CONTOH PTK KELAS X SMA BAHASA
INDONESIA TERBARU-Pembelajaran sastra seperti prosa, puisi, dan drama
bertujuan agar siswa mampu menikmati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra
untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Untuk memahami dan menghayati
karya sastra, siswa diharapkan langsung membaca karya sastra bukan membaca
ringkasannya. Tujuan akhirnya adalah menanamkan dan menumbuhkan kepekaan
terhadap masalah-masalah manusiawi, pengenalan dan rasa hormatnya terhadap tata
nilai baik konteks individu maupun sosial. Download ptk bahasa indonesia sma pdf
Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan, kemampuan menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan
kehidupan sehari-hari siswa kelas X-4 SMA Negeri 3 ... rendah. Hal ini disebabkan
metode yang digunakan guru belum mampu mengubah kemampuan dan perilaku siswa
dalam pembelajaran menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan
kehidupan sehari-hari. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu (1)
bagaimana proses pembelajaran menganalisis keterkaitan unsur-unsur intrinsik
cerpen dengan kehidupan sehari-hari melalui metode jigsaw pada siswa kelas X-4
SMA Negeri 3 ..., (2) bagaimana peningkatan kemampuan menganalisis keterkaitan
unsur-unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari melalui metode jigsaw
pada siswa kelas X-4 SMA Negeri 3 ..., (3) bagaimana perubahan perilaku siswa
kelas X-4 SMA Negeri 3 ... selama mengikuti pembelajaran menganalisis
keterkaitan unsur-unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari melalui
metode jigsaw.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu
siklus I dan siklus II dengan target nilai rata-rata atau ketuntasan minimal
yaitu 70. Subjek penelitian ini adalah kemampuan menganalisis keterkaitan unsur
intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari melalui metode jigsaw pada
siswa kelas X-4 SMA Negeri 3 .... Pengumpulan data siklus I dan siklus II
menggunakan teknik tes dan nontes. Teknik tes berupa kemampuan menganalisis
keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari melalui metode
jigsaw. Teknik nontes berupa pedoman observasi, pedoman wawancara, pedoman
jurnal, dan pedoman dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan secara
kuantitatif dan kualitatif.Proses pembelajaran menganalisis keterkaitan unsur
intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari melalui metode jigsaw pada siswa
kelas X-4 SMA Negeri 3 ... dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (1)
siswa dan guru menemukan materi tentang unsur intrinsik cerpen, (2) guru
menyampaikan langkah¬langkah pembelajaran menggunakan metode jigsaw, (3) siswa
diminta berkelompok menjadi lima kelompok yang selanjutnya disebut kelompok
asal, (4) masing-masing anggota kelompok mendapat tugas menjadi ahli suatu
unsur intrinsik tertentu, (5) siswa dengan tugas yang sama berkelompok menjadi
kelompok ahli, (6) siswa menemukan materi tentang keterkaitan unsur intrinsik
suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari secara berdiskusi dalam kelompok
ahli, (7) siswa kembali pada kelompok asal dan menjelaskan hasil temuan dalam
kelompok ahli, (8) guru membagikan cerpen, (9) masing-masing siswa menemukan
keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari, (10)
Guru memberi masukan tentang kekurangan-kekurangan yang masih ada, (11) Guru
dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah disampaikan.
Hasil analisis data siklus I dan siklus II menunjukkan
adanya peningkatan nilai rata-rata kelas. Hasil tes siklus I menunjukkan
rata-rata sebesar 68,9 dan hasil tes siklus II menunjukkan nilai sebesar 80,3.
Perubahan perilaku siswa kelas X-4 SMA Negeri 3 ... mengalami peningkatan ke
arah yang positif. Pada siklus I siswa cenderung pasif, kurang memperhatikan
penjelasan guru, kurang serius dalam berlatih, dan kurang percaya diri. Pada
siklus II, perilaku siswa berubah menjadi aktif, memperhatikan penjelasan guru,
serius dalam berlatih, dan menjadi percaya diri.
Laporan penelitian
tindakan kelas ini membahas BAHASA INDONESIA SMA yang diberi judul “PENINGKATAN
KEMAMPUAN MENGANALISIS KETERKAITAN UNSUR INTRINSIK SUATU CERPEN
DENGAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI MELALUI METODE JIGSAW PADA SISWA KELAS
X-4 SMA NEGERI 3 ... TAHUN PELAJARAN 2015/2016". Disini akan
di bahas lengkap.
PTK ini bersifat
hanya REFERENSI saja kami tidak
mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang
menginginkan FILE PTK BAHASA INDONESIA SMA KELAS X lengkap dalam bentuk MS
WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan
PTK dapat (SMS ke 0817-283-4988 dengan Format PESAN PTK SMA 018).
A.CONTOH PTK BAHASA INDONESIA KELAS X
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya sastra merupakan hasil salah satu cabang
kebudayaan, yakni kesenian. Sebagai cabang kesenian, sastra berfungsi
memperjelas, memperdalam, dan memperkaya penghayatan manusia terhadap kehidupan
yang sejahtera (Sumardjo dan Saini 1994:16). Karya sastra senantiasa menawarkan
peran moral atau hikmah yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan,
memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat-sifat kemanusiaan tersebut pada
hakikatnya bersifat universal, artinya sifat-sifat itu dimiliki dan diyakini oleh
manusia sejagat.
Pada saat observasi di kelas X-4 SMA Negeri 3 ...,
peneliti menemukan beberapa masalah yang menunjukkan bahwa siswa kurang
antusias mengikuti pembelajaran membaca cerpen. Banyak siswa tidak serius
mengikuti pembelajaran serta tidak berkonsentrasi dalam pembelajaran. Mereka
masih berbicara sendiri dengan temannya, merasa jenuh dan bosan membaca cerpen,
mengantuk, melamun, dan beberapa siswa pandangan matanya tertuju ke luar ruang
kelas. Siswa merasa kesulitan dalam memahami isi cerpen dan mengaitkan dengan
kehidupan sehari-hari. Hal ini terbukti dengan nilai rata-rata kelas 67. Nilai
rata-rata ini masih belum mencapai KKM yaitu 70. Contoh ptk bahasa indonesia sma doc
Teknik yang digunakan oleh guru tidak mengubah
perilaku siswa dalam pembelajaran. Guru menggunakan teknik ceramah dan
penugasan kepada siswa. Dalam teknik ini guru menerangkan secara lisan dan
siswa mendengarkan, setelah kegiatan tersebut siswa diberi penugasan untuk
membaca cerpen dan menemukan unsur intrinsiknya. Kegiatan pembelajaran yang
digunakan oleh guru sebatas menemukan unsur intrinsik cerpen saja tanpa
memperhatikan kaitan unsur-unsur intrinsik dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Hal ini dirasa masih kurang tepat untuk membelajarkan kemampuan menganalisis
keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari.
Masalah yang dihadapi sekarang adalah menentukan
teknik atau strategi pembelajaran sastra agar dapat memberikan sumbangan yang
maksimal untuk pendidikan secara utuh. Sementara banyak siswa yang beranggapan
bahwa pembelajaran mengapresiasi karya sastra merupakan pembelajaran yang
sulit, tentu termasuk juga tentang cerita pendek, sehingga siswa kurang
termotivasi untuk mempelajarinya. Kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam
mengapresiasi cerpen tersebut kemungkinan disebabkan oleh kemampuan siswa yang
kurang atau pemilihan metode dari guru yang kurang tepat.
Berdasarkan observasi tersebut, peneliti akan mencoba
menerapkan salah satu metode yaitu metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Siswa dalam pembelajaran kelompok kooperatif belajar berdiskusi, saling
membantu, dan mengajak satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar.
Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling memberi
dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan masalah dalam belajar. Tipe
Jigsaw melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus siswa belajar serta
mengajarkan apa yang dipelajari kepada orang lain. Maka peneliti penting
mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Kemampuan
Menganalisis keterkaitan Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen dengan Kehidupan
Sehari-hari Melalui Metode Jigsaw pada Siswa Kelas X-4 Semester 1 SMA Negeri 3
... Tahun ajaran 2015/2016.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Bagaimana proses pembelajaran menganalisis keterkaitan
unsur-unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari melalui metode jigsaw
pada siswa kelas X-4 SMA Negeri 3 ... ?
2) Bagaimana peningkatan kemampuan menganalisis
keterkaitan unsur-unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari melalui
metode jigsaw pada siswa kelas X-4 SMA Negeri 3 ...?
3) Bagaimana perubahan perilaku siswa kelas X-4 SMA
Negeri 3 ... selama mengikuti pembelajaran menganalisis keterkaitan unsur-unsur
intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari melalui metode jigsaw?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dicapai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1) Mendeskripsi proses pembelajaran menganalisis
keterkaitan unsur-unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari melalui
metode jigsaw pada siswa kelas X-4 SMA Negeri 3 ....
2) Mendeskripsi peningkatan kemampuan menganalisis
keterkaitan unsur-unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari melalui
metode jigsaw. Contoh ptk
bahasa indonesia sma pdf
3) Mendeskripsi perubahan perilaku siswa kelas X-4 SMA
Negeri 3 ... selama mengikuti pembelajaran menganalisis keterkaitan unsur-unsur
intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari melalui metode jigsaw.
1.4 Manfaat Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti berharap hasil
penelitian ini akan mempunyai manfaat baik secara teoretis maupun secara
praktis.
1. Manfaat teoretis
Manfaat teoretis penelitian ini akan memberi masukan
pengetahuan tentang pengembangan teori pembelajaran menganalisis keterkaitan
unsur-unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari melalui metode
jigsaw. Selain itu dapat memberikan sumbangan pemikiran dan tolak ukur kajian
pada penelitian yang lebih lanjut.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
1) Siswa mengalami perubahan belajar dari cenderung
bosan, pasif, kurang berminat dengan apresiasi cerita pendek menjadi lebih
bersemangat aktif dan senang.
2) Kemampuan mengaitkan unsur intrinsik cerita pendek
dengan kehidupan sehari-hari siswa meningkat setelah pembelajaran.
b. Bagi Guru
Guru bertambah wawasan mengenai metode pembelajaran
Jigsaw untuk meningkatkan kemampuan menganalisis keterkaitan cerita pendek
dengan kehidupan sehari-hari.
c. Bagi Sekolah
Sekolah semakin meningkat prestasinya dengan metode
pembelajaran yang bervariatif seperti metode Jigsaw sehingga siswa lebih
antusias dan hasil akademik diharapkan optimal. Pembelajaran metode Jigsaw
menyenangkan bagi siswa dan guru sehingga diharapkan hasilnya lebih meningkat.
B.CONTOH
PTK KETERKAITAN UNSUR INTRINSIK SUATU CERPEN KELAS X
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Landasan Teoretis
Pada landasan teori ini dipaparkan teori yang
mendukung penelitian menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerita pendek
dengan kehidupan sehari-hari melalui metode jigsaw, diantaranya hakikat cerita
pendek, unsur-unsur intrinsik cerita pendek, keterkaitan unsur intrinsik dengan
kehidupan sehari-hari, hakikat pembelajaran kooperatif, metode jigsaw, dan
pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari
melalui metode jigsaw.
2.1.1 Hakikat Cerita Pendek
Pada bagian ini akan dibahas mengenai hakikat cerita
pendek yang meliputi pengertian cerita pendek, dan karakteristik cerita pendek.
2.1.1.1 Pengertian Cerita Pendek
Wellek dan Warren (1989:3) mengatakan bahwa sastra
adalah bentuk kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra memiliki jenis yang
beragam yaitu prosa, puisi, dan drama. Download ptk bahasa indonesia sma kelas
x Cerita pendek merupakan salah satu jenis sastra berbentuk prosa yang berbeda
dengan jenis prosa yang lain misalnya novel. Menurut Suharianto (1982:39)
cerita pendek bukan ditentukan oleh banyaknya halaman untuk mewujudkan cerita
tersebut atau sedikitnya tokoh yang terdapat dalam cerita itu, melainkan lebih
disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan yang ingin disampaikan oleh bentuk
karya sastra tersebut. Jadi sebuah cerita yang pendek belum tentu digolongkan
ke dalam jenis cerita pendek. Jika ruang lingkup permasalahan yang diungkapkan
tidak memenuhi persyaratan yang dituntut oleh cerpen (cerita pendek).
Tidak berbeda dengan pendapat Nursisto, Nuryatin (20
10:2), secara etimologis cerpen pada dasarnya adalah karya fiksi, atau “sesuatu
yang dikonstruksikan, ditemukan, dibuat atau dibuat-buat”. Hal ini berarti
cerpen tak terlepas dari fakta atau kejadian nyata. Cerpen dibuat berdasarkan
kenyataan yang ditambahi dengan ide-ide atau kahayalan pengarang sehingga
cerpen tidak murni berasal dari realita atau kenyataan.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulan bahwa
cerpen adalah suatu karya sastra berbentuk prosa yang bersifat fiktif yang
memiliki satu tema yang memusat, tidak ditentukan oleh banyak sedikitnya
kalimat atau bukan panjang atau pendeknya halaman yang dipergunakan serta
menyajikan suatu keadaan yang bukan berarti rangkaian tetapi merupakan suatu
kesatuan yang membentuk makna tunggal.
2.1.1.2 Karakteristik Cerpen
Cerpen sebagai bagian dari prosa jelas berbeda dengan
novel. Keduanya mampunyai persamaan, yaitu dibangun oleh unsur instrinsik dan
unsur ekstrinsik yang sama. Untuk membedakan dengan novel, berikut ini akan
disebutkan ciri-ciri cerpen menurut Nurgiyantoro (2001:35), seperti berikut:
1. Cerpen merupakan cerita pendek yang dapat dibaca
sekali duduk kira-kira bekisar antara setengah hingga dua jam.
2. Cerpen menuntut penceritaan yang serba ringkas tidak
sampai pada detail-detail khusus yang kurang penting yang lebih bersifat
memperpanjang cerita.
3. Plot cerpen pada umumnya tunggal, hanya terdiri dari
satu urutan cerita yang diikuti sampai cerita berakhir (bukan selesai). Karena
berplot tunggal konflik yanga kan dibangun dan klimaks biasanya bersifat
tunggal.
4. Cerpen hanya berisi satu tema, hal ini berkaitan
dengan plot yang juga tunggal dan pelaku yang terbatas.
5. Tokoh dalam cerpen sangat terbatas, baik yang
menyangkut jumlah ataupun dicita-cita jati diri tokoh, khususnya yang berkaitan
dengan perwatakan.
6. Cerpen tidak memerlukan rincian khusus tentang keadaan
latar, misalnya yang meyangkut keadaan tempat dan latar sosial. Cerpen hanya
memerlukan pelukisan secara garis besar saja asal telah mampu memberikan
suasana tertentu. Download ptk
bahasa indonesia sma pdf
7. Dunia fiksi yang ditampilkan cerpen hanya menyangkut
salah satu sisi kecil pengalaman kehidupan saja. Dengan demikian, cerpen
merupakan cerita yang ringkas, pendek baik dari segi unsur pembangunnya maupun
dari segi penceritaanya.
2.1.2 Unsur-unsur Intrinsik Cerpen
Unsur intinsik adalah unsur yang secara langsung
membangun karya sastra itu sendiri (Nurgiyantoro 2001:19). Unsur intrinsik
cerita pendek terdiri atas unsur¬unsur intrinsik, antara lain: alur, tokoh dan
penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, tema dan amanat. Berikut ini
pembahasan masing-masing unsur.
2.1.2.1 Alur atau Plot
Pengertian alur dalam cerita pendek atau karya fiksi
pada umumnya dalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan
peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam
suatu cerita (Aminuddin 2002:83). Alur berkaitan dengan peristiwa-peristiwa
yang dialami oleh tokoh dalam cerita.
Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa alur atau
plot yaitu rnagkaian peristiwa yang disusun pengarang melalui tahapan-tahapan
peristiwa sehingga terjalin suatu cerita yang masuk akal dan utuh yang
dihadirkan oleh pelaku cerita dengan memperhatikan hubungan sebab akibat.
2.1.2.2 Latar atau Setting
Hakikat latar dikemukakan oleh beberapa penulis
diantaranya adalah Suharianto (1982), dan Pradopo (2008). Berikut penjelasan
mengenai hakikat latar. Latar adalah tempat terjadinya dan waktu terjadinya
cerita itu (Suharianto 1982:33).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa latar
tidak hanya berupa sesuatu yang menyangkut fisik, tetapi juga yang menyangkut
nonfisik dan juga bukan bersifat materi.
Latar memiliki beberapa unsur yaitu unsur tempat,
waktu, dan sosial.
1. Latar Tempat
Latar tempat mengarah pada lokasi terjadinya dan
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan mungkin dapat
berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi
tertentu tanpa nama yang jelas
2. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan
terjadinya peristiwa¬peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
Masalah kapan tersebut biasanya berhubungan dengan waktu faktual, waktu yang
ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah.
3. Latar Sosial
Latar sosial mengarah pada hal-hal yang berhubungan
dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam
cerita. Dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan,
pandangan hidup, cara berpikir, dan bersikap. Latar sosial juga berkaitan
dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atas.
Dapat disimpulkan bahwa latar adalah tempat, waktu,
dan sosial yang dijadikan latar belakang penceritaan oleh pengarang yang
keberadaannya harus integral dengan unsur lainnya dalam membangun keutuhan
makna cerita.
2.1.2.3 Tokoh dan Penokohan
Hakikat tokoh dan penokohan dikemukakan oleh beberapa
penulis diantaranya adalah Suharianto (1982), Aminuddin (2002), dan Nuryatin
(2010). Berikut penjelasan hakikat tokoh dan penokohan.
2.1.2.3.1 Tokoh
Tokoh cerita adalah pelaku yang dikisahkan perjalanan
hidupnya dalam cerita diseritakan (Nuryatin 20 10:7). Tokoh-tokoh cerpen hadir
sebagai seseorang yang berjati diri yang kualitasnya tidak semata-mata
berkaitan dengan ciri fisik, melainkan terlebih berwujud kualitas nonfisik.
Tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral
dan tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa
dalam cerita. Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu: Tokoh sentral
protagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan
nilai-nilai positif. Tokoh sentral antagonis, yaitu tokoh yang membawakan
perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai
negatif.
Adapun tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung
atau membantu tokoh sentral. Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, tokoh
andalan, tokoh tambahan, dan tokoh lataran. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan
yang menjadi kepercayaan tokoh sentral (baik protagonis ataupun antagonis).
Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali memegang peran dalam peristiwa
cerita. Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi sebagai
latar cerita saja. Contoh
ptk bahasa indonesia sma doc
2.1.2.3.2 Penokohan
Menurut Suharianto (1982:31) penokohan adalah
pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang
dapat berupa, pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat-istiadatnya, dan
sebagainya. Sejalan dengan hal itu Aminuddin (2002:79) menyatakan cara
pengarang menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut dengan penokohan.
Sedangkan yang dimaksud watak adalah kualitas tokoh,
kualitas nalar, dan jiwanya yang membedakan dengan tokoh lain. Perwatakan
adalah pelukisan karakteristik tokoh melalui sifat-sifat, sikap, dan tingkah
laku yang lebih menunjukkan pada kualitas pribadi sesuai penafsiran pembaca.
2.1.2.4 Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara pandang pengarang
menampilkan para pelaku merupakan strategi, teknik, dan siasat yang secara
sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan ceritanya.
Ada beberapa jenis sudut pandang. Menurut Suharianto
(1982:36) jenis pusat pengisahan, yaitu (1) pengarang sebagai pelaku utama
cerita. Tokoh yang akan menyebutkan dirinya sebagai “aku”. (2) pengarang ikut
main, tetapi bukan pelaku utama. (3) pengarang serta hadir. Dalam hal ini
pengarang tidak berperan sebagai apa-apa. Pelaku utama cerita tersebut orang
lain, dapat “dia” atau kadang-kadang disebut namanya tetapi pengarang serta
tahu apa yang akan dilakukan atau lukisan apa yang ada dalam pikiran pelaku
cerita, (4) pengarang peninjau, dalam pusat pengisahan ini pengarang seakan-seakan
tidak tahu apa yang akan dilakukan pelaku cerita atau yang ada dalam
pikirannya. Pengarang sepenuhnya hanya mengatakan/menceritakan apa yang
dilihatnya.
Dari beberapa pendapat dapat peneliti simpulkan bahwa
sudut pandang atau point of view adalah cara memandang yang digunakan pengarang
sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan latar, dan sebagai peristiwa
yang membentuk cerita dalam sebuah cerita kepada pembaca.
2.1.2.5 Gaya
Gaya erat hubungannya dengan nada cerita. Gaya
pemakaian bahasa yang spesifik dari seorang pengarang. Pengertian gaya
dikemukakan oleh beberapa pengarang seperti yang tersebut berikut, Aminuddin
(2002:72) menyatakan bahwa gaya adalah cara seorang pengarang mengungkapkan
gagasannya dalam wacana ilmiah dengan cara pengarang dalam kreasi cipta sastra,
dengan demikian akan menunjukkan adanya perbedaan meskipun dua pengarang itu
berangkat dari satu ide yang sama.
Selain itu, Abrams (dalam Nurgiyantoro 2001:276)
mengatakan bahwa gaya bahasa adalah cara ekspresi kebahasaan oleh pengarang.
Gaya bahasa pada masing¬masing pengarang berbeda sehingga gaya bahasa
masing-masing karya sastra berbeda.
2.1.2.6 Tema
Tema adalah dasar cerita, yakni pokok permasalahan
yang mendominasi suatu karya sastra. Ia terasa dan mewarnai karya sastra
tersebut dari halaman pertama hingga halaman terakhir (Suharianto 1982:28).
Hakikatnya tema adalah permasalahan yang merupakan titik tolak pengarang dalam
menunjukkan cerita atau karya sastra tersebut, sekaligus merupakan permasalahan
yang ingin dipecahkan pengarang dengan karyanya itu.
2.1.2.7 Amanat
Amanat menurut Suharianto (1982:70) adalah nilai-nilai
yang ada dalam cerita karya sastra selain berfungsi sebagai hiburan juga
berfungsi sebagai sarana pendidikan. Dengan kata lain, pengarang selain untuk
menghibur pembaca (penikmat) juga ingin mengajari pembaca. Ajaran yang ingin
disampaikan pengarang itu dinamakan amanat.
Sedangkan Aminuddin (2002:22) berpendapat bahwa amanat
adalah unsur pendidikan, terutama pendidikan moral, yang ingin disampaikan oleh
pengarang kepada pembaca lewat karya sastra yang ditulisnya. Amanat dapat
disampaikan dengan cara tersirat dan tersurat. Tersirat artinya pengarang tidak
menyampaikan langsung melalui kalimat-kalimat, tetapi melalui jalan nasib atau
penghidupan pelakunya, sedangkan tersurat berarti pengarang menyampaikan
langsung pada pembaca melalui kalimat, baik itu berbentuk keterangan
pengarangnya atau dialog pelakunya.
2.1.3 Keterkaitan Unsur Intrinsik dengan Kehidupan
Sehari-hari
Cerita pendek merupakan cerminan kehidupan.
Unsur-unsur yang terdapat dalam cerita pendek juga memiliki keterkaitan dengan
kehidupan sehari-hari. Keterkaitan unsur intrinsik dengan kehidupan sehari-hari
terletak pada kesamaan unsur intrinsik dengan kehidupan sehari-hari. Unsur
intrinsik itu memiliki keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Unsur intrinsik memiliki kesamaan dengan kehidupan
sehari-hari jika unsur intrinsik yang ada dalam cerpen memang betul-betul ada
dalam kehidupan sehari¬hari, sedangkan unsur intrinsik yang tidak memiliki
kesamaan dengan kehidupan sehari-hari merupakan fiktif atau karangan penulis.
2. Alur atau Plot
Cerpen melukiskan kisah-kisah kehidupan dan keadaan
sosial suatu masyarakat, peristiwa-peristiwa, ide, dan gagasan, serta
nilai-nilai yang diamanatkan pencipta lewat tokoh-tokoh cerita (Situmeang 20
12:56). Alur atau plot merupakan rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan
sebuah akibat sehingga menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh. Contoh ptk bahasa indonesia sma pdf Plot atau alur adalah unsur struktur yang
berwujud jalinan peristiwa di dalam karya sastra yang memperlihatkan kepaduan
(koherensi) tertentu yang diwujudkan antara lain oleh hubungan sebab akibat,
tokoh, tema, atau ketiganya. Alur dapat dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari
karena kehidupan sehari-hari merupakan jalinan peristiwa yang dilewati oleh
semua manusia. Siswa dapat mengetahui berbagai macam urutan peristiwa yang ada
dalam kehidupan masyarakat dari membaca cerpen dan menemukan alur cerita.
3. Penokohan
Karya sastra sebagai cerminan kehidupan masyarakat,
merupakan dunia subjektivitas yang diciptakan oleh pengarang yang di dalamnya
terdapat berbagai aspek kehidupan yang saling berkaitan satu dengan yang
lainnya. Aspek kehidupan tersebut berupa aspek sosiolologis, psikologis,
filsafat, budaya, dan agama.
Keberadaan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari
diri pengarang sebagai bagian dari anggota suatu masyarakat (Efendi 2010: 83).
Sehingga dalam penciptaannya, pengarang tidak dapat terlepas dari lingkungan
sosial budaya yang melatarinya.
Demikian pula penokohan dalam cerpen. Penokohan
merupakan cara pengarang menampilkan watak tokoh dalam cerpen. Penokohan dalam
sebuah cerpen relatif sering berdasar pada kehidupan sehari-hari. Pengetahuan
tentang penokohan memberi gambaran kepada pembaca tentang berbagai jenis watak
manusia dalam masyarakat. Siswa dapat mengenali berbagai watak masyarakat
melalui penyajian tokoh-tokoh dalam cerpen.
4. Latar atau setting
Latar atau setting merupakan lingkungan cerita yang berkaitan
dengan masalah tempat dan waktu terjadinya peristiwa, lingkungan sosial, dan
lingkungan alam yang digambarkan guna menghidupkan peristiwa. Setting dalam
dunia fiksi bukan hanya background, artinya bukan menunjukkan tempat kejadian
dan kapan terjadinya. Latar sebuah cerpen relatif sering menggambarkan tempat,
waktu, dan suasana tertentu. Seperti pendapat Damono (2006:53) bahwa sastra
bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, terpisah dari masyarakat yang melahirkan
dan menikmatinya. Sastra mempunyai kedudukan, peran, dan kegunaan dalam
masyarakat. Penggambaran latar dalam cerpen dapat memberikan manfaat bagi
pembaca. Pembaca dapat mengetahui keadaan suatu tempat tertentu dengan membaca
cerpen. Selain itu pembaca juga dapat mengetahui keadaan pada suatu tempat
dalam waktu tertentu. Misalnya, pembaca dapat mengetahui keadaan suatu tempat
pada zaman penjajahan melalui cerpen yang memiliki latar zaman penjajahan.
5. Sudut pandang
Sudut pandang adalah cara pandang pengarang
menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkan (Aminuddin 2002:90). Sudut
pandang pengarang yang hanya menceritakan apa yang terjadi menurut
penglihatannya dan pengarang tidak masuk pada diri tokoh sering disebut sudut
pandang orang ketiga, sedangkan sudut pandang pengarang yang memilih salah satu
tokohnya untuk bercerita biasa disebut sudut pandang orang pertama. Seorang
pembaca dapat mengetahui tentang cara pengarang menceritakan suatu peristiwa
yang terjadi dalam masa tertentu dengan sudut pandang tertentu.
6. Gaya Bahasa
Berbicara masalah karya sastra memang unsur bahasa
tidak dapat lepas dan diabaikan begitu saja. Bahkan karya sastra dapat
dipastikan tidak akan ada, bila tidak ada bahasa. Mulyani (20 10:54-55)
mengemukakan bahwa bahasa dalam karya sastra merupakan alat yang utama dalam
mengekspresikan ide-ide penyair atau pengarang. Bahasa dalam karya sastra dapat
diolah, ditata, dan digaraf sedemikian rupa oleh pengarang, sehingga menjadi
suatu karya sastra yang baik.
Gaya adalah keterampilan pengarang dalam mengolah dan
memilih bahasa secara tepat dan sesuai dengan watak pikiran dan perasaan.
Setiap pengarang mempunyai gaya yang berbeda-beda dalam mengungkapkan hasil
karyanya. Seorang pembaca dapat mengetahui tentang gaya berbahasa pada tempat
dan waktu tertentu dengan membaca cerpen. Setiap orang dengan watak berbeda
memiliki gaya bahasa yang relatif berbeda pula. Dengan demikian pembaca dapat
mengetahui berbegai gaya bahasa dari membaca cerpen.
7. Amanat
Sastra mengajak menyelami fakta-fakta sosial secara
lebih mendalam. Sastra menghimpun suatu pengetahuan tentang masyarakat dan
memiliki relevansi dengan kehidupan yang bisa diserap menjadi pengalaman sosial
bagi pembacanya sehingga menumbuhkan kepekaan sosial dan sikap kritis. Nilai
etika atau moral dalam sastra yang baik haruslah karya sastra yang memberikan
wawasan terhadap pencerahan pemikiran dan ruhiyah serta mendidik, mempunyai
etika terhadap perkembangan perilaku pembacanya (Mulyono 2006). Dengan demikian
amanat dalam cerpen selalu memiliki keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Pembaca dapat belajar berbagai nilai kehidupan bermasyarakat dari amanat
cerpen.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menemukan
keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari adalah sebagai
berikut: Pertama, membaca cerpen secara tenang dan saksama. Kedua, mencoba
menemukan unsur intrinsik cerpen. Ketiga, mencoba menelaah unsur intrinsik
dengan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Download ptk bahasa indonesia sma pdf
2.1.4 Hakikat Pembelajaran Menganalisis Keterkaitan
Unsur Intrinsik Cerpen dengan Kehidupan Sehari-hari
Pada bagian ini akan dibahas mengenai kemampuan
menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari,
tujuan pembelajaran menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan
sehari-hari, pemilihan materi menganalisis cerpen, dan kriteria pemilihan
cerpen.
2.1.4.1 Kemampuan Menganalisis Keterkaitan Unsur
Intrinsik Cerpen dengan Kehidupan Sehari-hari
Membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta
digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis
melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Tarigan 1997:7). Kegiatan membaca
merupakan kegiatan reseptif, suatu bentuk penyerapan aktif. Dalam kegiatan
membaca pikiran dan mental dilibatkan secara aktif, tidak hanya aktivitas fisik
saja.
Cerita pendek sebagai salah satu bentuk karya sastra
mengungkap berbagai realita dinamika kehidupan. Oleh karena itu, cerpen dapat
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari melalui pengaitan unsur intrinsik. Unsur
intrinsik adalah unsur¬unsur yang secara faktual akan dijumpai jika seseorang
membaca karya sastra. Unsur¬unsur tersebut di antaranya, tokoh, penokohan,
latar, alur, tema, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2010: 23). Unsur intrinsik ini
memiliki keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
2.1.4.2 Tujuan Pembelajaran Menganalisis Keterkaitan
Unsur Intrinsik Cerpen dengan Kehidupan Sehari-hari
Tujuan pembelajaran sastra khususnya pembelajaran
menganalisis cerpen adalah terwujudnya kemampuan siswa untuk mengapresiasi
sastra khususnya cerpen secara memadai. Kejelasan tujuan pembelajaran sastra
khususnya cerpen sangat penting sebab akan memberi pedoman bagi pemilihan bahan
yang sesuai. Pemilihan bahan pembelajaran dan bahan yang diteskan harus
menopang tercapainya tujuan yaitu membimbing dan meningkatkan kemampuan
mengapresiasi sastra siswa (Nurgiyantoro 2001:293).
2.1.4.3 Pemilihan Materi Pembelajaran Menganalisis
Keterkaitan Unsur Intrinsik Cerpen dengan Kehidupan Sehari-hari
Materi pembelajaran merupakan suatu yang disajikan
oleh guru untuk diolah dan kemudian dipahami oleh siswa dalam rangka pencapaian
tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, materi
pembelajaran merupakan salah satu unsur atau komponen yang penting artinya
untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran terdiri atas fakta-fakta
genelasisasi, konsep, hukum/aturan, dan sebagainya yang terkandung dalam mata
pelajaran (Ibrahim dan Syaodih 2003:100).
Pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerpen
merupakan bagian dari pembelajaran membaca karya sastra. Nurgiyantoro
(2001:228) mengemukakan bahwa kemampuan membaca diartikan sebagai kemampuan
untuk memahami informasi yang disampaikan pihak lain melalui sarana tulisan.
Oleh karena itu, bahan pembelajaran hendaklah yang mengandung informasi yang
menuntut untuk dipahami. Pemilihan cerpen sebagai bahan pembelajaran kemampuan
menganalisis cerpen hendaknya juga mempertimbangkan beberapa faktor
2.1.4.4 Penilaian Pembelajaran Menganalisis
Keterkaitan Unsur Intrinsik Cerpen dengan Kehidupan Sehari-hari
Pembelajaran menganalisis keterkaitan unsur intrinsik
cerpen dengan kehidupan sehari-hari termasuk dalam pembelajaran apresiasi
cerpen. Aminuddin (2002: 34) mengungkapkan tiga jenis penilaian apresiasi sastra
antara lain: 1) aspek kognitif, 2) aspek emotif, 3) aspek evaluatif. Penilaian
kemampuan menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerpen termasuk dalam
pembelajaran membaca cerpen merupakan penilaian aspek kognitif karena menilai
kemampuan yang terkandung dalam cerpen. Kegiatan memehami informasi itu sendiri
sebagai suatu aktivitas kognitif dapt dilakukan atau berjenjang, sebagaimana
ranah kognitif yang dikembangkan Bloom (dalam Ismiwati 2011:222) adalah: 1)
tingkat ingatan, 2) tingkat pemahaman, 3) tingkat penerapan, 4) tingkat
analisis, 5) tingkat sintesis, 6) tingkat evaluasi.
2.1.5 Hakikat Pembelajaran Kooperatif
Pada bagian ini akan dijelaskan tentang pengertian
pembelajaran kooperatif dan karakteristik pembelajaran kooperatif.
2.1.5.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada
siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung
satu sama lain atas tugas¬tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur
penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. Pembelajaran
kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan pertisipasi siswa,
memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan
dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan
belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.
Pembelajaran kooperatif mendorong dan memberi
kesempatan kepada siswa untuk terampil berkomunikasi. Artinya, siswa didorong
untuk mampu menyatakan pendapat atau idenya dengan jelas, mendengarkan orang
lain dan menanggapinya dengan tepat. Siswa juga mampu membangun dan menjaga
kepercayaan, terbuka untuk menerima dan memberi pendapat serta ide-idenya, mau
berbagi informasi dan sumber, mau memberi dukungan pada orang lain dengan
tulus. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi keberhasilan
individual ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
2.1.5.2 Karakteristik Pembelaj aran Kooperatif
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran
kooeratif sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (2012), yaitu penghargaan
kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
a. Penghargaan Kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan
kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh
jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan
kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam
menciptakan hubungan antarsiswa yang saling mendukung, saling membantu, dan
saling peduli.
b. Pertanggungjawaban Individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran
individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut
menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam
belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap
anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa
bantuan teman sekelompoknya. Siswa yang terlibat dalam Pembelajaran kooperatif
akan memahami bahwa mereka diharapkan untuk belajar dan melakukan aktivitas
bersama-sama serta dapat menunjukkan bahwa mereka dapat memahami isi materi
c. Kesempatan yang sama untuk sukses
Setiap anggota kelompok mempunyai kesempatan yang sama
untuk menguasai materi pembelajaran dan mendapatkan penghargaan dari kemampuan
yang dicapainya.
2.1.6 Metode Jigsaw
Proses pembelajaran yang memberikan peluang kepada
siswa untuk meilhat jati dirinya adalah dengan kerja kelompok (Siskandar
2009:178). Menurut Joice (dalam Ahmadi 2011:13) metode pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
menemukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,
film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Download ptk bahasa indonesia sma
kelas x Dalam pembelajaran Jigsaw siswa dapat saling bertukar pendapat dan
saling membantu sehingga siswa lebih kreatif dalam pembelajaran.
Metode pembelajaran Jigsaw termasuk kedalam metode
pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran dengan metode Jigsaw diawali dengan pengenalan
topik yang akan dibahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang dipelajari
pada papan tulis, penanyangan power point dan sebagainya. Lalu guru menanyakan
kepada siswa tentang topik yang akan dipelajari (Suprijono 2009:89). Metode
Jigsaw merupakan metode yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan
dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak
mengharuskan uraian penyampaian (Aryani 2008:56).
Melalui belajar dari teman sebaya dengan bimbingan
guru, maka proses penerimaan dan pemahaman siswa akan semakin mudah dan cepat
terhadap materi yang dipelajari (Indriasih 2009:8 1). Proses pembelajaran akan
dapat dilaksanakan dengan lancar jika guru sungguh-sungguh melaksanakan
perannya dengan baik. Keberhasilan belajar menurut metode ini bukan semata-mata
ditentukan oleh kemampuan individual secara utuh, melainkan perolehan belajar
itu akan semakin baik apabila dilakukan secara bersama-sama dalam
kelompok-kelompok kecil yang terstruktur dengan baik.
Untuk lebih jelas cara kerja jigsaw dapat dilihat dari
bagan 1 berikut ini:
Bagan 1 Alur Pembelajaran Metode Jigsaw
Keterangan: Baris I dan III :
Kelompok asal
Baris II : Kelompok ahli
2.1.8 Pembelajaran Menganalisis Keterkaitan Unsur
Intrinsik Cerpen dengan Kehidupan Sehari-hari Melalui Metode Jigsaw
Pembelajaran menganalisis keterkaitan unsur intrinsik
dengan kehidupan sehari-hari merupakan pembelajaran apresiasi cerpen. Contoh ptk bahasa indonesia sma pdf Tujuan pembelajaran apresiasi sastra adalah
meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya sastra. Kegiatan
mengapresiasisi sastra berkaitan dengan latihan mempertajam perasaan,
penalaran, dan kepekaan terhadap masyarakat, budaya serta lingkungan hidup.
Dengan demikian, pembelajaran apresiasi sastra bukanlah hafalan, melainkan
berupa aktivitas siswa dengan karya sastra.
Cara kerja metode ini yaitu guru membentuk kelas
menjadi kelompok¬kelompok. Kemudian guru memberikan cerpen pada masing-masing
siswa. Marno dan Idris (2009:154) menyatakan bahwa Jigsaw dapat diterapkan pada
pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan dan diketahui
siswa dengan membagikan bahan ajar. Selanjutnya siswa diminta untuk membaca
cerpen tersebut. Setiap siswa dalam kelompok diberi tugas untuk menganalisis
unsur-unsur intrinsik tertentu dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari.
Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka.
Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali kepada kelompok
asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka
kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Tiap tim
ahli mempresentasikan hasil diskusi kepada kelompok asal.
2.2 Kerangka Berpikir
Kemampuan siswa kelas X-4 SMA Negeri 3 ... dalam
menganalisis keterkaitan unsur-unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan
sehari-hari masih rendah. Penyebab rendahnya kemampuan siswa dalam pembelajaran
ini adalah karena rendahnya minat siswa terhadap pembelajaran menganalisis
keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari, penggunaaan
metode pembelajaran yang kurang menarik minat siswa, nilai siswa rendah dan
belum mencapai ketuntasan.
Oleh karena itu, metode jigsaw digunakan pada
pembelajaran menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan
sehari-hari melalui pada siswa kelas X-4 SMA Negeri 3 .... Metode Jigsaw dalam
pembelajaran menganalisis keterkaitan unsur-unsur intrinsik cerpen dengan
kehidupan sehari-hari mampu menarik minat siswa terhadap pembelajaran
menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari,
membantu guru untuk menemukan alternatif metode yang menarik minat siswa,
membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan menganalisis keterkaitan unsur
intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari. Berikut disajikan bagan kerangka
berpikir penelitian ini.
Bagan 2 Kerangka Berpikir
2.3 Hipotesis Tindakan
Hipotesis penelitian tindakan kelas ini adalah jika
dalam pembelajaran menganalisis keterkaitan unsur intrinsik dengan kehidupan
sehari-hari diterapkan metode Jigsaw maka kemampuan menganalisis keterkaitan
unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari siswa kelas X-4 SMA Negeri
3 ... akan mengalami peningkatan, serta perilaku siswa dalam pembelajaran
mengalami perubahan yang lebih baik.
C.CONTOH LENGKAP PTK BAHASA INDONESIA DENGAN METODE JIGSAW
BAB III
METODE PENELITIAN
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan prosedur penelitian
tindakan kelas (PTK). Dengan demikian, penelitian ini berbasis kelas yang
meilbatkan komponen yang ada di dalam kelas yaitu siswa, guru, materi
pelajaran, dan metode pembelajaran yang terangkum dalam proses pembelajaran di
dalam kelas.
Penelitian tindakan kelas ini mencakup 4 aspek pokok,
yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, (4) refleksi. Penelitian
ini dilakukan dengan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.
Permasalahan-permasalahan siklus I merupakan permasalahan yang harus dipecahkan
pada siklus II. Berikut ini adalah gambar penelitian yang dilaksanakan.
Bagan 3
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Pada pratindakan berisi renungan dalam mengajar
sehingga dapat menemukan kelemahan-kelemahan, kekurangan dalam pembelajaran
menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari
kemudian dilakukan dengan tindak lanjut yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah tentang pembelajaran sastra, adapun tahapan penelitian tindakan kelas
pada siklus I dan II sebagai berikut:
1) Perencanaan
Tahapan perencanaan merupakan tahap awal yang berupa
kegiatan untuk menentukan langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Perencanaan harus dibuat oleh peneliti
sebelum peneliti melangkah lebih lanjut. Download
ptk bahasa indonesia sma pdf
Pada perencanaan siklus I dilakukan persiapan
pembelajaran menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan
sehari-hari melalui metode jigsaw: 1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari
melalui metode jigsaw, 2) menentukan cerpen yang akan digunakan, 3)
mempersiapkan instrumen penilaian yaitu instrumen tes dan nontes. Instrumen tes
berupa tes menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan
sehari-hari beserta kriteria penilaiannya, dan instrumen nontes berupa pedoman
observasi, jurnal siswa dan guru, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi
foto, 4) menyiapkan perangkat tes menganalisis keterkaitan unsur intrinsik
dengan kehidupan sehari-hari yang berupa soal tes, pedoman penskoran, dan
penilaian, 5) berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan kelas yang akan
diteliti.
2) Tindakan
Tindakan penelitian adalah pelaksanaan dari rencana
yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan yang dilakukan adalah pembelajaran
menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerpen melalui metode jigsaw.
3) Observasi
Tahap observasi merupakan tahapan peneliti mengamati
perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan
dengan menggunakan lembar pedoman observasi. Dalam melaksanakan observasi,
peneliti dibantu oleh salah seorang rekan untuk dan guru bahasa Indonesia untuk
mencatat hal-hal yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Data yang
dieproleh pada siklus I sebagai acuan dalam perbaikan siklus II, serta
dijadikan refleksi.
4) Refleksi
Refleksi adalah kegiatan perenungan terhadap
pembelajaran yang telah dilakukan. Kegiatan ini dilaksanakan pada akhir pembelajaran.
refleksi dilakukan bertujuan untuk mengetahui kelebihan atau kelemahan
pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil perenungan pada tahap refleksi ini
dapat digunakan sebagai dasar perbaikan pada pembelajaran berikutnya sehingga
diharapkan pembelajaran berikutnya menjadi lebih baik. Refleksi pada siklus I
dijadikan masukan dalam perbaikan langkah pada siklus II. Dengan demikian,
didapatkan perbaikan perencanaan dan tindakan pada siklus II sehingga hasil
pembelajaran yang diperoleh menjadi lebih baik dan sesuai dengan harapan.
3.1.1 Proses Tindakan Siklus I
Proses tindakan siklus I terdiri atas empat tahap
yaitu perencanaan, tindakan, observasi, pengamatan, dan refleksi.
3.1.1.1 Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan penyusunan kegiatan dengan
menentukan langkah¬langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk memecahkan
masalah. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan
metode pembelajaran Jigsaw.
Pada tahap perencanaan ini juga dipersiapkan rencana
pembelajaran dan rancangan evaluasi yang meliputi tes dan nontes. Rencana
pembelajaran ini dilakukan sebagai pedoman peneliti dalam melaksanakan proses
pembelajaran agar pembelajaran dapat tercapai. Peneliti menyiapkan rancangan
evaluasi yang meliputi tes dan nontes. Rancangan evaluasi yang meliputi tes dan
non tes. Rancangan evaluasi yang meliputi tes yaitu berupa pedoman observasi,
pedoman wawancara, pedoman jurnal, dan dokumentasi yang berupa foto. Setelah
meyiakan alat tes dan nontes, peneliti berkoordinasi dengan guru mata pelajaran
mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
3.1.1.2 Tindakan
Tindakan ini disesuaikan dengan rencana pembelajaran
yang telah disusun. Pelaksanaan tindakan dalam siklus I meliputi apersepsi,
proses pembelajaran dan evaluasi. Tindakan ini dilakukan oleh guru sebagai
upaya perbaikan kemampuan menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerpen kelas
X-4 SMA N 3 .... Tindakan yang dilakukan oleh peneliti adalah melaksanakan
pembelajaran menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan
sehari-hari melalui metode Jigsaw. Proses pembelajaran dilakukan dalam tiga
tahap yaitu pendahuluan, inti, dan penutup.
1) Pendahuluan
Tahap pendahuluan merupakan tahap untuk mempersiapkan
menrtal siswa sebelum pembelajaran berlangsung. Hal ini bertujuan untuk
mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran dan dapat berlangsung
dengan baik. Pada tahap ini hal-hal yang akan dilakukan peneliti adalah: (1)
Guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pelajaran, (2) Guru menggali
pengetahuan siswa tentang unsur intrinsik cerpen, (3) Guru menyampaikan tujuan
dan manfaat pembelajaran menemukan keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan
kehidupan sehari-hari.
2) Inti
Tahap ini terwujud dalam bentuk proses pembelajaran
yang dilaksanakan guru dan siswa. Kegiatan ini merupakan tahap melaksanakan
pembelajaran menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan
sehari-hari melalui metode jigsaw. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan peneliti
adalah: (1) guru menjelaskan materi tentang unsur intrinsik cerpen, (2) guru
menyampaikan langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode jigsaw, (3) siswa
mendengarkan penjelasan guru, (4) siswa diminta berkelompok menjadi lima
kelompok yang selanjutnya disebut kelompok asal, (5) masing-masing anggota
kelompok mendapat tugas menjadi ahli suatu unsur intrinsik tertentu, (6) siswa
dengan tugas yang sama berkelompok menjadi kelompok ahli, (7) siswa menemukan
teori keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari
secara berdiskusi dalam kelompok ahli, (8) siswa kembali pada kelompok asal dan
menjelaskan hasil temuan dalam kelompok ahli, (9) guru membagikan cerpen kepada
masing-masing siswa, (10) siswa menemukan keterkaitan unsur intrinsik cerpen
dengan kehidupan sehari-hari secara individu, (11) guru memberi masukan tentang
kekurangan-kekurangan yang masih ada, (12) guru dan siswa menyimpulkan materi
pelajaran yang telah disampaikan.
3) Penutup Pada tahap ini bersama guru, siswa melakukan
refleksi terhadap proses keterkaitan unsur intrinsikcerpen dengan kehidupan
sehari-hari. Contoh ptk bahasa
indonesia sma doc Tujuannya
untuk mengetahui kekurangan yang ada dalam siklus ini.
3.1.1.3 Observasi
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung. Observasi dilakukan sekaligus untuk mengetahui hasil belajar siswa
serta perilaku siswa selama proses pembelajaran. Selain menggunakan pedoman
observasi, peneliti juga melakukan pemotretan selama pembelajaran berlangsung.
Foto yang diambil berupa aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa selama
kegiatan pembelajaran. Hasil pemotretan ini digunakan sebagai gambaran siswa
yang diabadikan selama proses pembelajaran berlangsung.
Setelah kegiatan pembelajaran selesai, peneliti
meminta tanggapan siswa, kesan, dan pesan terhadap materi, dan proses
pembelajaran, yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat
memperbaiki tindakan pada siklus berikutnya. Tanggapan tersebut tertulis dalam
jurnal siswa.
Wawancara untuk memperoleh data berdasarkan pendapat
siswa tentang pembelajaran menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerpen
dengan kehidupan sehari-hari melalui metode pembelajaran Jigsaw. Wawancara
dilakukan di luar kegiatan pembelajaran. Wawancara dilakukan pada siswa yang
memiliki kemampuan berbeda, yaitu terhadap siswa yang mendapat nilai tertinggi
dan siswa yang mendapat nilai terendah. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data
yang lebih lengkap karena masing-masing telah terwakili.
3.1.1.4 Refleksi
Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis hasil tes,
hasil observasi, hasil jurnal, dan hasil wawancara yang telah dilakukan. Hasil
analisis ini digunakan untuk mengetahui tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
siswa selama proses pembelajaran. Sebanyak 20 siswa atau sekitar 50% dari 30
siswa masih memperoleh nilai dibawah 70 sedangkan nilai rata-rata siswa hanya
68,92.
Beberapa siswa masih terlihat kurang antusias dalam
mengikuti pembelajaran menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan
kehidupan sehari-hari melalui metode jigsaw. Selama proses pembelajaran
beberapa siswa tampak pasif dan tidak memperhatikan penjelasan yang disampaikan
oleh guru. Selain itu, ada beberapa siswa yang terlihat berbicara dan
mengganggu temannya pada saat pembelajaran berlangsung.
Upaya perbaikan yang akan dilakukan peneliti pada
siklus II antara lain: (1) guru kembali menjelaskan keterkaitan unsur intrinsik
cerpen dengan kehidupan sehari-hari (2) meminta siswa untuk menuliskan bukti
keterkaitan unsur intrinsik dengan kehidupan sehari-hari, dan (3) menggunakan
cerpen yang berbeda dengan siklus I. Refleksi pada siklus I digunakan untuk
mengubah strategi dan sebagai perbaikan pembelajaran pada siklus II.
3.1.2 Prosedur Tindakan Siklus II
Proses tindakan siklus terdiri dari empat tahap yaitu
perencanaan, tindakan, observasi, pengamatan, dan refleksi.
3.1.2.1 Perencanaan
Pada dasarnya pelaksanaan proses pembelajaran dalam
siklus II sama dengan siklus I. Siklus I dapat digunakan sebagai refleksi untuk
siklus II. Siklus II digunakan untuk memperbaiki tindakan-tindakan yang masih
kurang pada siklus I, sehingga pada siklus II terjadi peningkatan kemampuan
menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan
sehari-hari melalui metode Jigsaw dibandingkan siklus I.
Pada tahap perencanaan siklus II, berdasarkan refleksi
siklus I meliputi: menyiapkan soal tes dan kriteria penilaian, pedoman
observasi, pedoman jurnal, pedoman wawancara, dan dokumentasi foto. Peneliti
juga berkoordinasi dengan guru mata pelajaran mengenai kegiatan pembe lajaran
yang akan dilaksanakan pada siklus II.
3.1.2.2 Tindakan
Tindakan pada siklus II merupakan perbaikan dari
siklus I. tindakan ini difokuskan pada hal-hal yang penting bagi peningkatan
kemampuan menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan
sehari-hari. Pelaksanaan tindakan pada siklus II hampir sama dengan siklus I
yakni tahap pendahuluan, inti, penutup. Download ptk bahasa indonesia sma
kelas x
(1) Pendahuluan
Pada pendahuluan siklus II ini guru melakukan hal-hal
sebagai berikut: (1) guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pelajaran,
(2) guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran menemukan keterkaitan
unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari, (3) siswa dan guru
bertanya jawab tentang kesulitan yang dialami pada siklus I.
(2) Inti
Pada kegiatan inti, tindakan yang dilakukan peniliti
siklus II ini adalah : (1) guru menjelaskan kembali materi tentang keterkaitan
unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari, (2) guru menyampaikan
langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode jigsaw, (3) siswa mendengarkan
penjelasan guru, (4) siswa diminta berkelompok menjadi lima kelompok yang
selanjutnya disebut kelompok asal, (5) masing-masing anggota kelompok mendapat
tugas menjadi ahli suatu unsur intrinsik tertentu, (6) siswa dengan tugas yang
sama berkelompok menjadi kelompok ahli, (7) siswa menemukan teori keterkaitan
unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari secara berdiskusi
dalam kelompok ahli, (8) siswa kembali pada kelompok asal dan menjelaskan hasil
temuan dalam kelompok ahli, (9) guru membagikan cerpen kepada masing-masing
siswa, (10) siswa menemukan keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan
sehari-hari secara individu, (11) guru memberi masukan tentang
kekurangan-kekurangan yang masih ada, (12) guru dan siswa menyimpulkan materi
pelajaran yang telah disampaikan.
(3) Penutup
Tindakan selanjutnya guru bersama siswa melakukan
refleksi pada proses pembelajaran siklus II.
3.1.2.3 Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan terhadap semua
perubahan laku dan sikap selama proses pembelajaran berlangsung. Pada siklus
II, peneliti memberi perhatian yang lebih terhadap siswa yang belum baik dalam
bersikap pada proses pembelajaran. sehingga adanya peningkatan hasil tes dan
perilaku siswa dalam mengerjakan tugas dan keaktifan siswa dalam bertanya dan
menjawab pertanyaan.
Observator juga melakukan pengamatan terhadap siswa
dengan menggunakan pedoman observasi dan melakukan pemotretan selama proses
pembelajaran. Peneliti melakukan wawancara di luar jam pelajaran terutama
kepada siswa yang mendapat nilai tertinggi, sedang, dan nilai rendah, dengan
tujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran.
3.1.2.4 Refleksi
Peneliti merefleksi perubahan-perubahan sikap dan
peningkatan kemampuan menemukan keterkaitan unsur-unsur intrinsik cerpen dengan
kehidupan sehari-hari pada diri siswa dengan cara menganalisis hasil tes dan
nontes selama proses pembelajaran siklus II berlangsung. Dari refleksi
tersebut, dapat diketahui keberhasilan penggunaan metode Jigsaw.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini kemampuan menganalisis
keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari melalui
metode jigsaw pada siswa kelas X-4 SMA Negeri 3 .... Kelas X-4 berjumlah 32
siswa. Kelas X-4 merupakan salah satu kelas X dari sembilan kelas yang ada di
SMA Negeri 3 ....
Peneliti memilih kelas X-4 sebagai subjek penelitian
dengan berdasarkan pada kurang berhasilnya pembelajaran sastra membaca untuk
menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan
sehari-hari. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa
Indonesia yang mengajar di kelas X, guru tersebut menyatakan bahwa di kelas X-4
pada umumnya siswa kurang respon terhadap pembelajaran sastra menganalisis
keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari. Selain
itu, kemampuan menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan
kehidupan sehari-hari siswa kelas X-4 paling rendah dibandingkan kelas yang
lain yaitu dengan nilai rata-rata 6,8.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek
pengamatan dalam penelitian. Penelitian ini mengungkap dua variabel yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas atau variabel yang
menyebabkan perubahan dalam penelitian ini adalah metode jigsaw, sedangkan
variabel terikat atau variabel yang diukur untuk menentukan adanya pengaruh
dari variabel bebas yaitu kemampuan menganalisis keterkaitan unsur intrinsik
cerpen dengan kehidupan sehari-hari.
3.3.1 Variabel Metode Jigsaw
Metode Jigsaw merupakan salam satu dari metode
pembelajaran kooperatif. Metode Jigsaw adalah metode pembelajaran kooperatif
dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai
enam orang heterogen dan siswa belajar saling ketergantungan positif dan
bertanggung jawab secara mandiri (Lie dalam Syarifah 2009:23). Siswa mempunyai
banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan
komunikasi. Setiap kelompok bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi
pembelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikannua kepada anggota kelompok
lain. Contoh ptk bahasa indonesia sma pdf
Langkah-langkah metode pembelajaran Jigsaw adalah
sebagai berikut: 1)
yang berbeda, 3) Tiap orang dalam tim diberi bagian
materi yang ditugaskan, 4) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari
bagian/subbab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk
mendiskusikan subbab mereka., 5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap
anggota kembali kepada kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim
mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan
dengan sungguh-sungguh.
Target tingkat keberhasilan setiap siswa ditetapkan
jika siswa mampu menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan
kehidupan sehari-hari melalui metode jigsaw dan nilai memenuhi batas tuntas
serta terjadi perubahan perilaku pada siswa.
3.3.2 Variabel Kemampuan Menganalisis Keterkaitan
Unsur Intrinsik Cerpen dengan Kehidupan Sehari-hari
Kemampuan menganalisis keterkaitan unsur intrinsik
cerpen dengan kehidupan sehari-hari merupakan variabel terikat dalam penelitian
ini. Hasil yang diteliti meliputi hasil tes dan nontes. Hasil tes dinilai
berdasarkan analisis siswa dalam mengaitkan unsur intrinsik cerpen dengan
kehidupan sehari-hari. Sedangkan hasil nontes dilihat dari perubahan perilaku
siswa selama mengikuti pembelajaran menganalisis keterkaitan unsur intrinsic
cerpen dengan kehidupan sehair-hari melalui metode jigsaw.
3.4 Indiaktor Kinerja
Indikator kinerja penelitian ini terdiri atas
indikator kuantitatif, indikator kualitatif, serta indikator proses.
3.4.1 Indikator Kuantitatif
Indikator kuantitatif penelitin ini adalah
ketercapaian target keterampilan menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu
cerpen dengan kehidupan sehari-hari siswa yang diketahui melalui hasil tes.
Siswa dinyatakan berhasil melakukan pembelajaran keterampilan menganalisis
keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari apabila
nilai yang diperoleh sesuai dengan target yang telah ditentukan target nilai
ketuntasan dalam penelitian ini sebesar 70. Keberhasilan klasikal adalah siswa
yang mencapai nilai 70 setidaknya berjumlah 70% dari jumlah seluruh siswa yang
diteliti.
3.4.2 Indikator Kualitatif
Indikator kualitatif penelitian ini dilakukan
berdasarkan teknik nontes. Siswa dinyatakan berhasil jika perilaku berubah ke
arah positif dari sebelumnya. Perilaku siswa yang menunjukkan ke arah positif
antara lain: 1) keantusiasan siswa saat mengikuti proses pembelajaran, 2)
keaktifan siswa dalam merespon, bertanya, dan menjawab pertanyaan yang
disampaikan oleh guru pada kegiatan pembelajaran, 3) kepartisipasifan siswa
dalam kelompok, 4) kedisiplinan siswa terhadap tugas yang diberikan , 5)
tanggung jawab siswa terhadap tugas yang diberikan oleh guru.
3.4.3 Indikator Proses
Indikator proses penelitian ini adalah berbagai aspek
yang diamatai selama proses pembelajaran berlangsung. Aspek yang diamati dalam
proses pembelajaran meliputi : 1) intensif atau tidaknya proses penumbuhan
minat siswa untuk menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan
kehidupan sehari-hari, 2) kondusif atau tidaknya proses diskusi dalam kelompok
ahli untuk menentukan materi keterkaitan unsur-unsur yang terdapat dalam cerpen
dengan kehidupan sehari-hari, 3) kondusif atau tidaknya proses diskusi dalam
kelompok asal untuk menyampaikan temuan tentang materi keterkaitan unsur-unsur
yang terdapat dalam cerpen dengan kehidupan sehari-hari, 4) intensif atau
tidaknya proses evaluasi dalam menemukan keterkaitan unsur intrinsik cerpen
dengan kehidupan sehari-hari, 5) reflektif atau tidaknya suasana saat kegiatan
refleksi pada akhir pembelajaran sehingga siswa bisa menyadari kekurangan saat
proses pembelajaran dan mengetahui apa yang akan dilakukan setelah proses
pembelajaran.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri atas instrumen tes dan nontes.
3.5.1 Instrumen Tes
Dalam instrumen tes, aspek-aspek yang dinilai meliputi
: 1) penjelasan keterkaitan alur atau plot dengan kehidupan sehari-hari, 2)
penjelasan keterkaitan latar dengan kehidupan sehari-hari, 3) penjelasan
keterkaitan sudut pandang dengan kehidupan sehari-hari, dan 4) penjelasan
keterkaitan tokoh dan penokohan dengan kehidupan sehari-hari, 5) penjelasan
keterkaitan amanat dengan kehidupan sehari¬hari, 6) penjelasan keterkaitan gaya
bahasa dengan kehidupan sehari-hari, 7) penjelasan keterkaitan tema dengan
kehidupan sehari-hari. Dalam setiap aspek, ditentukan skor maksimal yang
besarnya berbeda-beda tergantung pada peran pentingnya unsur-unsur tersebut
dalam sebuah cerpen. Download
ptk bahasa indonesia sma pdf Dalam
penentuan nilai digunakan pedoman penskoran berdasarkan kriteria dari
masing-masing aspek penilaian.
Tabel 1 Kriteria Penilaian Menemukan Keterkaitan
Unsur-unsur Intrinsik
Cerpen dengan Kehidupan Sehari-hari
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa akan
mendapat skor maksimal apabila siswa mendapat skor tertinggi dari keenam aspek
penilaian yang ditentukan. Jadi, siswa akan memperoleh nilai maksimal apabila
siswa tersebut mendapat skor sebanyak 100 dari jumlah skor ketujuh aspek yang
didapat. Berikut akan disajikan tabel aspek penilaian dan skor maksimal.
Tabel 2 Aspek Penilaian dan Skor Maksimal
Dalam penelitian ini, keberhasilan pembelajaran
ditandai dengan peningkatan keterampilan menjelaskan unsur-unsur intrinsik
cerpen siswa. Peningkatan keterampilan ini ditandai dengan peningkatan nilai
yang diperoleh siswa dari siklus I dan siklus II. Untuk mengetahui peningkatan
nilai tersebut, peneliti menetapkan pedoman penilaian kemampuan menganalisis
keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari.
Tabel 3 Pedoman Penilaian Kemampuan Menganalisis
keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari.
Nilai tersebut diperoleh dari tes yang dilakukan
sekali dalam tiap siklus yaitu dilakukan di akhir siklus. Dari siklus I akan
diperoleh nilai menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan
kehidupan sehari-hari, kemudian hasil tes pada siklus I tersebut ditindak
lanjuti pada siklus II. Nilai keterampilan siswa diperoleh dari nilai akhir
yang kemudian dapat dilihat kategori keterampilan siswa sesuai dengan pedoman
yang telah disusun.
Tabel 4 Rincian Perolehan Nilai Tiap Siswa
Keterangan:
1 = Penjelasan tentang keterkaitan alur atau plot dengan
kehidupan sehari-hari
2 = penjelasan tokoh dan penokohan.
2 = Penjelasan tentang keterkaitan tokoh dan penokohan
dengan kehidupan sehari-hari
3 = Penjelasan tentang keterkaitan latar dengan kehidupan
sehari-hari
4 = Penjelasan tentang keterkaitan gaya bahasa dengan
kehidupan sehari-hari
5 = Penjelasan tentang keterkaitan sudut pandang dengan
kehidupan sehari-hari
6 = Penjelasan tentang keterkaitan tema dengan kehidupan
sehari-hari
7 = Penjelasan tentang keterkaitan amanat dengan kehidupan
sehari-hari
R = kode responden.
3.5.2 Instrumen Nontes
Untuk pengambilan data berupa sikap maupun perilaku
siswa dalam pembelajaran membaca karya sastra, peneliti menggunakan bentuk
instrumen nontes. Instrumen nontes ini berupa pedoman observasi, pedoman
wawancara, pedoman jurnal, dan dokumentasi foto.
3.5.2.1 Pedoman Observasi
Pedoman observasi digunakan sebagai alat untuk
mengambil data dengan langkah peniliti membuat catatan khusus selama melakukan
pengamatan terhadap siswa dalam pembelajaran menemukan keterkaitan unsur-unsur
intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari.
Aspek yang diamati dalam proses pembelajaran meliputi
: 1) intensif atau tidaknya proses penumbuhan minat siswa untuk menganalisis
keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari, 2) kondusif
atau tidaknya proses diskusi dalam kelompok ahli untuk menentukan materi
keterkaitan unsur-unsur yang terdapat dalam cerpen dengan kehidupan
sehari-hari, 3) kondusif atau tidaknya proses diskusi dalam kelompok asal untuk
menyampaikan temuan tentang materi keterkaitan unsur-unsur yang terdapat dalam
cerpen dengan kehidupan sehari-hari, 4) intensif atau tidaknya proses evaluasi
dalam menemukan keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan
sehari-hari, 5) reflektif atau tidaknya suasana saat kegiatan refleksi pada
akhir pembelajaran sehingga siswa bisa menyadari kekurangan saat proses
pembelajaran dan mengetahui apa yang akan dilakukan setelah proses
pembelajaran.
Aspek-aspek yang diamati pada perubahan perilaku
antara lain: 1) keantusiasan siswa saat mengikuti proses pembelajaran, 2)
keaktifan siswa dalam merespon, bertanya, dan menjawab pertanyaan yang
disampaikan oleh guru pada kegiatan pembelajaran, 3) tanggung jawab siswa
terhadap tugas yang diberikan oleh guru. Pada tahap observasi ini, peneliti dan
guru memberikan tanda chek list (¥) pada lembar observasi berdasarkan
pengamatan proses pembelajaran berlangsung.
3.5.2.2 Pedoman Dokumentasi Foto
Dalam penilitian ini, peneliti juga menggunakan
instrumen nontes berupa dokumentasi foto sebagai alat untuk memperoleh bukti
mengenai berlangsungnya proses pembelajaran. Dokumentasi foto ini dipandang
perlu sebagai bukti bahwa proses pembelajaran benar-benar berlangsung dan juga
sebagai bukti analisis pada setiap siklus.
Aspek yang diamati dalam dokumentasi foto meliputi 1)
kondusif atau tidaknya proses diskusi dalam kelompok ahli untuk menentukan
materi keterkaitan unsur-unsur yang terdapat dalam cerpen dengan kehidupan
sehari-hari, 2) kondusif atau tidaknya proses diskusi dalam kelompok asal untuk
menyampaikan temuan tentang materi keterkaitan unsur-unsur yang terdapat dalam
cerpen dengan kehidupan sehari-hari, 3) intensif atau tidaknya proses evaluasi
dalam menemukan keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan
sehari-hari.
3.5.2.3 Pedoman Jurnal
Pedoman jurnal merupakan salah satu instrumen nontes
yang digunakan peniliti dalam penelitian ini. Pedoman jurnal ini dibuat oleh
siswa dan guru dengan aspek yang berlainan. Jurnal guru berisi uraian pendapat
dan seluruh kejadian yang dianggap penting selama pembelajaran berlangsung
secara tertulis. Aspek yang diamati dalam jurnal guru adalah: 1) kesiapan siswa
sebelum mengikuti pembelajaran, 2) keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran, 3) perilaku siswa yang paling menonjol saat pembelajaran, 4)
suasana kelas selama pembelajaran menganalisis keterkaitan unsur intrinsik
cerpen dengan kehidupan sehari-hari melalui metode jigsaw.
Jurnal siswa berisi uraian pendapat dan seluruh
kejadian yang dianggap penting selama pembelajaran berlangsung secara tertulis.
Aspek pertanyaan yang digunakan dalam jurnal siswa meliputi: 1) kesan siswa
saat mengikuti proses pembelajaran, 2) kesulitan yang dialami siswa pada kegiatan
pembelajaran, 3) saran siswa untuk pembelajaran selanjutnya.
3.5.2.4 Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara merupakan salah satu cara untuk
mengambil data secara langsung terhadap beberapa responden. Data yang diambil
berupa tanggapan terhadap pembelajaran menemukan keterkaitan unsur-unsur
intrinsik cerpen dengan metode Jigsaw dan beberapa kesulitan yang dihadapi
siswa dalam pembelajaran. Wawancara tidak dilakukan pada semua siswa, hanya
dipilih siswa dengan kategori tertentu, misalnya siswa dengan nilai tertinggi,
siswa nilai terendah, siwa dengan perilaku yang positif maupun siswa dengan
perilaku kurang.
Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada aspek-aspek
yang ingin diungkap meliputi: 1) kesan siswa saat mengikuti proses
pembelajaran, 2) kesulitan yang dialami siswa pada kegiatan pembelajaran, 3)
pendapat siswa terhadap tugas yang diberikan oleh guru, 4) pemahaman siswa
terhadap materi, 5) saran yang diberikan siswa kepada guru untuk pembelajaran
selanjutnya.
3.5.3 Validitas Instrumen
Uji instrumen untuk mengetahui validitas instrumen
dilakukan dengan uji validitas permukaan dan validitas isi. Validitas permukaan
dengan cara berkonsultasi dengan pembimbing dan guru bidang studi sehingga
diperoleh kesepakatan bersama bahwa instrumen yang ditentukan telah valid.
Validitas isi dilakukan dengan menyesuaikan semua
aspek kemampuan menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan
kehidupan sehari-hari yang diginakan untuk menilai dan berdasrkan landasan
teori yang ada.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Salah satu kegiatan penting dalam penelitian adalah
pengumpulan data yang diperlukan. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan suatu
alat penelitian yang akurat, karena hasilnya sangat menentukan mutu dan
penelitian. Contoh ptk bahasa
indonesia sma doc Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu teknik tes dan
teknik nontes.
3.6.1 Teknik Tes
Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan tes yang
dilakukan sebanyak dua kali yakni pada siklus pertama dan siklus kedua.
Kekurangan yang terdapat pada siklus pertama harus diperbaiki pada siklus
kedua.
3.6.2 Teknik Nontes
Teknik nontes yang digunakan adalah observasi,
wawancara, jurnal, dan dokumentasi foto
3.6.2.1 Teknik Observasi
Teknik observasi dilakukan peneliti pada saat pembelajaran
berlangsung pada siklus I dan siklus II. Observasi dilakukan pada semua siswa
dengan memberikan tanda check list pada pedoman observasi berdasarkan
pengamatan proses pembelajaran berlangsung. Teknik observasi ini tujuannya
adalah menyimpulkan data dan mengamati perilaku siswa dalam proses pembelajaran
3.6.2.2 Teknik Wawancara
Wawancara dilakukan di luar jam pelajaran. Wawancara
digunakan untuk mengungkap data penyebab kesulitan dan hambatan dalam
pembelajaran menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan
sehari-hari. Wawancara dilakukan setelah proses pembelajaran selesai dengan
menggunakan alat perekam. Wawancara ditujukan kepada siswa tertentu yang
mendapat nilai tertinggi, nilai sedang, dan nilai rendah. Kegiatan wawancara
ini dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh teman sejawat. Hal ini bertujuan
agar jawaban siswa lebih jujur dan terbuka.
3.6.2.3 Teknik Jurnal
Pengisian jurnal dilakukan setelah pembelajaran
selesai. Jurnal dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui respon dan
minat siswa terhadap pembelajan menganalisis keterkaitan unsur intrinsik cerpen
dengan kehidupan sehari¬hari dengan menggunakan metode Jigsaw, kesulitan yang
dihadapi siswa dan kesan pesan siswa setelah mebgikuti kegiatan pembelajaran
menggunakan metode Jigsaw. Guru mengamati proses pembelajaran dengan
memperhatikan pedoman jurnal yang telah dibuat peneliti.
3.6.2.4 Teknik Dokumentasi Foto
Peneliti menggunakan dokumentasi yang berupa
pengambilan gambar foto pada saat penelitian berlangsung. Gambar foto ini
menghasilkan data yang autentik karena pengambilan foto tersebut dilakukan pada
saat proses pembelajaran berlangsung. Foto yang diambil berupa
aktivitas-aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. dokumentasi
berupa foto ini digunakan sebagai bukti visual kegiatan pembelajaran selama
penelitian berlangsung.
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif dan
kualitatif.
3.7.1 Teknik Kuantitatif
Teknik kuantitatif dipakai untuk menganalisis data
kuantitasif yang diperoleh dari hasil tes menganalisis keterkaitan unsur
intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari pada siklus I dan siklus II.
Analisis data tes secara kuanttatif delakukan dengan merekap skor rata-rata
kelas, dan menghitung persentase. Persentasi skor rata-rata kelas, dan
menghitung persentase. Persentase skor dihitung menggunakan rumus berikut:
Keterangan:
P= Skor Persentase
SS= Skor yang dicapai siswa
R= Responden
Hasil perhitungan nilai siswa dari masing-masing tes
ini kemudian dibandingkan, yaitu antara siklus I dan siklus II. Hasil ini akan
memberikan gambaran mengenai persentase peningkatan menemukan keterkaitan
unsur-unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari melalui metode
Jigsaw.
3.7.2 Teknik Kualitatif
Teknik kualitatif dipakai untuk menganalisis data
kualitatif yang diperoleh dari data nontes yaitu data observasi, wawancara,
jurnal, dan dokumentasi. Adapun langkah penganalisisan data kualitatif adalah
dengan menganalisis pedoman observasi yang telah diisi saat pembelajaran dan
mengklasifikasikannya dengan teman peneliti yang membantu dalam penelitian. Data
jurnal dianalisis dengan cara membaca seluruh jurnal siswa dan guru. Data
wawancara dianalisis dengan cara membaca lagi catatan wawancara dan dengan
memutar kembali rekaman jika catatan kurang jelas. Data dokumentasi dianalisis
dengan cara melihat kembali gambar yang telah dambil ketika pembelajaran
berlangsung.
D.CONTOH TERBARU PTK BAHASA INDONESIA SMA
DAFTAR
PUSTAKA
Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung:
Sinar Baru Algesindo
Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi. 2009. Proses
Pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka
Aryani, Sekar Ayu.2008. Strategi Pembelajaran Aktif.
Yogyakarta: Insan Madani
Damono, Sapardi Djoko. 2006. “Pengarang, Karya Sastra,
dan Pembaca”. Jurnal Lingua. Volume I, Nomor I , Halaman 5 1-61. ISSN:
1693-4725
Efendi, Anwar. 2010. “Analisis Perbandingan Struktural
Cerpen “Selamat Jalan Nek” Karya Danarto dan Cerpen “Pohon” Karya Monaj Das”.
Jurnal Litera. Volume 9, Nomor 2. Halaman 82-96. ISSN: 14 12-2596
Indriasih, Aini. 2009. “Penerapan Pembelajran
Kooperatif Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS di SD”. Jurnal
Pendidikan. Volume 10. September 2009. Halaman 78-84. ISSN:1411-1942
Ibrahim, R dan Nana Syaodih. 2003. Perencanaan Pengajaran.
Jakarta: Rineka Cipta
Isjoni. 2009. Cooperative Learning (Efektivitas
Pembelajaran Kelompok). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ismawati, Esti. 2011. “Pengembangan Penilaian
Pembelajaran bahasa dan Sastra Indonesia Berbasis Konstekstual” diunduh melalui
http://journal.unwidha.ac.id/index. ph p/ procceding/article/download/268/2 1 7
pada 25 Agustus 2013
Keraf, Gorys. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Lebaron, John dan Diane Miller. 2005. “The Potential
of Jigsaw Role Playing to Promote the Social Construction of Knowledge in an
Online Graduate Education Course”. Teacher College Record. Vol. 107. Agustus
2005 No. 8. Halaman 1652-1674. ISSN: 0161-4681
Marno dan Idris. 2009. Strategi & Metode
Pengajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Mengduo, Qiao, dan Jin Xioling. 2010. “Jigsaw Strategy
as a Cooperative Learning Technique: Focusing on the Language Learners”.
Chinese
Journal of Applied Linguistics (Bimonthly). Vol. 33
No. 4. Agustus 2010. ISSN: 0269-9206.
Mulyani, Wahyu. 2010. “Membidik Kehidupan Rakyat Kecil
di Balik Gaya Bahasa Metafora dalam “Senyum” Karyamin Karya Ahmad Tohari”.
Prospektus Jurnal Ilmiah Unirow Tuban. Vol VII, Nomor 1, Halaman 54-62. ISSN:
1693-8593
Mulyono. 2006. “Popularitas Sastra Islami di
Indonesia”. Jurnal Lingua. Volume I, Nomor I , Halaman 32-41. ISSN: 1693-4725
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Nursisto. 2004. Ikhtisar Kesusastraan Indonesia.
Jakarta: Pay Cita
Nuryatin, Agus. 2010. Mengabadikan Pengalaman dalam
Cerpen. Semarang: Yayasan Adhigama
Pujiastuti, Emi dan Amin Suyitno. 2009. “Implementasi
Cooperative Learning Tipe Jigsaw II Berbasis Kontekstual untuk Meningkatkan
Kompetensi Dasar Mahasiswa Pendidikan Matematika Unnes dalam Perkuliahan
Kalkulus Lanjut”. Jurnal Penelitian Pendidikan. Vol. 26. Oktober 2009. Hal
143-149. ISSN:1978-8304
Rahmanto, B. 1996. Metode Pengajaran Sastra.
Yogyakarta: Kanisius
Rahmawati, Dwi Norma. 2007. “Peningkatan Kemampuan
Memahami Alur, Penokohan, dan Latar dalam Cerpen dengan Teknik Diskusi Kelompok
pada Siswa Kelas XI MAN Pagerbarang Kabupaten Tegal”. Skripsi. Universitas
Negeri Semarang
Rasmi, Ni Nengah. 2006. “Peningkatan Mutu Pengajaran
Teori Sastra Melalui Pemberian Pengalaman Membaca Karya Sastra Siswa Kelas I
SMU Laboratorium IKIP Negeri Singaraja”. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Vol.
39. April 2006. Halaman 356-376. ISSN: 02 15-8250
Resmini. 2011 .”Pembelajaran Apresiasi Bacaan Cerita
Melalui Implementasi Strategi Directed Reading Activity“ diunduh melalui http://file.upi.edu/direktori/fpbs/jur._pend._bhs._dan_sastra_indonesia/1
96 71103 1993032novi_resmini/pengajaran_sastra_dengan_drta_%28artikel_j
urnal_sekolah_dasar_malang%29.pdf pada 11 Agustus 2013
Sasmito, Muji. 2010. “Peningkatan Keterampilan Menulis
Cerpen dengan Memanfaatkan Situs Cerpenista.Com Siswa Kelas X2 SMA Negeri 7
Semarang”. Skripsi. Universitas Negeri Semarang
Siskandar. 2009. “Keefektifan Pendekatan Cooperative
Learning dalam Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mahasiswa”. Jurnal Ilmu
Pendidikan. Vol 16. Oktober 2009. Halaman 178- 185. ISSN: 0215-9643
Situmeang, Dahriansyah. 2012. “Efektivitas Model
Pembelajaran Cooperatif Learningtipe Stad dalam Meningkatkan Kemampuan
Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen “Daerah Garong” Karya M. Shoim Anwar Oleh
Siswa Kelas Xi Sma Negeri 1 Sibolga Tahun Pembelajaran 2010/2011” Asas Jurnal
Sastra. Vol I. Halaman 53-62 ISSN: 2301-5896
Slavin, Robert E. 2012. Cooperative Learning Teori,
riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media
Suharianto. S. 1982. Dasar-Dasar Teori Sastra. ...:
Widya Duta
Sumardjo, Jakob, dan Saini. 1994. Apresiasi
Kesusatraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Suprijono. 2009. Cooperative Learning Teori dan
Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Syarifah. Eri. 2009. Pembelajaran Inovatif Bahasa
Indonesia. Semarang: Bandungan Institude
Tarigan, Henry Guntur. 1997. Membaca sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Teeuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori
Sastra. Jakarta: Girimukti Pasaka
Wallek, Rene, Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan.
Jakarta: Gramedia
Yuliantini. 2012. “Pembelajaran Menganalisis
Keterkaitan Unsur Intrinsik Suatu Cerpen dalam Kehidupan Sehari-hari dengan
Menggunakan Metode Quantum Reading di Kelas X MAS Muhammadiyah 2 Bandung Tahun
Pelajaran 2011/2012” diunduh melalui http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/karya-ilmiah-mahasiswa/pembelajaran-menganalisis-keterkaitan-unsur-intrinsik-suatu-cerpen-dalam-kehidupan
sehari-hari-dengan-menggunakan-metode-quantum-reading-di-kelas-x¬mas-muhammadiyah-2-bandung-tahun-pelajaran-20
11/2012/ pada 6
Agustus 2013
Terima kasih telah berkunjung di Musiyanto Blog
yang membahas CONTOH PTK BAHASA INDONESIA SMA KELAS X TERBARU- ini
dapat membantu Anda dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi
vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan cara
mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan
sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.