CONTOH PTK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SD DOC-Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran TGT (Teams
Games Tournament) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didi k pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi pokok puasa wajib di SD
. CONTOH PTK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SD DOC-Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah penerapan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didi k pada pembelajaran Pendidikan Agama
Islam materi pokok puasa wajib di SD .
Kemudian dalam proses pembelajaran dilakukan
dengan melalui lima komponen utama dalam TGT yaitu: penyajian kelas, kelompok
(Teams), permainan (game), turnamen, dan penghargaan kelompok (teams
recognize).Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang
terdiri dari dua sikl us. Tiap sikl usnya terdiri dari 4 tahap, yaitu:
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah
peserta didik kelas VI SD .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya
peningkatan hasil belajar dan aktivitas peserta didik setelah diterapkannya
model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran PAI materi
pokok mengenal puasa wajib. Hasil ketuntasan hasil belajar kognitif peserta
didik pada siklus I mencapai 80%, siklus II mencapai 100%. Hasil ketuntasan
hasil belajar afektif peserta didik pada siklus I adalah 72,33% meningkat
menjadi 80,61% pada siklus II.
Hasil ketuntasan hasil belajar
psikomotorik peserta didik pada siklus I adalah 76,67% meningkat menjadi 83,33%
pada siklus II.
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan secara
keseluruhan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan bahwa pembelajaran kooperatif tipe
TGT layak dikembangkan sebagai alternatif model mpembelajaran yang dapat
digunakan dalam pembelajaran
Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas Mapel
PAI SD KELAS VI yang diberi judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta
Didik Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt (Teams Games Tournament)
Pada Pembelajaran Pai Materi Pokok Puasa Wajib Kelas Vi Semester GenapDi Sd
Negeri …….” untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam kenaikan tingkat dari
IV a ke IV b. Disini akan di bahas lengkap.
PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja
kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan file PTK PAI SD Kelas VI
lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 – BAB 5 untuk bahan
referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke
08172834988 dengan Format PESAN PTK 003 SD).
A.PTK
AGAMA ISLAM SD1.DOANLOAD PTK PAI SD KELAS 4 LENGKAP
BAB I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahPAI merupakan salah satu
bidang studi yang diajarkan di SD yang mempunyai andil besar dalam mewujudkan
tujuan pendidikan Nasional. Hal ini sesuai dalam UU RI No.20 tahun 2003 bab II
pasal 3 tentang SISDIKNAS yang berbunyi “Pendidikan Nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa
dan berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab.”
Dewasa ini, tidak dapat dipungkiri bahwa Pendidikan
Islam masih diselimuti aneka problematika. Di antara problematika dan indikator
kemandegan yang selama ini menghantui pendidikan Islam adalah penerapan metode
pembelajaran.
Metode-metode pembelajaran yang diterapkan dalam
pembelajaran PAI selama ini masih didominasi metode ceramah. Metode tersebut
masih sering digunakan oleh guru-guru PAI dalam proses pembelajaran, karena
metode tersebut dianggap paling sederhana dan hanya menyampaikan informasi.
Metode tersebut masih sering kali membuat bosan peserta didik apalagi jika diterapkan
pada anak seusia Sekolah Dasar.
Mengingat usia Sekolah Dasar masih tergolong usia
anak-anak yang secara psikologis gemar bermain, maka keinginan untuk bermain
tersebut diupayakan diarahkan dalam artian walaupun sambil bermain mereka tetap
belajar. Hal ini perlu diterapkan pada anak didik agar dalam belajar tidak
lekas bosan. Belajar sambil bermain ini akan lebih bermakna dan menyenangkan
bagi anak didik seusia Sekolah Dasar. ptk pai sd mi
Tetapi, pada kenyataannya berdasarkan informasi yang
diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan Guru PAI SD…………, bahwa dalam
proses pembelajaran PAI metode yang digunakan adalah lebih banyak menggunakan
metode ceramah. Peserta didik hanya menelan dan mendengarkan hal-hal yang
disampaikan oleh guru. Apalagi keadaan peserta didik dalam belajar PAI,
menyatakan bahwa minat/semangat peserta didik dalam melaksanankan tugas guru,
daya tangkap peserta didik dalam menerima pelajaran, kemampuan peserta didik
dalam menghubungkan materi pelajaran dengan dunia nyata, kemampuan peserta
didik dalam belajar bersama, kemampuan peserta didik dalam mengajukan
pertanyaan, kemampuan dalam mengajukan argumentasi, keberanian peserta didik
dalam menjelaskan materi, dirasa masih rendah belum sesuai dengan kompetensi
yang diharapkan dan belum sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh PAI itu
sendiri yaitu peserta didik mampu memahami dan mengamalkan ilmu agama yang
diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini lebih khusus dalam memahami konsep materi
pokok puasa wajib dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari pada peserta
didik kelas VI semester genap di SD Negeri Taranggi. Peserta didik mengalami
banyak kesulitan dalam memahami konsep materi puasa wajib dan
ketentuan-ketentuannya. Kegiatan pembelajaran di kelas dan kegiatan peserta
didik secara individu, masih sangat ditentukan dan bergantung oleh guru. Hal
ini juga ditunjukkan dari hasil belajar pada tes sumatif materi tersebut dari
tahun sebelumnya, nilai rata-rata peserta didik masih banyak yang di bawah KKM
yang telah ditentukan yaitu 68.download gratis ptk pai sd filetype doc
2. MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Maka dari itu, sudah semestinya metode
konvensional yang lebih menekankan pada ranah kognitif diganti dengan
metode-metode modern yang tidak hanya menekankan pada ranah kognitif saja
tetapi juga ranah afektif dan psi komotor.
Sejalan dengan hal tersebut di atas,
pembelajaran PAI di SD sudah semestinya menyentuh ketiga ranah tersebut,
tentunya dengan menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang dapat menyentuh
ketiganya.
Salah satu upaya yang dilakukan peneliti dengan
kolaborator adalah dengan merubah metode konvensional yang biasanya diterapkan
dalam pembelajaran PAI dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT (Teams Games Tournament). Menurut Slavin yang dikutip oleh Buchari Alma,
model pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning merupakan suatu model
pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil, bekerja sama.
Keberhasilan dari model ini sangat tergantung pada
kemampuan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun dalam
bentuk kelompok. Dan dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum
selesai jika salah satu teman kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Dengan
kata lain dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap peserta didik anggota
kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu satu sama lain.
TGT atau Pertandingan Permainan Tim merupakan salah
satu model pembelajaran kooperatif. Perlu diterapkannya pembelajaran kooperatif
dalam bidang studi PAI sebagai upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik
karena pembelajaran kooperatif tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
belajar (pencapaian akademik), meningkatkan keterlibatan/ aktivitas peserta
didik, menambah motivasi dan percaya diri serta menambah rasa senang di
sekolah, karena pembelajaran kooperatif tipe TGT ini mengandung unsur
permainan.Contoh PTK PAI SD: UPAYA MENINGKATKAN HASIL Jadi, peserta didik tidak
merasa bosan di dalam kelas.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang
dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan peserta didik dapat belajar
lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat
dan keterlibatan belajar. TGT (Teams Games Tournament) menggunakan turnamen
akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana
para peserta didik berlomba sebagai wakil ti m mereka dengan anggota lain yang
bekerja.
Berdasarkan latar belakang masalah di
atas, maka judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah “UPAYA MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT
(TEAMS GAMES TOURNAMENT) PADA PEMBELAJARAN PAI MATERI POKOK PUASA WAJIB KELAS
VI SEMESTER GENAP DI SD ………. TAHUN PELAJARAN 2015/2016”.
B. Identifikasi Masalah
Melihat persoalan di atas, kondisi yang
ada saat ini adalah:
1. Kurangnya minat/semangat peserta didik
dalam mengikuti proses pembelajaran pada bidang studi Pendidikan Agama Islam
2. Model pembelajaran yang diterapkan
membuat bosan peserta didik
3. Belum adanya strategi yang tepat dalam
proses pembelajaran
4. Minimnya interaksi antar sesama siswa
maupun guru.
5. Rendahnya hasil belajar peserta didik
dalam pembelajaran PAI nilai rata-rata kelas masih di bawah KKM yang telah
ditentukan yaitu 68.
3.CONTOH PTK SD PAI
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas,
permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran PAI materi pokok puasa wajib pada
peserta didik kelas VI di SD Negeri ?
2. Apakah hasil belajar peserta didik
setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik daripada
hasil belajar sebelumnya dalam pembelajaran PAI materi pokok puasa wajib pada
peserta didik kelas VI di SD Negeri?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Setelah kegiatan pelatihan penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT, tujuan yang akan dicapai dalam PTK
(penelitian tindakan kelas) ini adalah:
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan hasil belajar peserta didik
dalam pembelajaran PAI.
b. Tujuan Khusus :
1) Mengetahui bagaimana penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran PAI materi pokok puasa
wajib pada peserta didik kelas VI di SD Negeri
2) Mengetahui apakah hasil belajar peserta
didik setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik
daripada hasil belajar sebelumnya dalam pembelajaran PAI materi pokok puasa
wajib pada peserta didik kelas VI di SD Negeri ………
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari PTK ini antara
lain:
Bagi Siswa
• Penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT tidak membuat bosan peserta didik.
• Penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran
PAI.ptk pendidikan agama islam sd pdf
Bagi Guru
• Dapat memberikan informasi tentang
metode pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik
dalam pembelajaran PAI.
Bagi sekolah
• Dapat dijadikan bahan kajian bersama
agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
Bagi Peneliti
1) Menambah pengalaman secara langsung
bagaimana penggunaan strategi pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membuat
bosan.
2) Memberi bekal sebagai calon guru PAI
agar siap melaksanakan tugas di lapangan sesuai kebutuhan.
B.CONTOH PTK PAI SD: UPAYA MENINGKATKAN HASIL MAKSIMAL
BAB II
LANDASAN TEORI & HIPOTESIS
TINDAKAN
A. Deskripsi Teori
1. Pembelajaran PAI
a. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup
Pembelajaran PAI
1) Pengertian Pembelajaran PAI
Pembelajaran adalah upaya untuk
membelajarkan peserta didik di mana peserta didi k tidak hanya berinteraksi
dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan
seluruh sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Menurut Ismail SM pembelajaran melibatkan dua pihak, yaitu guru dan
peserta didik yang di dalamnya mengandung dua unsur sekaligus, yaitu mengajar
dan belajar (teaching and learning) .download ptk pai sd
Sedangkan PAI (Pendidikan Agama Islam)
dalam buku Pedoman Umum PAI di Sekolah Umum, merupakan usaha sadar dan
terencana untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, mamahami, menghayati,
dan mengamal kan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan
latihan.
PAI didefinisikan dalam buku Pendidikan
Islam dan Nasional menjadi usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam
membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam
Muhaimin, mengemukakan bahwa PAI adalah
sebagai usaha sadar yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan
yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.
Dari berbagai definisi di atas, dapat penulis simpulkan
bahwa pembelajaran PAI adalah proses belajar mengajar yang dilakukan secara
sadar oleh pendidik kepada peserta didik dalam masa perkembangan agar kelak
setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran
agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup sehari-hari (the way of
life).
Dan sudah menjadi tugas dan tanggung jawab
guru untuk menghidupkan belajar dengan kepercayaan diri, serta motivasi yang
tinggi untuk menghadapi zaman yang terus berubah karena perkembangan ilmu
pengetahuan, jika guru dapat mengangkat keprofesionalannya maka pendidi kan
akan bisa ditingkatkan kualitasnya.
2) Tujuan PAI
Pendidikan Agama Islam di SD bertujuan
untuk :
a) Menumbuhkembangkan akidah melalui
pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman,
pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga
menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada
Allah Swt.
b) Mewujudkan manusia Indonesia yang taat
beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin
beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi
(tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan
budaya agama dalam komunitas sekolah.
3) Ruang Lingkup PAI
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam di SD
meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
a) Al-Qur`an dan Hadits
b) Aqidah
c) Akhlak
d) Fiqih
e) Tarikh dan Kebudayaan Islam
Pendidikan Agama Islam menekankan
keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah
Swt, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan
hubungan manusia dengan alam sekitarnya.ptk pai sd kelas 4 doc
b. Materi PAI Pokok Bahasan Puasa Wajib
Adapun pokok bahasan PAI kelas VI SD …….
yang menjadi fokus pada penelitian tindakan kelas ini adalah mengenal puasa
wajib, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut :
1) Pengertian Puasa
Puasa adalah menahan diri dari makan,
minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa serta mengendalikan diri dari hawa
nafsu mulai terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Puasa itu ada beberapa macam yaitu sebagai
berikut :
a) Puasa wajib, adalah puasa yang
diwajibkan bagi setiap muslim, yaitu puasa Ramadhan, puasa qada, puasa nadzar,
dan puasa kafarat (denda).Perintah untuk melaksanakan kewajiban puasa Ramadhan
terdapat dalam firman Allah surat Al-Baqarah 183 yang artinya : “Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
b) Puasa sunah, seperti puasa Arafah (9
Dzulhijjah), puasa Asyura (10 Muharram), puasa Senin dan Kamis, serta puasa 6
hari di bulan Syawal.
c)Puasa makruh, yaitu puasa yang dilakukan
terus-menerus sepanjang masa kecuali pada bulan Haram. Selain itu, makruh puasa
pada setiap hari sabtu saja atau tiap jum`at saja.
d) Puasa haram, yaitu puasa pada Hari Raya
Idul Fitri (1 Syawal), Idul Adha (10 Dzulhijjah), dan hari-hari Tasyrik (11,
12, 13 Dzulhijjah).
2) Ketentuan Puasa
Puasa wajib dan puasa sunah memiliki
ketentuan yang sama, yaitu memiliki syarat wajib, syarat sah, rukun, sunah, dan
hal-hal yang membatalkan puasa. Ketentuan-ketentuan puasa tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut :
a)Syarat-syarat Puasa
Ibadah puasa memiliki beberapa syarat agar
puasa dapat diterima oleh Allah Swt. Syarat tersebut adalah syarat wajib dan
syarat sah.
Syarat wajib puasa ada 3, yaitu: berakal
sehat (orang gila tidak wajib berpuasa), baligh (cukup umur), kuat melaksanakan
puasa. Sedangkan syarat sah puasa ada 4, yaitu: beragama Islam (orang yang
tidak Islam tidak sah puasanya), mumayyiz (dapat membedakan yang benar dan yang
salah), suci dari haid (darah kotor) dan nifas (darah orang melahirkan), pada
waktu yang dibolehkan berpuasa.
b) Rukun Puasa
Rukun puasa ada 2, yaitu: Pertama, Niat.
Niat puasa hendaknya dilakukan pada malam hari sebelum terbit fajar. Untuk
puasa Ramadhan boleh sekali niat di malam pertama bulan Ramadhan untuk satu
bulan. Niat boleh dilakukan dalam hati dan boleh diucapkan dengan lisan.
Berikut ini contoh bacaan niat puasa Ramadhan:
Kedua, Menahan diri dari segala sesuatu
yang dapat membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
c) Sunah-sunah Puasa
Sunah-sunah puasa adalah sebagai berikut:
(1) Menyegarkan berbuka jika sudah
waktunya berbuka (matahari telah terbenam).
(2) Berbuka dengan yang manis-manis,
misalnya kurma dan anggur serta minum air putih.
(3) Berdo`a pada waktu atau setelah
selesai berbuka puasa. Do`a tersebut sebagai berikut:
(4) Makan sahur
(5) Mengakhiri makan sahur
(6) Memberi makan kepada orang yang
berbuka puasa
(7) Memperbanyak bersedekah jariyah
(8) Memperbanyak membaca Al-Qur`an dan
memahami artinya
(9) Memperbanyak ibadah-ibadah sunah yang
lain.
d) Hal-hal yang Membatalkan Puasa
Hal-hal yang membatal kan puasa adalah
sebagai berikut:
(1) Makan dan minum dengan sengaja
(2) Muntah dengan sengaja
(3) Berubah akal, seperti gila, mabuk, dan
pingsan
(4) Berhubungan suami istri
(5) Murtad (keluar dari agama Islam)
(6) Keluar darah haid atau nifas bagi
wanita
e) Orang yang diperbolehkan Tidak Berpuasa
Orang yang karena hal-hal tertentu
diperbolehkan tidak berpuasa. Orang-orang tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Orang yang sakit parah harus
mengqadha, yaitu mengganti
sejumlah hari yang ditinggalkan (hari pada
saat tidak
berpuasa).
(2) Orang yang dalam perjalanan jauh atau
musafir wajib mengqadha atau mengganti puasa pada hari yang lain.
(3) Orang lanjut usia berkewajiban
membayar fidyah, yaitu bersedekah tiga perempat liter beras kepada fakir miskin
selama ia tidak berpuasa pada bulan Ramadhan.
(4) Orang yang sedang hamil dan menyusui,
berkewajiban membayar fidyah (denda).
f) Hikmah Berpuasa pada Bulan Ramadhan
Hikmah puasa menjadi kebaikan bagi umat
Islam yang menjalankannya, yaitu sebagai berikut :
Tanda terima kasih kepada Allah
Mendidik taat kepada peraturan
Mendidik belas kasih kepada fakir miskin
Menjaga kesehatan
Mendidik hidup tertib dan disiplin
Melatih kesabaran
c. Hasil Belajar
Belajar merupakan perubahan tingkah laku
atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, menulis,
mengamati, mendengarkan dan lain-lain. Dari kegiatan belajar tersebut seseorang
akan memperoleh suatu hasil dari apa yang telah mereka kerjakan, yang disebut
hasil belajar.
Untuk lebih jelas apa yang dimaksud hasil
belajar perlu mengkaji beberapa pendapat di bawah ini.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang
telah diberikan oleh guru.skripsi ptk pai pdf
Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila
seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang
tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti. Sedangkan menurut Syaiful Bahri mengatakan dalam bukunya
“Psikologi Belajar” bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi
sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dicapai oleh individu dari
proses belajar. Berbeda lagi menurut Nana Sudjana, hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya.
Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan
hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru.
Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih
baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental
tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan
pelajaran.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat penulis
simpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dicapai peserta didik dalam
menuntut suatu pelajaran yang menunjukkan taraf kemampuan peserta didik dalam
mengikuti program belajar dalam waktu tertentu sesuai dengan kurikulum yang
telah ditentukan. Prestasi belajar ini sering dicerminkan sebagai nilai yang
menentukan berhasil tidaknya peserta didik telah belajar.
d. Aspek-aspek Hasil Belajar
Secara umum belajar diartikan sebagai
perubahan tingkah laku. Belajar tidak ada warnanya apabila tidak menghasilkan
pengetahuan, pembentukan sikap serta ketrampilan. Oleh karena itu, proses
belajar mengajar harus mendapat perhatian yang serius yang melibatkan berbagai
aspek yang menunjang keberhasilan belajar mengajar. Aspek-aspek/ranah tersebut
adalah aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
1) Aspek Kognitif
Yaitu proses pengetahuan yang lebih banyak
didasarkan perkembangannya dari persepsi, introspeksi, atau memori siswa. Dalam
bukunya Sukardi tujuan pembelajaran kognitif dikembangkan oleh Bloom, dkk,
dalam taxonomy Bloom tahun 1956. Tujuan kognitif ini dibedakan menjadi 6
tingkatan: knowledge, comprehension, application, analysis, synthesis,
evaluation.
Keenam tingkatan aspek kognitif di atas
dapat dijabarkan, seperti:
a) Knowledge (pengetahuan), ialah tingkat
kemampuan yang hanya memi nta responden untuk mengenal atau mengetahui adanya
konsep, fakta, atau istilah-istilah tanpa harus mengerti, atau dapat menilai,
atau dapat menggunakannya.
b) Comprehension (pemahaman), ialah
tingkat kemampuan yang mengharapkan responden mampu memahami arti/konsep,
situasi, serta fakta yang di ketahui nya.
c) Application (penerapan), ialah
responden dituntut kemampuannya untuk menerapkan atau menggunakan apa yang
telah diketahuinya dalam suatu situasi yang baru baginya.
d) Analysis (analisis), ialah tingkat
kemampuan responden untuk menganalisis atau menguraikan suatu integritas atau
suatu situasi tertentu ke dalam komponen-komponen/ unsur-unsur pembentuknya.
e) Syntesis (sintesis), ialah penyatuan
bagian-bagian ke dalam suatu bentuk yang menyel uruh.
f) Evaluation (evaluasi), ialah responden
di minta untuk membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep,
situasi, dsb. Berdasarkan suatu kriteria tertentu.
2) Aspek Afektif
Yaitu proses pengetahuan yang lebih banyak
didasarkan pada pengembangan aspek-aspek perasaan dan emosi. Dalam
pengembangannya pendidikan afektif yang semula hanya mencakup perasaan dan
emosi, telah berkembang lebih luas yakni menyangkut moral, nilai-nilai, budaya,
dan keagamaan.
Tujuan pembelajaran afektif dibedakan
menjadi 5 tingkatan, yaitu:
a) Receiving, yakni semacam kepekaan dalam
menerima rangsangan dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah,
situasi, gejala,dll.
b) Responding, yakni reaksi yang diberikan
oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.
c) Valuing, yakni berkenaan dengan ni lai
dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulasi tadi.
d) Organizing, yakni pengembangan dari
nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan
nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah di miliki nya.
e) Characterization by value or value
complex, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang,
yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
3) Aspek Psikomotorik
Yaitu proses pengetahuan yang lebih banyak
didasarkan dari pengembangan proses mental melalui aspek-aspek otot dan
membentuk ketrampi lan siswa. Di sampi ng mencakup proses yang menggerakkan
otot, pendidikan psikomotor juga telah berkembang dengan pengetahuan yang
berkaitan dengan ketrampilan hidup.
Aspek psikomotorik ini secara garis besar
dibedakan menjadi 6 tingkatan, yaitu:
1. Gerakan refleks (ketrampilan pada
gerakan yang tidak sadar)
2. Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar
3. Kemampuan perceptual, termasuk di
dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dll.
4. Kemampuan di bidang fisik, misalnya
kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan.
5. Gerakan-gerakan skill, mulai dari
ketrampilan sederhana sampai pada ketrampi lan yang kompleks.
6. Kemampuan yang berkenaan dengan komuni
kasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
Untuk mencapai keberhasilan belajar ketiga
aspek tersebut tidak harus dipisahkan, namun jauh lebih baik jika dihubungkan.
Dengan penggabungan tiga aspek tersebut akan dapat diketahui kualitas
keberhasilan proses belajar mengajar itu. Jadi, hasil belajar secara luas tentu
mencakup ketiga aspek tujuan pendidikan tersebut yaitu kognitif, afektif, dan
psi komotorik.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil
Belajar
Secara umum faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal
dan eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar
individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang
berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu.
Faktor-faktor internal ini meliputi faktorfisiologis dan psikologis.
a) Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah
faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini
dibedakan menjadi 2 macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus
jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar peserta didik.
Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap
kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah, lelah atau
sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.
Menurut Baharuddin dalam bukunya tentang Psikologi
Pendidikan bahwa kelelahan tersebut dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu
kelelahan jasmani dan ruhani. Kelelahan jasmani adalah kelelahan yang
diakibatkan oleh kegiatan badan kita dan sekaligus memberikan isyarat bahwa
badan kita tidak mampu lagi untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Sedangkan
kelelahan ruhani adalah kelelahan yang diakibatkan oleh kerjanya otak dan
sekaligus memberi isyarat bahwa otak kita tidak mampu lagi untuk melakukan
kegiatan seperti berpikir, mengingat, konsentrasi untuk belajar dan sebagainya.
Kedua, kondisi panca indra. Panca indra
yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula.
Dalam proses belajar, panca indra merupakan pintu masuk bagi segala informasi
yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia
luar. Jadi, keduanya memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar peserta
didik.
b) Faktor Psikologis
Faktor Psikologis, yang termasuk dalam
kategori faktor psikologis yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar
adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
(1) Kecerdasan/intelegensi siswa
Kecerdasan/intelegensi siswa diakui ikut
menentukan keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang memiliki intelegensi
baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik.
Sebaliknya, orang yang intelegensinya rendah, cenderung akan mengalami
kesulitan belajar, lambat berpikir, sehingga prestasi belajarnya pun rendah.
(2) Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah
kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Hasil belajar akan
meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah.
Kondisi kelas yang kondusif, sikap guru
terhadap peserta didik, dan memberikan reward peserta didik merupakan sebagian
cara untuk memotivasi peserta didik belajar.
(3) Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan
rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat
mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik. Tidak banyak yang
diharapkan untuk menghasilkan prestasi belajar yang baik dari seorang anak yang
tidak berminat untuk mempelajari sesuatu.
Menimbulkan minat peserta didik akan
berhasil jika pelajaran dapat dikaitkan langsung dengan tematik kehidupan
peserta didik pada saat itu.
(4) Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat
mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang
berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan
cara yang relatif tetap terhadap objek, peristiwa dan sebagainya, baik secara
positif maupun negatif.
(5) Bakat
Bakat didefinisikan sebagai kemampuan umum
yang di miliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian bakat adalah
kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam
proses belajar seseorang.
Bakat sebagai kemampuan bawaan yang
merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu di kembangkan dan di
latih, hal ini sangat berpengaruh bagi tercapai nya prestasi seseorang.
Faktor yang datang dari diri pelajar
terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan pelajar besar sekali
pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Adanya pengaruh dari dalam
diri pelajar merupakan hal yang logis jika dilihat bahwa perbuatan belajar
adalah perubahan tingkah laku individu yang disadarinya. Jadi, sejauh mana
usaha pelajar untuk mengkondisikan dirinya bagi perbuatan belajar, sejauh itu
pula hasil belajar akan dicapai.
2) Faktor Eksternal
Menurut Baharudin, faktor eksternal yang
mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu faktor
lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
a) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah, seperti guru,
administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang
siswa. Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa
untuk belajar lebih baik di sekolah.
Lingkungan sosial masyarakat, kondisi
lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa.
Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran, dan anak terlantar juga dapat
mempengaruhi aktivitas belajar siswa.
Lingkungan sosial keluarga, lingkungan ini
sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat
sifat orang tua, demografi keluarga,
pengelolaan keluarga, semuanya dapat member dampak terhadap aktivitas belajar
siswa.
b) Lingkungan nonsosial
Lingkungan alami, belajar pada lingkungan/
keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya daripada belajar dalam
keadaan udara yang panas dan pengap.
Faktor instrumental, yaitu perangkat
belajar yang dapat digolongkan 2 macam yaitu: Pertama, hardware, seperti gedung
sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain
sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan
sekolah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya.
Sedangkan dalam bukunya Syaiful Bahri faktor
instrumental meliputi:
Kurikulum, pemadatan kurikulum dengan
alokasi waktu yang disediakan relatif sedikit, secara psikologis disadari atau
tidak menggiring guru untuk mempercepat belajar peserta didik untuk mencapai
target. Ini jelas mempengaruhi hasil belajar peserta didik karena secara
fisiologis peserta didik sudah lelah belajar ketika itu.
Program, baik buruknya suatu program
pengajaran yang telah dibuat oleh guru, sangat mempengaruhi kemana proses
belajar itu berlangsung.
Sarana dan fasilitas, sarana dan fasilitas
yang mendukung berlangsungnya KBM.
Guru, guru harus mempunyai 4 kompetensi
yang meliputi kompetensi paedagogik yaitu kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran, kompetensi kepribadian yaitu sebagai teladan bagi siswanya,
kompetensi profesional yaitu guru harus menguasai materi pelajaran, kompetensi
sosial yaitu kemampuan guru berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan
sekolah maupun luar sekolah.
(3) Faktor materi pelajaran, faktor ini hendaknya
disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar
guru harus disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Oleh karena itu, guru
harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat
diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
a. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran
Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berasal dari dua
kata yaitu pembelajaran dan kooperatif. Pembelajaran adalah interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah
yang lebih baik.
Sedangkan kooperatif menurut Basyirudin
Usman adalah belajar kelompok/bekerja sama. Menurut Burton yang dikutip oleh
Nasution, kooperatif adalah cara individu mengadakan relasi dan bekerja sama
dengan individu lain untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam kamus Oxford Advanced Learner`s
Dictionary of Current English, ³ Cooperative is involving doing together or
working together with others towards a shared aim. Kooperatif/kerja sama adalah
melakukan sesuatu bersama atau bekerja sama dengan yang lain untuk mencapai
sebuah tujuan.
Menurut Agus Suprijono, pembelajaran
kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok
termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru, di
mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan
bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik
menyelesaikan masalah yang dimaksud.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat
penulis simpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar
mengajar secara kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk
sampai kepada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun
pengalaman kelompok.
Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa
tujuan utama yaitu, sebagai berikut :
• Agar peserta didik dapat belajar secara
berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat.
• Dapat memberikan kesempatan kepada orang
lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara
berkelompok.
• Dapat meningkatkan cara belajar siswa
menuju belajar lebih baik dan sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku
sosial.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu
bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota
kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.
Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya,
setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu
untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar
dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai
bahan pelajaran.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa
tujuan dalam kelompok dapat bersifat intrinsik dan ekstrinsik.
• Tujuan Intrinsik, tujuan yang didasarkan
pada alasan bahwa dalam kelompok perasaan menjadi senang.
• Tujuan Ekstrinsik, tujuan yang
didasarkan pada alasan bahwa untuk mencapai sesuatu tidak dapat dicapai secara
sendiri, melainkan harus di kerjakan bersama-sama.
Cooperative learning/pembel ajaran
kooperatif ini lebih menekankan pada lingkungan sosial belajar dan menjadikan
kelompok belajar sebagai tempat untuk mendapatkan pengetahuan, mengeksplorasi
pengetahuan, dan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh individu.
Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan
sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif
yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan
memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.
Dalam metode pembelajaran kooperatif para siswa akan
duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai
materi yang disampaikan oleh guru. Semua metode pembelajaran kooperatif
mengembangkan ide bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggungjawab
terhadap teman satu ti mnya mampu membuat di ri mereka mampu belajar sama
baiknya.
b. Dasar-dasar Pelaksanaan Pembelajaran
Kooperatif
Dasar Al-Qur`an
Pembelajaran kooperatif dalam Al-Qur`an
disebutkan pada surat Al-Maidah ayat 2 yang artrinya : “…Dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya.”
Dalam tafsir Al-Misbah, Quraish Shihab
menyatakan bahwa
ayat inilah yang menjadi prinsip dasar
dalam menjalin kerjasama dan saling membantu selama tujuannya adalah kebaikan
dan ketakwaan. Maka jelaslah bahwa ayat di atas sangat mendukung adanya model
pembelajaran kooperatif dimana ide dasar dalam model ini adalah kerjasama dan
saling membantu dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan
bersama.ptk pai sd mi
Dasar Pedagogis
Dalam UU RI No.20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan Nasional pasal 3 yang berbunyi “Pendidikan Nasional bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman,
bertaqwa dan berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung
jawab.” Melalui pembelajaran kooperatif inilah anak-anak lebih dapat dibentuk
menjadi manusia utuh yang bertanggung jawab seperti yang diharapkan dalam
tujuan pendidikan nasional.
Dasar Psikologis
Sebagaimana yang dikatakan oleh Walgito
bahwa kegiatan manusia digolongkan menjadi 3, yaitu:
– Kegiatan yang bersifat Individual
– Kegiatan yang bersifat Sosial
– Kegiatan yang bersifat keTuhanan
Kegiatan sosial dalam poin kedua itulah
yang menjadi landasan pelaksanaan pembelajaran kooperatif dimana manusia
mempunyai kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain atau bersosial.
c. Jenis Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang
baru, para guru selama bertahun-tahun sudah menggunakannya dalam bentuk
kelompok laboratorium, kelompok tugas, kelompok diskusi, dan sebagainya. Jenis
pembelajaran kooperatif diantaranya adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw,
STAD (Student Team Achievement Division), TGT (Team Games Tournament), TAI
(Team Assisted Individualization), dan lain sebagai nya.
Namun, dalam penelitian ini penulis lebih memilih
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam peningkatan hasil
belajar PAI dikarenakan model pembelajaran tipe TGT ini berbeda dengan
pembelajaran kooperatif lainnya, dalam TGT terdapat game turnamen yang
dimainkan oleh peserta didik yang berkemampuan homogen, dimana peserta didik
berlomba-lomba untuk mendapatkan skor/nilai terbaik. Dan dalam game tersebut
terdapat dimensi kegembiraan, apalagi jika diterapkan anak usia Sekolah Dasar,
dimana dalam usia tersebut masih dalam tahap suka bermain dan seusia mereka
dalam masa perkembangan intelektual.
Maka dari itu, diupayakan agar
pembelajaran tidak membosankan dan lebih menyenangkan yaitu dengan menggunakan
metode TGT ini, karena TGT mengandung unsur permainan. Peserta didik dapat
belajar bersama teman sebayanya dengan santai dan tidak lekas bosan di dalam
kelas.
d. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
TGT singkatan dari Teams Games Tournament
yang merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif. TGT pada mulanya
dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards, ini merupakan metode
pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Metode ini menggunakan pelajaran yang
sama yang disampaikan guru dan tim kerja yang sama seperti dalam STAD, tetapi
menggantikan kuis dengan turnamen mingguan, dimana siswa memainkan game
akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya.
Hanya saja, untuk menambah skor perolehan tim/kelompok
setelah pelaksanaan kuis, antar kelompok dipertandingkan suatu permainan
edukatif (Educative Games). Jadi, guru harus mempersiapkan suatu permainan
matematis yang bersifat mendidik yang dimainkan siswa setelah pelaksanaan kuis.
Dengan demikian, kelompok siswa melakukan lomba bermain dengan kelompok lain
untuk memperoleh tambahan skor/poin bagi tim mereka.
TGT has many of the same dynamics as STAD,
but adds a dimension of excitement contributed by the use of games. Teammates
help one another to prepare for the game by studying worksheets and explainning
problem one another, but when students are playing the games their teammates
cannot help them, insuring individual accountability
.
TGT memiliki kesamaan dinamika dengan
STAD, tetapi menambahkan di mensi kegembi raan yang di perol eh dari penggunaan
permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk
permainan dengan mempelajari lembar
kegiatan dan menjelaskan masalah satu sama
lain, siswa yang sedang bermain dalam game, temannya tidak boleh membantu dan
memastikan telah menjadi tanggung jawab individual.
Dalam TGT terdapat turnamen yang mana
dalam turnamen ini peserta didik saling berkompetisi dengan peserta didik yang
lain untuk mendapatkan hasil atau nilai yang terbaik. Seperti dalam firman
Allah Swt yang menyuruh umat manusia untuk saling berlomba-lomba dalam
kebaikan, Allah berfirman dalam Al-Qur`an surat Al-Baqarah ayat 148:
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya
(sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat)
kebaikan. download ptk pai sd lengkap Di mana saja kamu berada pasti
Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Selain kompetisi dalam belajar juga
terdapat dimensi kegembi raan yang di peroleh dari penggunaan permainan
akademik seperti yang diungkapkan oleh Robert Slavin di atas. Rosulullah
menyuruh umat manusia untuk belajar dan mengamalkan ilmu yang didapat dengan
penyampaian yang menyenangkan dan menggembirakan. Hal ini sesuai dengan sabda
Rosulullah SAW:
“Dari Anas RA bahwa Nabi Saw bersabda :
Mudahkanlah dan jangan kamu persulit, gembirakanlah dan jangan kamu membuat
lari.” (HR. Bukhori)
Deskripsi dari komponen-komponen TGT
adalah sebagai
berikut:
Presentasi di kelas, materi dalam TGT
pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas.
Tim, terdiri dari empat atau lima siswa
yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis
kelamin, ras dan etnisitas (kemampuan yang heterogen). Fungsi utama dari tim
ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih
khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan
pertanyaan-pertanyaan dalam kompeti si game turnamen.
Game, gamenya terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang
kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang
diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut
dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa dengan kemampuan homogen, yang
masing-masing mewakili tim yang berbeda.
Turnamen, adalah sebuah struktur dimana game
berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah
guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok
terhadap lembar kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk
berada pada meja turnamen tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1,
tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya.
TGT ini menggabungkan kelompok belajar dan
kompetisi tim, dan bisa digunakan untuk meningkatkan pembelajaran beragam
fakta, konsep, dan ketrampilan.
Rekognisi Tim, adalah tim akan mendapatkan
sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka
mencapai kriteria tertentu. Tiga macam tingkatan penghargaan dimulai dari Tim
Super, Tim Sangat Baik, dan Tim Baik.
e. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT
Slavin melaporkan beberapa hasil riset
tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang
secara implisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai
berikut:
Keunggulan-keunggulan pembelajaran TGT
antara lain:
a. Para siswa di dalam kelas-kelas yang
menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari
kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
b. Meningkatkan perasaan/persepsi siswa
bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada
keberuntungan.
c. TGT meningkatkan harga diri sosial pada
siswa tetapi tidak untuk rasa harga di ri akademi k mereka.
d. TGT meningkatkan kekooperatifan
terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonverbal, kompetisi yang lebih sedi
kit).
e. TGT meningkatkan kehadiran siswa di
sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang
menerima skors atau perlakuan lain.
Kelemahan pembelajaran TGT antara lain:
a) Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam
belajar bersama, jadi membutuhkan waktu yang lebih banyak.
b) Siswa yang lebih pintar, bila belum
mengerti tujuan yang sesungguhnya dari proses i ni, akan merasa sangat di rugi
kan. Karena harus bersusah-susah membantu temannya.
c) Bila kerjasama tidak dapat dijalankan
dengan baik, maka yang akan
d) bekerja hanyalah beberapa murid yang
pintar dan aktif saja.
Kelemahan ini bisa dieleminir jika guru
benar-benar menerapkan prosedur pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TGT
dan selalu memberikan pengarahan yang jelas kepada siswa.
f. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT
Dalam implementasinya secara teknis Slavin
mengemukakan empat langkah utama dalam pembelajaran dengan teknik TGT yang
merupakan siklus regular dari aktivitas pembelajaran, sebagai berikut:
Step 1: Pengajaran, pada tahap ini guru
menyampaikan materi
pelajaran.
Step 2: Belajar Tim, para siswa
mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi.
Step 3: Turnamen, para siswa memainkan
game akademik dalam kemampuan yang homogen, dengan meja turnamen tiga peserta
(kompetisi dengan tiga peserta).
Step 4: Rekognisi Tim, yaitu dengan
menghitung skor tim berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut
akan direkognisi apabila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya.
C.CONTOH
DOANLOAD PTK SD LENGKAP DOC PAI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan
pada tanggal 11 Maret sampai 30 April 2016. Adapun yang digunakan sebagai
tempat penelitian adalah SD Negeri Taranggi yang beralamat di Kecamatan
Duripoku Kabupaten Mamuju Utara.
B. Subyek Penelitian
Subyek yang diteliti dalam penelitian ini
meliputi faktor guru dan peserta didik.
1. Guru
Subyek guru yang diteliti adalah guru mata
pelajaran PAI kelas VI SD Negeri Taranggi yang juga berperan sebagai
kolaborator dalam penelitian ini. Adapun yang diteliti adalah ketrampi lan guru
dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pelajaran PAI
kelas VI SD Negeri Taranggi dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta
didik.
2. Peserta didik
Subyek peserta didik yang diteliti adalah
siswa kelas VI SD Negeri Taranggi semester genap tahun ajaran 2015/2016 dengan
jumlah siswa 25. Adapun yang diteliti adalah aktivitas peserta didik dalam
mengikuti proses pembelajaran, tanggapan peserta didik dan hasil belajarnya
sebelum dan setelah mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT pada tiap-tiap siklus.
Tabel 2.1
C. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) pada pelajaran PAI. Penelitian tindakan kelas merupakan
suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipatif, kolaboratif, dan
spiral yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja,
proses, isi, kompetensi, dan situasi.
Dalam buku Masnur Muslich, PTK atau sering juga
disebut classroom action research merupakan penelitian tindakan yang
kegiatannya lebih diarahkan pada pemecahan masalah pembelajaran melalui
penerapan langsung di kelas. PTK ini bersifat partisapatif, kolaboratif, dan
reflektif. Dikatakan bersifat partisipatif karena PTK dilakukan sendiri oleh
peneliti mulai dari penentuan topik, perumusan masalah, perencanaan,
pelaksanaan, analisis, dan pelaporannya.
Dikatakan kolaboratif karena pelaksanaan
PTK juga dapat melibatkan teman sejawat. Sedangkan PTK bersifat reflektif,
maksudnya adalah PTK diawali dari proses perenungan atas dampak tindakan yang
selama ini dilakukan guru terkait dengan tugas-tugas pembelajaran di kelas.
Secara garis besar prosedur penelitian
tindakan mencakup 4 daur : perencanaan (planning), tindakan (acting),
pengamatan (observing), dan ref leksi (reflecting). Sedangkan Menurut Raka
Joni, ada 5 tahapan pelaksanaan PTK yang merupakan titik-titik estafet yang
terdapat dalam suatu siklus. Tahap-tahap tersebut meliputi: penetapan fokus
masalah penelitian, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan
interpretasi, analisis dan refleksi.
Secara lebih rinci prosedur berdaur
pelaksanaan PTK dapat di gambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.2
Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Langkah pertama, rencana (planning)
kegiatan yang di lakukan antara lain yaitu mengidentifikasi masalah, merumuskan
masalah dan analisis penyebab masalah, dan pengembangan intervensi (action/
solution). Kedua, tindakan (acting) yang dilaksanakan peneliti untuk
memperbaiki masalah seperti tindakan apa yang pertama kali dilakukan?
download gratis ptk pai sd filetype doc Bagaimana organisasi kelas? Siapa yang
menjadi kolaborator? Siapa yang mengambil data?.
D.PTK
LENGKAP PAI SD DOC
Ketiga, pengamatan (observing) adalah
kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek
tindakan telah mencapai sasaran, data apa saja yang perlu dikumpulkan?
Bagaimana cara pengumpulan dan analisis data? Keempat, refleksi (reflecting)
tentang perubahan yang terjadi (a) pada siswa, (b) suasana kelas, dan (c) guru.
Pada tahap ini, guru sebagai peneliti
menjawab pertanyaan mengapa (why), bagaimana (how), dan seberapa jauh (to what
extent) intervensi telah menghasilkan perubahan secara signifikan. Kolaborasi
dengan teman [termasuk para ahli) akan berperan penting dalam memutuskan
“Judging the value” (seberapa jauh action telah membawa perubahan: apa/dimana
perubahan terjadi, mengapa demikian, apa kelebihan/kekurangan, bagaimana
langkah-langkah penyempurnaannya, dan sebagainya.
Rangkaian kegiatan di atas disebut dengan
satu siklus kegiatan pemecahan masalah, apabila dalam satu siklus belum
menunjukkan perubahan kea rah perbaikan yang signifikan, maka kegiatan
penelitian dilanjutkan pada siklus kedua dan seterusnya. Jadi, dalam satu
siklus masing-masing terdiri dari planning, acting, observing, dan reflecting.
2. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memfokuskan
pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai upaya meningkatkan
hasil belajar peserta didik pada pelajaran PAI pokok bahasan mengenal puasa
wajib pada kelas VI semester genap di SD Negeri ……..tahun pelajaran 2015/2016.
Peneliti memilih kelas VI yang dijadikan subyek
penelitian karena berdasarkan observasi, karakteristik peserta didi knya kurang
tertarik untuk belajar PAI sehingga hasil belajar yang dicapai masih banyak
yang di bawah KKM yang telah ditentukan yaitu 68.
D. Desain Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian ini menggunakan desain
penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus. Dalam
penelitian ini diambil 2 siklus. Masing-masing siklus mencakup empat tahap
kegiatan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan
(observing), refleksi (reflecting), deskripsi alur siklus seperti yang terli
hat pada gambar berikut.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan
secara kolaborasi partisipatif antara guru mata pelajaran PAI kelas VI SD
Negeri Taranggi dengan peneliti. Adapun langkah-langkah penelitian yang
dilakukan di setiap siklus secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pra Siklus
Dalam pra siklus ini peneliti belum
memberikan metode yang akan ditawarkan pada guru mata pelajaran sehingga
pengajaran yang digunakan masih murni belum tercampur oleh peneliti. Model
pembelajaran yang dipakai oleh guru kelas adalah model pembelajaran yang
bersifat konvensional dalam bentuk ceramah. Maka hal itu akan mengakibatkan
suatu pembelajaran yang monoton yang akhirnya membuat peserta didik merasa
bosan.
Akibatnya, hasil belajar yang diperoleh
peserta didik masih banyak yang belum mencapai KKM yang telah ditentukan, yaitu
68. Nilai rata-rata peserta didik juga masih dikatakan rendah yaitu 64,43.
Informasi tersebut di peroleh dari wawancara dan observasi secara langsung
dengan guru PAI di SD Negeri…… pada tanggal 11 dan 18 Maret 2016.
Maka dari itu, perlu adanya penelitian
tindakan kelas ini guna untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam
pembelajaran PAI yang sesuai dengan KKM yang telah ditentukan.
2. Siklus I
Siklus I ini dilaksanakan dua kali
pertemuan yaitu pada tanggal 8 dan 15 April 2016. Pelaksanaan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)
pada siklus I dilaksanakan melalui beberapa tahap yaitu, sebagai berikut:
a. Perencanaan
1. Peneliti mengidentifikasi permasalahan
dalam pembelajaran yang terdiri dari metode mengajar yang digunakan dan hasil
belajar peserta didik yang rendah.
2. Guru memilih materi pokok yang akan
diteliti yaitu materi pokok bahasan mengenal puasa wajib.
3. Guru dan peneliti secara kolaboratif
merencanakan pembelajaran dengan model kooperatif tipe TGT, yaitu dengan
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), seperti yang terlampir pada
lampiran 3.
4. Merancang materi yang akan diajarkan
kepada peserta didik berupa modul.
5. Membuat lembar observasi aspek
psikomotorik peserta didik, seperti yang terlampir pada lampiran 28.
6. Membuat lembar observasi pelaksanaan
pembelajaran oleh guru di kelas, seperti yang terlampir pada lampi ran 31.
7. Membuat soal-soal turnamen, soal tes
evaluasi, angket sikap peserta didik, dan lembar wawancara untuk peserta didik
pada siklus I, seperti yang terlampir pada lampiran 11, 7, 23 & 35.
b. Pelaksanaan
1. Guru membuka pelajaran kemudian
mengecek kehadiran peserta didik.
2. Guru memberikan apersepsi tentang
mengenal puasa wajib dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
3. Guru memberikan penjelasan pada peserta
didi k tentang pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT.
4. Guru mengkondisikan peserta didik
menjadi 5 kelompok, di mana tiap kelompok beranggotakan 6 peserta didik.
5. Guru memberikan materi diskusi pada
siklus I ini berupa modul pembelajaran materi pokok mengenal puasa wajib secara
individu dalam kelompok. Dalam kegiatan ini guru memberi bimbingan pada
masing-masing individu pada tiap kelompok. Bagi peserta didik yang sudah
memahami materi diminta menjelaskan pada teman lain dalam kelompoknya. Guru
memberikan kesempatan kepada anggota kelompok lain untuk menyampaikan ide atau
gagasannya.
6. Guru membi mbi ng peserta didik dalam
mendiskusikan materi mengenal puasa wajib dalam kehidupan sehari-hari.
7. Guru memberi soal TGT tentang puasa
antar kelompok. Tiap kelompok diminta menyelesaikan soal untuk berkompetisi.
Dengan cara ini peserta di di k di harapkan akan bersemangat mengerjakan soal
yang diberikan.
8. Bagi kelompok yang dapat menyelesaikan
dahulu, salah satu wakilnya diminta menyampaikan pekerjaan kelompok di depan
kelas kepada seluruh kelompok dengan bimbingan guru. Bagi kelompok yang maju
diberikan penghargaan nilai sebagai penguatan dan motivasi.
9. Guru bersama peserta didik membuat
kesimpulan dari hasil diskusi yang telah dilaksanakan pada siklus I.
10. Guru melakukan tes formatif dan
memberikan angket peserta didik terhadap pembelajaran kooperatif tipe TGT.
c. Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan dan
penilaian terhadap peserta didik dan guru yang terdiri dari :
1. Pengamatan aspek psikomotorik yaitu
ketrampilan motorik peserta didik yang terdiri dari kemampuan menyampaikan
informasi, kemampuan memberikan pendapat atau ide, kemampuan mengajukan
pertanyaan, dan kemampuan mengajukan argumentasi.
2. Untuk sikap (aspek afektif) peserta
didik didapat melalui angket yang meliputi: sikap, perhatian, tanggapan peserta
didik terhadap pembelajaran dan pemberian tugas dari guru.
3. Pengamatan pelaksanaan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru, dalam hal ini aspek yang diamati adalah apersepsi,
penyampaian materi, penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT, dan menutup
pelajaran.
4. Guru bersama peneliti mengidentifikasi
hambatan-hambatan dan permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam proses
pembelajaran. Pada bagian-bagian mana mereka mengalami kesulitan dalam
mengerjakan soal.
5. Guru dan peneliti mengamati hasil tes
formatif apakah di atas ketuntasan belajar. Dan persentase ketuntasan belajar
pada siklus I ini adalah 80% dengan nilai rata-rata kelas 72,5. Hasil ini masih
belum
6. memenuhi indikator yang ditentukan
yakni nilai rata-rata 8.0 dan ketuntasan belajar klasikal 85 %.
d. Refleksi
1. Guru dan peneliti memberikan skor
perkembangan anggota tim dan penghargaan untuk tim dengan skor tertinggi. Dan
tim yang mendapatkan skor tertinggi dalam siklus I ini adalah tim A dengan
jumlah skor 21,67 kategori baik, selengkapnya bisa dilihat pada lampiran 30.
2. Peneliti mengolah hasil pengamatan,
hasil evaluasi dan kuis pada siklus I, seperti yang terlampir dalam lampiran
28, 15, 16, 17.
3. Guru dan peneliti mendiskusikan hasil
pengamatan dan penilaian selama proses pembelajaran pada siklus I ditinjau dari
tingkat keberhasilannya. Seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika
mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran
minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas
dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai
minimal 65%, sekurang¬kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas
tersebut.
4. Hasil pembelajaran pada siklus I ini
masih belum memenuhi indikator keberhasilan kelas, hasil yang diperoleh yaitu
80%. Maka pembelajaran dilanjutkan ke siklus II.
3. Siklus II
Siklus II ini dilaksanakan dua kali
pertemuan yaitu pada tanggal 22 dan 29 April 2016. Pelaksanaan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)
pada siklus II dilaksanakan melalui beberapa tahap yaitu, sebagai berikut:
a. Perencanaan
1. Peniliti mengidentifikasi permasalahan
dalam pembelajaran yang terdiri dari metode mengajar yang digunakan dan hasil
belajar peserta didik.
2. Guru memilih materi pokok yang akan
diteliti yaitu materi pokok mengenal puasa wajib.
3. Guru dan peneliti secara kolaboratif
merencanakan pembelajaran dengan model kooperatif tipe TGT pada siklus II,
yaitu dengan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), seperti yang
terlampir pada lampiran 4.
4. Merancang materi yang akan diajarkan
kepada peserta didik berupa modul.
5. Membuat lembar observasi siklus II, yaitu
aspek psikomotorik peserta didik, seperti yang terlampir pada lampiran 28.
6. Membuat lembar observasi pelaksanaan
pembelajaran siklus II oleh guru di kelas, seperti yang terlampi r pada
lampiran 32.
7. Membuat soal-soal turnamen, soal tes
evaluasi, angket peserta didik, dan lembar wawancara untuk guru dan peserta
didik pada siklus II, seperti yang terlampir pada lampiran 8, 12, 24, 34 &
36.
b. Pelaksanaan
1. Guru membuka pelajaran kemudian
mengecek kehadiran peserta didik.
2. Guru memberi kan apersepsi tentang
materi pokok mengenal puasa wajib pada sub pokok bahasan menerapkan puasa
Ramadhan dalam kehidupan sehari-hari dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
3. Guru memberikan penjelasan pada peserta
didi k tentang pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
pada siklus II.
4. Guru mengkondisikan siswa menjadi 5
kelompok, dimana tiap kelompok beranggotakan 6 peserta didik.
5. Guru memberikan materi diskusi pada
siklus II ini, berupa modul pembelajaran materi pokok mengenal puasa wajib dengan
sub pokok bahasan hikmah puasa. Dalam kegiatan ini guru memberi bimbingan pada
masing-masing individu pada tiap kelompok. Bagi siswa yang sudah memahami
materi diminta menjelaskan pada teman lain dalam kelompoknya. Guru memberikan
kessempatan kepada anggota kelompok lain untuk menyampaikan ide atau
gagasannya.
6. Guru membi mbi ng peserta di di k dal
am mendi skusi kan materi pokok mengenal puasa wajib pada sub materi pokok
hikmah puasa.
7. Guru memberi soal TGT tentang puasa
antar kelompok. Tiap kelompok diminta menyelesaikan soal untuk berkompetisi.
Dengan cara ini peserta didik di harapkan akan bersemangat mengerjakan soal
yang diberikan.
8. Bagi kelompok yang dapat menyelesaikan
dahulu, salah satu wakilnya diminta menyampaikan pekerjaan kelompok di depan
kelas kepada seluruh kelompok dengan bimbingan guru. Bagi kelompok yang maju
diberikan penghargaan nilai sebagai penguatan dan motivasi.
9. Guru bersama peserta didik membuat
kesimpulan dari hasil diskusi yang telah dilaksanakan pada siklus II.
10. Guru melakukan tes formatif dan
memberikan angket peserta didik terhadap pembelajaran kooperatif ti pe TGT pada
siklus II.
c. Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan dan
penilaian terhadap peserta didik dan guru yang terdiri dari:
1. Pengamatan aspek psikomotorik yaitu
ketrampilan motorik peserta didik yang terdiri dari kemampuan menyampaikan
informasi, kemampuan memberikan pendapat atau ide, kemampuan mengajukan
pertanyaan, dan kemampuan mengajukan argumentasi.
2. Untuk sikap (aspek afektif) peserta
didik didapat melalui angket yang meliputi: sikap, perhatian, tanggapan peserta
didik terhadap pembelajaran dan pemberian tugas dari guru.
3. Pengamatan pelaksanaan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru, dalam hal ini aspek yang diamati adalah apersepsi,
penyampaian materi, penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT, dan menutup
pelajaran.
4. Guru bersama peneliti mengidentifikasi
hambatan-hambatan dan permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam proses
pembelajaran. Pada bagian-bagian mana mereka mengalami kesulitan dalam
mengerjakan soal.
5. Guru dan peneliti mengamati hasil tes
formatif apakah di atas ketuntasan belajar. Dan persentase ketuntasan belajar
pada siklus II ini adalah 100% dengan nilai rata-rata kelas 87,6. Hasil ini
sudah
6. memenuhi indikator yang ditentukan
yakni nilai rata-rata 8.0 dan
7. ketuntasan belajar klasikal 85 %.
d. Refleksi
Refleksi pada siklus II ini dilakukan
untuk melakukan penyempurnaan tentang pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model TGT yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik dalam proses pembelajaran.
1) Guru dan peneliti memberikan skor
perkembangan anggota tim dan penghargaan untuk tim dengan skor tertinggi. Dan
tim yang mendapatkan skor tertinggi dalam siklus II ini adalah tim A dan D
dengan jumlah skor 30,00 kategori super, selengkapnya bisa dilihat pada lampi
ran 30.
2) Peneliti mengolah hasil pengamatan,
hasil angket, hasil evaluasi dan kuis peserta didik pada siklus II, seperti
yang terlampir dalam lampiran 29, 26, 18, 19, & 20.
3) Guru dan peneliti mendiskusikan hasil
pengamatan dan penilaian selama proses pembelajaran pada siklus II.
4) Refleksi dari pembelajaran siklus II,
jika indikator keberhasilan peserta didik tercapai, maka pembelajaran tidak
dilanjutkan pada siklus berikutnya. Dan dal am pembel ajaran siklus II i ni,
hasi lnya sudah memenuhi indikator keberhasilan peserta didik yaitu dengan
persentase ketuntasan belajar pada siklus II ini adalah 100% dengan nilai
rata-rata kelas 87,6. Hasil ini sudah memenuhi indikator yang ditentukan yakni
nilai rata-rata 8.0 dan ketuntasan belajar klasikal 85 %. Maka pembelajaran
berhenti pada siklus II ini.
Kolaborator
Kolaborasi (kerjasama) dalam PTK antara
guru dengan peneliti menjadi hal penting terutama dalam pemahaman, kesepakatan
tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan
tindakan (action). Melalui kerjasama, mereka secara bersama mengali dan
mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi guru dan peserta didik d sekolah.
Dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu
sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya
proses tndakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan.
Sebagai penel itian yang bersifat kolaboratif,
kedudukan antara penel iti dan guru mempunyai peran yang saling membutuhkan dan
saling melengkapi untuk mencapai tujuan. Peran kerjasama sangat menentukan
keberhasilan PTK terutama pada kegiatan mendiagnosis masalah, menyusun usulan,
melakukan tindakan, observasi, merekam data, evaluasi, refleksi, menyeminarkan
hasil, dan menyusun laporan akhir.
Adapun kerjasama di sini berupa sudut
pandang dari kolaborator dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Oleh karena itu, peneliti memerlukan kolaborator yang dapat memberkan
masukan-masukan dem tercapainya tujuan penelitian.
Yang menjadi kolaborator di sini adalah
guru mata pelajaran PAI kelas VI SD Negeri ………..
E. Metode Pengumpulan Data
1. Sumber data
Data utama penelitian ini bersumber dari
peserta didik dan guru ketika proses pembelajaran dan setelah pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pelajaran PAI pokok
bahasan mengenal puasa wajib pada kelas VI SD Negeri …………..
2. Jenis data
a. Kualitatif:
– Data tentang pelaksanaan pembelajaran
oleh guru
– Data tentang hasil wawancara guru dan
peserta didik
b. Kuantitatif:
– Data tentang hasil evaluasi belajar
peserta didik
– Data tentang hasil angket peserta didik
– Data tentang aktivitas peserta didik
D.CONTOH LENGKAP DOANLOAD PTK PAI SD
3. Cara pengambilan data
Dalam penelitian ini jenis-jenis data di
atas diambil dengan cara menggunakan beberapa metode, yaitu:
a. Metode Tes
Adalah seperangkat rangsangan (stimulasi)
yang mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.
Metode tes ini digunakan untuk mengetahui
skor nilai melalui angka yang diberikan kepada peserta didik dengan
kriteria-kriteria penskoran sebagaimana telah tertulis. Dan untuk mengetahui
kemampuan peserta didik dalam hal pembelajaran PAI dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT.
b. Metode Wawancara
Adalah “Metode pengumpulan data dengan
jalan tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan berdasarkan kepada
tujuan penyel i di kan.”
Metode ini digunakan untuk memperoleh data
tentang tanggapan siswa dan guru terhadap model pembelajaran kooperatif tipe
TGT dengan menggunakan lembar wawancara.
c. Metode Observasi
Metode observasi adalah sebagai pengamatan
dan pencatatan dengan sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti.88 Dalam
arti luas yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
terhadap obyek, baik secara langsung maupun tidak langsung, sengaja maupun
tidak sengaja, dan semua dicatat dalam kegiatan observasi yang terencana secara
fleksibel dan terbuka.
Metode ini digunakan untuk menggali data
tentang situasi atau kondisi kelas pada saat pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT berlangsung, metode ini diambil dengan
menggunakan lembar observasi.
d. Metode Dokumentasi
Metode pengumpulan data dengan dokumentasi
ialah pengambi lan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen, yang arti nya
barang-barang tertulis seperti buku, majalah, dokumen, notulen, dan lain-lain.
Metode ini digunakan untuk memperoleh
dokumen-dokumen yang terkait dan menunjang dalam penelitian ini. Seperti,
data-data tentang peserta didik dan data prestasi belajar mata pelajaran PAI
peserta didik kelas VI SD Negeri ….
e. Metode Angket (Kuesioner)
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Salah satu model skala
pengukuran sikap yang menyangkut sikap mental atau sikap kehendak untuk
melakukan sesuatu pekerjaan ini adalah skala likert. Skala ini memuat
seperangkat item, yang semuanya ditata kira-kira mempunyai nilai sikap yang
sama dan setiap subyek diminta merespon secara berjenjang dari tingkat sangat
setuju sampai tingkat sangat tidak setuju.
Metode ini digunakan untuk memperoleh
informasi atau data mengenai tanggapan peserta didik dalam pelaksanaan
pembelajaran PAI dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams Games Tournament).
Dalam metode angket, peserta didi k
mengisi daftar pertanyaan yang sudah disiapkan oleh peneliti setelah siklus
akhir. Dan angket ini digunakan untuk alat pengukuran sikap/afektif peserta
didik.
F. Teknik Analisis Data
a. Pengambilan Data
Untuk menganalisis data yang telah
terkumpul, dilakukan analisis hasi l yang telah di capai peserta didi k dalam
lembar observasi, kuesioner, interview, dan tes evaluasi. Data observasi
penelitian diberikan dengan pemberian nil ai berupa angka yang di kategori kan
dengan kurang, cukup, baik, dan sangat baik. Pada tindakan setiap siklus
masing-masing 2 kali pertemuan untuk satu siklus, kemudian diberi perlakuan
kegiatan yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan ref leksi.
b. Hasil Observasi
Hasil observasi proses pembelajaran adalah
dengan menghitung jumlah skor pengamatan dengan teknik dan kriteria sebagai
berikut:
a. Lembar observasi psikomotorik peserta
didik
Untuk mengetahui tentang kemampuan
psikomotorik peserta didik dalam mengikuti proses KBM, maka penulis membuat 4
aspek pengamatan yang meliputi: kemampuan menyampaikan informasi, kemampuan
memberi kan pendapat/ ide, kemampuan mengajukan pertanyaan, kemampuan
mengajukan argumentasi. Kemudian data yang diperoleh dianalisis pada instrumen
lembar observasi dengan menggunakan teknik deskri ptif melalui persentase.
Adapun perhitungan persentase keaktifan peserta didik adalah:
Porsentase (%) = Jumlah skor yang
diperoleh x 100 %
Skor maksimal
Indikator keberhasilan psikomotorik
peserta didik :
80 – 100 : Sangat baik
66 – 79 : Baik
56- 65 : Cukup
40- 55 : Kurang
30- 39 : Gagal
Lembar observasi tentang pelaksanaan
pembelajaran oleh guru
Untuk mengetahui tentang pelaksanaan
pembelajaran oleh guru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT, maka penulis membuat 4 aspek pengamatan yang meliputi: apersepsi,
penyampaian materi pokok, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT,
menutup pelajaran. Kemudian data yang diperoleh dianalisis pada instrumen
lembar observasi dengan menggunakan teknik deskriptif melalui persentase.
Adapun rumus persentase dan indikator keberhasilannya adalah:
Porsentase (%) = Jumlah skor yang
diperoleh % ×100%
Skor maksimal
Indikator keberhasilan pelaksanaan
pembelajaran guru: 80 – 100 : Sangat baik
66 – 79 : Baik
56- 65 : Cukup
40- 55 : Kurang
30- 39 : Gagal
Tes evaluasi & kuis TGT
Penilaian aspek kognitif peserta didik
diambil melalui tes evaluasi peserta didik dan kuis TGT pada akhir pembelajaran
siklus. Dari data hasil tes dan hasil kuis TGT peserta didik pada tiap siklus
akan diketahui hasil persentase ketuntasan belajar peserta didik.
3. Hasil Evaluasi per Siklus Peserta Didik
Hasi l eval uasi siklus tiap peserta di di
k di perol eh dari nil ai tes akhi r siklus yang berupa tes berbentuk multiple
choice (Pi li han Ganda) dan nilai kuis TGT. Sistem skoring pada tes formatif
yang berupa pilihan ganda yaitu:
Alternatif jawaban benar dengan skor 2
Alternatif jawaban salah dengan skor 0
Sedangkan sistem skoring kuis TGT pada
siklus I dan II yang berupa essay yaitu :
Kemudian dari data yang telah diperoleh
dapat dianalisis nilai ketuntasan individu, ketuntasan klasikal, dan nilai
perkembangan peserta didik setelah adanya tindakan.
Ketuntasan Individu
Ketuntasan belajar individu dihitung
dengan menggunakan analisis deskriptif persentase, yaitu:
Porsentase (%) = Jumlah skor yang diperoleh
×100%
Skor maksimal
Indikator keberhasi lan peserta didik
dikatakan tuntas belajar jika peserta didik memperoleh nilai yang sesuai dengan
KKM yang telah ditentukan yaitu 68.
Ketuntasan Klasikal
Ketuntasan klasikal dihitung dengan
menggunakan analisis deskriptif persentase, yaitu:
Porsentase (%) = Jumlah siswa tuntas
belajar ×100%
Jumlah seluruh siswa
Indikator keberhasilan ketuntasan belajar
klasikal ditentukan jika rata-rata kelas memperoleh di atas nilai KKM dan
minimal 85% dari jumlah peserta didik mendapat nilai minimal 68.
4. Hasil Kuesioner (angket) Peserta Didik
Angket dalam penelitian ini berisi tentang
tanggapan dan sikap peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) pada materi pokok mengenal puasa
wajib serta dalam pembelajaran konsep tersebut selama penelitian. Penskoran
angket dalam penelitian ini menggunakan sistem scoring yaitu sistem berjenjang
atau bobot pilihan bertingkat. Bobot masing-masing ti ngkat ditentukan oleh
peneliti, yaitu:
Tabel 2.2
Kriteria Penentuan Nilai Perkembangan
Peserta Didik
Kriteria Nilai Perkembangan
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari, Guru Profesional (Menguasai
Metode dan Terampil Mengajar), Bandung: PT. Alfabeta, 2009.
Arikunto, Suharsi mi, Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002.
, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2008, Cet.7.
, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, Edisi Revisi V, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.
Baharuddin, Psikologi Pendidikan,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010, cet. 3
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori
Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009.
Bahri Dj, Syaiful, Psikologi Belajar,
Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2002.
Basrowi, dkk, Prosedur Penelitian Tindakan
Kelas, Bogor: PT.Ghalia Indonesia, 2008.
Bukhori, Imam, Shahih Bukhori, Beirut :
Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1992, juz 1.
B. Uno, Hamzah, Model Pembelajaran
Menciptakan PBM yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Chabib Toha dan Abdul Mu`ti, PBM PAI di
Sekolah, …….: FT. IAIN Walisongo, 1998.
DEPAG RI, KTSP PAI Pada Sekolah Dasar,
Jakarta: Depag RI, 2006.
, Metodologi PAI, Jakarta: DEPAG RI, 2001.
, Pedoman Umum PAI di Sekolah Umum,
Jakarta: DEPAG RI, 2003.
, Pendidikan Islam dan Pendidikan
Nasional, Jakarta: DEPAG RI, 2005.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan
Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1999.
Dokumen SD Negeri Taranggi Tahun Pelajaran
2015 / 2016
E. M ulyasa, Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008.
E. Slavin, Robert, Cooperative Learning
Teori, Riset, dan Praktik, terj. Lita, Bandung: Nusa Media, 2008.
, Cooperative Learning Theory, Research,
and Practice, London: Allyn and Bacon, 1995, 2nd Ed.
Farichi, Achmad dkk, Pendidikan Agama
Islam Untuk SD Kelas 5, …….: Yudhistira, 2007.
Faridl, M iftah, Puasa Ibadah Kaya Makna,
Jakarta: Gema Insani, 2007.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research I,
Yogyakarta: Yasbit Fakultas Psikologi UGM, 1983.
Hamali k, Oemar, Proses Belajar Mengajar,
Bandung: Bumi Aksara, 2006.
Hasan, Karnadi, “Riset Tindakan (Action
Research) Untuk Mahasiswa”, Makalah Seminar Pelatihan Penulisan Skripsi, …….:
IAIN Walisongo, 2009.
Hasan, M. Ali, Tuntunan Puasa dan Zakat,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), Cet. 2.
Hornby, AS, Oxford Advanced Learner`s
Dictionary of Current English, New York: Oxford Univercity Press, 2000.
I .Arends, Richard, Learning To Teach,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, terj. Helly, Cet. 1
Isjoni, Pembelajaran Kooperatif,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, Cet.
Kartika, Ratih, (4201402032), “Keefektifan
Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT dengan Media Permainan Kuis Cepat Tepat
Menggunakan Smart Mathematics Board terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi
Garis Singgung Lingkaran di kelas VIIII´, Skripsi S1 UNNES ……., …….:
Perpustakaan UNNES, 2007.
Lie, Anita, Cooperative Learning,
Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana, 2005, Cet.4.
L.Silbermen, Melvin, Active Learning: 101
Cara Belajar Siswa Aktif, Bandung: Nusa Media dan Nuansa, 2006, terj. Sarjuli.
Mahmuddin, Desember 23, 2009, http://www.google.com//Strategi
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Games-Tournament (TGT).html.
Didownload 8 Januari 2010, 09.30 WI B.
Malik, Jamaludin, (3104301), “Upaya
Peningkatan Hasil Belajar Pelajaran Qur`a Hadits Pokok Bahasan Hukum Nun Sukun
atau Tanwin dengan Active Learing Tipe Jigsaw Pada kelas VIII E Semester 1 MTs
Al-Asror …….´, Skripsi S1 IAIN Walisongo ……., …….: Perpustakaan F.T IAIN
Walisongo, 2009.
M uhai mi n, Paradigma Pendidikan Islam,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.
Muslich, Masnur, Melaksanakan PTK
(Penelitian Tindakan Kelas) Itu Mudah, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, Cet. 3.
Nasirudin, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, …….: Tarbiyah Press, 2008, Cet. 4.
Nasution, Diktat Asas-asas Mengajar,
Bandung: Jemmais, 1982
Terima kasih telah berkunjung di Musiyanto
Blog yang membahas PTK PAI SD KELAS VI ini dapat
membantu Anda dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi
vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan cara mengklik tombol G+ di
bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan sekali klik voting
sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.