahasa figuratif yang
menitikberatkan penggunaan kata-kata konotatif.
Karsana (1986: 1.33) menggolongkan narasi menjadi dua
jenis, yaitu, (1) narasi faktual, yaitu narasi yang kisahnya benar-benar
terjadi, (2) narasi rekaan yaitu kisah yang peristiwanya tidak benar-benar
terjadi sedangkan, Djuharie (2001 : 47) menyebutkan bahwa narasi dibedakan
menjadi dua, yaitu : (1) narasi faktual, yaitu narasi yang mengungkapkan kisah
nyata tanpa imajinatif pengarang, (2) narasi fiktif, yaitu narasi yang kisahnya
bersifat tidak nyata, atau bahkan nyata tetapi dibumbuhi dengan imajinasi
pengarang.
Dari uraian di atas, disimpulkan bahwa jenis narasi
ada dua, yaitu berdasarkan tujuan dan bentuknya. Berdasarkan tujuannya, narasi
dibedakan menjadi dua, yaitu narasi ekspositif dan narasi sugestif. Berdasarkan
bentuknya, narasi dibedakan menjadi dua, narasi faktual dan narasi fiktif.
Jenis narasi yang akan dijadikan fokus dalam penelitian ini adalah narasi
ekspositif dan narasi faktual.
2.1.4 Kriteria Pengubahan Teks Wawancara menjadi
Paragraf Narasi
Teks wawancara merupakan bentuk penyajian informasi
berupa tanya jawab antara pewawancara dan narasumber. Untuk menceritakan atau
menyampaikan kembali hasil wawancara kepada orang lain, teks wawancara perlu
diubah dalam bentuk narasi. Narasi merupakan bentuk karangan pengisahan suatu
cerita atau kejadian. Dalam proses pengubahan teks wawancara menjadi paragraf
narasi dibutuhkan kriteria-kriteria sehingga akan menghasilkan paragraf narasi
yang baik. Adapun kriteria-kriteria pengubahan teks wawancara menjadi paragraph
yang baik antara lain : (1) menggunakan kalimat efektif, (2) memperhatikan
penggunaan kalimat langsung dan tidak langsung, (3) memperhatikan kesesuaian
judul dengan isi dan pengembangan topik, (4) memperhatikan keterpaduan antara
kalimat dan paragraf, (5) penggunaan tanda baca yang tepat.
2.1.5 Model Pembelajaran
Menurut Suherman (2003: 7), model pembelajaran adalah
“pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi,
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar di kelas”. Menurut Joyce & Weil (2003: 23),
A model of teaching is a plan or pattern that we can
use to design face-to- face teaching in class rooms or tutorial setting and to
shape instructional materials-including books, films, tapes, computer-mediated
programs, and curricula (long term courses of study). Each model guides us as
we design instructional to help students achieve various adjectives.
Berdasarkan definisi dari Suherman dan Joyce di atas,
model pembelajaran merupakan rencana atau pola yang dapat digunakan guru dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas, mulai dari mempersiapkan perangkat
pembelajaran, media dan alat bantu sampai alat evaluasi yang mengarah pada
upaya pencapaian tujuan pembelajaran.
Saat ini banyak dikembangkan model-model pembelajaran
inovatif. Masing-masing model pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan
sehingga tidak ada model pembelajaran yang paling efektif karena penerapannya
bergantung pada materi dan tujuan yang akan dicapai oleh guru. Menurut Joyce
& Weil (2003: 84-87), model pembelajaran memiliki lima unsur dasar yaitu:
(1) syntax, yakni suatu urutan kegiatan yang biasa juga
disebut fase;
(2) social system, yakni suasana dan norma yang berlaku
dalam pembelajaran;
(3) principles of reaction, yakni memberi gambaran kepada
guru tentang cara memandang, memperlakukan, dan merespons pertanyaan siswa;
(4) support system, yakni segala
sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang
mendukung pembelajaran; dan
(5) instructional and nurturant effect, yakni hasil yang
akan dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran.
2.1.6 Pembelajaran Kooperatif
Sunan dan Hans (dalam Isjoni 2010) mengemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian
strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar
bekerja sama pada proses pembelajaran.
Menurut Suyatno (2009: 51), pembelajaran kooperatif
merupakan ”kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama dan
saling membantu dalam mengkonstruk konsep, menyelesaikan persoalan, dan
menyatukan pendapat untuk memperoleh keberhasilan yang optimal baik kelompok
maupun individual”. Model ini menekankan pada kehadiran teman sebaya yang
berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan suatu
masalah (Suherman, 2003: 260). Interaksi yang dilakukan siswa dalam
pembelajaran kooperatif akan melatih siswa untuk bekerja sama, saling membantu,
menghargai pendapat orang lain, dan percaya diri terhadap kemampuannya sehingga
dapat meningkatkan sikap positif siswa terhadap pembelajaran menulis. Selain
itu, interaksi dalam pembelajaran kooperatif dapat mengubah suasana
pembelajaran bahasa Indonesia yang sunyi dan tegang menjadi kelas yang aktif
dan menyenangkan. Hal tersebut sangat bermanfaat bagi para siswa yang
heterogen. Menurut Poore & Crete (2008: 4), “cooperative learning would
create an atmosphere that would encourage students to think creatively when
solving problems as well as increase their confidence when solving problems”.
Unsur-unsur pembelajaran kooperatif menurut Lungdren
(dalam Isjoni (2010 : 16) sebagai berikut.
1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka
“tenggelam atau tenggelam bersama”.
2. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa
lain dalam kelompoknya
3. Para siswa harus berpandangan mempunyai tujuan yang
sama.
4. Para siswa berbagi tugas dan tanggung jawab terhadap
anggota kelompoknya
5. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan
yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka
memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
7. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan
secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Roger dan Johnson ( dalam Suprijono 2010: 58)
pembelajaran kooperatif harus memenuhi lima unsur dalam pembelajaran, sebagai
berikut.
1) Positive interdependense (saling ketergantungan
positif). Keberhasilan kelompok sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya.
Kegagalan satu anggota kelompok saja berarti
kegagalan kelompok. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, guru
perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus
menyelesaikan tugasnya sendiri. Penilaian yang dilakukan adalah penilaian
individu dan penilaian kelompok. Dengan demikian setiap siswa memiliki
kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan nilai pada kelompoknya.
Download ptk bahasa indonesia sma doc
2) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan).
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran
kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab
untuk melakukan yang terbaik, sehingga
masing-masing anggota kelompok akan melaksanakan
tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok dapat
dilaksanakan.
3) Face to face promotive interaction (interaksi
promotif). Setiap anggota kelompok diberikan kesempatan bertemu muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan membentuk sinergi yang menguntungkan
semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,
memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.
4) Interpersonal skill (komunikasi antaranggota).
Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya
untuk mengutarakan pendapat mereka. Disinilah peranan guru untuk memotivasi
siswanya agar berani mengutarakan pendapatnya. Proses ini merupakan proses yang
sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan
pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
5) Group processing (pemrosesan kelompok). Evaluasi
proses kelompok bertujuan untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil
kerja mereka agar selanjutnya dapat bekerja sama dengan lebih baik.
Dari pendapat dua ahli di atas, disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif harus mempunyai unsur yang harus dipenuhi dalam
pembelajaran, yaitu, (1) setiap siswa saling ketergantungan positif, (2) siswa
bertanggung jawab atas kelompok dan dirinya sendiri, (3) siswa melaksanakan
interaksi promotif, (4) setiap anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama, (5)
komunikasi antaranggota harus berjalan dengan baik, (6) terjadi roling atau
pergantian kepemimpinan secara berkala.
Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai tipe antara
lain STAD (Student Teams-Achievement Divisions), TAI (Team Assisted
Individualization), CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition), Jigsaw,
CRH (Course Review Horay), Expicit Instructions dan sebagainya.
2.1.7 Explicit Instructions
Model Explicit Instructions merupakan salah satu tipe
model pembelajaran kooperatif. Instruksi eksplisit ditandai oleh serangkaian
mendukung atau perancah, dimana siswa dipandu melalui proses belajar dengan
pernyataan yang jelas tentang tujuan dan dasar pemikiran untuk mempelajari
keterampilan baru, yang jelas penjelasan dan demonstrasi dari target
instruksional, dan didukung berlatih dengan umpan balik sampai penguasaan
independen telah dicapai. Bentuk instruksi sebagai "model sistematis
mengajar dengan penekanan pada melanjutkan dalam langkah-langkah kecil,
memeriksa pemahaman siswa, dan mencapai partisipasi aktif dan sukses oleh semua
siswa. (Archer 2010: 1) sedangkan Hall (2002: 2) menyatakan explicit
instruction is a systematic instructional approach that includes set of
delivery and design procedures derived from effective schools research merged
with behavior analysis.
Archer ( 2010: 1-3) Enam belas elemen instruksi
eksplisit sebagai berikut.
1. Fokus pada konten penting instruksi. Mengajarkan
keterampilan, strategi, istilah kosa kata, konsep, dan aturan yang akan
memberdayakan siswa di masa depan dan sesuai dengan kebutuhan instruksional
siswa.
2. Keterampilan urutan logis Pertimbangkan beberapa
variabel kurikuler, seperti mengajarkan keterampilan lebih mudah. sebelum
keterampilan keras, frekuensi tinggi mengajar keterampilan sebelum keterampilan
yang kurang sering dalam penggunaan, memastikan penguasaan keterampilan
prasyarat untuk sebelum mengajarkan keterampilan itu sendiri, dan memisahkan
keterampilan dan strategi yang serupa dan dengan demikian mungkin membingungkan
bagi siswa.
3. Memecah keterampilan yang kompleks dan strategi ke
dalam unit instruksional yang lebih kecil. Ajarkan dari kecil langkah-langkah.
Segmentasi keterampilan yang kompleks menjadi unit-unit instruksional yang
lebih kecil dari materi baru alamat . kekhawatiran tentang kognitif
overloading, tuntutan pengolahan, dan kemampuan siswa bekerja memori. Setelah
menguasai, unit disintesis (yaitu, dipraktekkan secara keseluruhan).
4. Desain terorganisir dan terfokus pelajaran Membuat
pelajaran yakin adalah terorganisir dan terfokus,. Dalam rangka untuk
memanfaatkan secara optimal waktu instruksional. Terorganisir pelajaran pada
topik, baik diurutkan, dan tidak mengandung penyimpangan tidak relevan.
5. Mulailah pelajaran dengan suatu pernyataan yang jelas
tujuan pelajaran dan harapan Anda. Katakan peserta didik dengan jelas apa yang
akan dipelajari dan mengapa itu penting. Siswa mencapai yang lebih baik jika
mereka memahami tujuan instruksional dan hasil yang diharapkan, serta bagaimana
informasi atau keterampilan disajikan akan membantu mereka.
6. Tinjauan keterampilan sebelum dan
pengetahuan sebelum instruksi awal.
Menyediakan review yang relevan informasi. Pastikan
bahwa siswa memiliki keterampilan prasyarat dan pengetahuan untuk mempelajari
keahlian yang diajarkan dalam pelajaran. Elemen ini juga menyediakan kesempatan
untuk menghubungkan keterampilan baru dengan yang lain keterampilan terkait.
7. Menyediakan langkah-demi-langkah demonstrasi
Model keterampilan dan.
Memperjelas proses pengambilan keputusan diperlukan
untuk menyelesaikan tugas atau prosedur dengan berpikir keras saat Anda
melakukan keterampilan. Jelas menunjukkan keterampilan target atau strategi,
dalam rangka untuk menunjukkan siswa model mahir kinerja.
8. Gunakan bahasa yang jelas dan ringkas. Gunakan
konsisten, kata-kata ambigu dan terminologi. Para kompleksitas pidato
Anda (misalnya, kosa kata, struktur kalimat) harus tergantung pada siswa
kosakata reseptif, untuk mengurangi kebingungan mungkin.
9. Memberikan berbagai contoh yang memadai dan non-contoh.
Contoh proposal ptk bahasa indonesia sma Dalam rangka untuk menetapkan
batas-batas kapan dan kapan tidak menerapkan keterampilan, strategi, konsep,
atau aturan, menyediakan berbagai macam contoh dan non-contoh. Berbagai contoh
yang menjelaskan situasi ketika keterampilan akan digunakan atau diterapkan
adalah penting agar siswa tidak sedikit digunakan itu. Sebaliknya, menyajikan
berbagai berbagai non-contoh mengurangi kemungkinan bahwa siswa akan
menggunakan keterampilan tepat.
10. Menyediakan praktek dibimbing dan didukung. Dalam
rangka mempromosikan dan membangun kesuksesan awal kepercayaan diri, mengatur
kesulitan kesempatan berlatih selama pelajaran, dan memberikan para siswa
dengan bimbingan dalam kinerja keterampilan. Ketika siswa menunjukkan keberhasilan,
Anda bisa secara bertahap meningkatkan kesulitan tugas sebagai Anda mengurangi
tingkat bimbingan. Instruksi sebelumnya, efektif dan eksplisit seperti yang
dicatat dapat dilihat sebagai memberikan serangkaian mendukung instruksional
atau perancah-pertama melalui seleksi logis dan urutan isi, dan kemudian oleh
mogok konten yang menjadi dikelola unit instruksional berdasarkan kemampuan
kognitif siswa (misalnya, memori kerja kapasitas, perhatian, dan pengetahuan
sebelumnya). Pengiriman instruksional ditandai dengan deskripsi yang jelas dan
demonstrasi keterampilan, diikuti dengan didukung praktik- Praktisnya dan umpan
balik tepat waktu. Praktek awal dilakukan dengan tingkat tinggi guru
keterlibatan, namun, sekali keberhasilan siswa jelas, dukungan guru adalah
sistem- tematically ditarik, dan siswa bergerak ke arah kinerja yang
independen. Para 16 elemen instruksi eksplisit juga dapat dikombinasikan ke
dalam sejumlah kecil.
11. Memerlukan tanggapan yang sering. Rencana untuk
tingkat tinggi interaksi siswa-guru melalui menggunakan mempertanyakan. Setelah
siswa merespon sering (misalnya, tanggapan lisan, tanggapan tertulis, atau
tindakan tanggapan) membantu mereka fokus pada
isi pelajaran, memberikan kesempatan bagi
siswa elaborasi, membantu Anda dalam
memeriksa pemahaman, dan membuat siswa aktif dan penuh perhatian.
12. Kinerja siswa memonitor dengan hati-hati menonton. Dan
mendengarkan jawaban siswa, sehingga bahwa Anda dapat memverifikasi penguasaan
siswa serta membuat penyesuaian tepat waktu dalam instruksi jika siswa membuat
kesalahan. Tutup pemantauan juga memungkinkan Anda untuk memberikan umpan balik
kepada siswa tentang bagaimana baik mereka lakukan.
13. Memberikan umpan balik afirmatif dan perbaikan segera.
Follow up pada tanggapan siswa sebagai secepat Anda bisa. Umpan balik langsung
kepada siswa mengenai akurasi tanggapan mereka membantu memastikan tingkat
keberhasilan yang tinggi dan mengurangi kemungkinan kesalahan berlatih.
14. Memberikan pelajaran dengan langkah cepat. Memberikan
instruksi dengan kecepatan yang tepat untuk mengoptimalkan instruksional waktu,
jumlah konten yang dapat disajikan, dan on-tugas perilaku. Gunakan tingkat
presentasi yang cepat, tetapi meliputi jumlah waktu yang wajar untuk berpikir
siswa / pengolahan, terutama ketika mereka belajar materi baru. Kecepatan yang
diinginkan adalah tidak begitu lambat bahwa siswa bosan atau begitu cepat
sehingga mereka tidak bisa mengikuti.
15. Membantu siswa mengatur pengetahuan. Karena banyak
siswa mengalami kesulitan melihat bagaimana beberapa keterampilan dan konsep
cocok bersama-sama, penting untuk menggunakan teknik pengajaran yang membuat
ini koneksi lebih jelas atau eksplisit. Terorganisasi dengan baik dan informasi
yang terhubung membuatnya lebih mudah bagi
siswa untuk mengambil informasi dan memfasilitasi integrasi
dengan materi baru.
16. Menyediakan praktek didistribusikan dan kumulatif.
Terdistribusi (vs berkumpul) mengacu pada praktek beberapa peluang untuk
berlatih keterampilan dari waktu ke waktu. praktek kumulatif adalah sebuah
metode untuk memberikan didistribusikan praktek oleh termasuk kesempatan
berlatih yang baik sebelumnya dan alamat baru memperoleh keterampilan.
Memberikan para siswa dengan upaya latihan, dalam rangka untuk mengatasi
masalah retensi serta otomatisasi.
Dalam metode ini, guru berperan sebagai fasilisator
dan motivator. guru tidak hanya memberikan materi kemudian memberikan tugas
kepada siswa, akan tetapi guru secara eksplisit memberikan intruksi atau
pengarahan kepada siswa sehingga dalam proses pembelajaran siswa diberi
pengarahan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Langkah pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe explicit instruction
(Suprijono 2011 :130) sebagai berikut.
1. Guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2. Guru mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
3. Guru membimbing pelatihan
4. Guru mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5. Guru memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan
2.1.8 Teknik Kronologis Peristiwa
Hubungan yang lahir dari rentetan peristiwa narasi
akan lahir sebagai kausalitas, sebagai hukum sebab akibat.sebab itu perbuatan
dalam narasi harus dilihat sebagai suatu arus gerak yang harus bersinambungan
sepanjang waktu. Kronologis peristiwa merupakan suatu laju dari awal kejadian
sampai peristiwa itu terjadi. Penceritaan kronologis dengan mengurutkan proses
pengurutan waktu kejadiannya. (Keraf 2001: 175).
Menurut Djuharie ( 2007: 47), kronologis peristiwa
adalah peristiwa atau kejadian yang disusun menurut sistematika waktu, yang
menggunakan alur cerita atau plot, baik dengan alur maju maupun alur mundur,
alur keras atau lembut, alur terbuka atau tertutup. Selain itu disertai dengan
tokoh, latar. Karsana (1986: 132) menyatakan kronologis peristiwa adalah saat
pelaku yang melakukan tindakan di suatu tempat yang melahirkan kejadian, dan
beberapa kejadian yang berhubungan membentuk peristiwa yang diurutkan dan
dihubungkan dengan urutan waktu. Download
ptk bahasa indonesia smk doc
Dari ketiga pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan
teknik kronologis peristiwa adalah teknik yang menekankan pada peristiwa yang
terbentuk dari kejadian yang berhubungan yang disusun menurut sistematika
waktu, yang menggunakan alur disertai dengan tokoh serta latar dalam penceritaannya.
2.1.9 Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara Menjadi
Narasi dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Explicit Instructions Teknik
Kronologis Peristiwa
Pembelajaran menulis karangan narasi berdasarkan hasil
wawancara ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe explicit
instructions teknik kronologis peristiwa. Sudah dipaparkan sebelumnya, model
pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions teknik kronologis peristiwa
ini dipilih karena akan menjadikan siswa lebih aktif dan memberikan siswa
pengalaman belajar yang tinggi. Siswa akan belajar mengenai tanggung jawab,
kerja sama, dan sumbang saran. Di samping itu, siswa akan mendapatkan bimbingan
dari guru secara bertahap, melihat bahwa siswa kurang mendapakan pelatihan
sebelumnya, sehingga setiap siswa memahami pembelajaran yang diberikan dan
mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal.
Dalam penerapan pembelajaran ini, satu kelas terdiri
dari 30 siswa, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri
dari 4-5 orang, siswa tersebut mendiskusikan mengenai pemodelan yang diberikan
guru. Guru berperan sebagai motivator bukan sebagai pemberi informasi sehingga
siswa lebih aktif dalam mencari informasi. Berikut ini tahapan yang akan
dilaksanakan dalam pembelajaran mengubah teks berita menjadi narasi dengan
model pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions teknik kronologis
peristiwa.
Kegitan awal, pada tahap ini guru memberikan stimulus
kepada siswa menuju pada pembelajaran yang akan
dibahas dan mengaitkan dengan pengalaman siswa,
yaitu (1) guru mengondisikan siswa agar siap pada pembelajaran, (2) guru
melakukan apersepsi, yaitu bertanya apakah siswa pernah melihat realitas sosial
dan mengarang cerpen sebelumnya, (3) guru memaparkan tujuan dan manfaat
pembelajaran hari ini, (4) guru menyampaikan kompetensi yang harus dikuasai
siswa (5) guru menyampaikan pokok-pokok materi yang akan dipelajari
Selanjutnya setelah siswa sudah siap dalam
pembelajaran, guru menunjukkan contoh teks wawancara dan karangan narasi kepada
siswa. Kemudian, guru bersama siswa mendefinisikan wawancara, teks wawancara,
dan narasi seraya guru menjelaskan dan mencontohkan menulis narasi dari teks
wawancara dengan teknik kronologis peristiwa. Tiap kelompok yang terdiri dari
4-5 orang siswa, diberikan satu teks wawancara, kemudian secara berkelompok
siswa mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan teknik kronologis
peristiwa. Ketika siswa bekerja secara berkelompok guru mengadakan bimbingan
secara eksplisit ke setiap kelompok, sehingga ketika terdapat kesalahan dalam
menulis narasi siswa dalam kelompok dapat segera memperbaikinya. Guru mengecek
atau mengevaluasi pekerjaan siswa di dalam kelompok.
Setelah siswa dapat menulis narasi dari teks berita,
siswa secara individu mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan menggunakan
teknik kronologis peristiwa dengan bimbingan guru secara eksplisit.
Melalui pembelajaran seperti ini, diharapkan dapat memecahkan masalah rendahnya
keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi siswa dan diharapkan mampu
mengubah tingkah laku siswa selama pembelajaran.
2.2 Kerangka Berpikir
Tujuan pembelajaran bahasa membantu siswa
mengembangkan keterampilan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulis.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat penting dalam
kehidupan, tidak hanya penting dalam kehidupan pendidikan, tetapi juga sangat
penting dalam kehidupan masyarakat. Keterampilan menulis itu sangat penting karena
merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh peserta
didik.
Dengan demikian, keterampilan menulis di sekolah harus
ditingkatkan, tidak terkecuali di SMA karena pembelajaran jika berhasil akan
membawa manfaat yang besar dalam ketempilan berbahasa siswa.
Keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi
siswa kelas XI IPS MAN . . . masih rendah. Hal tersebut disebabkan strategi dan
model yang digunakan oleh guru kurang sesuai dengan kompetensi dasar sehingga
suasana kelas kurang kondusif dan efektif untuk pembelajaran. Dan pada akhirnya
berdampak pada peserta didik, siswa menjadi malas dan kurang termotivasi dalam
mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi. Di samping itu,
kurangnya pelatihan dan bimbingan dalam menulis karangan juga berdampak pada
keterampilan menulis siswa.
Strategi dan model pembelajaran yang tidak sesuai
tersebut, sudah terlihat mempunyai pengaruh besar terhadap keterampilan siswa
dalam menulis. Selain itu, kecenderungan guru hanya memberikan materi tanpa
diikuti praktik yang sebenarnya dalam pembelajaran menulis menjadi awal siswa
kurang menguasi keterampilan menulis yang sebenarnya. Teori memang diperlukan,
akan tetapi praktik menulis langsung merupakan tujuan dasar dalam pembelajaran
menulis yang sebenarnya
Dengan munculnya permasalahan tersebut, peneliti
menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini melalui
dua silkus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi.
Siklus I dimulai dengan tahap perencanaan, berupa
rencana kegiatan dan lagkah-langkah yang akan dilakukan peneliti untuk
memecahkan masalah. Pada tahap tindakan, peneliti melakukan tindakan sesuai apa
yang telah direncanakan dalam tahap perencanaan. Tindakan tersebut adalah
melakukan pembelajaran menulis karangan narasi berdasarkan hasil wawancara
dengan model pembelajaran koperatif tipe explicit instructions teknik
kronologis peristiwa. Tahap observasi dilakukan ketika proses pembelajaran
berlangsung. Hasil yang diperoleh dalam pembelajaran kemudian direfleksi.
Kelebihan yang terdaopat pada siklus I dipertahankan, sedangkankekurangannya
kan diperbaiki pada siklus
II. Setelah perencanaan siklus II diperbaiki, tahap
selanjutnya adalah tindakan dan observasi. Hasil yang diperoleh pada siklus II
kemudian direfleksi untuk menentukan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai.
Kemudian hasil siklus I dan siklus II dibandingkan dalam hal pencapaian nilai.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan keterampilan mengubah teks
wawancara menjadi narasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe explicit
instructions teknik kronologis peristiwa. Download ptk bahasa indonesia smk doc Bagan kerangka berpikir digambarkan sebagai
berikut.
Gambar 1 Bagan Kerangka Berpikir
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi
dan perubahan tingkah laku siswa XI IPS MAN . . . akan meningkat jika
pembelajaran ketrampilan menulis paragraf narasi dari teks wawancara
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions teknik
kronologis peristiwa.
C.CONTOH TERBARU PTK BAHASA INDONESIA MAN
BAB III
METODE PENELITIAN
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain pembelajaran ini menggunakan desain yang
merupakan bentuk kajian yang bersifat reflektif. Kajian ini dilakukan dengan
maksud untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan yang
dialksanakan serta memerbaiki kondisi-kondisi praktik-praktik tesebut yang
dilaksanakan. Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas,
dengan menggunakan dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Tiap siklus
terdiri dari empat komponen, yaitu, perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi.
Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun rancangan
mengajar termasuk mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Selanjutnya peneliti melakukan kegiatan pembelajaran dengan melaksanakan
tindakan yang akan dilakukan pada penelitian. Setelah dilakukan tindakan
peneliti melakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan. Tahap terakhir peneliti melakukan refleksi kegiatan-kegiatan yang
telah dilakukan. Kelebihan yang ada pada siklus I akan dipertahankan, sedangkan
kekurangan dalam siklus I akan diperbaiki pada siklus II. Proses penelitian
dengan menggunakan dua siklus ini dapat digambarkan sebagai berikut.
3.1.1 Proses Pelaksanakan Siklus I
3.1.1.1 Perencanaan
Tahap perencanaan berupa rencana kegiatan, guna
menentukan langkah- langkah yang akan peneliti untuk memecahkan masalah.
Perencanaan dilakukan dengan tahap-tahap berikut yaitu: 1) mempersiapkan dan
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi
narasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions teknik
kronologis peristiwa, 2) menyusun instrumen penelitian berupa tes, nontes,
pedoman wawancara, jurnal, dokumenstasi foto, 3) menyiapkan perangkat tes
menulis hasil wawancara menjadi narasi berupa kisi-kisi soal tes, pedoman
penskoran, dan norma penilaian, (4) menyiapkan materi yang akan diajarkan.
3.1.1.2 Tindakan
Tindakan merupakan pelaksanaan dari rencana
pembelajaran yang sudah disiapkan. Pada tahap ini dilakukan tindakan yang akan
dilakukan dalam pembelajaran seperti yang ditulis dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran dalam langkah pelaksanaan pembelajaran. Pada tahap ini terdiri
dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup.
Pada tahap awal guru mengkondisikan siswa agar siap
dalam mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan
model pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions teknik kronologis
peristiwa, selanjutnya guru memberi apersepsi berupa tanya jawab dengan siswa,
apakah siswa pernah menulis hasil wawancara sebelumnya. Selanjutnya guru
menyampaikan pokok-pokok pembelajaran serta kompetensi yang harus dicapai
siswa.
Tahap kegiatan inti, siswa diminta berkelompok 4-5
orang, siswa secara berkelompok mengamati dan mendiskusikan contoh narasi yang
ditulis dari hasil wawancara, kemudian siswa dalam kelompok merumuskan
pengertian narasi., setelah itu guru bersama siswa merumuskan mengenai narasi.
Guru menjelaskan mengenai mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan model
pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions teknik kronologis peristiwa.
Selanjutnya siswa secara berkelompok menulis karangan narasi berdasarkan teks
wawancara.siswa berdiskusi, bekerja sama dan saling menyumbang ide dalam
kelompok. Guru secara eksplisit memberikan bimbingan terhadap kelompok.
Selanjutnya, setelah tugas dari masing- masing kelompok dianalisis
bersama-sama, siswa secara individu menulis karangan narasi berdasarkan teks
wawancara.
3.1.1.3 Observasi
Observasi adalah mengamati hasil atau dampak dari
tindakan-tindakan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran mengubah teks
wawancara menjadi narasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe explicit
instructions teknik kronologis peristiwa. Observasi dilakukan oleh peneliti
pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
respon yang dihasilkan dari penelitian dengan menggunakan tindakan yang
dilakukan. Hal-hal yang diamati yaitu, 1) antusias siswa dalam mengikuti
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan model pembelajaran
kooperatif tipe explicit instructions teknik kronologis peristiwa, 2) respon
siswa ketika diminta mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan model
pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions teknik kronologis peristiwa.
Download ptk bahasa indonesia
3.1.1.4 Refleksi
Setelah proses pembelajaran siklus I berakhir,
peneliti menganalisis hasil tes, wawancara, observasi, dan jurnal. Dari hasil
analisis akan didapat hasil pembelajaran pada siklus I dan akan diketahui
kemampuan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan model
pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions teknik kronologis peristiwa
dan perubahan tingkah laku siswa serta kendala siswa yang dialami siswa maupun
guru dalam melakukan proses pembelajaran. Setelah itu dilakukan refleksi
mengenai keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi, pengungkapan
sikap siswa dalam pembelajaran, dan pengungkapan tindakan yang telah dilakukan
oleh guru selama proses pembelajaran. Dari kekurangan pada siklus I dilakukan
perbaikan pada siklus II, sedangkan kelebihannya dipertahankan.
3.1.2 Proses Pelaksanakan Siklus II
Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I dengan
tetap mempertahankan kelebihan yang ada pada siklus I. Langkah-langkah pada
pembelajaran pada siklus II adalah:
3.1.2.1 Perencanaan
Setelah dilakukan refleksi pada siklus I diketahui
kekurangan-kekurangan yang ada pada proses pembelajaran siklus I. Berdasarkan
kekurangan yang ada, dilakukan perbaikan dalam menyusun perencanaan pada siklus
II. Perbaikan pada siklus I meliputi perbaikan penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran siklus I serta penyusunan instrumen yang akan dipakai.
3.1.2.2 Tindakan
Tindakan pada siklus II dimulai dengan diskusi yang
dilakukan oleh guru dan siswa mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi saat
proses pembelajaran berlangsung. Setelah itu guru menjelaskan kembali cara
mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan model pembelajaran kooperatif
tipe explicit instructions teknik kronologis peristiwa. Kemudian
siswa diminta untuk mengubah teks wawancara
menjadi narasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions
teknik kronologis peristiwa.
2.1.2.3 Observasi
Observasi dilakukan setelah pembelajaran berlangsung.
Hal-hal yang diamati dalam observasi siklus II ini yaitu: 1) antusias siswa
dalam mengikuti pembelajaran pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi
narasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions teknik
kronologis peristiwa, 2) respon siswa ketika menyimak berita, 3) respon siswa
ketika diminta mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan model pembelajaran
kooperatif tipe explicit instructions teknik kronologis peristiwa.
3.2.3.4 Refleksi
Setelah proses pembelajaran siklus II berakhir,
peneliti melakukan analisis hasil pada siklus II. Setelah analisis dilakukan
akan diketahui kendala-kendala pada siklus II, bagaimana perubahan sikap siswa,
dan peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan
model pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions teknik kronologis
peristiwa
Setelah dilakukan tindakan-tindakan siklus II, maka
akan diketahui perubahan yang terjadi pada siswa. Pada tahap ini guru dan siswa
merefleksikan pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil analisis
tersebut dilakukan refleksi yang meliputi: 1) perubahan sikap siswa setelah
mengikuti pembelajaran, 2) peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara
menjadi narasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions
teknik kronologis peristiwa, dan 3) tindakan- tindakan yang telah dilakukan
guru selama mengajar. Contoh
ptk bahasa indonesia smk pdf Apabila
hasil yang didapat pada siklus II belum sesuai dengan apa yang diharapkan, maka
dapat dilakukan siklus berikutnya.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis
paragraf narasi dari teks wawancara siswa kelas XI IPS MAN . . .. Peneliti
mengadakan penelitian dikelas XI IPS karena dalam kurikulum kelas XI IPS
terdapat kompetensi dasar menulis hasil wawancara menjadi narasi. Harapannya,
siswa MAN kelas XI IPS telah memiliki bekal yang cukup untuk melakukan proses
menulis dan mengetahui bagaimana menulis hasil wawancara menjadi narasi dengan
bahasa yang baik dan benar. Selain itu, diharapkan siswa memiliki minat dalam
mengikuti pembelajaran menulis.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru bahasa
Indonesia di MAN . . ., tingkat keterampilan menulis khususnya menulis menjadi
masih rendah. Salah satunya adalah kompetensi dasar menulis hasil wawancara
menjadi narasi. Siswa cenderung mementingkan panjang karangan daripada kualitas
dari isi karangan tersebut sehingga tujuan pembelajaran belum tercapai.
Penelitian dilaksanakan di kelas XI IPS dengan jumlah
siswa 21 siswa. Peneliti mengambil subjek tersebut dengan alasan berdasarkan
hasil pengamatan dan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa dan
sastra Indonesia di MAN . . . yang mengajar di kelas XI IPS, saat ini kondisi
kemampuan akademik relatif rendah, khususnya keterampilan menulis dan siswa
kurang antusias mengikuti pembelajaran menulis paragraf narasi.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada dua, yakni
keterampilan menulis hasil wawancara menjadi narasi dan penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions teknik kronologis peristiwa.
3.3.1 Variabel Keterampilan menulis hasil wawancara
menjadi narasi.
Dalam penelitian ini, siswa akan disajikan teks
wawancara. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk mengidentifikasi teks
wawancara yang diberikan untuk diubah menjadi paragraf narasi. Kompetensi
menulis hasil wawancara menjadi narasi merupakan salah satu kompetensi dasar
aspek menulis dalam kurikulum 2006 yang harus dicapai siswa kelas XI IPS SMA.
Siswa harus mampu menulis paragraf narasi dari teks wawancara berdasarkan
kesesuaian judul dengan isi, pengembangan topik, keterpaduan antar kalimat dan
paragraf serta penggunaan tanda baca yang tepat.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, siswa dikatakan
berhasil dalam pembelajaran menulis paragraf narasi dari teks wawancara apabila
telah mencapai nilai ketuntasan belajar yaitu 70. Dalam hal ini peneliti
mengambil sampel kemampuan menulis paragraf nari dari teks wawancara siswa
kelas XI IPS MAN . . ..
3.3.2 Variabel Penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe eksplicit instruction teknik
kronologis peristiwa.
Proses penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
expicit instructions teknik kronologis peristiwa untuk mengarahkan siswa
berperan aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif menuntut siswa untuk
saling bekerjasama dalam kelompok agar siswa dapat saling menyumbang saran dan
membantu temannya yang belum mengerti mengenai menulis hasil wawancara menjadi
narasi. Metode explicit instruction dimaksudkan agar dalam pembelajaran siswa
tidak hanya praktik tanpa didampingi pengarahan oleh guru, akan tetapi guru di
sini secara eksplisit memberikan pengarahan ketika proses menulis dan
menunjukkan penulisan- penulisan yang benar kepada siswa. Teknik kronologis
peristiwa adalah teknik yang digunakan untuk mencapai penulisan narasi
wawancara sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran. Diharapkan model
pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions mampu memacu keaktifan siswa
dan sekaligus mendidik pendidikan karakter, dari awal sampai akhir proses
pembelajaran.
3.4 Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah
instrumen tes dan non tes. Instrumen tes yang dipakai berupa penugasan siswa
secara individu dan kelompok untuk menulis hasil wawancara menjadi
narasi. Instrumen non tes yang dipakai berupa observasi, jurnal siswa, jurnal
guru, wawancara, dan dokumentasi. Foto
Tabel 3. Penilaian Keterampilan Menulis Paragraf
Narasi
3.4.2 Instrumen Nontes
Instrumen nontes digunakan untuk mengetahui sikap
siswa ketika mengalami pembelajaran mengubah teks wawancara
menjadi narasi. Bentuk instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pedoman observasi, lembar juranal, pedoma
wawancara, dan dokumentasi foto.
3.4.2.1 Pedoman Observasi
Pedoman observasi memuat segala tingkah laku siswa
selama pembelajara mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan model
pembelajaran kooperat tipe explicit instructions teknik kronologis peristiwa.
Adapun aspek yang diama yaitu 1) antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran
mengubah teks wawancar menjadi narasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe
explicit instructions tekni kronologis peristiwa. 2) respon siswa ketika
mengubah teks wawancara menjad narasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe
explicit instructions tekni kronologis peristiwa.
3.4.1.2 Pedoman Jurnal
Jurnal merupakan catatan yang dibuat baik oleh guru
atau pun siswa. Pedoman jurnal yang dibuat adalah pedoman jurnal siswa dan
guru. Jurnal guru memuat segala sesuatu yang terjadi dalam pembelajaran
mengubah teks wawancara menjadi narasi, seperti minat siswa dalam mengikuti
pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan model pembelajaran
kooperatif tipe explicit instructions teknik kronologis peristiwa, respon dan
keaktifan siswa dalam pembelajaran, tingkah laku siswa dalam mengikuti diskusi
kelompok, dan fenomena- fenomena lain yang muncul dalam proses pembelajaran.
Pedoman jurnal siswa digunakan untuk mengetahui segala
sesuatu yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung untuk
mengungkapkan kesulitan yang dialami oleh siswa ketika mengikuti pembelajaran
mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan model pembelajaran kooperatif
tipe explicit instructions teknik kronologis peristiwa. Jurnal siswa berbentuk
sebuah catatan harian. Subyantoro (2009: 65) mengatakan bahwa catatan harian
adalah riwayat pribadi yang dilakukan secara secara teratur
seputar topik yang diminati atau perasaan,
dan penjelasan mengenai kegiatan pembelajaran berlangsung.
Jurnal siswa memuat tentang: 1) pendapat siswa
mengenai pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan model
pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions teknik kronologis peristiwa.
yang dilaksanakan oleh guru, 2) kesulitan yang dialami oleh siswa untuk
mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan model pembelajaran kooperatif
tipe explicit instructions teknik kronologis peristiwa. 3) hal-hal yang ingin
disampaikan oleh siswa terkait dengan pembelajaran mengubah teks wawancara
menjadi narasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions
teknik kronologis peristiwa.
3.4.1.3 Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui pendapat
dan motivasi siswa mengenai proses pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi
narasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions teknik
kronologis peristiwa. Pelaksanaan wawancara tidak dilakukan kepada semua siswa,
tetapi hanya kepada enam siswa yang terdiri dari, dua siswa yang nilainya
berkategori kurang, dua siswa yang nilainya berkategori cukup, dan dua siswa
yang nilainya berkategori baik.
Hal-hal yang ditanyakan kepada siswa di dalam
wawancara yaitu: 1) pendapat siswa mengenai pembelajaran mengubah teks
wawancara menjadi narasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe explicit
instructions teknik kronologis peristiwa., 2) pendapat siswa mengenai model
pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions teknik kronologis peristiwa
yang digunakan dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi, 3)
pendapat siswa mengenai pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran mengubah
teks wawancara menjadi narasi, 4) kesulitan yang dialami siswa ketika diminta
untuk mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan model pembelajaran
kooperatif tipe explicit instructions teknik kronologis peristiwa. 4) manfaat
apa yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi
narasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions teknik
kronologis peristiwa., 5) kesan, pesan dan saran mengenai proses pembelajaran
yang telah dilakukan. Download ptk bahasa indonesia sma doc
3.4.1.4 Dokumentasi Foto
Foto digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan siswa
saat proses pembelajaran. Dokumentasi foto memuat proses yang terjadi pada
pembelajaran. Dokumen foto berfungsi sebagai bukti nyata proses
pembelajaran.dari foto-foto tesebut peneliti dapat lebih mudah untuk mendeskripsi
hasil penelitiannya, khususnya yang berkaitan dengan tingkah laku siswa saat
proses pembelajaran. Hal-hal yang didokumentasikan dalam dokumentasi foto ini
yaitu: 1) kegiatan siswa ketika mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan
model pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions teknik kronologis
peristiwa , 2) kegiatan guru ketika menjelaskan mengenai model pembelajaran
kooperatif tipe explicit instruction teknik kronologis peristiwa, 3), kegiatan
siswa ketika berdiskusi dengan model pembelajaran kooperatif tipe
explicit instructions teknik kronologis peristiwa
4) kegiatan siswa ketika mengubah teks
wawancara menjadi narasi dengan model
pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions teknik kronologis peristiwa.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan
data, yaitu teknik tes dan teknik nontes.
3.5.1 Teknik Tes
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan
tes yang dilakukan sebanyak dua kali. Tes dilakukan dengan menggunakan
kisi-kisi soal yang dibuat oleh peneliti. Tes ini dijadikan sebagai tolak ukur
peningkatan keberhasilan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi
dengan model pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions teknik
kronologis peristiwa yang telah dilakukan.
3.5.2 Teknik Nontes
Teknik nontes yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi, wawancara, jurnal siswa, jurnal guru, dan dokumentasi foto.
3.5.2.1 Observasi
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui sikap dan
perilaku siswa terhadap kegiatan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi
narasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions teknik
kronologis peristiwa. Pada penelitian ini observasi dilakukan
pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Observasi dilakukan dengan dibantu oleh teman.
3.5.2.2 Wawancara
Teknik wawancara dipakai untuk mengungkap data
penyebab kesulitan dan hambatan dalam pembelajaran mengubah teks wawancara
menjadi narasi. Wawancara dilakukan kepada masing-masing dua siswa yang mendapatkan
nilai berkategori baik, cukup, dan kurang. Wawancara dilakukan setelah proses
pembelajaran berlangsung. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa
serta kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa. Peneliti melakukan wawancara
pada tiap siklus, dengan siswa yang berbeda. Siswa yang diwawancarai sebanyak
enam orang, yaitu dua siswa yang nilainya berkategori, dua siswa yang nilainya
berkategori cukup, dan satu siswa yang berkategori kurang.
3.5.2.3 Jurnal
Jurnal ini dibuat pada akhir pembelajaran mengubah
teks wawancara menjadi narasi. Jurnal memuat segala sesuatu yang terdapat dalam
proses pembelajaran. Jurnal penelitian ini merupakan catatan harian siswa
selama mengikuti proses pembelajaran. Selain jurnal untuk siswa juga ada jurnal
yang diberikan pada guru yang telah dipersiapkan sebelumnya. Jurnal berisi
mengenai antusias siswa dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi
narasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions teknik
kronologis peristiwa, serta tingkah laku siswa. Jurnal siswa terdiri atas
kesan, hambatan, pendapat, saran dalam pembelajaran mengubah teks wawancara
menjadi narasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions
teknik kronologis peristiwa.
3.5.2.4 Dokumentasi Foto
Dokumentasi foto dilakukan ketika proses pembelajaran
berlangsung. Pengambilan data berupa foto dilakukan oleh peneliti dengan
bantuan peneliti lain. Pengambilan foto mengacu pada empat kegiatan. Hal-hal
yang didokumentasikan dalam dokumentasi foto ini yaitu: 1) kegiatan siswa
ketika mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan model pembelajaran
kooperatif tipe explicit instructions teknik kronologis peristiwa , 2) kegiatan
guru ketika menjelaskan mengenai model pembelajaran kooperatif tipe explicit
instructions teknik kronologis peristiwa, 3), kegiatan siswa ketika berdiskusi
dengan model pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions teknik
kronologis peristiwa 4) kegiatan siswa ketika mengubah teks wawancara menjadi
narasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe explicit instructions teknik
kronologis peristiwa.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan
secara kualitatif dan kuantitatif. Uraian analisis kualitatif dan kuantitatif
sebagai berikut.
3.6.1 Teknik Kualitatif
Teknik kualitatif ini diperoleh dari data nontes
yaitu: observasi, wawancara, jurnal, dan dokumentasi foto. Data observasi dan
jurnal kegiatan siswa yang dikelompokkan berdasarkan aspek-aspek yang diteliti.
Dalam hal ini, data observasi dan jurnal digunakan untuk memilih siswa yang
mengalami kesulitan untuk dijadikan responden dalam wawancara.
Data wawancara yang digunakan untuk mengetahui
kesulitan belajar siswa, sehingga dapat dicari penyelesaiannya dalam
meningkatkan kemampuan mengubah teks wawancara menjadi narasi yang telah
dilakukan. Dokumentasi foto ini akan memperkuat bukti analisis penelitian pada
setiap siklus. Selain itu data yang diambil melalui dokumentasi foto ini juga
memperjelas data yang lain yang hanya terdeskripsikan dengan tulisan atau angka.
Contoh proposal ptk bahasa indonesia sma
3.6.2 Teknik Kuantitatif
Teknik kualitatif dilakukan untuk menganalisis data
yang diperoleh siswa setelah tes dilakukan. Tes dalam penelitian ini dilakukan
sebanyak dua kali, yaitu pada akhir siklus I dan akhir siklus II. Nilai
masing-masing siswa pada setiap akhir siklus dijumlahkan, kemudian jumlah
tersebut dihitung persentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan:
NP= Nilai dalam presentase
NK= Nilai kumulatif
R= jumlah responden
Hasil yang diperoleh dalam siklus I dibandingkan
dengan hasil yang diperoleh pada siklus II, sehingga dapat diketahui
peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan model
pembelajaran kooperatif metode explicit instructions teknik kronologis
peristiwa. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai presentase peningkatan
keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan model pembelajaran
kooperatif tipe explicit instructions teknik kronologisperistiwa.
D.CONTOH PTK
MAN BAHASA INDONESIA KELAS XI
DAFTAR
PUSTAKA
Agusnain, Yusron. 2010. “PeningkatanKeterampilan
Menarasikan Teks Wawancara melalui metode student teams achievement division
pada siswa kelas XI IPS C SMA N 3 Getasan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran
2009/2010”, mengkaji peran metode student teams achievement
division.Skripsi.Unnes.
Akhadiah, Subarki.1992. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Azies, Furqanul. 2000. Pengajaran Bahasa Komunikatif.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Diba, Awaliya Farah. 2009. “Peningkatan Keterampilan
Menulis Karangan Narasi dengan Menggunakan Teknik Meneruskan Cerita Siswa SMA N
4 Pekalongan Tahun Pelajaran 2008/2009”. Skripsi.Unnes.
Djuharie, Setiawan.2001.Panduan Membuat Karya
Ilmiah.Bandung : CV. YRAMA WIDYA.
Fadli, R.2001.TerampilWawancara.Jakarta : Grasindo
Hasim, Evi. 2008. Penggunaan Media Kata Bergambar
Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Menulis, Jurnal Pendidikan Vol
5.Hal &8-87.
Inayati, Tsalitsah. 2009. “PeningkatanKeterampilan
Menulis Narasi Melalui Media Lirik Tembang Campursari dengan Metode Sugesti
Imajinasi”. Skripsi. Unnes.
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan
Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik.Yogyakarta : Pelajar Pustaka.
Jalil, Asri. 1978.Pengoptimalan
Metode Pemberian Tugas dan Resitasi Melalui
Metode Pendekatan proses, Jurnal Pendidikan Vol 2. Hal 59.
Joyce, B. dan Weil, M. 2003. Models of Teaching (5th).
Boston: Allyn and Bacoon.
Karnisus. 1995. Seni Menggayakan Kalimat. Yogyakarta :
Kanisius.
Karsana, Ano.1986.KeterampilanMenulis. Jakarta :
Karunika Universitas Terbuka. Keraf, Goris.1997. Komposisi. Nusa Indah :
Flores.
Keraf, Goris.2003. Argumentasidan Narasi. Jakarta :
Gramedia.
Kusumah, Wijaya. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta : Indeks. Langit, Sekar Sarah. 2001. Job Inteview. Yogyakarta :
Bintang Cemerlang. Mulyana. 2005. Kajian Wacana. Yogyakarta : Tiara Wacana.
Mulyoto.2006.Kiat Menulis untuk Media Masa.Klaten : Sahabat.
Nurudin. 2010. Dasar-dasar Penulisan. Malang : UMM
Press Parera, daniel. 1993. Menulis Tertib dan Sistemik. Jakarta : Erlangga.
Poore, Shelly dan Crete. 2008. Cooperative Learning in
Relation to Problem Solvin in the Mathematics Classroom.
Department of MathematicsUniversity of
Prisiwati, Rahayu, dkk.2011. Peningkatan Kemampuan
Menulis Narasi dengan Media Gambar dalam Jurnal PTK volume Khusus 1. Hal 76-83.
Rachmawati, Risma. 2011. “Syair Lagu sebagai Media
PeningkatanKeterampilan Menulis Karangan Narasi Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Siswa Kelas XI IPS E SMA Negeri Kalinyamatan Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011”.
Skripsi. Unnes.
Robert, Hecht.1980.TeknikWawancara.Jakarta : Bhratara
Karya aksara. Setiani, Eni. 2008. 7 Jurus Jitu Menulis Buku Best Seller.
Yogyakarta : Andi.
Setyawati, Asri.2009. “Peningkatan Kemampuan Menulis
Wacana Narasi melalui media gambar seri pada siswa kelsa IV SDN II Kebondalem
Kabupaten Pemalang”. Skripsi : Unnes.
Slavin, robert. 2010. Cooperative Learning. Bandung :
Nusa Media. Subyantoro.2009.Penelitian Tindakan Kelas.Semarang : Widya karya.
Sudarya, Yayat. 2009. Makna dalam Wacana. Bandung Yrama widya. Sugiyono.
2010.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Suherman, E., dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: JICA UPI.
Sujanto. 1987. Keterampilan Berbahasa.Jayapura : Uncen
Jayapura
Sukaesih.2005. Pembelajaran Menulis Karangan Narasi
jurnal Pendidikan Vol 3, hal 1-30.
Sukmadinata, Nana.2010. Metode
Penelitian Pendidikan.Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sulistiyo, Santoso Budi.2011. Peningkatan Kompetensi
Mengubah HasilwawancaraMenjadi Karangan Naratif Melalui Curah Gagasan dengan
Pola Kooperatif Dua-Dua-Empat dalam JurnalPTK Volume Khusus 1. Hal 92-99.
Suprijonhno, Agus. 2011.Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Suprijono, Agus.2011. Cooperative Learning. 2011.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Suriamiharja, Agus. Petunjuk Praktis menulis.
Jakarta : Penataran.
Suyatno. 2009. Menjelajah
Pembelajaran Inovatif. Bandung: Masmedia Buana
Pustaka.
Terima kasih telah berkunjung di Musiyanto Blog
yang membahas CONTOH PTK BAHASA INDONESIA SMA KELAS XI TERBARU- ini
dapat membantu Anda dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi
vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan cara
mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan
sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.