CONTOH LENGKAP PTK PENJAS SD KELAS IV-Pelaksanaan pendidikan jasmani merupakan sebuah investasi jangka panjang dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia. Sarana dan prasarana merupakan salah satu bagian yang strategis dalam pencapaian tujuan. Latar belakang permasalahan penelitian tindakan kelas ini adalah ketidak berhaasilan suatu pembelajaran tolak peluru, dikarenakan kurangnya sarana prasarana. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui sejauh mana media modifikasi bola plastik bisa meningkatkan minat belajar tolak peluru di kelas IV SDN ...............
Obyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN .......... dengan jumlah 19 siswa. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif.Hasil tes tolak peluru menggunakan media bola plastik Berdasarkan observasi pada siklus II dapat dikatakan telah mencapai peningkatan dibandingkan dengan siklus I. pada aspek afektif diperoleh perilaku siswa yang cukup baik dan baik sebanyak 100%, pada aspek kognitif diperoleh siswa denga kategori cukup baik dan baik sebesar 100% dan pada aspek psikomotor juga diperolehsiswa dengan kriteria cukup baik dan baik sebanyak 100%. Hal ini berarti perilaku siswa dalam siklus II telah mencapai tingkat yang ideal yaitu lebih dari 85% dari seluruh siswa.
Pembelajaran tolak peluru dengan menggunakan media bola plastik mampu meningkatkan keterampilan siswa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan persentase rata-rata hasil penilaian pemahaman siswa (kognitif) selama siklus I dan siklus II. Pada siklus I rata-rata persentase mencapai 64% (baik). Pada siklus II persentase rata-rata mencapai 82% (baik). Kriteria peningkatan rendah (low gain). Hasil pengamatan psikomotor selama siklus I dan siklus II juga mengalami peningkatan. Pada siklus I persentase rata-ratanya mencapai 55.% (baik). Pada siklus II, persentase rata-ratanya meningkat menjadi 82% (baik). Kriteria peningkatan unjuk kerja psikomotor adalah rendah (low gain). Hasil pengamatan afektif selama siklus I dan siklus II juga mengalami peningkatan. Pada siklus I rata-rata presentase mencapai 73% (baik). Pada siklus II prensentase rata-rata mencapai 86.50% (baik). Kriteria peningkatan pengamatan afektif adalah rendah (low gain). Hasil penilaian tanggapan/respon siswa selama siklus I dan siklus II juga mengalami peningkatan. Pada siklus I rata-rata presentase mencapai 85.33% (baik). Pada siklus II presentase rata-rata mencapai 89.08% (baik).
Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas Mapel PENJAS SD KELAS IV yang diberi judul “Peningkatan Pembelajaran Tolak Peluru Menggunakan Media Bola Plastik Pada Siswa Kelas Iv Sdn …….” untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam kenaikan tingkat dari IV a ke IV b. Disini akan di bahas lengkap.
PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan file PTK PENJAS SD Kelas IV lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 – BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke 0817-283-4988 dengan Format PESAN PTK 004 SD).
Obyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN .......... dengan jumlah 19 siswa. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif.Hasil tes tolak peluru menggunakan media bola plastik Berdasarkan observasi pada siklus II dapat dikatakan telah mencapai peningkatan dibandingkan dengan siklus I. pada aspek afektif diperoleh perilaku siswa yang cukup baik dan baik sebanyak 100%, pada aspek kognitif diperoleh siswa denga kategori cukup baik dan baik sebesar 100% dan pada aspek psikomotor juga diperolehsiswa dengan kriteria cukup baik dan baik sebanyak 100%. Hal ini berarti perilaku siswa dalam siklus II telah mencapai tingkat yang ideal yaitu lebih dari 85% dari seluruh siswa.
Pembelajaran tolak peluru dengan menggunakan media bola plastik mampu meningkatkan keterampilan siswa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan persentase rata-rata hasil penilaian pemahaman siswa (kognitif) selama siklus I dan siklus II. Pada siklus I rata-rata persentase mencapai 64% (baik). Pada siklus II persentase rata-rata mencapai 82% (baik). Kriteria peningkatan rendah (low gain). Hasil pengamatan psikomotor selama siklus I dan siklus II juga mengalami peningkatan. Pada siklus I persentase rata-ratanya mencapai 55.% (baik). Pada siklus II, persentase rata-ratanya meningkat menjadi 82% (baik). Kriteria peningkatan unjuk kerja psikomotor adalah rendah (low gain). Hasil pengamatan afektif selama siklus I dan siklus II juga mengalami peningkatan. Pada siklus I rata-rata presentase mencapai 73% (baik). Pada siklus II prensentase rata-rata mencapai 86.50% (baik). Kriteria peningkatan pengamatan afektif adalah rendah (low gain). Hasil penilaian tanggapan/respon siswa selama siklus I dan siklus II juga mengalami peningkatan. Pada siklus I rata-rata presentase mencapai 85.33% (baik). Pada siklus II presentase rata-rata mencapai 89.08% (baik).
Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas Mapel PENJAS SD KELAS IV yang diberi judul “Peningkatan Pembelajaran Tolak Peluru Menggunakan Media Bola Plastik Pada Siswa Kelas Iv Sdn …….” untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam kenaikan tingkat dari IV a ke IV b. Disini akan di bahas lengkap.
PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan file PTK PENJAS SD Kelas IV lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 – BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke 0817-283-4988 dengan Format PESAN PTK 004 SD).
A.CONTOH PTK PENJAS SD KELAS IV DOC.
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga merupakan sebuah inventasi jangka panjang dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia, oleh karena itu jasmani dan olahraga terus ditingkatkan dan dilakukan dengan kesabaran dan keikhlasan. Cabang – cabang olahraga kebugaran, atletik, permainan, senam, renang dan lain – lain.
Sarana prasarana merupakan salah satu bagian yang strategis dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, lengkap dan tidak lengkapnya sarana prasarana pembelajaran turut mempengaruhi maksimal dan tidak maksimalnya ketercapaian tujuan pembelajaran. Sarana yang lengkap bisa memudahkan guru untuk mengejar target-target tertentu yang menjadi tujuan pembelajaranya. Begitu sebaliknya, sarana yang tidak lengkap akan menyulitkan bagi guru dalam mencapai target-target tujuan pembelajaranya.ptk penjaskes sd kelas 1-6
Ini pula yang terjadi pada pembelajaran Tolak Peluru di SDN ….., Kondisi nyata di sekolah, media peluru hanya tersedia 2 buah, 1 peluru untuk putri dan 1 peluru untuk putra. Sementara rata-rata siswa di SDN ……………. berjumlah 20 – 30 orang siswa perkelas, jadi komparasi antara jumlah peluru dan jumlah siswa adalah 1 : 17 putra/putri. Jelas dari gambaran tersebut bahwa proses pembelajaran Tolak Peluru menjadi tidak efektif, dan akibatnya bahwa target kurikulum menjadi sangat rendah..
Situasi dan kondisi ini sudah berjalan cukup lama dan sekolah sampai detik ini belum bisa memenuhi sarana peluru tersebut sampai batas yang cukup memadai atau kondisi ideal, misalnya dengan perbandingan 1 : 2 ( 1 peluru untuk 2 orang ). Hal ini bisa dimengerti, karena sekolah mempunyai kebutuhan yang sangat banyak dan hampir semuanya mempunyai tingkat urgensitas yang tinggi untuk di penuhi oleh sekolah. ptk penjas sd lengkap menuntut sekolah untuk menyediakan Peluru sesuai dengan kondisi ideal, merupakan suatu yang tidak realistis dan lebih jauhnya bisa menimbulkan gejolak dan iklim yang tidak kondusif di sekolah.
2.Contoh PTK Penjas SD
Oleh karena itu perlu sebuah pemecahan masalah yang sederhana dan bisa dilakukan oleh guru. Melihat permasalahan di atas, maka satu pemikiran yang muncul adalah bahwa perlu adanya sebuah media alternatif modifikatif untuk mengganti peluru yang memang cukup mahal.ptk penjaskes sd kelas 4
Media alternatif modifikatif tersebut harus bersifat bisa mewakili karakteristik peluru, murah, banyak tersedia atau mudah di dapat.
Dari beberapa kriteria media alternatif modifikatif untuk mengganti peluru tersebut nampaknya bola plastik bisa dijadikan media alternatif modifikatif untuk mengganti peluru. Dari segi bentuk, jelas ada kemiripan dengan bentuk peluru, dari segi ketersediaan dan harga, maka bola plastik sangat mudah sekali di dapat di pasar-pasar tradisional dengan harga sangat murah.
Dari permasalahan tersebut di atas maka penulis menentukan judul Penelitian Tindakan Kelas dengan judul sebagai berikut;”PENINGKATAN PEMBELAJARAN TOLAK PELURU MENGGUNAKAN MEDIA BOLA PLASTIK PADA SISWA KELAS IV SDN …………………………….”
1.2 Pembatasan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah tersebut diatas,maka penulis dapat mengidentifikasi masalah tersebut sebagai berikut :
1. Apakah metode mengajar menentukan keberhasilan proses belajar mengajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di Sekolah ?
2. Sejauhmana manfaat metode mengajar dalam peningkatan hasil belajar tolak peluru siswa pada saat proses belajar mengajar ?
3. Apakah penggunaan bola modifikasi berperan dalam proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tolak peluru ?
4. Apakah penggunaan bola plastik dapat meningkatkan efektifitas siswa dalam pembelajaran tolak peluru pada siswa kelas IV SDN Belawa Rahmat Kecamatan Dapurang
5. Sejauhmana manfaat penggunaan bola plastik dalam peningkatan hasil belajar tolak peluru siswa kelas IV SDN Belawa Rahmat
3.Download Contoh Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penjaskes SD/MI
1.3 Perumusan Masalah
a) Dari latar belakang masalah diatas maka rumusan yang akan diajukan adalah: Apakah media modifikasi bola plastik bisa meningkatkan pembelajaran tolak peluru di kelas IV SDN Belawa Rahmat
b) Pertanyaan penelitian
• Sejauhmana aktifitas siswa kelas IV dalam belajar tolak peluru?
• Sejauhmana aktifitas guru dalam mengajar tolak peluru.?
• Sejauhmana hasil belajar tolak peluru yang dilakukan siswa dengan modifikasi bola plastik?
• Sejauhmana respon siswa terhadap pembelajaran tolak peluru dengan media bola plastik?
1.4. Tujuan Umum Dan Tujuan Khusus
1. Tujuan umum dari penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk mengetahui sejauh mana media modifikasi bola plastik bisa meningkatkan minat belajar tolak peluru di kelas IV SDN Belawa Rahmat
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui sejauhmana aktifitas siswa dalam belajar tolak peluru.
b. Untuk mengetahui sejauhmana aktifitas guru dalam mengajar tolak peluru.
c. Untuk mengetahui sejauhmana respon siswa terhadap pembelajaran tolak peluru dengan media bola plastik.
d. Untuk mengetahui sejauhmana hasil belajar tolak peluru yang dilakukan siswa dengan modifikasi bola plastik.
1.5 Manfaat Penelitian
a. Manfaat bagi siswa
Siswa lebih partisipatif dalam proses pembelajaran tolak peluru.
b. Manfaat bagi guru
Selain menambah pengalaman dalam menggunakan media belajar yang dimodifikasi juga membuat pengajaran tolak peluru menjadi lebih menyenangkan.
c. Bagi sekolah
Adanya peningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran yang berakibat terhadap kualitas siswa dan guru,sehingga pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas sekolah secara keseluruhan.
1.6 Pemecahan Masalah
Dari permasalahan tersebut diatas,sesungguhnya ada beberapa alternatif tindakan agar proses pembelajaran tolak pluru dikelas IV bisa menjadi lebih baik,diantaranya:
a. Media modifikasi bola plastik
b. Dengan bentuk formasi pembelajaran yang variatif
c. Penyediaan peluru yang memadai dari sekolah.
Maka dari beberapa alternatif pemecahan masalah belajar tolak peluru tersebut,prioritas pemecahan masalah yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan dalam pembelajaran tolak peluru di kelas IV dengan cepat dan mudah adalah dengan menggunakan media modifikasi bola plastik dalam proses pembelajaran tolak peluru.
B.DOWNLOAD CONTOH PTK PENJASKES SD LENGKAP DOC
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktifitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada proses pembelajaran. Apakah pembelajaran itu ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya di kemukakan sebuah definisi dari pembelajaran “ Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman indvidu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya “ (Muhamad Surya:2004). Menurut Muhamad Surya (2004) lebih lanjut bahwa ada beberapa prinsip yang menjadi landasan pengertian tersebut di atas ialah :
Pertama, pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Prinsip ini mengandung makna bahwa ciri utama proses pembelajaran itu adalah adanya perubahan perilaku dalam diri individu. Artinya seseorang telah mengalami pembelajaran akan berubah perilakunya. Tetapi tidak semua perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran. Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (a) perubahan yang disadari, artinya individu yang melakukan proses pembelajaran menyadari bahwa pengetahuan, keterampilan, dan ia lebih yakin terhadap dirinya. (b). Perubahan bersifat kontinyu (berkesinambungan) Artinya suatu perubahan yang terjadi, menyebebkan terjadinya perubahan perilaku yang lain. (c). Perubahan bersifat fungsional, artinya perubahan yang telah diperoleh sebagai hasil pembelajaran memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan. (d) perubahan bersifat positif, artinya terjadi adanya pertambahan perubahan dalam diri individu (e) Perubahan yang bersifat aktif, artinya perubahan itu terjadi dengan sendirinya, akan tetapi memlalui aktifitas individu. (f). Perubahan yang bersifat permanen (menenetap) , artinya perubahan yang terjadi sebagai hasil pembelajaran akan berada secara kekal dalam diri individu, setidak-tidaknya untuk masa tertentu. (g). Perubahan yang bertujuan dan terarah, artinya perubahan itu terjadi karena ada sesuatu yang akan dicapai.
Kedua, Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan. Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Ketiga, pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ketiga ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu merupakan suatu aktifitas yang berkesinambungan.
Keempat, proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan ada sesuatu tujuan yang akan dicapai. Prinsip ini mengandung makna bahwa aktifitas pembelajaran itu terjadi karena adanya kebutuhan yang harus dipuaskan, dan adanya tujuan yang ingin dicapai.
Kelima, pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah kehidupan melalui situasi yang nyata dengan tujuan tertentu.
2.2. Media Belajar
Media berasal dari bahasa Latin merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti, perantara atau pengantar, yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli yang dikutip Sudrajat memberikan definisi tentang media pembelajaran diantaranya, schram (1997) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Jadi kesimpulannya adalah bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Dalam kaitannya dengan efektifitas belajar Brown (1973) yang juga dikutip Sudrajat mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi tehadap efektifitas pembelajaran.
Lebih lanjut Sudrajat (2007) menuliskan tentang beberapa fungsi media diantaranya : (1). Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh peserta didik tentang suatu objek, disebabkan : (a). objek terlalu besar; (b). objek terlalu kecil; (c). objek yang bergerak terlalu lambat; (d). objek yang bergerak terlalu cepat; (e). objek yang terlalu komplek; (f). objek yang bunyinya terlalu halus; (g). objek mangandung logam dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua objek dapat disajikan kepada peserta didik. (2). Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya; (3). Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar; (4). Media memberikan pengalaman menyeluruh dari yang konkrit sampai yang abstrak.
Media pembelajaran sangat beraneka ragam. Dalam memilih media pembelajaran terdapat beberapa factor yang harus dipertimbangkan diantaranya adalah :
1. Jenis kemampuan yang akan dicapai sesuai dengan tujuan
Jika akan memilih media pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai.
2. Kegunaan dari berbagai jenis media pembelajaran itu sendiri.
Setiap jenis media pembelajaran mempunyai nilai kegunaan sendiri-sendiri. Hal ini harus dijadikan bahan pertimbangan dalam jenis memilih media pembelajaran yang digunakan
3. Kemampuan guru menggunakan suatu jenis media pembelajaran
Betapapun tingginya nilai kegunaan media pembelajaran, tidak akan memberi manfaat sedikitpun di tangan orang yang tidak mampu menggunakan media pembelajaran.
4. Fleksibilitas (lentur), tahan lama dan kenyamanan media pembelajaran Dalam memilih media pembelajaran harus dipertimbangkan kelenturan, dalam arti dapat digunakan dalam berbagai situasi, juga harus tahan lama, untuk menghemat biaya, dan digunakanpun tidak berbahaya. Keefektifan suatu media pembelajaran dibandingkan dengan media pembelajaran lain untuk digunakan dalam pembelajaran suatu materi pembelajaran tertentu.
2.3 Tolak Peluru
Tolak peluru adalah salah satu nomor cabang atletik. Atlet tolak peluru melemparkan bola besi yang berat sejauh mungkin. Berat peluru:
- Untuk senior putra = 7.257 kg
- Untuk senior putri = 4 kg
- Untuk yunior putra = 5 kg
- Untuk yunior putri = 3 kg
Meskipun termasuk dalam nomor lempar, namun istilah “lempar peluru” adalah kurang tepat. Karena pada kenyataannya peluru itu tidak boleh dilemparkan, tetapi harus ditolak atau didorong dari bahu. Bagaimana cara menolak peluru yang betul, hal ini perlu dipahami tentang analisis gerakan melakukan tolak peluru, menyangkut masalah teknik menolak peluru secara keseluruhan.
Dalam tolak peluru teknik-teknik yang harus diperhatikan adalah cara memegang peluru, meletakkan peluru di bahu, sikap menolak, gerakan menolak, sikap setelah menolak, dan awalan dalam tolak peluru.
2.3.1 Cara memegang peluru
Ada tiga macam cara memegang peluru :
1. Peluru diletakkan tepat pada dataran telapak tangan, ibu jari dan keempat jari lainnya merenggang seenaknya (wajar dan rileks). Cara ini sangat mudah, tetapi kurang menguntungkan, karena saat menolak pergelangan tangan dan jari-jari kurang berfungsi untuk melecutkan peluru.
2. Seperti cara pertama, tetapi peluru agak digeser ke atas sehingga titik berat peluru terasa berada pada ujung telapak tangan, yaitu kira-kira pada pangkal jari telunjuk, jari tengah dan jari manis. Ibu jari menahan dan sedikit menekan pada peluru, sedangkan jari kelingking menahan secara wajar saja. Cara ini lebih baik dari pada cara yang pertama, karena pergelangan tangan dan jari¬jari akan ikut berfungsi melakukan lecutan saat peluru ditolakkan (Bagi pemula termasuk anak-anak sekolah sangat sesuai memakai cara ini ).
Cara memegang peluruu Gambar 22 .1
3. Seperti cara yang kedua, tetapi peluru lebih digeser ke atas lagi, sehingga titik berat peluru berada pada ruas-ruas jari teluu njuk, jari tengah dan jari manis. Cara ini sebenarnyaa paling menguntungkan, karena jari-jari dan pergelangan tangan lebih banyak berfungsi untuk melecuutkan peluru. Tetapi cara ini hanya sesuai bagi atlet-atlet yang jari-jari tangannya kokoh-kuat.
2.3.2 Cara meletakkann peluru di bahu
Sebenarnya peluru itu tidak benar-benar diletakkan di atas bahuu (pundak), tetapi agak turun ke depan melekat pada pangkal leher. Bagian peluru yang terletak antara ibu jari dan jari telunjuk sedikit melekat pada tulang selangka (clavicula) sedang peluru bagian atas menempel pada pangkal dagu (rahang bawah). Pada posisi itu siku dibuka tidak lebih dari 90°.
Gambar 2.2 Cara meletakkan peluru di bahu
2.3.3. Sikap menolak
Sikapp atau posisi badan saat akan menolakkan peluru adalah sebagai berikut :
1. Peluru dipegang dan diletakkan di pangkal leher seperti tersebut di atas.
2. Berdiri di dalam lingkaran agak membelakangi sasaran. Tungkai kiri dijulurkan ke belakang hampir lurus dann rileks serta berpijak pada ujung kaki. Posisi kaki kiri ini sedikit bergeser ke kiri dari garis tengah arah tolakan (kalau ada balok penahan, kaki kiri ini hampir menempel pada bidang dalam balok penahan).
3. Kaki kanan bertumpu dengan seluruh tapak kaki pada pusat lingkaran. Jarak antara tumit kanan dan ujung kaki kiri sekitar 3 kaki. Dalam posisi ini jari-jari kaki kiri berada pada satu garis lurus dengan tumit kanan, atau dapat pula lebih ke belakang/kiri sedikit.
4. Lutut kanan ditekuk sedemikian rupa sehingga lutut ini kira-kira berada dalam satu garis vertikal dengan ujung jari kanan.
5. Tangan/lengan kiri diangkat rileks ke depan atas.
6. Dari posisi badan seperti tersebut di atas, badan segera ditundukkan dengan disertai sedikit putar ke kanan, sehingga punggung, tengkuk dan tungkai belakang (kiri) merupakan satu garis miring hampir lurus. Dagu (letak peluru), lutut kanan dan ujung jari kaki kanan berada dalam satu garis vertikal, atau letak peluru agak ke belakang. Sebagian besar berat badan bertumpu pada kaki kanan.
7. Lengan kiri menggantung/menjulur ke depan agak lurus dan rileks.
8. Kepala rileks, pandangan mengarah ke bawah-depan. Dalam posisi menolak ini seluruh bagian badan rileks. Selanjutnya diteruskan dengan gerakan menolak.
Gambar 2.3 Menolak pelur tanpa awalan
2.3.4 Gerakk an menolakk
Dari sikap/posisi menolak seperti tersebut di atas, maka :
1. Gerakan menolak diawali dengan menolakkann kaki kanan sekuat¬ kuatnya sampai lutut lurus, sehingga pinggul terdorong ke depan dan agak berputar ke kiri sehingga pinggul menghadap ke depan
2. Saat itu pula bahu diputar ke kiri (lengan dan bahu kiri jangan sampai turun, tetap diangkat kira-kira setinggi kepala), sehingga dada terbuka dan menghadap serong atas-depan. Berat badan mulai pindah ke kiri.
3. Gerakan diteruskan meluruskan kaki kiri dengann kuat, dan saat itu pula lengan kanan diluruskan untuk menolakkan peluru, disertai dengan lecutan pergelangan tangan dan jari-jari (terutama jari; telunjuk, tengahan jari manis).
4. Pada saat (selama) gerakan menolak berlangsung, kedua kaki harus benar-benar lurus serong ke depan dan telapak kaki pada bagian ujungnya masih kontak dengan tanah. Jadi saat menolak tidak dilakukan dengan melompat, dimana kedua kaki sama-sama melayang (lepas dari tanah).
5. Saat menolakkan peluru, sikap kepala dan dada harus tengadah, pandangan tertuju ke arah sasaran.
2.3.5 Gerakan setelah menolak
1. Saat peluru lepas dari tangan, seluruh badan dijulurkan ke depan ke arah sasaran. Demikian pula bahu dan lengan kanan dibiarkan menjulur mengikuti arah/jalannya peluru (follow through).
2. Agar badan tidak terjerumus keluar lingkaran, maka kaki belakang (kanan) harus cepat dilangkahkan ke depan dan berpijak di dekat bekas telapak kaki kiri, yang saat itu pula kaki kiri telah ditarik/diayun ke belakang. Perpindahan kaki belakang ke depan ini juga merupakan gerakan ikutan.
3. Untuk mengerem agar badan tidak jatuh ke depan (keluar lingkaran), hendaknya sesaat kaki kanan melangkah ke depan, lututnya harus segera ditekuk.
4. Sehubungan dengan itu maka pada lapangan/lingkaran tolak peluru terdapat papan/balok penahan, yang berfungsi untuk menahan gerakan kaki agar tidak keluar dari lingkaran. Oleh sebab itu (sesuai dengan peraturan) apabila bagian kaki penolak menyentuh bidang bagian dalam balok penahan, tidak dianggap sebagai suatu pelanggaran (tetapi bila menyentuh/menginjak bidang bagian atas/permukaan hal itu dinyatakan sebagai suatu pelanggaran).
2.3.6 Awalan dalam tolak peluru
Awalan dalam tolak peluru tergantung dari teknik (gaya) yang digunakan. Ada empat macam gaya, yaitu :
1. Gaya depan; sikap permulaan sebelum melakukan awalan posisi badan menghadap ke arah sasaran. Gaya ini kurang efisien, maka sekarang jarang dipakai.
2. Gaya samping; sikap permulaan berdiri miring, sehingga arah tolakan di sebelah samping kiri (bila menolak dengan tangan kanan). Gaya ini masih sering dipakai, terutama bagi atlet pemula termasuk bagi anak-anak sekolah (SMTP, SMTA) dan yang sederajat.
3. Gaya belakang; sikap permulaan badan membelakangi arah tolakan. Gaya inilah yang sampai saat ini banyak dipakai oleh atlet-atlet kenamaan (senior).
4. Gaya putaran lempar cakram; gaya ini hampir sama dengan gaya belakang, hanya saja gerakan kaki tidak seperti gaya belakang, tetapi seperti gerakan kaki pada lempar cakram. Gaya ini paling sulit, sampai saat ini belum begitu banyak yang memakainya.
Dari keempat macam gaya tersebut dua gaya yang akan dibicarakan, yaitu gaya samping dan gaya belakang.
2.3.6.1 Tolak peluru gaya samping
Cara melakukan atau teknik tolak peluru gaya samping adalah sebagai berikut :
1. Peluru siap dipegang (dengan tangan kanan) dan diletakkan pada pangkal leher seperti telah diutarakan terdahulu.
2. Sikap permulaan berdiri miring, arah tolakan di sebelah kiri badan. Lutut kaki kanan agak ditekuk, kaki kiri dijulurkan ke belakng agak lurus dan rileks/lemas berpijak pada ujung kaki. Tangan/lengan kiri diangkat rileks setinggi bahu atau lebih. Berat badan sebagian besar pada kaki kanan. Pandangan ke depan-bawah.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktifitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada proses pembelajaran. Apakah pembelajaran itu ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya di kemukakan sebuah definisi dari pembelajaran “ Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman indvidu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya “ (Muhamad Surya:2004). Menurut Muhamad Surya (2004) lebih lanjut bahwa ada beberapa prinsip yang menjadi landasan pengertian tersebut di atas ialah :
Pertama, pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Prinsip ini mengandung makna bahwa ciri utama proses pembelajaran itu adalah adanya perubahan perilaku dalam diri individu. Artinya seseorang telah mengalami pembelajaran akan berubah perilakunya. Tetapi tidak semua perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran. Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (a) perubahan yang disadari, artinya individu yang melakukan proses pembelajaran menyadari bahwa pengetahuan, keterampilan, dan ia lebih yakin terhadap dirinya. (b). Perubahan bersifat kontinyu (berkesinambungan) Artinya suatu perubahan yang terjadi, menyebebkan terjadinya perubahan perilaku yang lain. (c). Perubahan bersifat fungsional, artinya perubahan yang telah diperoleh sebagai hasil pembelajaran memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan. (d) perubahan bersifat positif, artinya terjadi adanya pertambahan perubahan dalam diri individu (e) Perubahan yang bersifat aktif, artinya perubahan itu terjadi dengan sendirinya, akan tetapi memlalui aktifitas individu. (f). Perubahan yang bersifat permanen (menenetap) , artinya perubahan yang terjadi sebagai hasil pembelajaran akan berada secara kekal dalam diri individu, setidak-tidaknya untuk masa tertentu. (g). Perubahan yang bertujuan dan terarah, artinya perubahan itu terjadi karena ada sesuatu yang akan dicapai.
Kedua, Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan. Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Ketiga, pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ketiga ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu merupakan suatu aktifitas yang berkesinambungan.
Keempat, proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan ada sesuatu tujuan yang akan dicapai. Prinsip ini mengandung makna bahwa aktifitas pembelajaran itu terjadi karena adanya kebutuhan yang harus dipuaskan, dan adanya tujuan yang ingin dicapai.
Kelima, pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah kehidupan melalui situasi yang nyata dengan tujuan tertentu.
2.2. Media Belajar
Media berasal dari bahasa Latin merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti, perantara atau pengantar, yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli yang dikutip Sudrajat memberikan definisi tentang media pembelajaran diantaranya, schram (1997) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Jadi kesimpulannya adalah bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Dalam kaitannya dengan efektifitas belajar Brown (1973) yang juga dikutip Sudrajat mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi tehadap efektifitas pembelajaran.
Lebih lanjut Sudrajat (2007) menuliskan tentang beberapa fungsi media diantaranya : (1). Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh peserta didik tentang suatu objek, disebabkan : (a). objek terlalu besar; (b). objek terlalu kecil; (c). objek yang bergerak terlalu lambat; (d). objek yang bergerak terlalu cepat; (e). objek yang terlalu komplek; (f). objek yang bunyinya terlalu halus; (g). objek mangandung logam dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua objek dapat disajikan kepada peserta didik. (2). Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya; (3). Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar; (4). Media memberikan pengalaman menyeluruh dari yang konkrit sampai yang abstrak.
Media pembelajaran sangat beraneka ragam. Dalam memilih media pembelajaran terdapat beberapa factor yang harus dipertimbangkan diantaranya adalah :
1. Jenis kemampuan yang akan dicapai sesuai dengan tujuan
Jika akan memilih media pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai.
2. Kegunaan dari berbagai jenis media pembelajaran itu sendiri.
Setiap jenis media pembelajaran mempunyai nilai kegunaan sendiri-sendiri. Hal ini harus dijadikan bahan pertimbangan dalam jenis memilih media pembelajaran yang digunakan
3. Kemampuan guru menggunakan suatu jenis media pembelajaran
Betapapun tingginya nilai kegunaan media pembelajaran, tidak akan memberi manfaat sedikitpun di tangan orang yang tidak mampu menggunakan media pembelajaran.
4. Fleksibilitas (lentur), tahan lama dan kenyamanan media pembelajaran Dalam memilih media pembelajaran harus dipertimbangkan kelenturan, dalam arti dapat digunakan dalam berbagai situasi, juga harus tahan lama, untuk menghemat biaya, dan digunakanpun tidak berbahaya. Keefektifan suatu media pembelajaran dibandingkan dengan media pembelajaran lain untuk digunakan dalam pembelajaran suatu materi pembelajaran tertentu.
2.3 Tolak Peluru
Tolak peluru adalah salah satu nomor cabang atletik. Atlet tolak peluru melemparkan bola besi yang berat sejauh mungkin. Berat peluru:
- Untuk senior putra = 7.257 kg
- Untuk senior putri = 4 kg
- Untuk yunior putra = 5 kg
- Untuk yunior putri = 3 kg
Meskipun termasuk dalam nomor lempar, namun istilah “lempar peluru” adalah kurang tepat. Karena pada kenyataannya peluru itu tidak boleh dilemparkan, tetapi harus ditolak atau didorong dari bahu. Bagaimana cara menolak peluru yang betul, hal ini perlu dipahami tentang analisis gerakan melakukan tolak peluru, menyangkut masalah teknik menolak peluru secara keseluruhan.
Dalam tolak peluru teknik-teknik yang harus diperhatikan adalah cara memegang peluru, meletakkan peluru di bahu, sikap menolak, gerakan menolak, sikap setelah menolak, dan awalan dalam tolak peluru.
2.3.1 Cara memegang peluru
Ada tiga macam cara memegang peluru :
1. Peluru diletakkan tepat pada dataran telapak tangan, ibu jari dan keempat jari lainnya merenggang seenaknya (wajar dan rileks). Cara ini sangat mudah, tetapi kurang menguntungkan, karena saat menolak pergelangan tangan dan jari-jari kurang berfungsi untuk melecutkan peluru.
2. Seperti cara pertama, tetapi peluru agak digeser ke atas sehingga titik berat peluru terasa berada pada ujung telapak tangan, yaitu kira-kira pada pangkal jari telunjuk, jari tengah dan jari manis. Ibu jari menahan dan sedikit menekan pada peluru, sedangkan jari kelingking menahan secara wajar saja. Cara ini lebih baik dari pada cara yang pertama, karena pergelangan tangan dan jari¬jari akan ikut berfungsi melakukan lecutan saat peluru ditolakkan (Bagi pemula termasuk anak-anak sekolah sangat sesuai memakai cara ini ).
Cara memegang peluruu Gambar 22 .1
3. Seperti cara yang kedua, tetapi peluru lebih digeser ke atas lagi, sehingga titik berat peluru berada pada ruas-ruas jari teluu njuk, jari tengah dan jari manis. Cara ini sebenarnyaa paling menguntungkan, karena jari-jari dan pergelangan tangan lebih banyak berfungsi untuk melecuutkan peluru. Tetapi cara ini hanya sesuai bagi atlet-atlet yang jari-jari tangannya kokoh-kuat.
2.3.2 Cara meletakkann peluru di bahu
Sebenarnya peluru itu tidak benar-benar diletakkan di atas bahuu (pundak), tetapi agak turun ke depan melekat pada pangkal leher. Bagian peluru yang terletak antara ibu jari dan jari telunjuk sedikit melekat pada tulang selangka (clavicula) sedang peluru bagian atas menempel pada pangkal dagu (rahang bawah). Pada posisi itu siku dibuka tidak lebih dari 90°.
Gambar 2.2 Cara meletakkan peluru di bahu
2.3.3. Sikap menolak
Sikapp atau posisi badan saat akan menolakkan peluru adalah sebagai berikut :
1. Peluru dipegang dan diletakkan di pangkal leher seperti tersebut di atas.
2. Berdiri di dalam lingkaran agak membelakangi sasaran. Tungkai kiri dijulurkan ke belakang hampir lurus dann rileks serta berpijak pada ujung kaki. Posisi kaki kiri ini sedikit bergeser ke kiri dari garis tengah arah tolakan (kalau ada balok penahan, kaki kiri ini hampir menempel pada bidang dalam balok penahan).
3. Kaki kanan bertumpu dengan seluruh tapak kaki pada pusat lingkaran. Jarak antara tumit kanan dan ujung kaki kiri sekitar 3 kaki. Dalam posisi ini jari-jari kaki kiri berada pada satu garis lurus dengan tumit kanan, atau dapat pula lebih ke belakang/kiri sedikit.
4. Lutut kanan ditekuk sedemikian rupa sehingga lutut ini kira-kira berada dalam satu garis vertikal dengan ujung jari kanan.
5. Tangan/lengan kiri diangkat rileks ke depan atas.
6. Dari posisi badan seperti tersebut di atas, badan segera ditundukkan dengan disertai sedikit putar ke kanan, sehingga punggung, tengkuk dan tungkai belakang (kiri) merupakan satu garis miring hampir lurus. Dagu (letak peluru), lutut kanan dan ujung jari kaki kanan berada dalam satu garis vertikal, atau letak peluru agak ke belakang. Sebagian besar berat badan bertumpu pada kaki kanan.
7. Lengan kiri menggantung/menjulur ke depan agak lurus dan rileks.
8. Kepala rileks, pandangan mengarah ke bawah-depan. Dalam posisi menolak ini seluruh bagian badan rileks. Selanjutnya diteruskan dengan gerakan menolak.
Gambar 2.3 Menolak pelur tanpa awalan
2.3.4 Gerakk an menolakk
Dari sikap/posisi menolak seperti tersebut di atas, maka :
1. Gerakan menolak diawali dengan menolakkann kaki kanan sekuat¬ kuatnya sampai lutut lurus, sehingga pinggul terdorong ke depan dan agak berputar ke kiri sehingga pinggul menghadap ke depan
2. Saat itu pula bahu diputar ke kiri (lengan dan bahu kiri jangan sampai turun, tetap diangkat kira-kira setinggi kepala), sehingga dada terbuka dan menghadap serong atas-depan. Berat badan mulai pindah ke kiri.
3. Gerakan diteruskan meluruskan kaki kiri dengann kuat, dan saat itu pula lengan kanan diluruskan untuk menolakkan peluru, disertai dengan lecutan pergelangan tangan dan jari-jari (terutama jari; telunjuk, tengahan jari manis).
4. Pada saat (selama) gerakan menolak berlangsung, kedua kaki harus benar-benar lurus serong ke depan dan telapak kaki pada bagian ujungnya masih kontak dengan tanah. Jadi saat menolak tidak dilakukan dengan melompat, dimana kedua kaki sama-sama melayang (lepas dari tanah).
5. Saat menolakkan peluru, sikap kepala dan dada harus tengadah, pandangan tertuju ke arah sasaran.
2.3.5 Gerakan setelah menolak
1. Saat peluru lepas dari tangan, seluruh badan dijulurkan ke depan ke arah sasaran. Demikian pula bahu dan lengan kanan dibiarkan menjulur mengikuti arah/jalannya peluru (follow through).
2. Agar badan tidak terjerumus keluar lingkaran, maka kaki belakang (kanan) harus cepat dilangkahkan ke depan dan berpijak di dekat bekas telapak kaki kiri, yang saat itu pula kaki kiri telah ditarik/diayun ke belakang. Perpindahan kaki belakang ke depan ini juga merupakan gerakan ikutan.
3. Untuk mengerem agar badan tidak jatuh ke depan (keluar lingkaran), hendaknya sesaat kaki kanan melangkah ke depan, lututnya harus segera ditekuk.
4. Sehubungan dengan itu maka pada lapangan/lingkaran tolak peluru terdapat papan/balok penahan, yang berfungsi untuk menahan gerakan kaki agar tidak keluar dari lingkaran. Oleh sebab itu (sesuai dengan peraturan) apabila bagian kaki penolak menyentuh bidang bagian dalam balok penahan, tidak dianggap sebagai suatu pelanggaran (tetapi bila menyentuh/menginjak bidang bagian atas/permukaan hal itu dinyatakan sebagai suatu pelanggaran).
2.3.6 Awalan dalam tolak peluru
Awalan dalam tolak peluru tergantung dari teknik (gaya) yang digunakan. Ada empat macam gaya, yaitu :
1. Gaya depan; sikap permulaan sebelum melakukan awalan posisi badan menghadap ke arah sasaran. Gaya ini kurang efisien, maka sekarang jarang dipakai.
2. Gaya samping; sikap permulaan berdiri miring, sehingga arah tolakan di sebelah samping kiri (bila menolak dengan tangan kanan). Gaya ini masih sering dipakai, terutama bagi atlet pemula termasuk bagi anak-anak sekolah (SMTP, SMTA) dan yang sederajat.
3. Gaya belakang; sikap permulaan badan membelakangi arah tolakan. Gaya inilah yang sampai saat ini banyak dipakai oleh atlet-atlet kenamaan (senior).
4. Gaya putaran lempar cakram; gaya ini hampir sama dengan gaya belakang, hanya saja gerakan kaki tidak seperti gaya belakang, tetapi seperti gerakan kaki pada lempar cakram. Gaya ini paling sulit, sampai saat ini belum begitu banyak yang memakainya.
Dari keempat macam gaya tersebut dua gaya yang akan dibicarakan, yaitu gaya samping dan gaya belakang.
2.3.6.1 Tolak peluru gaya samping
Cara melakukan atau teknik tolak peluru gaya samping adalah sebagai berikut :
1. Peluru siap dipegang (dengan tangan kanan) dan diletakkan pada pangkal leher seperti telah diutarakan terdahulu.
2. Sikap permulaan berdiri miring, arah tolakan di sebelah kiri badan. Lutut kaki kanan agak ditekuk, kaki kiri dijulurkan ke belakng agak lurus dan rileks/lemas berpijak pada ujung kaki. Tangan/lengan kiri diangkat rileks setinggi bahu atau lebih. Berat badan sebagian besar pada kaki kanan. Pandangan ke depan-bawah.
C.CONTOH PTK PENJAS SD TOLAK PELURU – DOWNLOAD
BAB III.
METODE PENELITIAN
3.1 Subyek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “ Peningkatan pembelajaran tolak peluru menggunakan media bola plastik pada siswa kelas IV SDN Belawa Rahmat kecamatan Dapurang kabupaten Mamuju Utara. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Belawa Rahmat Kec. Dapurang Kabupaten Mamuju Utara, jadi jumlah total 19 orang siswa.
3.2 Obyek Penelitian
1. Bola plastik
Keterangan ;
a. Bola dari plastik yang di isi dengan pasir.
b. Cara pembuatannya sebagai berikut;
1. Bola plastik dengan ukuran kecil seukuran dengan bola sofball
2. Bola disobek dengan pisau
3. Kemudian pasir dimasukkan kedalam bola tersebut
4. Berat bola 1 Kg.
2. Papan bernomor
Keterangan ;
a. Terbuat dari kayu triplek
b. Dengan ukuran 100 cm kali 50 cm
c. Diberi nomor 1 sampai dengan 3
3. Hasil belajar tolak peluru siswa
3.3 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bulan Juni 2006.
3.4 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di SDN Belawa Rahmat Kecamatan Dapurang Kabupaten Mamuju Utara.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data penelitian, dilakukan dengan cara menentukan sumber data terlebih dahulu, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini :
3.6 Rencana Penelitian
Rencana yang disusun untuk penelitian ini , diawali dengan kegiatan studi awal, refleksi awal, pelaksanaan siklus penelitian, dan penarikan kesimpulan.
3.7 Gambaran Umum Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Prosedur atau langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam kegiatan yang berbentuk siklus penelitian. Setiap siklus penelitian terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu, perencanaan, tindakan pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Untuk lebih jelasnya rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.12 Siklus Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
3.7.1 Prosedur penelitian tindakan kelas dalam siklus I terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi, dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Perencanaan
Tahap perencanaan ini berupa rencana kegiatan, yaitu menentukan langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini peneliti mempersiapkan proses pembelajaran dengan langkah-langkah:
1. Silabus
2. Membuat Skenario Pembelajaran atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3. Mempersiapkan materi pelajaran serta fasilitas dan sarana
4. Menyusun lembar observasi
5. Menyusun alat evaluasi
b. Tindakan
Tahap tindakan adalah tahap pelaksanaan perencanaan yang telah disusun oleh peneliti, yaitu dengan melaksanakan rencana pembelajaran yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini dilakukan kegiatan:
1. Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam
2. Guru mengadakan presensi
3. Guru menjelaskan tujuan utama pelajaran dan motivasi belajar
4. Guru memberikan konsep-konsep materi pembelajaran
5. Guru menjelaskan materi dengan menggunakan media bola plastik dalam pembelajaran tolak peluru.
6. Evaluasi
c. Observasi
Observasi dilakukan peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. Melalui lembar observasi, peneliti mengamati tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi
Setelah mengadakan tindakan kelas, peneliti mengadakan refleksi. Hasil refleksi ini digunakan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan pembelajaran penjas, peneliti dapat melakukan revisi terhadap rencana selanjutnya atau rencana awal siklus II. Refleksi siklus I digunakan untuk mengubah strategi dan sebagai perbaikan pembelajaran pada siklus II.PTK PENJASKES DOC LENGKAP
3.7.2 Prosedur tindakan pada Siklus II
Berdasarkan refleksi pada siklus I, maka pada siklus II ini dilakukan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan mulai dari perencanaan sampai refleksi. Proses penelitian pada siklus II sebagai berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan peneliti pada siklus II merupakan penyempurnaan dari perencanaan pada siklus I. Adapun tindakan yang dilakukan adalah:
1. Identifikasi hal-hal yang memerlukan perbaikan berdasarkan hasil observasi siklus I.
2. Menentukan langkah-langkah perbaikan
3. Menyiapkan materi pembelajaran
4. Menyusun pedoman pengamatan pembelajaran (observasi siswa)
5. Tindakan pada siklus II merupakan perbaikan dari siklus I.
6. Tindakan
Tindakan dilakukan dalam tiga tahap yaitu pendahuluan, pelaksanaan, dan penutup.
7. Observasi
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Pada siklus II diharapkan adanya peningkatan hasil pembelajaran dan perubahan perilaku siswa.
8. Refleksi
Refleksi pada siklus II bertujuan untuk merefleksi hasil evaluasi belajar siswa pada siklus I, yaitu dengan menganalisis kembali pembelajaran siklus II untuk menentukan kemajuan yang telah dicapai siswa.doanload ptk sd lengkap doc
3.8 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data berupa hasil penilaian terhadap siswa yang berupa tes kecakapan(psikomotor tes)selain itu dengan lembar observasi dan lembar angket:
1. Silabus
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
3. Instrumen evaluasi
a. Tes psikomotor
1) Awalan
2) Tolakan
3) Sikap akhir
b. Afektif
Teknik dasar ini digunakan untuk mengetahui perilaku siswa selama mengikuti proses pembelajaran yang meliputi :
1) Bertanggung jawab
2) Mau menerima saran teman
3) Memakai seragam
4) Memiliki motivasi
5) kehadiran
c. Kognitif
Tes kognitif digunakan untuk mengetahui respon atau tanggapan siswa terhadap materi pembelajaran tolak peluru.
d. Lembar observasi
e. Angket Tanggapan siswa
Angket tanggapan siswa digunakan untuk mengetahui respon atau tanggapan siswa terhadap materi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang menggunakan bola plastik.
3.9 Analisa Data
Analisa data sangat penting artinya dalam suatu penelitian bersama dengan analisa data nantinya bisa ditarik suatu kesimpulan dari suatu penelitian yang sudah dilakukan. Dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif komparatif. Diperlukan data kuantitatif hasil belajar siswa baik pada kondisi awal, siklus I, maupun siklus II. Dari hasil analisis diskriptif komparatif tersebut kemudian disimpulkan diulas dan ditentukan tindak lanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bahagia, Yoyo.Pengembangan Media Pengajaran Penjaskes. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenral Pendidikan Dasar dan Menengah
Djumidar. Dasar-Dasar Atletik. Jakarta : UnVersitas Terbuka
Hasan, Nur. Penilaian Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Unversitas Terbuka.
Lutan, Rusli. Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Unversitas Terbuka
Riyadi, Tamsir (1 985).P etunjuk Atletik. Cetakan II. Yogyakarta: FPOK-IKIP
Subagyo.dkk. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Unversitas Terbuka
Suwandi, Sarwiji (2009), Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah, PSG Rayon 13 UNS Surakarta.
Syarifuddin, Aip .Azas dan Falsafah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Unversitas Terbuka.
Tamat, Tisnowati dan Mirman, Moekarto (2005), Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, UT. Jakarta.
Tim Abdi Guru. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan . Penerbit Erlangga
Muhamad Surya. (2004). Psikologi Pembelajaran dan pengajaran. Bandung: purtaka Bani Quraisi.
http ://cucuis.blogspot.com/201 0/07/schramm-1997-mengemukakan-bahwa-media.html. Sabtu, 03 Juli 2010
Terima kasih telah berkunjung di Musiyanto Blog yang membahas PTK PENJAS SD KELAS IV ini dapat membantu Anda dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan cara mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.