Kamis, 17 Mei 2018

CONTOH PTK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SD DOC-


CONTOH PTK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SD DOC-Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didi k pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi pokok puasa wajib di SD . CONTOH PTK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SD DOC-Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didi k pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi pokok puasa wajib di SD .


 Kemudian dalam proses pembelajaran dilakukan dengan melalui lima komponen utama dalam TGT yaitu: penyajian kelas, kelompok (Teams), permainan (game), turnamen, dan penghargaan kelompok (teams recognize).Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua sikl us. Tiap sikl usnya terdiri dari 4 tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas VI SD .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar dan aktivitas peserta didik setelah diterapkannya model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran PAI materi pokok mengenal puasa wajib. Hasil ketuntasan hasil belajar kognitif peserta didik pada siklus I mencapai 80%, siklus II mencapai 100%. Hasil ketuntasan hasil belajar afektif peserta didik pada siklus I adalah 72,33% meningkat menjadi 80,61% pada siklus II.
Hasil ketuntasan hasil belajar psikomotorik peserta didik pada siklus I adalah 76,67% meningkat menjadi 83,33% pada siklus II.

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT layak dikembangkan sebagai alternatif model mpembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran
Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas Mapel PAI SD KELAS VI yang diberi judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt (Teams Games Tournament) Pada Pembelajaran Pai Materi Pokok Puasa Wajib Kelas Vi Semester GenapDi Sd Negeri …….” untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam kenaikan tingkat dari IV a ke IV b. Disini akan di bahas lengkap.
PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan file PTK PAI SD Kelas VI lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 – BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke 08172834988 dengan Format PESAN PTK 003 SD).

A.PTK AGAMA ISLAM SD1.DOANLOAD PTK PAI SD KELAS 4 LENGKAP
BAB I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahPAI merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD yang mempunyai andil besar dalam mewujudkan tujuan pendidikan Nasional. Hal ini sesuai dalam UU RI No.20 tahun 2003 bab II pasal 3 tentang SISDIKNAS yang berbunyi “Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab.”
Dewasa ini, tidak dapat dipungkiri bahwa Pendidikan Islam masih diselimuti aneka problematika. Di antara problematika dan indikator kemandegan yang selama ini menghantui pendidikan Islam adalah penerapan metode pembelajaran.
Metode-metode pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran PAI selama ini masih didominasi metode ceramah. Metode tersebut masih sering digunakan oleh guru-guru PAI dalam proses pembelajaran, karena metode tersebut dianggap paling sederhana dan hanya menyampaikan informasi. Metode tersebut masih sering kali membuat bosan peserta didik apalagi jika diterapkan pada anak seusia Sekolah Dasar.
Mengingat usia Sekolah Dasar masih tergolong usia anak-anak yang secara psikologis gemar bermain, maka keinginan untuk bermain tersebut diupayakan diarahkan dalam artian walaupun sambil bermain mereka tetap belajar. Hal ini perlu diterapkan pada anak didik agar dalam belajar tidak lekas bosan. Belajar sambil bermain ini akan lebih bermakna dan menyenangkan bagi anak didik seusia Sekolah Dasar. ptk pai sd mi
Tetapi, pada kenyataannya berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan Guru PAI SD…………, bahwa dalam proses pembelajaran PAI metode yang digunakan adalah lebih banyak menggunakan metode ceramah. Peserta didik hanya menelan dan mendengarkan hal-hal yang disampaikan oleh guru. Apalagi keadaan peserta didik dalam belajar PAI, menyatakan bahwa minat/semangat peserta didik dalam melaksanankan tugas guru, daya tangkap peserta didik dalam menerima pelajaran, kemampuan peserta didik dalam menghubungkan materi pelajaran dengan dunia nyata, kemampuan peserta didik dalam belajar bersama, kemampuan peserta didik dalam mengajukan pertanyaan, kemampuan dalam mengajukan argumentasi, keberanian peserta didik dalam menjelaskan materi, dirasa masih rendah belum sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dan belum sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh PAI itu sendiri yaitu peserta didik mampu memahami dan mengamalkan ilmu agama yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini lebih khusus dalam memahami konsep materi pokok puasa wajib dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari pada peserta didik kelas VI semester genap di SD Negeri Taranggi. Peserta didik mengalami banyak kesulitan dalam memahami konsep materi puasa wajib dan ketentuan-ketentuannya. Kegiatan pembelajaran di kelas dan kegiatan peserta didik secara individu, masih sangat ditentukan dan bergantung oleh guru. Hal ini juga ditunjukkan dari hasil belajar pada tes sumatif materi tersebut dari tahun sebelumnya, nilai rata-rata peserta didik masih banyak yang di bawah KKM yang telah ditentukan yaitu 68.download gratis ptk pai sd filetype doc
2. MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Maka dari itu, sudah semestinya metode konvensional yang lebih menekankan pada ranah kognitif diganti dengan metode-metode modern yang tidak hanya menekankan pada ranah kognitif saja tetapi juga ranah afektif dan psi komotor.
Sejalan dengan hal tersebut di atas, pembelajaran PAI di SD sudah semestinya menyentuh ketiga ranah tersebut, tentunya dengan menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang dapat menyentuh ketiganya.

Salah satu upaya yang dilakukan peneliti dengan kolaborator adalah dengan merubah metode konvensional yang biasanya diterapkan dalam pembelajaran PAI dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Menurut Slavin yang dikutip oleh Buchari Alma, model pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning merupakan suatu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil, bekerja sama.
Keberhasilan dari model ini sangat tergantung pada kemampuan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun dalam bentuk kelompok. Dan dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Dengan kata lain dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap peserta didik anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu satu sama lain.
TGT atau Pertandingan Permainan Tim merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Perlu diterapkannya pembelajaran kooperatif dalam bidang studi PAI sebagai upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik karena pembelajaran kooperatif tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan belajar (pencapaian akademik), meningkatkan keterlibatan/ aktivitas peserta didik, menambah motivasi dan percaya diri serta menambah rasa senang di sekolah, karena pembelajaran kooperatif tipe TGT ini mengandung unsur permainan.Contoh PTK PAI SD: UPAYA MENINGKATKAN HASIL Jadi, peserta didik tidak merasa bosan di dalam kelas.

Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. TGT (Teams Games Tournament) menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para peserta didik berlomba sebagai wakil ti m mereka dengan anggota lain yang bekerja.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah “UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) PADA PEMBELAJARAN PAI MATERI POKOK PUASA WAJIB KELAS VI SEMESTER GENAP DI SD ………. TAHUN PELAJARAN 2015/2016”.
B. Identifikasi Masalah
Melihat persoalan di atas, kondisi yang ada saat ini adalah:
1. Kurangnya minat/semangat peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran pada bidang studi Pendidikan Agama Islam
2. Model pembelajaran yang diterapkan membuat bosan peserta didik
3. Belum adanya strategi yang tepat dalam proses pembelajaran
4. Minimnya interaksi antar sesama siswa maupun guru.
5. Rendahnya hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran PAI nilai rata-rata kelas masih di bawah KKM yang telah ditentukan yaitu 68.

3.CONTOH PTK SD PAI
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran PAI materi pokok puasa wajib pada peserta didik kelas VI di SD Negeri ?
2. Apakah hasil belajar peserta didik setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik daripada hasil belajar sebelumnya dalam pembelajaran PAI materi pokok puasa wajib pada peserta didik kelas VI di SD Negeri?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Setelah kegiatan pelatihan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, tujuan yang akan dicapai dalam PTK (penelitian tindakan kelas) ini adalah:
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran PAI.
b. Tujuan Khusus :
1) Mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran PAI materi pokok puasa wajib pada peserta didik kelas VI di SD Negeri
2) Mengetahui apakah hasil belajar peserta didik setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik daripada hasil belajar sebelumnya dalam pembelajaran PAI materi pokok puasa wajib pada peserta didik kelas VI di SD Negeri ………
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari PTK ini antara lain:
Bagi Siswa
• Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak membuat bosan peserta didik.
• Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran PAI.ptk pendidikan agama islam sd pdf

Bagi Guru
• Dapat memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran PAI.
Bagi sekolah
• Dapat dijadikan bahan kajian bersama agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
Bagi Peneliti
1) Menambah pengalaman secara langsung bagaimana penggunaan strategi pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membuat bosan.
2) Memberi bekal sebagai calon guru PAI agar siap melaksanakan tugas di lapangan sesuai kebutuhan.

B.CONTOH PTK PAI SD: UPAYA MENINGKATKAN HASIL MAKSIMAL

BAB II
LANDASAN TEORI & HIPOTESIS TINDAKAN
A. Deskripsi Teori
1. Pembelajaran PAI
a. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Pembelajaran PAI
1) Pengertian Pembelajaran PAI
Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik di mana peserta didi k tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan seluruh sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Menurut Ismail SM pembelajaran melibatkan dua pihak, yaitu guru dan peserta didik yang di dalamnya mengandung dua unsur sekaligus, yaitu mengajar dan belajar (teaching and learning) .download ptk pai sd

Sedangkan PAI (Pendidikan Agama Islam) dalam buku Pedoman Umum PAI di Sekolah Umum, merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, mamahami, menghayati, dan mengamal kan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan.
PAI didefinisikan dalam buku Pendidikan Islam dan Nasional menjadi usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam
Muhaimin, mengemukakan bahwa PAI adalah sebagai usaha sadar yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.

Dari berbagai definisi di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran PAI adalah proses belajar mengajar yang dilakukan secara sadar oleh pendidik kepada peserta didik dalam masa perkembangan agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup sehari-hari (the way of life).
Dan sudah menjadi tugas dan tanggung jawab guru untuk menghidupkan belajar dengan kepercayaan diri, serta motivasi yang tinggi untuk menghadapi zaman yang terus berubah karena perkembangan ilmu pengetahuan, jika guru dapat mengangkat keprofesionalannya maka pendidi kan akan bisa ditingkatkan kualitasnya.
2) Tujuan PAI
Pendidikan Agama Islam di SD bertujuan untuk :
a) Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah Swt.
b) Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.
3) Ruang Lingkup PAI
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam di SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
a) Al-Qur`an dan Hadits
b) Aqidah
c) Akhlak
d) Fiqih
e) Tarikh dan Kebudayaan Islam
Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah Swt, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.ptk pai sd kelas 4 doc
b. Materi PAI Pokok Bahasan Puasa Wajib
Adapun pokok bahasan PAI kelas VI SD ……. yang menjadi fokus pada penelitian tindakan kelas ini adalah mengenal puasa wajib, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut :
1) Pengertian Puasa
Puasa adalah menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa serta mengendalikan diri dari hawa nafsu mulai terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Puasa itu ada beberapa macam yaitu sebagai berikut :
a) Puasa wajib, adalah puasa yang diwajibkan bagi setiap muslim, yaitu puasa Ramadhan, puasa qada, puasa nadzar, dan puasa kafarat (denda).Perintah untuk melaksanakan kewajiban puasa Ramadhan terdapat dalam firman Allah surat Al-Baqarah 183 yang artinya :  “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
b) Puasa sunah, seperti puasa Arafah (9 Dzulhijjah), puasa Asyura (10 Muharram), puasa Senin dan Kamis, serta puasa 6 hari di bulan Syawal.
c)Puasa makruh, yaitu puasa yang dilakukan terus-menerus sepanjang masa kecuali pada bulan Haram. Selain itu, makruh puasa pada setiap hari sabtu saja atau tiap jum`at saja.
d) Puasa haram, yaitu puasa pada Hari Raya Idul Fitri (1 Syawal), Idul Adha (10 Dzulhijjah), dan hari-hari Tasyrik (11, 12, 13 Dzulhijjah).

2) Ketentuan Puasa
Puasa wajib dan puasa sunah memiliki ketentuan yang sama, yaitu memiliki syarat wajib, syarat sah, rukun, sunah, dan hal-hal yang membatalkan puasa. Ketentuan-ketentuan puasa tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
a)Syarat-syarat Puasa
Ibadah puasa memiliki beberapa syarat agar puasa dapat diterima oleh Allah Swt. Syarat tersebut adalah syarat wajib dan syarat sah.
Syarat wajib puasa ada 3, yaitu: berakal sehat (orang gila tidak wajib berpuasa), baligh (cukup umur), kuat melaksanakan puasa. Sedangkan syarat sah puasa ada 4, yaitu: beragama Islam (orang yang tidak Islam tidak sah puasanya), mumayyiz (dapat membedakan yang benar dan yang salah), suci dari haid (darah kotor) dan nifas (darah orang melahirkan), pada waktu yang dibolehkan berpuasa.
b) Rukun Puasa
Rukun puasa ada 2, yaitu: Pertama, Niat. Niat puasa hendaknya dilakukan pada malam hari sebelum terbit fajar. Untuk puasa Ramadhan boleh sekali niat di malam pertama bulan Ramadhan untuk satu bulan. Niat boleh dilakukan dalam hati dan boleh diucapkan dengan lisan. Berikut ini contoh bacaan niat puasa Ramadhan:

Kedua, Menahan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
c) Sunah-sunah Puasa
Sunah-sunah puasa adalah sebagai berikut:
(1) Menyegarkan berbuka jika sudah waktunya berbuka (matahari telah terbenam).
(2) Berbuka dengan yang manis-manis, misalnya kurma dan anggur serta minum air putih.
(3) Berdo`a pada waktu atau setelah selesai berbuka puasa. Do`a tersebut sebagai berikut:

(4) Makan sahur
(5) Mengakhiri makan sahur
(6) Memberi makan kepada orang yang berbuka puasa
(7) Memperbanyak bersedekah jariyah
(8) Memperbanyak membaca Al-Qur`an dan memahami artinya
(9) Memperbanyak ibadah-ibadah sunah yang lain.
d) Hal-hal yang Membatalkan Puasa

Hal-hal yang membatal kan puasa adalah sebagai berikut:
(1) Makan dan minum dengan sengaja
(2) Muntah dengan sengaja
(3) Berubah akal, seperti gila, mabuk, dan pingsan
(4) Berhubungan suami istri
(5) Murtad (keluar dari agama Islam)
(6) Keluar darah haid atau nifas bagi wanita
e) Orang yang diperbolehkan Tidak Berpuasa
Orang yang karena hal-hal tertentu diperbolehkan tidak berpuasa. Orang-orang tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Orang yang sakit parah harus mengqadha, yaitu mengganti
sejumlah hari yang ditinggalkan (hari pada saat tidak
berpuasa).
(2) Orang yang dalam perjalanan jauh atau musafir wajib mengqadha atau mengganti puasa pada hari yang lain.
(3) Orang lanjut usia berkewajiban membayar fidyah, yaitu bersedekah tiga perempat liter beras kepada fakir miskin selama ia tidak berpuasa pada bulan Ramadhan.
(4) Orang yang sedang hamil dan menyusui, berkewajiban membayar fidyah (denda).
f) Hikmah Berpuasa pada Bulan Ramadhan
Hikmah puasa menjadi kebaikan bagi umat Islam yang menjalankannya, yaitu sebagai berikut :
Tanda terima kasih kepada Allah
Mendidik taat kepada peraturan
Mendidik belas kasih kepada fakir miskin
Menjaga kesehatan
Mendidik hidup tertib dan disiplin
Melatih kesabaran
c. Hasil Belajar
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, menulis, mengamati, mendengarkan dan lain-lain. Dari kegiatan belajar tersebut seseorang akan memperoleh suatu hasil dari apa yang telah mereka kerjakan, yang disebut hasil belajar.

Untuk lebih jelas apa yang dimaksud hasil belajar perlu mengkaji beberapa pendapat di bawah ini.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang telah diberikan oleh guru.skripsi ptk pai pdf

Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sedangkan menurut Syaiful Bahri mengatakan dalam bukunya “Psikologi Belajar” bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dicapai oleh individu dari proses belajar. Berbeda lagi menurut Nana Sudjana, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dicapai peserta didik dalam menuntut suatu pelajaran yang menunjukkan taraf kemampuan peserta didik dalam mengikuti program belajar dalam waktu tertentu sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan. Prestasi belajar ini sering dicerminkan sebagai nilai yang menentukan berhasil tidaknya peserta didik telah belajar.
d. Aspek-aspek Hasil Belajar
Secara umum belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku. Belajar tidak ada warnanya apabila tidak menghasilkan pengetahuan, pembentukan sikap serta ketrampilan. Oleh karena itu, proses belajar mengajar harus mendapat perhatian yang serius yang melibatkan berbagai aspek yang menunjang keberhasilan belajar mengajar. Aspek-aspek/ranah tersebut adalah aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

1) Aspek Kognitif
Yaitu proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan perkembangannya dari persepsi, introspeksi, atau memori siswa. Dalam bukunya Sukardi tujuan pembelajaran kognitif dikembangkan oleh Bloom, dkk, dalam taxonomy Bloom tahun 1956. Tujuan kognitif ini dibedakan menjadi 6 tingkatan: knowledge, comprehension, application, analysis, synthesis, evaluation.
Keenam tingkatan aspek kognitif di atas dapat dijabarkan, seperti:
a) Knowledge (pengetahuan), ialah tingkat kemampuan yang hanya memi nta responden untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep, fakta, atau istilah-istilah tanpa harus mengerti, atau dapat menilai, atau dapat menggunakannya.
b) Comprehension (pemahaman), ialah tingkat kemampuan yang mengharapkan responden mampu memahami arti/konsep, situasi, serta fakta yang di ketahui nya.
c) Application (penerapan), ialah responden dituntut kemampuannya untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah diketahuinya dalam suatu situasi yang baru baginya.
d) Analysis (analisis), ialah tingkat kemampuan responden untuk menganalisis atau menguraikan suatu integritas atau suatu situasi tertentu ke dalam komponen-komponen/ unsur-unsur pembentuknya.
e) Syntesis (sintesis), ialah penyatuan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk yang menyel uruh.
f) Evaluation (evaluasi), ialah responden di minta untuk membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi, dsb. Berdasarkan suatu kriteria tertentu.

2) Aspek Afektif
Yaitu proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan pada pengembangan aspek-aspek perasaan dan emosi. Dalam pengembangannya pendidikan afektif yang semula hanya mencakup perasaan dan emosi, telah berkembang lebih luas yakni menyangkut moral, nilai-nilai, budaya, dan keagamaan.
Tujuan pembelajaran afektif dibedakan menjadi 5 tingkatan, yaitu:
a) Receiving, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala,dll.
b) Responding, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.
c) Valuing, yakni berkenaan dengan ni lai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulasi tadi.
d) Organizing, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah di miliki nya.
e) Characterization by value or value complex, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
3) Aspek Psikomotorik
Yaitu proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan dari pengembangan proses mental melalui aspek-aspek otot dan membentuk ketrampi lan siswa. Di sampi ng mencakup proses yang menggerakkan otot, pendidikan psikomotor juga telah berkembang dengan pengetahuan yang berkaitan dengan ketrampilan hidup.
Aspek psikomotorik ini secara garis besar dibedakan menjadi 6 tingkatan, yaitu:
1. Gerakan refleks (ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar)
2. Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar
3. Kemampuan perceptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dll.
4. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan.
5. Gerakan-gerakan skill, mulai dari ketrampilan sederhana sampai pada ketrampi lan yang kompleks.
6. Kemampuan yang berkenaan dengan komuni kasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

Untuk mencapai keberhasilan belajar ketiga aspek tersebut tidak harus dipisahkan, namun jauh lebih baik jika dihubungkan. Dengan penggabungan tiga aspek tersebut akan dapat diketahui kualitas keberhasilan proses belajar mengajar itu. Jadi, hasil belajar secara luas tentu mencakup ketiga aspek tujuan pendidikan tersebut yaitu kognitif, afektif, dan psi komotorik.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktorfisiologis dan psikologis.
a) Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi 2 macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar peserta didik. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah, lelah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.

Menurut Baharuddin dalam bukunya tentang Psikologi Pendidikan bahwa kelelahan tersebut dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kelelahan jasmani dan ruhani. Kelelahan jasmani adalah kelelahan yang diakibatkan oleh kegiatan badan kita dan sekaligus memberikan isyarat bahwa badan kita tidak mampu lagi untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Sedangkan kelelahan ruhani adalah kelelahan yang diakibatkan oleh kerjanya otak dan sekaligus memberi isyarat bahwa otak kita tidak mampu lagi untuk melakukan kegiatan seperti berpikir, mengingat, konsentrasi untuk belajar dan sebagainya.
Kedua, kondisi panca indra. Panca indra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, panca indra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar. Jadi, keduanya memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar peserta didik.
b) Faktor Psikologis
Faktor Psikologis, yang termasuk dalam kategori faktor psikologis yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.

(1) Kecerdasan/intelegensi siswa
Kecerdasan/intelegensi siswa diakui ikut menentukan keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya, orang yang intelegensinya rendah, cenderung akan mengalami kesulitan belajar, lambat berpikir, sehingga prestasi belajarnya pun rendah.
(2) Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Hasil belajar akan meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah.
Kondisi kelas yang kondusif, sikap guru terhadap peserta didik, dan memberikan reward peserta didik merupakan sebagian cara untuk memotivasi peserta didik belajar.
(3) Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik. Tidak banyak yang diharapkan untuk menghasilkan prestasi belajar yang baik dari seorang anak yang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu.
Menimbulkan minat peserta didik akan berhasil jika pelajaran dapat dikaitkan langsung dengan tematik kehidupan peserta didik pada saat itu.
(4) Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
(5) Bakat
Bakat didefinisikan sebagai kemampuan umum yang di miliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang.

Bakat sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu di kembangkan dan di latih, hal ini sangat berpengaruh bagi tercapai nya prestasi seseorang.
Faktor yang datang dari diri pelajar terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan pelajar besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Adanya pengaruh dari dalam diri pelajar merupakan hal yang logis jika dilihat bahwa perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang disadarinya. Jadi, sejauh mana usaha pelajar untuk mengkondisikan dirinya bagi perbuatan belajar, sejauh itu pula hasil belajar akan dicapai.

2) Faktor Eksternal
Menurut Baharudin, faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
a) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.
Lingkungan sosial masyarakat, kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran, dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa.
Lingkungan sosial keluarga, lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat
sifat orang tua, demografi keluarga, pengelolaan keluarga, semuanya dapat member dampak terhadap aktivitas belajar siswa.
b) Lingkungan nonsosial

Lingkungan alami, belajar pada lingkungan/ keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya daripada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap.
Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan 2 macam yaitu: Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya.
Sedangkan dalam bukunya Syaiful Bahri faktor instrumental meliputi:
Kurikulum, pemadatan kurikulum dengan alokasi waktu yang disediakan relatif sedikit, secara psikologis disadari atau tidak menggiring guru untuk mempercepat belajar peserta didik untuk mencapai target. Ini jelas mempengaruhi hasil belajar peserta didik karena secara fisiologis peserta didik sudah lelah belajar ketika itu.

Program, baik buruknya suatu program pengajaran yang telah dibuat oleh guru, sangat mempengaruhi kemana proses belajar itu berlangsung.
Sarana dan fasilitas, sarana dan fasilitas yang mendukung berlangsungnya KBM.
Guru, guru harus mempunyai 4 kompetensi yang meliputi kompetensi paedagogik yaitu kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, kompetensi kepribadian yaitu sebagai teladan bagi siswanya, kompetensi profesional yaitu guru harus menguasai materi pelajaran, kompetensi sosial yaitu kemampuan guru berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekolah maupun luar sekolah.

(3) Faktor materi pelajaran, faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru harus disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Oleh karena itu, guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
a. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berasal dari dua kata yaitu pembelajaran dan kooperatif. Pembelajaran adalah interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

Sedangkan kooperatif menurut Basyirudin Usman adalah belajar kelompok/bekerja sama. Menurut Burton yang dikutip oleh Nasution, kooperatif adalah cara individu mengadakan relasi dan bekerja sama dengan individu lain untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam kamus Oxford Advanced Learner`s Dictionary of Current English, ³ Cooperative is involving doing together or working together with others towards a shared aim. Kooperatif/kerja sama adalah melakukan sesuatu bersama atau bekerja sama dengan yang lain untuk mencapai sebuah tujuan.

Menurut Agus Suprijono, pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.

Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tujuan utama yaitu, sebagai berikut :
• Agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat.
• Dapat memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.
• Dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik dan sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.

Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa tujuan dalam kelompok dapat bersifat intrinsik dan ekstrinsik.
• Tujuan Intrinsik, tujuan yang didasarkan pada alasan bahwa dalam kelompok perasaan menjadi senang.
• Tujuan Ekstrinsik, tujuan yang didasarkan pada alasan bahwa untuk mencapai sesuatu tidak dapat dicapai secara sendiri, melainkan harus di kerjakan bersama-sama.
Cooperative learning/pembel ajaran kooperatif ini lebih menekankan pada lingkungan sosial belajar dan menjadikan kelompok belajar sebagai tempat untuk mendapatkan pengetahuan, mengeksplorasi pengetahuan, dan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh individu.

Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.
Dalam metode pembelajaran kooperatif para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Semua metode pembelajaran kooperatif mengembangkan ide bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggungjawab terhadap teman satu ti mnya mampu membuat di ri mereka mampu belajar sama baiknya.
b. Dasar-dasar Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif
Dasar Al-Qur`an
Pembelajaran kooperatif dalam Al-Qur`an disebutkan pada surat Al-Maidah ayat 2 yang artrinya : “…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
Dalam tafsir Al-Misbah, Quraish Shihab menyatakan bahwa
ayat inilah yang menjadi prinsip dasar dalam menjalin kerjasama dan saling membantu selama tujuannya adalah kebaikan dan ketakwaan. Maka jelaslah bahwa ayat di atas sangat mendukung adanya model pembelajaran kooperatif dimana ide dasar dalam model ini adalah kerjasama dan saling membantu dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan bersama.ptk pai sd mi
Dasar Pedagogis
Dalam UU RI No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 3 yang berbunyi “Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab.” Melalui pembelajaran kooperatif inilah anak-anak lebih dapat dibentuk menjadi manusia utuh yang bertanggung jawab seperti yang diharapkan dalam tujuan pendidikan nasional.
Dasar Psikologis
Sebagaimana yang dikatakan oleh Walgito bahwa kegiatan manusia digolongkan menjadi 3, yaitu:
– Kegiatan yang bersifat Individual
– Kegiatan yang bersifat Sosial
– Kegiatan yang bersifat keTuhanan
Kegiatan sosial dalam poin kedua itulah yang menjadi landasan pelaksanaan pembelajaran kooperatif dimana manusia mempunyai kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain atau bersosial.
c. Jenis Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang baru, para guru selama bertahun-tahun sudah menggunakannya dalam bentuk kelompok laboratorium, kelompok tugas, kelompok diskusi, dan sebagainya. Jenis pembelajaran kooperatif diantaranya adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, STAD (Student Team Achievement Division), TGT (Team Games Tournament), TAI (Team Assisted Individualization), dan lain sebagai nya.

Namun, dalam penelitian ini penulis lebih memilih menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam peningkatan hasil belajar PAI dikarenakan model pembelajaran tipe TGT ini berbeda dengan pembelajaran kooperatif lainnya, dalam TGT terdapat game turnamen yang dimainkan oleh peserta didik yang berkemampuan homogen, dimana peserta didik berlomba-lomba untuk mendapatkan skor/nilai terbaik. Dan dalam game tersebut terdapat dimensi kegembiraan, apalagi jika diterapkan anak usia Sekolah Dasar, dimana dalam usia tersebut masih dalam tahap suka bermain dan seusia mereka dalam masa perkembangan intelektual.
Maka dari itu, diupayakan agar pembelajaran tidak membosankan dan lebih menyenangkan yaitu dengan menggunakan metode TGT ini, karena TGT mengandung unsur permainan. Peserta didik dapat belajar bersama teman sebayanya dengan santai dan tidak lekas bosan di dalam kelas.
d. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
TGT singkatan dari Teams Games Tournament yang merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif. TGT pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Metode ini menggunakan pelajaran yang sama yang disampaikan guru dan tim kerja yang sama seperti dalam STAD, tetapi menggantikan kuis dengan turnamen mingguan, dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya.

Hanya saja, untuk menambah skor perolehan tim/kelompok setelah pelaksanaan kuis, antar kelompok dipertandingkan suatu permainan edukatif (Educative Games). Jadi, guru harus mempersiapkan suatu permainan matematis yang bersifat mendidik yang dimainkan siswa setelah pelaksanaan kuis. Dengan demikian, kelompok siswa melakukan lomba bermain dengan kelompok lain untuk memperoleh tambahan skor/poin bagi tim mereka.
TGT has many of the same dynamics as STAD, but adds a dimension of excitement contributed by the use of games. Teammates help one another to prepare for the game by studying worksheets and explainning problem one another, but when students are playing the games their teammates cannot help them, insuring individual accountability
.
TGT memiliki kesamaan dinamika dengan STAD, tetapi menambahkan di mensi kegembi raan yang di perol eh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar
kegiatan dan menjelaskan masalah satu sama lain, siswa yang sedang bermain dalam game, temannya tidak boleh membantu dan memastikan telah menjadi tanggung jawab individual.

Dalam TGT terdapat turnamen yang mana dalam turnamen ini peserta didik saling berkompetisi dengan peserta didik yang lain untuk mendapatkan hasil atau nilai yang terbaik. Seperti dalam firman Allah Swt yang menyuruh umat manusia untuk saling berlomba-lomba dalam kebaikan, Allah berfirman dalam Al-Qur`an surat Al-Baqarah ayat 148:
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. download ptk pai sd lengkap  Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Selain kompetisi dalam belajar juga terdapat dimensi kegembi raan yang di peroleh dari penggunaan permainan akademik seperti yang diungkapkan oleh Robert Slavin di atas. Rosulullah menyuruh umat manusia untuk belajar dan mengamalkan ilmu yang didapat dengan penyampaian yang menyenangkan dan menggembirakan. Hal ini sesuai dengan sabda Rosulullah SAW:
“Dari Anas RA bahwa Nabi Saw bersabda : Mudahkanlah dan jangan kamu persulit, gembirakanlah dan jangan kamu membuat lari.” (HR. Bukhori)
Deskripsi dari komponen-komponen TGT adalah sebagai
berikut:
Presentasi di kelas, materi dalam TGT pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas.
Tim, terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas (kemampuan yang heterogen). Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan pertanyaan-pertanyaan dalam kompeti si game turnamen.

Game, gamenya terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa dengan kemampuan homogen, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda.
Turnamen, adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya.
TGT ini menggabungkan kelompok belajar dan kompetisi tim, dan bisa digunakan untuk meningkatkan pembelajaran beragam fakta, konsep, dan ketrampilan.
Rekognisi Tim, adalah tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Tiga macam tingkatan penghargaan dimulai dari Tim Super, Tim Sangat Baik, dan Tim Baik.
e. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Slavin melaporkan beberapa hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara implisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut:

Keunggulan-keunggulan pembelajaran TGT antara lain:
a. Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
b. Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
c. TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga di ri akademi k mereka.
d. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonverbal, kompetisi yang lebih sedi kit).
e. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.
Kelemahan pembelajaran TGT antara lain:
a) Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, jadi membutuhkan waktu yang lebih banyak.
b) Siswa yang lebih pintar, bila belum mengerti tujuan yang sesungguhnya dari proses i ni, akan merasa sangat di rugi kan. Karena harus bersusah-susah membantu temannya.
c) Bila kerjasama tidak dapat dijalankan dengan baik, maka yang akan
d) bekerja hanyalah beberapa murid yang pintar dan aktif saja.

Kelemahan ini bisa dieleminir jika guru benar-benar menerapkan prosedur pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TGT dan selalu memberikan pengarahan yang jelas kepada siswa.
f. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Dalam implementasinya secara teknis Slavin mengemukakan empat langkah utama dalam pembelajaran dengan teknik TGT yang merupakan siklus regular dari aktivitas pembelajaran, sebagai berikut:
Step 1: Pengajaran, pada tahap ini guru menyampaikan materi
pelajaran.
Step 2: Belajar Tim, para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi.
Step 3: Turnamen, para siswa memainkan game akademik dalam kemampuan yang homogen, dengan meja turnamen tiga peserta (kompetisi dengan tiga peserta).
Step 4: Rekognisi Tim, yaitu dengan menghitung skor tim berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

C.CONTOH DOANLOAD PTK SD LENGKAP DOC PAI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 11 Maret sampai 30 April 2016. Adapun yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah SD Negeri Taranggi yang beralamat di Kecamatan Duripoku Kabupaten Mamuju Utara.

B. Subyek Penelitian
Subyek yang diteliti dalam penelitian ini meliputi faktor guru dan peserta didik.
1. Guru
Subyek guru yang diteliti adalah guru mata pelajaran PAI kelas VI SD Negeri Taranggi yang juga berperan sebagai kolaborator dalam penelitian ini. Adapun yang diteliti adalah ketrampi lan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pelajaran PAI kelas VI SD Negeri Taranggi dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik.
2. Peserta didik
Subyek peserta didik yang diteliti adalah siswa kelas VI SD Negeri Taranggi semester genap tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 25. Adapun yang diteliti adalah aktivitas peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, tanggapan peserta didik dan hasil belajarnya sebelum dan setelah mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada tiap-tiap siklus.
Tabel 2.1

C. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada pelajaran PAI. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipatif, kolaboratif, dan spiral yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses, isi, kompetensi, dan situasi.

Dalam buku Masnur Muslich, PTK atau sering juga disebut classroom action research merupakan penelitian tindakan yang kegiatannya lebih diarahkan pada pemecahan masalah pembelajaran melalui penerapan langsung di kelas. PTK ini bersifat partisapatif, kolaboratif, dan reflektif. Dikatakan bersifat partisipatif karena PTK dilakukan sendiri oleh peneliti mulai dari penentuan topik, perumusan masalah, perencanaan, pelaksanaan, analisis, dan pelaporannya.
Dikatakan kolaboratif karena pelaksanaan PTK juga dapat melibatkan teman sejawat. Sedangkan PTK bersifat reflektif, maksudnya adalah PTK diawali dari proses perenungan atas dampak tindakan yang selama ini dilakukan guru terkait dengan tugas-tugas pembelajaran di kelas.
Secara garis besar prosedur penelitian tindakan mencakup 4 daur : perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan ref leksi (reflecting). Sedangkan Menurut Raka Joni, ada 5 tahapan pelaksanaan PTK yang merupakan titik-titik estafet yang terdapat dalam suatu siklus. Tahap-tahap tersebut meliputi: penetapan fokus masalah penelitian, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan interpretasi, analisis dan refleksi.
Secara lebih rinci prosedur berdaur pelaksanaan PTK dapat di gambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.2
Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Langkah pertama, rencana (planning) kegiatan yang di lakukan antara lain yaitu mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah dan analisis penyebab masalah, dan pengembangan intervensi (action/ solution). Kedua, tindakan (acting) yang dilaksanakan peneliti untuk memperbaiki masalah seperti tindakan apa yang pertama kali dilakukan?  download gratis ptk pai sd filetype doc Bagaimana organisasi kelas? Siapa yang menjadi kolaborator? Siapa yang mengambil data?.

D.PTK LENGKAP PAI SD DOC
Ketiga, pengamatan (observing) adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran, data apa saja yang perlu dikumpulkan? Bagaimana cara pengumpulan dan analisis data? Keempat, refleksi (reflecting) tentang perubahan yang terjadi (a) pada siswa, (b) suasana kelas, dan (c) guru.
Pada tahap ini, guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan mengapa (why), bagaimana (how), dan seberapa jauh (to what extent) intervensi telah menghasilkan perubahan secara signifikan. Kolaborasi dengan teman [termasuk para ahli) akan berperan penting dalam memutuskan “Judging the value” (seberapa jauh action telah membawa perubahan: apa/dimana perubahan terjadi, mengapa demikian, apa kelebihan/kekurangan, bagaimana langkah-langkah penyempurnaannya, dan sebagainya.

Rangkaian kegiatan di atas disebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan masalah, apabila dalam satu siklus belum menunjukkan perubahan kea rah perbaikan yang signifikan, maka kegiatan penelitian dilanjutkan pada siklus kedua dan seterusnya. Jadi, dalam satu siklus masing-masing terdiri dari planning, acting, observing, dan reflecting.
2. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pelajaran PAI pokok bahasan mengenal puasa wajib pada kelas VI semester genap di SD Negeri ……..tahun pelajaran 2015/2016.

Peneliti memilih kelas VI yang dijadikan subyek penelitian karena berdasarkan observasi, karakteristik peserta didi knya kurang tertarik untuk belajar PAI sehingga hasil belajar yang dicapai masih banyak yang di bawah KKM yang telah ditentukan yaitu 68.
D. Desain Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus. Dalam penelitian ini diambil 2 siklus. Masing-masing siklus mencakup empat tahap kegiatan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting), deskripsi alur siklus seperti yang terli hat pada gambar berikut.

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaborasi partisipatif antara guru mata pelajaran PAI kelas VI SD Negeri Taranggi dengan peneliti. Adapun langkah-langkah penelitian yang dilakukan di setiap siklus secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pra Siklus
Dalam pra siklus ini peneliti belum memberikan metode yang akan ditawarkan pada guru mata pelajaran sehingga pengajaran yang digunakan masih murni belum tercampur oleh peneliti. Model pembelajaran yang dipakai oleh guru kelas adalah model pembelajaran yang bersifat konvensional dalam bentuk ceramah. Maka hal itu akan mengakibatkan suatu pembelajaran yang monoton yang akhirnya membuat peserta didik merasa bosan.

Akibatnya, hasil belajar yang diperoleh peserta didik masih banyak yang belum mencapai KKM yang telah ditentukan, yaitu 68. Nilai rata-rata peserta didik juga masih dikatakan rendah yaitu 64,43. Informasi tersebut di peroleh dari wawancara dan observasi secara langsung dengan guru PAI di SD Negeri…… pada tanggal 11 dan 18 Maret 2016.
Maka dari itu, perlu adanya penelitian tindakan kelas ini guna untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran PAI yang sesuai dengan KKM yang telah ditentukan.

2. Siklus I
Siklus I ini dilaksanakan dua kali pertemuan yaitu pada tanggal 8 dan 15 April 2016. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) pada siklus I dilaksanakan melalui beberapa tahap yaitu, sebagai berikut:
a. Perencanaan
1. Peneliti mengidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran yang terdiri dari metode mengajar yang digunakan dan hasil belajar peserta didik yang rendah.
2. Guru memilih materi pokok yang akan diteliti yaitu materi pokok bahasan mengenal puasa wajib.
3. Guru dan peneliti secara kolaboratif merencanakan pembelajaran dengan model kooperatif tipe TGT, yaitu dengan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), seperti yang terlampir pada lampiran 3.
4. Merancang materi yang akan diajarkan kepada peserta didik berupa modul.
5. Membuat lembar observasi aspek psikomotorik peserta didik, seperti yang terlampir pada lampiran 28.
6. Membuat lembar observasi pelaksanaan pembelajaran oleh guru di kelas, seperti yang terlampir pada lampi ran 31.
7. Membuat soal-soal turnamen, soal tes evaluasi, angket sikap peserta didik, dan lembar wawancara untuk peserta didik pada siklus I, seperti yang terlampir pada lampiran 11, 7, 23 & 35.
b. Pelaksanaan
1. Guru membuka pelajaran kemudian mengecek kehadiran peserta didik.
2. Guru memberikan apersepsi tentang mengenal puasa wajib dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
3. Guru memberikan penjelasan pada peserta didi k tentang pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT.
4. Guru mengkondisikan peserta didik menjadi 5 kelompok, di mana tiap kelompok beranggotakan 6 peserta didik.
5. Guru memberikan materi diskusi pada siklus I ini berupa modul pembelajaran materi pokok mengenal puasa wajib secara individu dalam kelompok. Dalam kegiatan ini guru memberi bimbingan pada masing-masing individu pada tiap kelompok. Bagi peserta didik yang sudah memahami materi diminta menjelaskan pada teman lain dalam kelompoknya. Guru memberikan kesempatan kepada anggota kelompok lain untuk menyampaikan ide atau gagasannya.

6. Guru membi mbi ng peserta didik dalam mendiskusikan materi mengenal puasa wajib dalam kehidupan sehari-hari.
7. Guru memberi soal TGT tentang puasa antar kelompok. Tiap kelompok diminta menyelesaikan soal untuk berkompetisi. Dengan cara ini peserta di di k di harapkan akan bersemangat mengerjakan soal yang diberikan.
8. Bagi kelompok yang dapat menyelesaikan dahulu, salah satu wakilnya diminta menyampaikan pekerjaan kelompok di depan kelas kepada seluruh kelompok dengan bimbingan guru. Bagi kelompok yang maju diberikan penghargaan nilai sebagai penguatan dan motivasi.
9. Guru bersama peserta didik membuat kesimpulan dari hasil diskusi yang telah dilaksanakan pada siklus I.
10. Guru melakukan tes formatif dan memberikan angket peserta didik terhadap pembelajaran kooperatif tipe TGT.

c.  Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan dan penilaian terhadap peserta didik dan guru yang terdiri dari :
1. Pengamatan aspek psikomotorik yaitu ketrampilan motorik peserta didik yang terdiri dari kemampuan menyampaikan informasi, kemampuan memberikan pendapat atau ide, kemampuan mengajukan pertanyaan, dan kemampuan mengajukan argumentasi.
2. Untuk sikap (aspek afektif) peserta didik didapat melalui angket yang meliputi: sikap, perhatian, tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran dan pemberian tugas dari guru.
3. Pengamatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dalam hal ini aspek yang diamati adalah apersepsi, penyampaian materi, penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT, dan menutup pelajaran.
4. Guru bersama peneliti mengidentifikasi hambatan-hambatan dan permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam proses pembelajaran. Pada bagian-bagian mana mereka mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal.
5. Guru dan peneliti mengamati hasil tes formatif apakah di atas ketuntasan belajar. Dan persentase ketuntasan belajar pada siklus I ini adalah 80% dengan nilai rata-rata kelas 72,5. Hasil ini masih belum
6. memenuhi indikator yang ditentukan yakni nilai rata-rata 8.0 dan ketuntasan belajar klasikal 85 %.
d. Refleksi
1. Guru dan peneliti memberikan skor perkembangan anggota tim dan penghargaan untuk tim dengan skor tertinggi. Dan tim yang mendapatkan skor tertinggi dalam siklus I ini adalah tim A dengan jumlah skor 21,67 kategori baik, selengkapnya bisa dilihat pada lampiran 30.
2. Peneliti mengolah hasil pengamatan, hasil evaluasi dan kuis pada siklus I, seperti yang terlampir dalam lampiran 28, 15, 16, 17.
3. Guru dan peneliti mendiskusikan hasil pengamatan dan penilaian selama proses pembelajaran pada siklus I ditinjau dari tingkat keberhasilannya. Seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%, sekurang¬kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut.
4. Hasil pembelajaran pada siklus I ini masih belum memenuhi indikator keberhasilan kelas, hasil yang diperoleh yaitu 80%. Maka pembelajaran dilanjutkan ke siklus II.
3. Siklus II
Siklus II ini dilaksanakan dua kali pertemuan yaitu pada tanggal 22 dan 29 April 2016. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) pada siklus II dilaksanakan melalui beberapa tahap yaitu, sebagai berikut:
a. Perencanaan
1. Peniliti mengidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran yang terdiri dari metode mengajar yang digunakan dan hasil belajar peserta didik.
2. Guru memilih materi pokok yang akan diteliti yaitu materi pokok mengenal puasa wajib.
3. Guru dan peneliti secara kolaboratif merencanakan pembelajaran dengan model kooperatif tipe TGT pada siklus II, yaitu dengan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), seperti yang terlampir pada lampiran 4.
4. Merancang materi yang akan diajarkan kepada peserta didik berupa modul.
5. Membuat lembar observasi siklus II, yaitu aspek psikomotorik peserta didik, seperti yang terlampir pada lampiran 28.
6. Membuat lembar observasi pelaksanaan pembelajaran siklus II oleh guru di kelas, seperti yang terlampi r pada lampiran 32.
7. Membuat soal-soal turnamen, soal tes evaluasi, angket peserta didik, dan lembar wawancara untuk guru dan peserta didik pada siklus II, seperti yang terlampir pada lampiran 8, 12, 24, 34 & 36.
b. Pelaksanaan
1. Guru membuka pelajaran kemudian mengecek kehadiran peserta didik.
2. Guru memberi kan apersepsi tentang materi pokok mengenal puasa wajib pada sub pokok bahasan menerapkan puasa Ramadhan dalam kehidupan sehari-hari dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
3. Guru memberikan penjelasan pada peserta didi k tentang pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus II.
4. Guru mengkondisikan siswa menjadi 5 kelompok, dimana tiap kelompok beranggotakan 6 peserta didik.
5. Guru memberikan materi diskusi pada siklus II ini, berupa modul pembelajaran materi pokok mengenal puasa wajib dengan sub pokok bahasan hikmah puasa. Dalam kegiatan ini guru memberi bimbingan pada masing-masing individu pada tiap kelompok. Bagi siswa yang sudah memahami materi diminta menjelaskan pada teman lain dalam kelompoknya. Guru memberikan kessempatan kepada anggota kelompok lain untuk menyampaikan ide atau gagasannya.
6. Guru membi mbi ng peserta di di k dal am mendi skusi kan materi pokok mengenal puasa wajib pada sub materi pokok hikmah puasa.
7. Guru memberi soal TGT tentang puasa antar kelompok. Tiap kelompok diminta menyelesaikan soal untuk berkompetisi. Dengan cara ini peserta didik di harapkan akan bersemangat mengerjakan soal yang diberikan.
8. Bagi kelompok yang dapat menyelesaikan dahulu, salah satu wakilnya diminta menyampaikan pekerjaan kelompok di depan kelas kepada seluruh kelompok dengan bimbingan guru. Bagi kelompok yang maju diberikan penghargaan nilai sebagai penguatan dan motivasi.
9. Guru bersama peserta didik membuat kesimpulan dari hasil diskusi yang telah dilaksanakan pada siklus II.
10. Guru melakukan tes formatif dan memberikan angket peserta didik terhadap pembelajaran kooperatif ti pe TGT pada siklus II.

c. Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan dan penilaian terhadap peserta didik dan guru yang terdiri dari:
1. Pengamatan aspek psikomotorik yaitu ketrampilan motorik peserta didik yang terdiri dari kemampuan menyampaikan informasi, kemampuan memberikan pendapat atau ide, kemampuan mengajukan pertanyaan, dan kemampuan mengajukan argumentasi.
2. Untuk sikap (aspek afektif) peserta didik didapat melalui angket yang meliputi: sikap, perhatian, tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran dan pemberian tugas dari guru.
3. Pengamatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dalam hal ini aspek yang diamati adalah apersepsi, penyampaian materi, penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT, dan menutup pelajaran.
4. Guru bersama peneliti mengidentifikasi hambatan-hambatan dan permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam proses pembelajaran. Pada bagian-bagian mana mereka mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal.
5. Guru dan peneliti mengamati hasil tes formatif apakah di atas ketuntasan belajar. Dan persentase ketuntasan belajar pada siklus II ini adalah 100% dengan nilai rata-rata kelas 87,6. Hasil ini sudah
6. memenuhi indikator yang ditentukan yakni nilai rata-rata 8.0 dan
7. ketuntasan belajar klasikal 85 %.
d. Refleksi
Refleksi pada siklus II ini dilakukan untuk melakukan penyempurnaan tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model TGT yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran.

1) Guru dan peneliti memberikan skor perkembangan anggota tim dan penghargaan untuk tim dengan skor tertinggi. Dan tim yang mendapatkan skor tertinggi dalam siklus II ini adalah tim A dan D dengan jumlah skor 30,00 kategori super, selengkapnya bisa dilihat pada lampi ran 30.
2) Peneliti mengolah hasil pengamatan, hasil angket, hasil evaluasi dan kuis peserta didik pada siklus II, seperti yang terlampir dalam lampiran 29, 26, 18, 19, & 20.
3) Guru dan peneliti mendiskusikan hasil pengamatan dan penilaian selama proses pembelajaran pada siklus II.
4) Refleksi dari pembelajaran siklus II, jika indikator keberhasilan peserta didik tercapai, maka pembelajaran tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya. Dan dal am pembel ajaran siklus II i ni, hasi lnya sudah memenuhi indikator keberhasilan peserta didik yaitu dengan persentase ketuntasan belajar pada siklus II ini adalah 100% dengan nilai rata-rata kelas 87,6. Hasil ini sudah memenuhi indikator yang ditentukan yakni nilai rata-rata 8.0 dan ketuntasan belajar klasikal 85 %. Maka pembelajaran berhenti pada siklus II ini.

Kolaborator
Kolaborasi (kerjasama) dalam PTK antara guru dengan peneliti menjadi hal penting terutama dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action). Melalui kerjasama, mereka secara bersama mengali dan mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi guru dan peserta didik d sekolah. Dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tndakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan.

Sebagai penel itian yang bersifat kolaboratif, kedudukan antara penel iti dan guru mempunyai peran yang saling membutuhkan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan. Peran kerjasama sangat menentukan keberhasilan PTK terutama pada kegiatan mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melakukan tindakan, observasi, merekam data, evaluasi, refleksi, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan akhir.
Adapun kerjasama di sini berupa sudut pandang dari kolaborator dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu, peneliti memerlukan kolaborator yang dapat memberkan masukan-masukan dem tercapainya tujuan penelitian.
Yang menjadi kolaborator di sini adalah guru mata pelajaran PAI kelas VI SD Negeri ………..
E. Metode Pengumpulan Data
1. Sumber data
Data utama penelitian ini bersumber dari peserta didik dan guru ketika proses pembelajaran dan setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pelajaran PAI pokok bahasan mengenal puasa wajib pada kelas VI SD Negeri …………..
2. Jenis data
a. Kualitatif:
– Data tentang pelaksanaan pembelajaran oleh guru
– Data tentang hasil wawancara guru dan peserta didik
b. Kuantitatif:
– Data tentang hasil evaluasi belajar peserta didik
– Data tentang hasil angket peserta didik
– Data tentang aktivitas peserta didik

D.CONTOH LENGKAP DOANLOAD PTK PAI SD
3. Cara pengambilan data
Dalam penelitian ini jenis-jenis data di atas diambil dengan cara menggunakan beberapa metode, yaitu:
a. Metode Tes
Adalah seperangkat rangsangan (stimulasi) yang mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.
Metode tes ini digunakan untuk mengetahui skor nilai melalui angka yang diberikan kepada peserta didik dengan kriteria-kriteria penskoran sebagaimana telah tertulis. Dan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam hal pembelajaran PAI dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
b. Metode Wawancara
Adalah “Metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan berdasarkan kepada tujuan penyel i di kan.”
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang tanggapan siswa dan guru terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan menggunakan lembar wawancara.

c. Metode Observasi
Metode observasi adalah sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti.88 Dalam arti luas yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap obyek, baik secara langsung maupun tidak langsung, sengaja maupun tidak sengaja, dan semua dicatat dalam kegiatan observasi yang terencana secara fleksibel dan terbuka.
Metode ini digunakan untuk menggali data tentang situasi atau kondisi kelas pada saat pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berlangsung, metode ini diambil dengan menggunakan lembar observasi.
d. Metode Dokumentasi
Metode pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambi lan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen, yang arti nya barang-barang tertulis seperti buku, majalah, dokumen, notulen, dan lain-lain.

Metode ini digunakan untuk memperoleh dokumen-dokumen yang terkait dan menunjang dalam penelitian ini. Seperti, data-data tentang peserta didik dan data prestasi belajar mata pelajaran PAI peserta didik kelas VI SD Negeri ….
e. Metode Angket (Kuesioner)
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Salah satu model skala pengukuran sikap yang menyangkut sikap mental atau sikap kehendak untuk melakukan sesuatu pekerjaan ini adalah skala likert. Skala ini memuat seperangkat item, yang semuanya ditata kira-kira mempunyai nilai sikap yang sama dan setiap subyek diminta merespon secara berjenjang dari tingkat sangat setuju sampai tingkat sangat tidak setuju.

Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi atau data mengenai tanggapan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran PAI dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament).
Dalam metode angket, peserta didi k mengisi daftar pertanyaan yang sudah disiapkan oleh peneliti setelah siklus akhir. Dan angket ini digunakan untuk alat pengukuran sikap/afektif peserta didik.
F. Teknik Analisis Data

a. Pengambilan Data
Untuk menganalisis data yang telah terkumpul, dilakukan analisis hasi l yang telah di capai peserta didi k dalam lembar observasi, kuesioner, interview, dan tes evaluasi. Data observasi penelitian diberikan dengan pemberian nil ai berupa angka yang di kategori kan dengan kurang, cukup, baik, dan sangat baik. Pada tindakan setiap siklus masing-masing 2 kali pertemuan untuk satu siklus, kemudian diberi perlakuan kegiatan yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan ref leksi.
b. Hasil Observasi
Hasil observasi proses pembelajaran adalah dengan menghitung jumlah skor pengamatan dengan teknik dan kriteria sebagai berikut:
a. Lembar observasi psikomotorik peserta didik
Untuk mengetahui tentang kemampuan psikomotorik peserta didik dalam mengikuti proses KBM, maka penulis membuat 4 aspek pengamatan yang meliputi: kemampuan menyampaikan informasi, kemampuan memberi kan pendapat/ ide, kemampuan mengajukan pertanyaan, kemampuan mengajukan argumentasi. Kemudian data yang diperoleh dianalisis pada instrumen lembar observasi dengan menggunakan teknik deskri ptif melalui persentase. Adapun perhitungan persentase keaktifan peserta didik adalah:
Porsentase (%) = Jumlah skor yang diperoleh x 100 %
Skor maksimal

Indikator keberhasilan psikomotorik peserta didik :
80 – 100  : Sangat baik
66 – 79  : Baik
56- 65  : Cukup
40- 55  : Kurang
30- 39 : Gagal

Lembar observasi tentang pelaksanaan pembelajaran oleh guru
Untuk mengetahui tentang pelaksanaan pembelajaran oleh guru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, maka penulis membuat 4 aspek pengamatan yang meliputi: apersepsi, penyampaian materi pokok, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, menutup pelajaran. Kemudian data yang diperoleh dianalisis pada instrumen lembar observasi dengan menggunakan teknik deskriptif melalui persentase. Adapun rumus persentase dan indikator keberhasilannya adalah:
Porsentase (%) = Jumlah skor yang diperoleh % ×100%
Skor maksimal
Indikator keberhasilan pelaksanaan pembelajaran guru: 80 – 100 : Sangat baik
66 – 79 : Baik
56- 65 : Cukup
40- 55 : Kurang
30- 39 : Gagal

Tes evaluasi & kuis TGT
Penilaian aspek kognitif peserta didik diambil melalui tes evaluasi peserta didik dan kuis TGT pada akhir pembelajaran siklus. Dari data hasil tes dan hasil kuis TGT peserta didik pada tiap siklus akan diketahui hasil persentase ketuntasan belajar peserta didik.
3. Hasil Evaluasi per Siklus Peserta Didik

Hasi l eval uasi siklus tiap peserta di di k di perol eh dari nil ai tes akhi r siklus yang berupa tes berbentuk multiple choice (Pi li han Ganda) dan nilai kuis TGT. Sistem skoring pada tes formatif yang berupa pilihan ganda yaitu:
Alternatif jawaban benar dengan skor 2
Alternatif jawaban salah dengan skor 0
Sedangkan sistem skoring kuis TGT pada siklus I dan II yang berupa essay yaitu :

Kemudian dari data yang telah diperoleh dapat dianalisis nilai ketuntasan individu, ketuntasan klasikal, dan nilai perkembangan peserta didik setelah adanya tindakan.
Ketuntasan Individu
Ketuntasan belajar individu dihitung dengan menggunakan analisis deskriptif persentase, yaitu:
Porsentase (%) = Jumlah skor yang diperoleh ×100%
Skor maksimal
Indikator keberhasi lan peserta didik dikatakan tuntas belajar jika peserta didik memperoleh nilai yang sesuai dengan KKM yang telah ditentukan yaitu 68.

Ketuntasan Klasikal
Ketuntasan klasikal dihitung dengan menggunakan analisis deskriptif persentase, yaitu:
Porsentase (%) = Jumlah siswa tuntas belajar ×100%
Jumlah seluruh siswa
Indikator keberhasilan ketuntasan belajar klasikal ditentukan jika rata-rata kelas memperoleh di atas nilai KKM dan minimal 85% dari jumlah peserta didik mendapat nilai minimal 68.
4. Hasil Kuesioner (angket) Peserta Didik
Angket dalam penelitian ini berisi tentang tanggapan dan sikap peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) pada materi pokok mengenal puasa wajib serta dalam pembelajaran konsep tersebut selama penelitian. Penskoran angket dalam penelitian ini menggunakan sistem scoring yaitu sistem berjenjang atau bobot pilihan bertingkat. Bobot masing-masing ti ngkat ditentukan oleh peneliti, yaitu:

Tabel 2.2
Kriteria Penentuan Nilai Perkembangan Peserta Didik
Kriteria Nilai Perkembangan

DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari, Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar), Bandung: PT. Alfabeta, 2009.
Arikunto, Suharsi mi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002.
, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008, Cet.7.
, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.
Baharuddin, Psikologi Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010, cet. 3
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009.
Bahri Dj, Syaiful, Psikologi Belajar, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2002.
Basrowi, dkk, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, Bogor: PT.Ghalia Indonesia, 2008.
Bukhori, Imam, Shahih Bukhori, Beirut : Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1992, juz 1.
B. Uno, Hamzah, Model Pembelajaran Menciptakan PBM yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Chabib Toha dan Abdul Mu`ti, PBM PAI di Sekolah, …….: FT. IAIN Walisongo, 1998.
DEPAG RI, KTSP PAI Pada Sekolah Dasar, Jakarta: Depag RI, 2006.
, Metodologi PAI, Jakarta: DEPAG RI, 2001.
, Pedoman Umum PAI di Sekolah Umum, Jakarta: DEPAG RI, 2003.
, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional, Jakarta: DEPAG RI, 2005.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1999.
Dokumen SD Negeri Taranggi Tahun Pelajaran 2015 / 2016
E. M ulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.
E. Slavin, Robert, Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik, terj. Lita, Bandung: Nusa Media, 2008.
, Cooperative Learning Theory, Research, and Practice, London: Allyn and Bacon, 1995, 2nd Ed.
Farichi, Achmad dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk SD Kelas 5, …….: Yudhistira, 2007.
Faridl, M iftah, Puasa Ibadah Kaya Makna, Jakarta: Gema Insani, 2007.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research I, Yogyakarta: Yasbit Fakultas Psikologi UGM, 1983.
Hamali k, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, 2006.
Hasan, Karnadi, “Riset Tindakan (Action Research) Untuk Mahasiswa”, Makalah Seminar Pelatihan Penulisan Skripsi, …….: IAIN Walisongo, 2009.
Hasan, M. Ali, Tuntunan Puasa dan Zakat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), Cet. 2.
Hornby, AS, Oxford Advanced Learner`s Dictionary of Current English, New York: Oxford Univercity Press, 2000.
I .Arends, Richard, Learning To Teach, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, terj. Helly, Cet. 1
Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, Cet.
Kartika, Ratih, (4201402032), “Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT dengan Media Permainan Kuis Cepat Tepat Menggunakan Smart Mathematics Board terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran di kelas VIIII´, Skripsi S1 UNNES ……., …….: Perpustakaan UNNES, 2007.
Lie, Anita, Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana, 2005, Cet.4.
L.Silbermen, Melvin, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Bandung: Nusa Media dan Nuansa, 2006, terj. Sarjuli.
Mahmuddin, Desember 23, 2009, http://www.google.com//Strategi
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games-Tournament (TGT).html.
Didownload 8 Januari 2010, 09.30 WI B.
Malik, Jamaludin, (3104301), “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Pelajaran Qur`a Hadits Pokok Bahasan Hukum Nun Sukun atau Tanwin dengan Active Learing Tipe Jigsaw Pada kelas VIII E Semester 1 MTs Al-Asror …….´, Skripsi S1 IAIN Walisongo ……., …….: Perpustakaan F.T IAIN Walisongo, 2009.
M uhai mi n, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.
Muslich, Masnur, Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) Itu Mudah, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, Cet. 3.
Nasirudin, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, …….: Tarbiyah Press, 2008, Cet. 4.
Nasution, Diktat Asas-asas Mengajar, Bandung: Jemmais, 1982

Terima kasih telah berkunjung di Musiyanto Blog yang membahas PTK PAI SD KELAS VI ini dapat membantu Anda dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan cara mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.