DOWNLOAD PTK BAHASA INDONESIA SMP REDUPLIKASI WORD-Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi, dokumentasi, dan tes/penugasan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui 2 siklus, dimana setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.Hasil penelitian pada siklus yang pertama belum mencapai peningkatan kemampuan siswa dalam penggunaan reduplikasi dalam karangan narasi. Hal ini terbukti dari hasil rata-rata skor yang diperoleh siswa untuk soal pilihan ganda (PG) hanya sebesar 6.05 dan untuk soal esai (mengarang) hasil rata-rata skor yang diperoleh hanya mencapai 6.03, dengan rata-rata skor keseluruhan hanya mencapai 6.04 indikator pencapaian hasil (IPH) tidak tercapai karena belum mencapai batas kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan (70), selain itu hal ini disebabkan pula oleh kurangnya keterampilan dan kemahiran siswa dalam menjawab tugas yang diberikan secara individu.
Tetapi setelah dilaksanakan siklus yang kedua tingkat kemampuan siswa mengalami peningkatan dalam penggunaan reduplikasi dalam karangan narasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh dari masing-masing siswa pada siklus yang kedua mengalami peningkatan hingga sebesar 79 untuk soal pilihan ganda (PG) dan untuk soal esai (mengarang) mencapai 7.43 dengan rata-rata skor keseluruhan mencapai 7.66 indikator pencapaian hasil belajar siswa pada siklus 2 telah tercapai melebihi batas KKM (70) yang ditetapkan. Hal ini juga dapat dilihat dari pengamatan yang menunjukkan persiapan yang lebih baik dari siklus sebelumnya (siklus 1). ptk bahasa indonesia smp pdf
Tetapi setelah dilaksanakan siklus yang kedua tingkat kemampuan siswa mengalami peningkatan dalam penggunaan reduplikasi dalam karangan narasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh dari masing-masing siswa pada siklus yang kedua mengalami peningkatan hingga sebesar 79 untuk soal pilihan ganda (PG) dan untuk soal esai (mengarang) mencapai 7.43 dengan rata-rata skor keseluruhan mencapai 7.66 indikator pencapaian hasil belajar siswa pada siklus 2 telah tercapai melebihi batas KKM (70) yang ditetapkan. Hal ini juga dapat dilihat dari pengamatan yang menunjukkan persiapan yang lebih baik dari siklus sebelumnya (siklus 1). ptk bahasa indonesia smp pdf
Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas BAHASA
INDONESIA SMP yang diberi judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN REDUPLIKASI
DALAM KARANGAN NARASI DENGAN METODE TUGAS INDIVIDU PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PADA SISWA KELAS 8 SMP NEGERI 1 ... KECAMATAN ... KABUPATEN ... TAHUN PELAJARAN
2015/2016 ". Disini akan di bahas lengkap.
PTK ini bersifat
hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE
PTK BAHASA INDONESIA SMP KELAS VIII lengkap dalam bentuk MS
WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan
PTK dapat (SMS ke 0817-283-4988
dengan Format PESAN PTK SMP 028).
A.PTK BAHASA INDONESIA SMP KELAS 8 TERBARU
BAB.1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Metodologi mengajar perlu dikuasai oleh pendidik
karena keberhasilan proses belajar mengajar (PBM) bergantung pada cara mengajar
gurunya. Jika cara mengajar gurunya baik menurut siswa, maka siswa akan tekun,
rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan
terjadi perubahan tingkah laku baik tutur katanya, sikap/tingkah lakunya, dan
gaya hidupnya.
Metode mengajar banyak ragamnya, kita sebagai pendidik
tentu harus menguasai metode mengajar yang beraneka ragam, agar dalam proses
belajar mengajar tidak menggunakan hanya satu metode saja, tetapi harus
divariasaikan, yaitu disesuaikan dengan tipe belajar siswa dan kondisi serta
situasi yang ada pada saat itu, sehingga tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan oleh pendidik dapat terwujud.
Untuk keberhasilan pembelajaran reduplikasi di sekolah
guru berupaya memilih metode yang tepat agar kegiatan belajar mengajar berjalan
efektif dan berhasil. Oleh karena itu, dalam pengajaran atau proses belajar
mengajar guru memegang peran yang sangat besar. Artinya, guru melakukan
kegiatan yang melibatkan, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
pengajaran di sekolah. Download
ptk bahasa indonesia smp kelas 8 Guru
sebagai tenaga profesional harus memiliki sejumlah kemampuan mengaplikasikan
berbagai teori belajar dalam bidang pengajaran, kemampuan memilih dan
menerapkan metode pengajaran yang efektif dan efisien, kemampuan melibatkan
siswa berpartisifasi aktif, dan kemampuan membuat suasana belajar yang
menunjang tercapai tujuan pendidikan.
Salah satu metode pengajaran adalah metode pemberian
tugas individu. Metode ini lebih mengutamakan kemampuan berpikir siswa dalam
menyerap dan memahami secara individual. Sehingga pendidik dapat mengetahui
tingkat pemahaman siswa mengenai bidang pelajaran yang telah diajarkan
tersebut, dan untuk peserta didik mereka dapat memupuk rasa percaya diri dan
dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari, mengolah, menginformasikan dan
mengkomunikasikan sendiri, juga dapat dapat membina tanggung jawab dan disiplin
siswa, serta dapat mengembangkan kreativitas siswa dan mengembangkan pola
berpikir dan keterampilan anak setelah berakhirnya kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan dari berbagai kondisi, statmen,
argumentasi, dan kenyataan di atas peneliti ingin melakukan penelitian secara
lebih mendalam tentang siswa berkaitan dengan Peningkatan Kemampuan Penggunaan
Reduplikasi dalam Karangan Narasi dengan Penerapan Metode Pemberian Tugas
Individu. Dalam hal ini penulis mengadakan penelitian pada siswa kelas 8.7 di
SMPN 1 ... Kecamatan ... Kabupaten ... .
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar
belakang masalah di atas, masalah yang teridentifikasi sebagai berikut.
1. Bagaimana penerapan metode pemberian tugas individu
dapat terjadi
peningkatan kemampuan penggunaan reduplikasi dalam
karangan narasi?
2. Seberapa besar peningkatan kemampuan penggunaan
reduplikasi dalam
karangan narasi dengan penerapan metode pemberian
tugas individu pada
siswa kelas 8.7 di SMPN 1 ... Kecamatan ... Kabupaten
... . ?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi siswa tidak
memahami reduplikasi?
4. Bagaimana hasil belajar siswa setelah memperoleh tugas
individu?
C. Pembatasan Masalah
Mengacu pada masalah-masalah yang muncul di atas, maka
demi terarahnya penelitian ini penulis perlu membatasi masalah yang akan
diteliti yakni:
1. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas 8.7 semester
II (dua) tahun ajaran 2015/2016.
2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode
pemberian tugas individu untuk meningkatkan kemampuan siswa.
3. Pembelajaran difokuskan pada aspek kognitif siswa
dengan mengerjakan latihan soal.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah
tersebut di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:
bagaimana peningkatan kemampuan reduplikasi dalam karangan narasi dengan metode
tugas individu?
E. Tujuan Penelitian
Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Peningkatan kemampuan penggunaan reduplikasi dalam
karangan narasi dengan penerapan metode pemberian tugas individu.
2. Seberapa besar peningkatan kemampuan penggunaan
reduplikasi dalam karangan narasi dengan penerapan metode pemberian tugas
individu.
F. Manfaat Penelitian
Secara umum hasil yang diperoleh dari penelitian ini
diharapkan bisa dijadikan bahan masukan dalam program pembelajaran pendidikan
bahasa Indonesia, berkaitan dengan penerapan metode pemberian tugas individu
pada penggunaan reduplikasi, khususnya dalam pembuatan karangan narasi.
1. Manfaat Teoretis
a. Manfaat bagi guru
1. Manfaat bagi guru adalah untuk membantu guru dalam
upaya menentukan strategi pengajaran yang tepat dan efektif untuk meningkatkan
pemahaman siswa pada reduplikasi. Contoh
ptk bahasa indonesia smp pdf
2. Sebagai bahan pertimbangan guru dalam mengajar dengan
penerapan metode pemberian tugas individu baik dari strategi persiapan mengajar
maupun kendala-kendala yang dihadapi.
b. Manfaat bagi siswa
Manfaat bagi siswa dalam hal ini adalah untuk
memudahkan siswa dalam memahami reduplikasi dengan metode yang efektif dan
menyenangkan, sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran menjadikan siswa lebih
giat dalam membuat karangan narasi.
c. Manfaat bagi sekolah
Manfaat bagi sekolah dalam hal ini adalah sebagai
bahan masukan dan metode yang efektif dalam menerapkan metode pemberian tugas
individu untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi guru
Manfaat praktis bagi guru adalah memberikan informasi
yang bermanfaat tentang penggunaan metode pemberian tugas indivudu untuk
diterapkan dalam proses pembelajaran, serta dapat dijadikan sebagai bahan
rujukan dan acuan pembelajaran bagi guru.
b. Manfaat bagi siswa
Manfaat praktis bagi siswa adalah sebagai sumber
pelajaran bagi siswa atau pihak-pihak yang menaruh perhatian pada kajian
tentang pemahaman reduplikasi.
c. Manfaat bagi sekolah
Manfaat praktis bagi sekolah adalah sebagai salah satu
upaya untuk menentukan kebijaksanaan dalam metode atau alat pembelajaran dalam
proses mengajar.
B.CONTOH LENGKAP PTK SMP BAHASA INDONESIA
BAB II
KAJIAN TEORETIS
KAJIAN TEORETIS
A. Pengertian Karangan
Sebelum merumuskan pengertian karangan, perlu dipahami
makna kata mengarang, karena dari kegiatan yang disebut mengarang itu
dihasilkan suatu karangan. Mengarang berarti menyusun‘ atau merangkai‘.
Pada awalnya kata merangkai tidak berkaitan dengan
kegiatan menulis. Cakupan makna kata merangkai mula-mula terbatas pada
pekerjaan yang berhubungan dengan benda konkret seperti merangkai bunga atau
merangkai benda lain. Sejalan dengan kemajuan komunikasi dan bahasa,
lama-kelamaan timbul istilah merangkai kata. Lalu berlanjut dengan merangkai
kalimat; kemudian jadilah apa yang disebut pekerjaan mengarang. Orang yang
merangkai atau menyusun kata, kalimat dan alinea tidak disebut perangkai,
tetapi penyusun atau pengarang untuk membedakannya misalnya dengan perangkai bunga.
Mengingat karangan tertulis juga disebut tulisan, kemudian sebutan penulis
untuk orang yang menulis karangan.
Adapun pengertian karangan menurut hemat Lamuddin
Finoza adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang
suatu topik atau pokok bahasan. Setiap karangan yang idealnya pada prinsipnya
merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari alinea.
1. Penggolongan Karangan Menurut Bobot Isinya
a. Karangan Ilmiah, Semiilmiah, dan Nonilmiah
Berdasarkan bobot isinya, karangan dapat dibagi atas
tiga jenis, yaitu (1) karangan ilmiah, (2) karangan semiilmiah atau ilmiah
populer, dan (3) karangan nonilmiah. Contoh karangan yang tergolong sebagai
karangan ilmiah antara lain disertasi, makalah, penelitian, tesis; yang tergolong
sebagai karangan semiilmiah antara lain artikel, berita, editorial, feature,
laporan, opini, tip; dan yang tergolong sebagai karangan nonilmiah antara lain
anekdot, cerpen, dongeng, hikayat, naskah drama, novel, puisi. Download ptk bahasa indonesia smp doc
Ketiga jenis karangan tersebut di atas memiliki
karakteristik yang berbeda. Karangan ilmiah memiliki aturan baku dan sejumlah
persyaratan khusus yang menyangkut penggunaan bahasa. Kebalikan dari karangan
ilmiah adalah karangan nonilmiah, yaitu karangan yang tidak terikat pada aturan
baku tadi; sedangkan karangan semiilmiah berada diantara keduanya. (lihat
gambaran posisi karangan semiilmiah di bawah ini).
Gambar 1
Gambaran Posisi Karangan Semiilmiah
Karangan ilmiah dan karangan ilmiah populer tidak banyak
perbedaan yang mendasar. Perbedaaan yang paling jelas hanya pada pemakaian
bahasa, struktur, dan kondisi karangan. Dalam karangan ilmiah digunakan
kosakata yang khusus berlaku dibidang ilmu tertentu. Dalam karangan ilmiah
populer bahasa yang terlalu teknis tersebut terkadang dihindari. Sebagai
gantinya digunakan kata atau istilah yang umum. Jika kita perhatikan dari segi
sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan secara
ketat dan sisematis, sedangkan karangan ilmiah populer agak longgar, meskipun
tetap sistematis. Untuk lebih jelasnya perhatikanlah tabel berikut.
Tabel 1
Perbedaan Karangan Ilmiah, Semiilmiah, Nonilmiah
b. Ciri Karangan Ilmiah dan Semiilmiah
Sebelum merinci ciri karangan ilmiah dan semiilmiah,
ada baiknya dipahami terlebih dahulu batasan karangan kedua jenis tersebut.
Karangan ilmiah adalah tulisan yang berisi argumentasi penalaran yang
dikomunikasikan melalui bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis, dan
sintetis-analisis. Adapaun karangan semiilmiah adalah tulisan yang berisi
informasi faktual yang diungkapkan dengan bahasa semiformal, namun tidak
sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintetis-analitis karena sering
dibumbui´ opini pengarang yang terkadang subjektif.
Tata bentuk karangan mencakup tiga bagian karangan,
yaitu (1) halaman¬halaman awal (preliminaries) yang meliputi judul, kata
pengantar, aneka daftar (daftar isi, daftar tabel/bagan/lampiran); (2) isi
utama (main body) yang meliputi pendahuluan, isi, penutup; dan (3)
halaman-halaman akhir (reference matter) yang meliputi daftar pustaka,
lampiran, dan biodata penulis.
Dalam karangan ilmiah populer, bagian preliminaries
tidak ada. Bagian awal karangan ilmiah populer langsung memasuki isi. Seperti
halnya karangan ilmiah murni, karangan ilmiah populer boleh menggunakan
kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka.
Untuk menyajikan suatu topik, seorang penulis akan
menggunakan cara atau teknik tertentu yang disesuaikan dengan pokok bahasan dan
tujuan yang hendak dicapainya. Jika hendak menyampaikan informasi berupa
berita, misalnya, ia akan menggunakan bentuk karangan tertentu. Bentuk itu akan
berbeda jika ia hendak menyampaikan imbauan yang bersifat menggugah perasaan
atau emosi. Dengan kata lain, terdapat beberapa jenis karangan berdasarkan
penyajian dan tujuan penulisannya.
2. Penggolongan Karangan Menurut Cara Penyajian dan
Tujuan Penulisannya
Berdasarkan cara penyajian dan tujuan penulisannya,
karangan dapat dibedakan atas enam jenis, yaitu
(1) Deskripsi (perian)
(2) Narasi (kisahan)
(3) Eksposisi (paparan)
(4) Argumentasi (bahasan)
(5) Persuasi (ajakan)
(6) Campuran/kombinasi
Dalam praktiknya, karangan murni yang dapat berdiri
sendiri sebagai karangan yang lengkap adalah narasi, eksposisi, dan persuasi;
sedangkan deskripsi dan argumentasi sering dipakai untuk melengkapi atau
menjadi bagian dari karangan lain. Contoh karangan eksposisi yang berdiri
sendiri sangat banyak ragamnya. Berita-berita dalam surat kabar adalah contoh
eksposisi. Adapun contoh karangan persuasi yang utuh adalah iklan atau lembar
promosi lainnya seperti leaflet, brosur, dan advertorial.
Baca Juga contoh ptk bahasa indonesia SD
Dari uraian di atas dapat ditarik simpulan sementara,
yaitu ada tiga jenis karangan (narasi, eksposisi, dan persuasi) yang sering
ditemukan sebagai karangan yang utuh berdiri sendiri. Dua jenis yang lain
(deskripsi dan argumentasi) jarang tampil sebagai karangan yang utuh. Kedua
bentuk ini sering merupakan bagian dari karangan lain. Karangan ilmiah pada
umumnya terbentuk argumentasi dengan bantuan deskripsi sebagai pendukung.
Keahlian memadukan beberapa jenis karangan tentu tidak
diperoleh dengan gampang. Ingat, mengarang adalah suatu keterampilan. Karena
itu, latihan yang intensif merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan oleh
calon penulis. Satu lagi pedoman yang perlu dicermati oleh calon penulis adalah
keharusan mengetahui ciri setiap jenis karangan sebelum mencoba
mengkombinasikannya.
3. Pengertian Karangan Narasi
Karanggan Narasi adalah suatu bentuk karangan yang
menceritakan kejadian berdasarkan urutan waktu. Karangan narasi biasanya
disertai oleh kisah, kehadiran tokoh, dan ada deskripsi baik latar, tokoh, dan
alur. ptk bahasa indonesia smp pdf Contoh karangan narasi adalah cerita Siti
Nubaya, Malin Kundang, dan Supernova. Narasi itu sendiri merupakan suatu bentuk
wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak
seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu, unsur yang
paling penting pada sebuah naras adalah unsur perbuatan dan tindakan. Tetapi
kalau narasi hanya menyampaikan kepada pembaca suatu kejadian atau peristiwa,
maka tampak bahwa narasi akan sulit dibedakan dari deskripsi, karena suatu
peristiwa atau suatu proses dapat juga disajikan dengan mempergunakan metode
deskripsi. Oleh karena itu, mesti ada unsur lain yang harus diperhitungkan,
yaitu unsure waktu. Bila deskripsi mengggambarkan suatu obyek secara statis,
maka narasi mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian
waktu.
a. Narasi Ekspositoris
Narasi ekspositoris disebut juga narasi teknis adalah
karangan yang mencoba menyajikan sebuah peristiwa kepada pembaca apa adanya. Narasi
ekspositoris pertama-tama bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk
mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa
perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut Narasi
menyampaikan informasi berlangsungnya suatu peristiwa. Sebuah naras mengenai
suatu pemogokan buruh di suatu perusahaan untuk menuntut kenaikan gaji, suatu
narasi yang ditampilkan oleh seorang penuntut umum di depan pengadilan mengenai
bagaimana berlangsungnya suatu pembunuhan— semuanya berusaha menyampaikan
informasi kepada para pembaca atau pendengar mengenai kejadian itu, supaya
mereka pun tahu mengenai peristiwa itu secara tepat.
Sebagai sebuah bentuk narasi, narasi ekspositoris
mempersoalkan tahap¬tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para
pembaca atau pendengar. Runtun kejadian atau peristiwa yang disajikan itu
dimaksudkan untuk menyampaikan informasi untuk memperluas pengetahuan atau
pengertian pembaca, tidak perduli apakah disampaikan secara tertulis atau
secara lisan.
b. Narasi Sugestif
Seperti halnya narasi ekspositoris, narasi sugestif
juga pertama-tama bertalian dengan tindakan atau perbuatan yang dirangkaikan
dengan suatu kejadian atau peristiwa. Seluruh rangkaian kejadian itu
berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Tetapi tujuan atau sasaran utamanya
bukan memperluas pengetahuan seseorang, tetapi berusaha memberi makna atas
peristiwa atau kejadian itu sebagai suatu pengalaman. Karena sasarannya adalah
makna peristiwa atau kejadian itu, maka narasi sugestif selalu melibatkan daya
khayal (imajinasi).
Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa
yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca.
Pembaca menarik suatu makna baru di luar apa yang diungkapkan secara eksplisit.
Sesuatu yang eksplisit adalah sesuatu yang tersurat mengenai obyek atau subjek
yang bergerak dan bertindak, sedangkan makna yang baru adalah sesuatu yang
tersirat. Semua obyek dipaparkan sebagai suatu rangkaian gerak, kehidupan para
tokoh dilukiskan dalam satuan gerak yang dinamis, bagaimana kehidupan itu
berubah dari waktu ke waktu. Makna yang baru akan jelas dipahami sesudah narasi
itu selesai dibaca, karena ia tersirat dalam seluruh narasi itu.
Dengan demikian narasi tidak bercerita atau memberikan
komentar mengenai sebuah cerita, tetapi justru ia mengisahkan suatu cerita atau
kisah. Seluruh kejadian yang disajikan menyiapkan pembaca kepada suatu perasaan
tertentu untuk mengahadapi peristiwa yang berada di depan matanya. Narasi
menyediakan suatu kematangan mental. Kesiapan mental itulah yang melibatkan
para pembaca bersama perasaannya, bahkan melibatkan simpati atau antipati
mereka kepada kejadian itu sendiri. Inilah makna yang dikatakan tadi, makna
yang tersirat dalam seluruh rangkaian kejadian itu.
c. Perbedaan Pokok antara Narasi Ekspositoris dan Narasi
Sugestif
Supaya perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi
sugestif lebih jelas maka di bawah ini akan dikemukakan sekali lagi secara
singkat perbedaan antara kedua macam narasi tersebut. Perbedaan yang terpenting
antara karangan naras ekspositoris dan karangan narasi sugestif dapat dilihat
pada tabel 2 di bawah ini:
Tabel 2
Perbedaan pokok antara narasi ekspositoris dan narasi
sugestif
Pokok-pokok perbedaan seperti yang dikemukakan di atas
merupakan garis yang ekstrim antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif.
Antara kedua ekstrim itu masih terdapat percampuran-pencampuran, dari narasi
ekspositoris yang murni berangsur-angsur mengandung ciri-ciri narasi sugestif
yang semakin meningkat hingga ke narasi yang murni.
B. Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang
bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan
perubahan bunyi. Oleh karena itu, lazim dibedakan adanya reduplikasi penuh,
seperti meja-meja (dari dasar meja), reduplikasi sebagian seperti lelaki ( dari
dasar laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti bolak-balik (dari
dasar balik). Di samping adanya reduplikasi semu, seperti mondar-mandir, yaitu
sejenis bentuk kata yang tampaknya sebagai hasil reduplikasi, tetapi tidak jelas
bentuk dasarnya yang diulang. ptk
bahasa indonesia smp doc
Dalam linguistik Indonesia sudah lazim digunakan
sejumlah istilah sehubungan dengan reduplikasi dalam bahasa Jawa dan bahasa
Sunda. Istilah¬istilah itu adalah (a) dwilingga, yakni pengulangan morfem
dasar, seperti meja¬meja, aki-aki, dan mlaku-mlaku µberjalan-jalan; (b)
dwilingga salin suara, yakni pengulangan morfem dasar dengan perubahan vokal
dan fonem lainnya, seperti bolak-balik, langak-longok, dan mondar-mandir; (c)
dwipurwa, yakni pengulangan silabel pertama, seperti lelaki, peparu, dan
pepatah; (d) dwiwasana, yakni pengulangan pada akhir kata, seperti cengengesan
µselalu tertawa‘ yang terbentuk dari cenges µtertawa‘; dan (e) trilingga, yakni
pengulangan morfem dasar sampai dua kali, dag-dig-dug, cas-cis-cus, dan
ngak-ngik-ngok.
1. Pengertian
Secara leksikografis, kata berulang atau reduplikasi
´adalah proses dan hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis atau
gramatikal, misalnya rumah-rumah, tetamu´. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
dirumuskan, ´reduplikasi adalah proses atau hasil perulangan kata atau unsur
kata, misalnya rumah-rumah, tetamu, bolak-balik´. Dengan kata lain, reduplikasi
adalah kata yang mengalami perulangan, baik perulangan penuh, perulangan
sebagian, atau perulangan karena perubahan bunyi. Kata berulang
bangunan-bangunan meskipun bukan bentuk bangun yang diulang, tetapi tampak
bahwa bentuk bangun yang menjadi tumpuan untuk menghasilkan kata bangunan.
2. Menentukan bentuk Dasar
Jika kita berhadapan dengan sebuah bentuk berulang,
sering sulit menentukan bentuk dasarnya. Telah dikemukakan bahwa prinsip bentuk
berulang, yakni harus ada bentuk yang diulang. Untuk memudahkan bentuk
berulang, digunakan prinsip. Ramlan mengemukakan dua prinsip.
Pertama, perulangan tidak mengubah kelas kata.
Contohnya, bentuk berulang berkata-kata. Kata berkata-kata termasuk verba.
Dengan demikian bentuk dasarnya harus verba pula, yakni berkata. Contoh lain,
sungai-sungai. Kata sungai-sungai termasuk nomina. Dengan demikian bentuk dasarnya
harus nomina dalam hal ini sungai.PTK
bahasa indonesia smp
Prinsip kedua, yakni bentuk dasarnya mestilah bentuk
yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Dalam hubungannya dengan cara menentukan
bentuk dasar bentuk berulang. Kita mencari bentuk satu tingkat yang lebih dari
bentuk yang dihadapi. Misalnya, bentuk berulang tersenyum-senyum. Dan tingkatan
lebih kecil dari bentuk ini, ialah tersenyum. Bentuk tersenyum sendiri memenuhi
prinsip pertama yang dikemukakan oleh Ramlan, yakni tersenyum merupakan verba.
3. Pembagian Bentuk Berulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan
tanda hubung. Misalnya:
Anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati,
undang-undang, biri-biri, kupu-kupu, kura-kura, laba-laba, sia-sia,
gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk, mondar-mandir, ramah-tamah, sayur-mayur,
centang-perenang, porak-poranda, tunggang-langgang, berjalan-jalan,
dibesar-besarkan, menulis-nulis, terus-menerus, tukar-menukar,
hulubalang-hulubalang, bumiputra-bumiputra.
Bentuk berulang atau reduplikasi dapat juga dilihat
dari kelas kata yang merupakan bentuk dasarnya. Berdasarkan kenyataan dalam BI,
rupanya hanya kelas kata adverbia, adjektiva, nomina, numeralia, persona, dan
verba yang mengalami perulangan. Bentuk berulang itu atau reduplikasi itu,
boleh saja bentuk berulang penuh, bentuk perulangan sebagian, atau bentuk
berulang variasi fonem.
Bentuk berulang atau reduplikasi adverbia, misalnya
pagi-pagi, bentuk berulang atau reduplikasi adjektive misalnya tinggi-tinggi,
bentuk berulang atau reduplikasi nomina, misalnya buku-buku, bentuk berulang
atau reduplikasi numeraslis, misalnya tiga-tiga, bentuk berulang atau
reduplikasi persona, misalnya saya-saya juga yang dimarahi, bentuk berulang
atau reduplikasi verba, misalnya berlari-lari.
4. Makna bentuk Berulang
Makna bentuk reduplikasi atau bentuk berulang
bergantung pada hasil proses pembentukannya, dan bergantung pada kelas kata
yang menjadi bentuk dasarnya. Misalnya, bentuk berulang atau reduplikasi
buku-buku yang bentuk dasarnya buku, yang dalam hal ini nomina, maka makna yang
ditimbulkannya adalah banyak buku. Bentuk berulang pagi-pagi yang bentuk
dasarnya pagi, yang berarti adverbia itu sendiri. Dalam hal ini Harimurti
(1989:90) berkata, … dalam reduplikasi morfemis terjadi perubahan makna
gramatikal. Dari sudut pandang yang lain, dalam hal ini dilihat dari sudut
semantis, dapat dibedakan reduplikasi morfemis yang bersifat semantis, dan
reduplikasi morfemis yang bersifat non-idiomatis menyangkut reduplikasi yang
makna leksikal dari bentuk dasarnya tidak berubah.
a. Reduplikasi Fonologis
Reduplikasi fonologi berlangsung terhadap dasar yang
bukan akar terhadap bentuk yang statusnya lebih tinggi dari akar. Status bentuk
yang diulang tidak jelas dan reduplikasi fonologis ini tidak menghasilkan makna
gramatikal, melainkan menghasilkan makna leksikal. Yang termasuk reduplikasi
fonologis ini adalah bentuk-bentuk seperti:
(1) Kuku, dada, pipi, cincin, dan sisi. Bentuk-bentuk
tersebut µbukan‘ berasal dari ku, da, pi, cin, dan si. Jadi. Bentuk tersebut
adalah sebuah kata yang bunyi kedua suku katanya sama.
b. Reduplikasi sintaksis
Sebelum membahas reduplikasi sintaksis ada baiknya
kita bahas paradigm ilmu sintaksis itu sendiri. Ilmu sintaksis harus berpegang
bahwa kalimat dan tutur¬tutur yang ditangkap oleh pancaindera merupakan
struktur luar. Struktur-luar merupakan hasil transformasi dari struktur-dalam
(SD).
Reduplikasi sintaksis adalah proses pengulangan
terhadap dasar yang biasanya berupa akar, tetapi menghasilkan satuan bahasa
yang statusnya lebih tinggi dari sebuah kata. Kridalaksana menyebutnya
menghasilkan sebuah sebuah µulangan kata‘, bukan kata ulang‘. Contoh:
- Suaminya benar-benar jantan.
- Jangan-jangan kau dekati pemuda itu.
c. Reduplikasi Semantis
Sebelum membahas reduplikasi semantis ada baiknya kita
pahami dulu pengertian semantik itu sendiri. Dalam buku Semantik Leksikal´ yang
ditulis oleh Mansoer Pateda, ada pendapat yang berbunyi:
Reduplikasi semantis adalah pengulangan ³makna´ yang
sama dari dua buah kata yang bersinonim. Misalnya ilmu-pengetahuan, alim-ulama
dan cendi¬cendikia. Kita lihat kata ilmu dan kata pengetahuan memiliki makna
yang sama; kata alim dan ulama juga memiliki makna yang sama. Demikian juga
katacendi dan kata cendikia.
Termasuk ke dalam bentuk ini adalah bentuk-bentuk
sepertisegar-bugar, muda-belia, tua-renta, gelap-gulita dan kerik-mersik.
Namun, bentuk-bentuk seperti ini di dalam berbagai buku tata bahasa dimasukkan
dalam kelompok reduplikasi berubah bunyi (dwilingga salin suara). Memang bentuk
segar bugar perubahan bunyinya masih bisa dikenali, tetapi bentuk muda belia
dan kerik mersik tidak tampak sama sekali bahwa unsur pertama berasal dari
unsur kedua atau sebaliknya.
d. Reduplikasi Morfologis
Sebelum membahas reduplikasi morfologis ada baiknya kita
membahas pengertian morfologi dan proses morfologis terlebih dahulu. Pengertian
morfolog telah banyak dibicarakan oleh para linguis. Berikut akan dikemukakan
beberapa diantaranya.
Menurut Crystal, morfologi adalah cabang tata bahasa
yang menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya adalah melalui penggunaan
morfem Morfologi umumnya dibagi ke dalam dua bidang yakni: telaah infleks
(inflectional morphology), dan telaah pembentukan kata (lexical or dervational
morphology). Apabila penekanan pada teknik menganalisis kata menjadi morfem
khususnya seperti dipraktikkan oleh para linguis strukturalis Amerika pada
tahun 1940 dan 1950, maka morfemik dipakai. Analisis morfemik dalam pengertian
in adalah bagian adalah bagian dari telaah linguistik singkronis; analisis
morfologis adalah istilah yang lebih umum, yang juga diterapkan dalam telaah
histories Analisis morfologis dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. Satu
pendekatan adalah membuat telaah distribusional morfem dan morfemis yang muncul
dalam kata (analisis susunan morfotaktis), seperti dalam model pemirian item
and arrangement, yaitu suatu model pemerian yang mengandung kata sebagai gugus
linear (arrangement) morf-morf (items), misalnya The boy kicked the ball.
Pendekatan lain menetapkan atau membangun proses-proses
atau operasi-operasi morfologis, yang melihat hubungan-hubungan antara
bentuk-bentuk kata sebagai satu hubungan pergantian, seperti dalam model item
and process, yaitu suatu model pemerian yang memandang hubungan antara
kata-kata sebagai proses derivasi, misalnya item took diturunkan dari item take
melalui proses perubahan vokal. Download
ptk bahasa indonesia smp kelas 8 Dalam
linguistik generatif, morfologi dan sintaksis dilihat sebagi dua tingkat yang
terpisah; kaidah-kaidah dari tata bahasa berlaku bagi struktur kata, seperti
halnya terhadap frasa dan kalimat dan konsep-konsep morfologis hanya muncul
sebagai titik di mana output komponen sintaksis harus diberikan reprsentasi
fonologis melalui kaidah-kaidah morfofonologis.
Gambar 2
Diagram Rangkuman Morfologi
Jadi, proses morfologis ialah proses penggabungan
morfem-morfem menjadi kata. Keterangan ini perlu diberikan, supaya ada
ketegasan sampai dimana boleh digolong-golongkan. Dengan begitu bentuk terkecil
ialah morfem sedangkan terbesar ialah kata.
Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar
yang serupa akar berupa bentuk berafiks dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya
dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan berubah bunyi dan pengulangan
sebagian.
C. Tugas Individu
Manusia dilahirkan dengan berbagai macam potensi yang
dapat dikembangkan untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Potensi-potensi
itu tidak mempunyai arti apa-apa bila tidak dikembangkan dengan baik. Kenyataan
menunjukkan bahwa tidak semua individu memahami potensi yang dimilikinya apalagi
pemahaman tentang cara mengembangkannya.
Selama perkembangannya, kehidupan individu-individu
itu tidak statis melainkan dinamis, dan pengalaman belajar yang disajikan
kepada mereka harus sesuai dengan sifat-sifat khasnya yang sesuai dengan masa
perkembangannya itu.
Tugas individu atau disebut latihan dimaksudkan untuk
memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari,
karena hanya dengan melakukannya secara praktis suatu pengetahuan dapat
disempurnakan dan disiap-siagakan
C.CONTOH
PTK KENAIKAN PANGKAT UNTUK GURU SMP
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 ... Kecamatan
... Kabupaten ... .Kelas 8.7, yang berlokasi di Kecamatan Sukawangi
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II Tahun
Pelajaran 2015/2016 mulai Februari sampai dengan Maret 2016.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suryanto PTK adalah suatu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu
agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di
kelas secara professional. Metode penelitian ini mengikuti pola sikus yang
diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Untuk lebih lengkapnya mengenai prosedur tentang
penelitian ini, maka akan diuraikan sebagai berikut.
1. Pra-Penelitian
a. Menentukan sekolah yang akan dijadikan obyek
penelitian
b. Identifikasi masalah yang ada di sekolah melalui
wawancara tertulis dengan guru bidang studi bahasa Indonesia.
2. Penelitian PTK:
a. Perencanaan tindakan dengan membuat kelengkapan
pembelajaran dan instrumen penelitian.
b. Pelaksanaan tindakan dengan melaksanakan KBM sesuai
dengan langkah¬langkah RPP dengan metode pemberian tugas individu. Contoh ptk bahasa indonesia smp pdf
c. Pengamatan/Observasi
1. Observer mencatat aktivitas guru dan siswa pada format
observasi.
2. Memberikan tes hasil belajar
d. Tahap Refleksi dan Evaluasi
1. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh
2. Menarik kesimpulan: jika hasil tahapan refleksi
(kesimpulan) belum bisa
dikatakan mengatasi masalah-masalah yang ada, maka PTK
ini dilanjutkan ke
siklus selanjutnya berdasarkan perbaikan atas
kekurangan pada siklus
sebelumnya (perencanaan II, tindakan II, pengamatan II
dan refleksi II, dst.)
3. Penyusunan penelitian
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua
sumber, yaitu siswa kelas 8.7 dan guru.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Pada penelitian ini, posisi peneliti yaitu sebagai
pengkaji permasalahan, pendiagnosis masalah, perencana tindakan, pengamat, dan
pelaksana tindakan.
E. Intrumen-instrumen Pengumpulan Data yang Digunakan
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen,
yaitu:
1. Lembar Observasi Proses Pembelajaran dan Catatan
Lapangan
Lembar observasi diperlukan untuk mencatat
kejadian-kejadian selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini
berisi tentang kegiatan-kegiatan baik yang dilakukan oleh siswa ataupun oleh
guru selama proses pembelajaran. Catatan lapangan digunakan dalam rangka
melengkapi kejadian-kejadian yang tidak terdapat dalam lembar observasi.
2. Tes Kemampuan Penggunaan Reduplikasi dalam Karangan Narasi
Untuk mengetahui penguasaan reduplikasi dan pemahaman siswa dalam karangan
narasi maka instrumen yang digunakan adalah tes pilihan ganda, serta tes esai
yaitu membuat suatu karangan narasi dan memiliki kemampuan dalam penggunaan
reduplikasi yang ada di dalam karangan yang mereka (siswa) buat.
Dalam kaitannya dengan penelitian ini , teknik yang
digunakan adalah teknik tes subjektif. Sehubungan dengan ini Nurkancana dan
suhartana menyatakan bahwa tes merupakan suatu cara yang berbentuk tugas atau
serangkaian tugas yang harus diselesaikan oleh siswa yang bersangkutan. Dalam
penelitian ini siswa sebagai subjek yang dites, dan data yang dikumpulkan
berupa hasil tes kemampuan menulis karangan siswa.
Tes menulis bentuk esai ini mempunyai kelebihan,
antara lain bahwa siswa diminta untuk menyusun sendiri karangan dengan
menggunakan kata¬kata sendiri. Bentuk esai ini dapat mengukur kemampuan siswa
dalam menemukan ide, menyusun ide ke dalam kalimat, menghubungkan kalimat,
serta mempertimbangkan bahan karangannya secara lebih efektif dan tes esai akan
mendorong siswa untuk meningkatkan karangannya agar lebih baik.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik-teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
melalui:
1. Observasi
Observasi adalah tindakan yang merupakan penafsiran
dari teori. Observasi atau pengamatan dalam penelitian ini untuk mengetahui dan
memproleh gambaran lengkap secara objektif tentang perkembangan siswa dalam
proses belajar mengajar di dalam kelas.
2. Dokumentasi
Teknik dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk
memperoleh data yang tersedia di sekolah berkaitan dengan dokumentasi siswa,
seperti RPP catatan lapangan, absensi kelas, gambar-gambar foto, dan nilai
hasil belajar.
3. Tes/Penugasan
Dalam teknik ini peneliti memberikan tes/penugasan
secara individu agar terdapat peningkatan kemampuan penggunaan reduplikasi
dalam karangan narasi, hingga diperoleh data mengenai perlu tidaknya perbaikan
dilakukan dalam setiap tindakan.
G. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian ini mengikuti pola penelitian
Tindakan Kelas. Adapun pola tahapan penelitian ini sebagai berikut.
1. Perencanaan (Plan)
Dalam tahap ini akan dilakukan kegiatan:
a. Menyusun rencana pembelajaran.
b. Menetapkan kelas yang akan dijadikan kelas observasi.
2. Pelaksanaan Tindakan (Action)
Adapun kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut:
a. Guru dan observer masuk ke kelas.
b. Menarik perhatian siswa.
c. Mengabsen.
d. Menjelaskan tentang topik yang akan dibahas mengenai
pengertian karangan narasi dan macam-macam jenis reduplikasi.
e. Melaksanakan pembelajaran yang membuat siswa aktif
dengan memberikan latihan tugas individu berupa pembuatan karangan narasi dan
penggunaan reduplikasi dalam karangan yang dibuat.
f. Memberikan pertanyaan untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam menyerap materi yang telah disampaikan.
g. Mengamati perkembangan siswa.
h. Memberikan penguatan dengan memberikan penjelasan
tentang materi yang diberikan.
i. Melakukan tes kepada siswa.
j. Memberikan penilaian terhadap siswa.
3. Observasi
Dalam observasi ini, peneliti melakukan pengamatan
terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan berkaitan dengan tugas
individu pada masing-masing siswa/i. Adapun aspek yang diamati tersebut adalah:
Mendengarkan penjelasan guru.
Datang tepat waktu.
Mencatat materi yang penting.
Membawa buku paket.
Membawa buku catatan.
Mengikuti jalannya KBM.
Mengajukan pertanyaan pada saat penjelasan materi.
Aktif dan menjawab pertanyaan dari guru.
Aktif mengerjakan tugas ´individu´ yang diberikan oleh
guru.
4. Refleksi (reflecting)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang
telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali
kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. ptk bahasa indonesia smp doc
Dalam tahap ini akan diuraikan data-data yang
diperoleh dari hasil pelaksanaan tindakan. Apakah tujuan yang hendak dicapai
sudah tercapai atau belum? Dan kemudian diuraikan faktor-faktor penghambat atau
pendukung dalam pelaksanaan tindakan.
H. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang
digunakan adalah;
1. Tes Hasil Belajar
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data-data
yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan deskriptif komparatif
(statistik deskriptif komparatif) dan analisis kritis. Teknik statistik
deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan
membandingkan hasil antarsiklus. Peneliti membandingkan hasil sebelum
penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus, yaitu membandingkan rerata
kemampuan penggunaan reduplikasi dalam karangan narasi siswa pada kondisi
sebelum tindakan, siklus I, siklus II, dan seterusnya. Teknik analisis kritis
berkaitan dengan data kualitatif.
Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk
mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar
mengajar berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis
maupun ketentuan yang ada. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam
menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang
ada. Analisis data dilakukan bersamaan dan/atau setelah pengumpulan data.
2. Teknik Skoring
Teknik skoring digunakan untuk memberikan skor pada
hasil penelitian. Melalui teknik ini akan diketahui nilai rata-rata peningkatan
kemampuan penggunaan reduplikasi dalam karangan narasi. Adapun rumus yang
digunakan sebagai berikut.
Total Skor = Jumlah skor yang diperoleh siswa
Jumlah siswa
I. Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah untuk mengecek keabsahan data, yang mencakup sumber, metode, penyidik
dan teori. Teknik keabsahan data ini merupakan pengolahan data hasil penelitian
dengan tujuan agar kumpulan data itu bermakna. Analisis dilakukan mengacu pada
hasil pengamatan dan observasi langsung yang diperoleh pada saat pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan teknik triangulasi. Contoh ptk bahasa indonesia smp pdf
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara
terhadap objek penelitian. Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik yang berbeda yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini
selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya
data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk
menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi
bersifat reflektif.
J. Teknik Pengambilan Kesimpulan
Adapun teknik pengambilan kesimpulan yang digunakan
yaitu;
1. Jika pelaksanaan siklus 1 belum mencapai Kriteria
Ketuntasan
Minimum (KKM) sebesar 7.00 maka perlu dilakukan siklus
selanjutnya. (siklus 2, siklus 3, dst)
2. Jika nilai rata-rata siswa telah mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 7.00 maka pelaksanaan siklus selanjutnya tidak
perlu dilanjutkan.
D.CONTOH LENGKAP PTK SMP KURIKULUM 2013 TERBARU
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul Chaer. Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta,
2003
. Morfologi Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta.
2002
Andriana, Deni. ³Teknik Triangulasi ”, diakses pada
tanggal 07 Juli 2016, dari http://goyangkarawang.com/2015/
02/triangulasi-dan-keabsahan-data¬dalam-penelitian/
Ba‘dulu, Abdul Muis, dkk. Morfosintaksis, Jakarta:
Rineka Cipta, 2005
Brataatmaja, T Heru Kasida. Morfologi Bahasa
Indonesia,Yogyakarta: Kanisius, 1987
Darmayanti, Nani. ³Menulis Wacana Naratif ´, diakses
pada tanggal 13 desember 2016, dari
http://books.google.co.id/books?id=264rOvSaHCwC&pg= PA
Fauzi, Ahmad. Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia,
2004
Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia, Jakarta:
Diksi Insan Mulia, 2008
Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi, Jakarta:
Gramedia. 1982
Muslich, Masnur. Melaksanakan PTK Itu Mudah, Jakarta:
Bumi Aksara, 2009 Parera, Jos Daniel. Sintaksis, Jakarta: Gramedia, 1993
Pateda, Mansoer. Morfologi,Gorontalo: Viladan, 2005
. Semantik Leksikal, Jakarta: Rineka Cipta, 2001
Samsuri. Analisis Bahasa, Malang: Erlangga, 1994
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2009
Sekawan, Tim Lima Adi. EYD Plus, Jakarta: Limas, 2007
Soetjipto, dkk. Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka
Cipta, 2007
Sudarno. Morfofonemik, Jakarta: Arikha Media Cipta,
1990
Surachmad, Winarno. Metodologi Pengajaran Nasional,
Jakarta: Jemmars, 2002
Usman, M Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama
Islam, Jakarta: PT Intermasa, 2002
Wiriaatmadja, Rochiati. Metode Penelitian Tindakan
Kelas, Bandung: Remaja Rosadakarya, 2008
Terima kasih telah berkunjung di Musiyanto Blog
yang membahas CONTOH PTK BAHASA INDONESIA SMP KELAS VIII
TERBARU- ini dapat membantu Anda dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK).
Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi
vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan cara
mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan
sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.