Jumat, 18 Mei 2018

CONTOH PROPOSAL PTK BK SMP DOC


CONTOH PROPOSAL PTK BK SMP DOC-Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermarthabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk menambangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab, (USPN No 20 tahun 2003).Memperhatikan tujuan pendidikan nasional tersebut, ada beberapa bagian yang menjadi tolak ukur bagi pendidikan di SMP, yaitu agar siswa berilmu, cakap, serta kreatif. Untuk mencapai tolak ukur tersebut perlu adanya kesiapan diri siswa dalam mengikuti proses hingga pencapian hasil secara optimal.
Siswa SMP yang usianya berkisar 12 sampai 15 tahun, berada pada suatu masa kesenjangan antara perkembangan emosional dengan perkembangan intelektual yang cukup signifikan. Artinya pada masa ini siswa mempunyai kemampuan intelektual yang siap dikembangkan sementara perkembangan emosinya mudah dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat mempengaruhi hasil suatu proses.
Emosi merupakan bagian yang sangat penting bagi diri siswa, karena emosi merupakan kecenderungan aspek-aspek kepribadian siswa yang menentukan kesiapan siswa untuk mengikuti suatu proses, Wundt (1832-1920) berpendapat bahwa, emosi menjadi sulit untuk didefenisikan oleh karena sifatnya yang tidak tetap.
Emosi yang satu seringkali menunjukan perubahan fisiologis yang sama dengan jenis emosi yang lain. Seperti perasaan takut dan terkejut ditampilkan dalam perubahan fisiologis yang sama. Demikian juga dengan perasaan sedih dan gembira yang mendalam sama-sama nampak pada perubahan fisiologis berupa menangis.
Lebih jauh Wundt mengemukakan tiga pasang wujud emosi yang dapat diamati melalui perilaku ; (1) lust¬unlust (senang-tidak senang), (2)spannung-losung (tegang-tak tegang), (3) erreggung-beruhigung (semangat-tenang). Setiap keadaan emosional tersebut memberi dampak terhadap upaya menjadikan siswa berilmu, cakap, serta kreatif secara optimal melalui bentuk kegiatan dalam suatu proses.
Esensi dari proses ini adalah terjadinya perilaku belajar pada diri siswa. Hilgard (1981) mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang potensial terhadap situasi tertentu yang diperoleh dari pengalaman yang dilakukan secara berulang-ulang.
Menurut Inger (1980) belajar menjadikan perubahan-perubahan perilaku yang potensial dan tercermin sebagai akibat dari latihan dan pengalaman masa lalu terhadap situasi tugas tertentu. Belajar menurut pendapat ahli lain adalah perubahan tingkah laku atau perubahan kecakapan yang mampu bertahan dalam waktu tertentu dan bukan berasal dari proses pertumbuhan.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku yang relatif permanen sebagai akibat dari latihan atau pengalaman. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar memiliki pengertian yang luas, bisa berupa ketrampilan fisik, verbal, intelektual, maupun sikap. yang oleh Bloom (1955) dikelompokkan ke dalam tiga bagian yaitu; (a)perubahan kognitif, (b)perubahan afektif, (c)peruhan psikomotor.
Perbuahan tingkah laku sebagai akibat dari belajar tersebut tentunya perubahan tingkah laku sebagai mana yang dimaksudkan dalam tujuan pendidikan Nasional Indonesia.
Telah dikemukakan di atas bahwa emosi siswa berusia antara 12 sampai 15 tahun yang cenderung mudah berubah-ubah dapat mempengaruhi pencapaian tujuan belajar, sekalipun siswa tersebut diberi kesempatan yang sama untuk mencapai prestasi yang optimal.  Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa adalah motif berprestasi siswa.
Clifford T. Morgan (Tita Mariana, 2008 ; 84), mengungkapkan bahwa motif adalah sesuatu yang menggerakan atau memacu orang untuk bertingkah laku. Motif berhubungan erat dengan need (kebutuhan), keinginan, drives (dorongan) atau implus dari individu.
Motif diarahkan pada tujuan, baik yang disadari maupun tidak disadari. Motif menyebabkan perilaku individu untuk berbuat atau bertindak dan membantu individu sehingga terjadinya kegiatan untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian motif berprestasi merupakan suatu potensi diri dan sebagai pendorong aktivitas belajar siswa.
 Lebih dipertegas lagi oleh Dadi (2000 ; 72) bahwa dorongan itu datang dari dalam diri individu itu sendiri, yaitu dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif.
Berdasarkan pengamatan serta pelaksanaan tugas konselor yang dijalankan oleh peneliti sebagai guru Bimbingan dan Konseling di kabupaten …………. sejak tahun pelajaran 2006/2007 dan 2007/2008, ditemukan adanya fenomena kecenderungan rendahnya motif berprestasi siswa yang dialami oleh siswa pada sekolah ini. Fenomena tersebut digambarkan melalui perilaku belajar siswa yang tidak konsisten, bahkan hal ini lebih diperburuk lagi dengan kecenderungan menurunnya nilai-nilai tiap bidang studi dari semester ke semester berikutnya.
Banyaknya siswa yang selalu dengan sengaja datang terlambat ke sekolah pada jam-jam awal pelajaran antara 20% s/d 30% perhari. Data kujungan siswa keperpustakaan sekolah yang setiap harinya rata-rata 10%. Siswa melakukan kunjungan ke perpustakaan sekolah dalam skala besar apabila dipaksakan oleh guru piket harian atau guru-guru bidang studi disertai pula dengan sangksi yang secara sengaja dirancang oleh guru untuk memaksakan siswa agar dapat berkunjung ke perpustakaan sekolah.
Guru-guru bidang studi selalu mengeluh baik ke sesama guru dan guru Bimbingan dan Konseling mengenai perilaku tidak serius yang ditunjukkan oleh siswa pada saat kegiatan belajar mengajar (KBM) berlasung di kelas. Pada jam-jam pelajaran apabila guru berhalangan masuk kelas, siswa lebih memilih berkeliaran sambil bermain baik di dalam maupun di luar kelas.
Siswa tidak mampu mengambil inisiatif sendiri untuk memilih perilaku-perilaku positif serta kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan belajar sendiri seperti, membaca, berkunjung ke perpustakaan, atau melapor ke guru piket guna mencari alternatif lain dalam belajar melainkan secara diam-diam siswa merencanakan menunggu hingga jam pelajaran tersebut berakhir tanpa kegitan belajar mengajar. Hampir tiap hari ada sejumlah siswa yang diberi hukuman oleh guru bidang studi karena siswa tidak mengerjakan pekerjaan belajar di rumah (PR).
Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas Mapel BK yang diberi judul  Upaya Untuk Meningkatkan Motif Berprestasi Siswa  Melalui Layanan Bimbingan Belajar Pada Siswa Kelas IX Smp ………...”, untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam kenaikan tingkat dari IV a ke IV b. Disini akan di bahas lengkap.
PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan file PTK BK KELAS IX SMP lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DIEDIT dari BAB 1 – BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke 08172834988 dengan Format PESAN PTK 003 SMP)

1.DOWNLOAD LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS BK …

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah
Ada siswa yang dengan mudah dan tenang dalam belajar, ada siswa yang kurang tenang bahkan sulit menangkap materi yang diajarkan oleh guru bahkan sering tidak memiliki keinginan belajar. Ada siswa yang kreatif menunjukan kreatifitas dalam kegiatan-kegiatan tertentu dan selalu ingin menemukan hal-hal baru dalam belajar, namun ada siswa yang berprestasi .
Ada siswa yang dengan mudah dan tenang dalam belajar, ada siswa yang kurang tenang bahkan sulit menangkap materi yang diajarkan oleh guru bahkan sering tidak memiliki keinginan belajar. Ada siswa yang kreatif menunjukan kreatifitas dalam kegiatan-kegiatan tertentu dan selalu ingin menemukan hal-hal baru dalam belajar, namun ada siswa yang berprestasikurang optimal dimana siswa ini sebenarnya memiliki IQ yang tergolong tinggi akan tetapi pretasi belajarnya rendah, bahkan ada siswa yang gagal dalam belajar sehingga tidak sampai selesai sekolahnya (putus sekolah).
Dari hasil tes psikologi yang dilaksanakan melalui program kerja sama Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan pemerintah kabupaten Kaimana tahun 2007, menggambarkan kondisi perkembangan porsentasi pentebaran skor integensi (skor T). Secara umum tingkat inteligensi (IQ) siswa peserta tes di Kaimana tergolong normal dengan skor rata-rata IQ ± 92. Namun sekor tersebut merupakan skor yang rendah untuk daerah normal. Terdapat 9 % siswa yang memiliki tingkat IQ 120 ke atas atau tergolong Cerdas dan sangat Cerdas, tetapi 55 % tergolong di bawah rata-rata atau lebih kecil dari 90.
Perkembangan kemampuan umum (inteligensi) dan kemampuan khusus (khusus) siswa SMP sudah berkembang cukup baik. Perkembangan kemampuan siswa kelas 3 cenderung lebih baik dibanding kelas 1 dan kelas 2. Kelas 2 juga cenderung lebih baik dibanding kelas 1. Terdapat 117 orang siswa yang memiliki IQ 120 ke atas .Hal ini jika dibandingkan dengan data hasil tes mengenai motif berprestasi yang tersebar pada beberapa sekolah di kabupaten Kaimana, dapat dilihat adanya suatu perbedaan yang menggambarkan kondisi belajar siswa di kabupaten Kaimana.
Motif berprestasi siswa SMP maupun SMA/K umumnya berada pada kategori sedang.Fenomena rendahnya motif berprestasi siswa pada SMP Negeri …………. berdampak pada hasil belajar yang ingin dicapai bahkan akan berdampak secara luas pada ukuran sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan demikian perlu diungkapkan secara akurat mengenai hal-hal yang berkaitan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.contoh ptk bk smp
Hal ini tentunya berkaitan dengan tugas layanan bimbingan untuk menerapkan layanan bimbingan belajar yang berorientasi pada bantuan untuk meningkatkan motif berprestasi siswa, agar siswa dapat berprestasi secara optimal. Abim (2000;77) mengenai tujuan dari layanan bimbingan belajar adalah membantu agar individu dapat mencapai taraf perkembangan dan kebahagiaan yang optimal.
Sedangkan bantuan dalam layanan bimbingan belajar itu sendiri berupa bantuan untuk membekali individu (peserta didik) agar dapat menyesuaikan dirinya dengan situasi belajar, membentuk kebiasaan-kebiasaan yang positif agar mencapai prestasi belajar yang optimal.
B. Rumusan Masalah.Secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah layanan bimbingan belajar bagaimanakah yang dapat meningkatkan motif berprestasi siswa.Adapun rumusan masalah secara khusus adalah sebagai berikut;download ptk smp
a. Seberapa tinggi upaya-upaya untuk meningkatkan motif berprestasi siswa yang dilakukan oleh guru-guru pada SMP Negeri ………….?
b. Bagaimana gambaran pelaksanaan layanan bimbingan belajar pada SMP Negeri ………….?
c. Layanan bimbingan belajar bagaimanakah yang secara hipotetik dapat meningkatkan motif berprestasi siswa pada SMP Negeri ………….?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umumAdapun yang menjadi tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan layanan bimbingan belajar yang dapat meningkatkan motif berprestasi siswa.
2. Tujuan khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut;
a. Mendapat gambaran tingkat upaya yang dilakukan guru untukmeningkatkan motif berprestasi siswa pada SMP Negeri …………
.b. Mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan layanan bimbinganbelajar yang telah dilaksanakan pada SMP Negeri …………..
c. Mengembangkan layanan bimbingan belajar yang secara hipotetikdapat meningkatkan motif berprestasi siswa SMP Negeri …………..
D. Manfaat Penilitian1. Manfaat teoritisManfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini sacara teoritis sebagai berikut;
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang Bimbingan dan Konseling terutama kegiatan yang berkaitan dengan layanan bimbingan belajar sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Melalui hasil penilitian ini, kiranya dapat memberi masukan bagi upaya pengembangan layanan bimbingan belajar untuk meningkatkan motif berprestasi siswa. Penelitian ini juga dapat memberi masukan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian pada aspek lain yang berkaitan dengan upaya meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah.
2. Manfaat praktis
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini secara praktis adalah;
a. Bagi guru Bimbingan dan Konseling, bahwa dari penelitian ini akan diperoleh gambaran mengenai upaya-upaya meningkatkan motif berprestasi siswa SMP Negeri …………., dengan demikian dapat dilaksanakan layanan bimbingan belajar yang sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan motif berprestasi siswa.ptk bk smp kelas 7
b. Bagi guru bidang studi, bahwa dengan mengetahui langkah yang harus ditempuh sebagai upaya untuk meningkatkan motif berprestasi siswa, maka guru bidang studi dapat melaksanakan pola pembelajaran yang sesuai guna meningkatkan prestasi belajar siswa secara optimal
.c. Bagi pihak sekolah, bahwa dengan memperoleh gambaran mengenai upaya-upaya untuk meningkatkan motif berprestasi siswa pada SMP Negeri …………., maka pihak sekolah dapat memberi dukungan kepada setiap guru bidang studi dan guru BK untuk merancang serta mengembangkan layanan bimbingan belajar guna meningkatkan motif beprestasi siswa sehingga berdampak terhadap meningkatnya prestasi belajar siswa secara optimal.
E. Asumsia.
a.Siswa dikatakan tinggkat motif berprestasinya tinggi (sangat baik), apabila siswa dapat menampakkan perilaku-perilaku belajar positif dan meningkat, misalnya ketika siswa berada disituasi belajar siswa menampakan pribadi yang bersemangat, kreatif, cepat mengambil keputusan-keputusan yang positif dalam alternatif belajar, dapat mewujudkan ide-idenya, serta menunjukan sikap kompetisi dalam belajar.ptk bk smp kelas 7
b. Upaya meningkatkan motif berprestasi siswa secara maksimal, melalui suatu layanan bimbingan belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa, memberi dampak pada pencapaian peningkatan hasil belajar siswa yang optimal.
F. Metodologi Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang menggabungkan hasil analisis data yang diperoleh dengan mengguanakan perhitungan-perhitungan statistik (analisis statistik ) dalam bentuk data numerikal atau angka-angka sehingga memudahkan proses analisis dan penafsirannya. Data yang diproses dari hasil wawancara tidak dituangkan dalam bentuk bilangan statistik, akan tetapi berupa pemaparan gambar pelaksanaan layanan bimbingan belajar pada SMP Negeri …………. dalam bentuk uraian naratif.
1. Metode PenelitianMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai situasi yang sedang terjadi pada saat sekarang tanpa memperhatikan keadaan sebelumnya, untuk kemudian dianalisis dan disimpulkan. Dalam penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran empiris mengenai profil motif berprestasi siswa dan gambaran pelaksanaan layanan bimbingan belajar pada SMP Negeri …………..
2. Populasi dan SampelPopulasi penelitian adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri …………. tahun ajaran 2009 / 2010. Sementara sampel penelitian di lakukan secara acak sederhana (simple random ), dengan arti untuk dipilih sebagai sampel penelitian.Adapun besarnya sampel yang diambil dalam penelitian ini di tentukan oleh jumlah populasi seluruh siswa kelas IX, sesuai dengan pendapat Surakhma (1994:100 ) yang mengatakan bahwa jumlah populasi berada diantara 100 – 1000 maka, digunaka sampel sebesar 15% – 50% dari jumlah populasi yaitu sebagai berikut :S = 15% + (50% – 15% )Keterangans = jumlah sampel yang diambil ( dalam % ) n= jumlah anggota populasi( Winama Surakhmad : 1994:100 )ptk bk smp doc
 G. Teknik pengumpulan dataTeknik pengumpulan data merupakan suatu langkah yang sangat pentig dalam suatu penelitian, hal ini dilaksanakan sehingga data yang didapat betul-betul valid dan reliable. Dalam penelitian ini digunakan alat¬alat pengumpul data berupa; Instrument Tes Upaya Peningkatan Motif Berprestasi Siswa dan Wawancara tentang layanan bimbingbelajar.
H. Teknik Analisis dataDalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokan data berdasarkan variable dari seluruh responden, mentabulasi data berdasarkan variable dari seluruh responden, menyajikan data tiap variable yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah.
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Terdapat macam-macam statistik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian, yaitu; statistik deskritif, dan statistik inferensial, Sugiyono (2008; 207.) Dalam penilitian ini diggunakan statistik deskriptif untuk menganalisis data.
Skor yang ditampilkan dalam laporan pengelompokan terhadap upaya-upaya meningkatkan motif berprestasi. Bentuk skor yang ditampilkan adalah skala 0 – 100 dengan kategori tinggi sekali (TS), tinggi (T), sedang (S), rendah (R), dan rendah sekali (RS), untuk lebih jelas pengelompokkannya adalah sebagai berikut:Kategori SkorTinggi Sekali (TS) = 65 ke atasTinggi ( T) = 55 – 64Sedang ( S) = 45 – 54Rendah ( R) = 35 – 44Rendah Sekali (RS) = 34 ke bawah contoh ptk bk
2.PTK BK SMP DOC BIMBINGAN KONSELING KELAS IX ~ CONTOH …

BAB II
MOTIF BERPRESTASI DAN BIMBINGAN BELAJAR
 A.Motif Berprestasi
1.Konsep Motif
Motif merupakan daya pendorong keinginan, kebutuhan, dan kemauan yang menggerakan manusia untuk bertingkah laku dan berbuat dengan tujuan tertentu. Hersey et al, (Tita Mariana, 2008;62) mengemukakan,”motives are sometimes defined as needs, wants, drives or impulses within the individual”. Motif merupakan penyebab yang mendasari perilaku seseorang.
Koontz dkk, (Tita Mariana, 2008;70) mengemukakan sebagai berikut, Bereson dan Steiner mendefinisikan istilah motif sebagai suatu keadaan di dalam diri seseorang (inner state) yang mendorong atau menggerakan (karena “motivasi”), dan yang mengarahkan atau menyalurkan perilaku ke arah tujuan.
Individu memiliki berbagai macam kebutuhan. Prioritas pemenuhan kebutuhan bergantung pada kekuatan kebutuhan tersebut dan rangsangan dari luar. Kebutuhan ini yang akan membangkitkan suatu dorongan yang mengarahkan individu untuk berusaha mencapai tujuan. Kekuatan yang mengarahkan tingkah laku individu untuk mencapai tujuan yang disebut dengan “motif”.
Clifford T. Morgan (Tita Mariana, 2008;84), berpendapat bahwa motif adalah sesuatu yang menggerakan atau memacu orang untuk bertingkah laku. Motif berhubungan erat dengan need (kebutuhan), keinginan, drives (dorongan) atau implus dari individu. Motif diarahkan pada tujuan, baik yang disadari maupun tidak disadari. Motif menyebabkan perilaku individu untuk berbuat atau bertindak dan membantu individu sehingga terjadinya kegiatan untuk memenuhi kebutuhannya.ptk bk smp doc
Wismaningsih (Tita Mariana, 2008;84) memberikan definisi motif adalah “a recurrent concern for a goal state based on a natural incentive a concern that energizes, orients, and select behavior”. Bahwa motif berhubungan dengan perhatian yang dicurahkan seseorang terhadap sesuatu tujuan yang bersumber pada inisiatif alamiah.
2.      Konsep Motif Berprestasi
Motif berprestasi adalah suatu potensi di dalam diri seseorang untuk menggerakan dirinya sendiri sehingga secara disadari dapat memperoleh perubahan baik berupa perubahan kognitif (kemampuan berfikir), juga efektif (kemampuan memahami), serta psikomotor (kemampuan mengekspresikan lewat gerak tubuh).
Motif berprestasi mengacu pada konsep Clifford T. Morgan (Tita Mariana, 2008;88) motif untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sulit untuk menyaingi dan mengungguli orang lain.
McClelland (Titah Mariana, 2008;87) mengatakan bahwa motif berprestasi, “…success in compettion with some standard of excellence”, yaitu bersaing untuk mencapai keberhasilan dengan beberapa standar keunggulan.ptk bk smp 2014
Motif berprestasi menurut McClelland, merupakan tiga motif sosial yang mendasari tingkah laku individu untuk mencapai tujuan. Motif ini dapat dipelajari dalam hubungan seseorang dengan orang lain, di dalam berbagai situasi dan perilaku yang meliputi standar-standar keunggulan. Dalam situasi yang menuntut prestasi, individu akan terdorong untuk menampakan tingkah laku tertentu atau berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai prestasi yang memenuhi keunggulan. Keberhasilan individu dalam mencapai tujuan akan semakin meningkatkan perilakunya untuk berprestasi.
Seseorang yang memiliki motif berprestasi menurut pendapat McClelland (Tita Mariana, 2008;90) akan menampakan ciri-ciri tingkah laku sebagai berikut;
1.      Melakukan aktifitas untuk berprestasi sebaik-baiknya.
2.      Mengadakan antisipasi berencana untuk keberhasilan pelaksanaan tugasnya.
3.      Melakukan kegiatan secara kreatif dan inovatif yaitu dengan berusaha mencari cara-cara sendiri dan cara-cara baru untuk memenuhi rasa ingin tahunya.
4.      Berusaha sekuat kemampuannya dalam mencapai cita-cita yaitu belajar keras, tekun dan ulet.
5.      Tidak takut gagal, berani mengambil resiko dan mempertimbangkan kemampuan. Ia cenderung memilih tugas yang tingkat kesulitannya moderat namun menantang keahlian dan kemampuannya.
6.      Mempunyai tanggung jawab personal. Artinya, ia merasa bertanggung jawab secara pribadi dalam mencapai tujuannya, dan berusaha sekuat kemampuannya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapinya.
7.      Berusaha melakukan kegiatan yang melampaui standar keunggulan internal maupun eksternal dan memperhatikan umpan balik serta perbuatan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motif berprestasi merupakan suatu kondisi dalam diri individu yang mempengaruhi kesiapan, mendorong serta mengarahkan tingkahlaku individu, bahkan menentukan tingkat usaha yang akan dilakukan individu
untuk mencapai suatu tujuan. Namun tingkah laku yang didasari motif berprestasi ini, dapat ditampilkan atau tidak ternyata tidak terlepas dari pengaruh situasi dan lingkungan. Artinya apakah lingkungan akan memberi peluang bagi individu untuk mewujudkan motif berprestasi melalui tingkah laku tertentu.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa yang memiliki motif berprestasi yang tinggi adalah siswa yang dapat menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut;
1.      Melakukan aktifitas belajar untuk berprestasi setinggi-tingginya.
2.      Mengadakan perencanaan untuk keberhasilan pelaksanaan tugas dalam belajarnya.
3.      Melakukan kegiatan belajar secara kreatif dan inovatif yaitu dengan berusaha mencari cara-cara sendiri dan cara-cara baru untuk memenuhi rasa ingin tahunya.
4.      Berusaha sekuat kemampuannya dalam mencapai cita-cita yaitu belajar keras, tekun dan ulet.
5.      Tidak takut gagal, berani mengambil resiko dan mempertimbangkan kemampuan. Ia cenderung memilih tugas yang tingkat kesulitannya, dapat menantang kemampuannya.
6.      Mempunyai tanggung jawab personal. Artinya, siswa merasa bertanggung jawab secara pribadi dalam mencapai tujuannya, dan berusaha sekuat kemampuannya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapinya.
7.      Berusaha melakukan kegiatan belajar yang melampaui standar keunggulan internal maupun eksternal dan memperhatikan umpan balik hasil belajarnya.
8.      Aktifitas sosialnya selalu diarah dan dilaksanakan dengan maksud untuk mendukung usaha dirinya mencapai prestasi belajar yang maksimal.
9.      Upaya-Upaya untuk Meningkatan Motif  Berprestasi Siswa
Motif merupakan dorongan yang ada dalam diri individu, aktifitas guna tercapai tujuannya. Untuk meningkatkan motif berprestasi siswa, diperlukan upaya-upaya semaksimal mungkin. Dalam proses belajar, guru perlu melakukan berbagi upaya tertentu secara nyata.
Koontz dkk, (Tita Mariana, 2008;70) mengemukakan sebagai berikut, Bereson dan Steiner mendefinisikan istilah motif sebagai suatu keadaan di dalam diri seseorang (inner state) yang mendorong atau menggerakan karena “motivasi”, mengarahkan atau menyalurkan perilaku ke arah tujuan. Dengan kata lain “motivasi” adalah istilah umum yang mencakup keseluruhan dorongan, keinginan, kebutuhan, dan daya yang sejenis.
Uraian tersebut menggambarkan adanya hubungan yang erat antara motif dan motivasi. Motif merupakan dorongan yang ada dalam diri individu, sedangkan motivasi merupakan bagaimana caranya mendorong individu untuk melakukan suatu aktifitas guna tercapai tujuannya. Dengan demikian untuk meningkatan motif berprestasi dilakukan melalui upaya meningkatkan motivasi.
Motivasi merupakan pendorong yang berfungsi mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Hal-hal yang hendak diperbuat manusia, apakah itu penting maupun kurang penting, berbahaya maupun tidak berbahaya selalu ada motivasi. Motivasi ialah suatu proses untuk menggalakkan tingkah laku supaya dapat mencapai maksud tertentu.
Konsep motivasi menjadi sulit untuk dipahami karena kesannya tidak dapat diketahui secara langsung. Motivasi dapat diukur dengan melibatkan proses berbagai dorongan diri serta kelakuan seseorang dari segi perubahan, keinginan, keperluan dan maksud atau tujuannya.
Mc Donald (Oemar, 1999;106) merumuskan, bahwa…”motivation is and energy change within the person characterized by afective arousal and auticipatory goal reaction” yang artinya, bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Dari berberapa pengertian konsep mengenai motif dan motivasi, terlihat bahwa sub stansi motivasi terdiri atas;
1.   Suatu perubahan energi dalam diri pribadi seseorang untuk melakukan kegiatan baik bersifat positif maupun bersifat negatif.
2.  Perubahan energi tersebut menimbulkan dorongan kepada seseorang untuk berperasaan, bereaksi, dan berperilaku.
3. Dorongan yang menimbulkan perasaan, reaksi, dan perilaku tersebut adalah untuk mencapai tujuan tertentu.
Ketiga substansi ini, sejalan dengan penjelasan oleh Abin (2000;37) bahwa motivasi merupakan;
1.      Suatu kekuatan (power) atu tenaga (forces) atau daya (energy).
2.      Suatu keadaan kompleks (a complex state) dan kesiapan (preparatoryset) dalam diri individu (organisme) untuk bergerak (to move, motion,motive) ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari.
Abin menambahkan bahwa motivasi tersebut timbul dan tumbuh serta berkembang dengan jalan, datang dari dalam diri individu itu sendiri (intrinsik) dan juga datang dari lingkungan (ekstrinsik).
Istilah motivasi yang mengacu pada konsep MC. Donald (Oemar ,199 ;106) bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dari rumusan ini ada tiga unsur yang saling berkaitan, ketiga unsur tersebut adalah sebagai berikut;
1. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan tersebut terjadi disebabkan oleh perubahan tertentu pada sistem neurofisiologis dalam organism manusia.
2. Motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan (afective arousal). Mula­mula berupa ketegangan psikologis, lalu berupa suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan tingkah laku yang bermotif. Perubahan ini dapat diamati lewat perbuatan inidividu.
3.     Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi memberikan respon-respon ke arah suatu tujuan tertentu. Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energy dalam diri individu. Tiap respon merupakan suatu langkah kearah mencapai tujuan.
Para ahli mengadakan pembagian jenis motivasi menurut teori dan pendekatanya masing-masing. Dari pendekatan-pendekatan tersebut dapat kita kenal dengan;
(1)pendekatan teori Maslow yang juga dikenal dengan teori kebutuhan,
(2)pendekatan fungsional,
(3)pendekatan deskriptif. Pendekatan-pendekatan tersebut sebagai landasan teori motivasi, yang pada prinsipnya untuk memperjelas tentang, apa, mengapa, serta bagaimana tentang motivasi itu sendiri.
Dalama penelitian ini, digunakan pendekatan fungsional sebagai sumber motivasi bagi individu. Pendekatan funsional dalam Oemar (1999;1 10) bahwa pendekatan ini berdasar pada konsep-konsep yakni: penggerak, harapan, dan inisiatif, hal ini lebih diperjelas sebagai berikut;
1.      Upaya mengerakkan motivasi, yaitu guru perlu berupaya menciptakan lingkungan belajar yang merangsang agar siswa memberikan sambutan terhadap pelajaran dari guru.
2.      Upaya pemberian harapan, bahwa para siswa memiliki harapan­harapan tertentu setelah menyelesaikan pelajaran, atau tugas tertentu
3.      Guru perlu memberikan harapan-harapan tertentu untuk menggugah motivasi belajar siswa, hal ini dilakukan dengan cara-cara; .(1 )rumusakan tujuan-tujuan pembelajaran sekhusus mungkin, operasional dan dapat diamati, (2)tunjuan-tujuan pembelajaran disusun menjadi tujuan langsung, intermediate, dan jangka panjang, (3)mengubah harapan-harapan siswa tentang kegagalan menjadi harapan-harapan keberhasilan siswa melalui pemberian informasih untuk mencapai hasil yang diharapkan sehingga menimbulkan motif-motif yang bermakna dan siswa dapat berbuat sasuatu yang belum dikerjakan, (4)peningkatann aspirasi sebagai pengaruh dari harapan untuk emninggalkan kegagalan menjadi harapan mencapai keberhasilan.
4.      Upaya pemberian insentif, bahwa insentif adalah obyek tujuan atau simbol-simbol yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan motivasi siswa, melalui; (1)upan balik hasil tes, (2)pemberian hadiah dan dorongan secara lisan atau tertulis, (3)pemberian komentar terhadap hasil pekerjaan siswa, (4)persaingan dan kerja sama dengan maksud untuk mencapai kepuasan secara perorangan dan kepuasan karena hasil yang dikerjakan secara bersama.
5.      Upaya pengaturan tingkah laku siswa, bahwa guru perlu mengatur tingkah laku siswa dengan cara restitusi, yaitu menuntut agara siswa melakukan respons yang sebenarnya sebagai pengganti tindakan yang awalnya tidak benar, dan ripple effect, yaitu mempengaruhi siswa secara berkesinambungan serta konsistens dari suasana kelas yang berdisiplin terhadap siswa, sehingga menimbulkan asumsi siswa bahwa suatu kegiatan yang dilakukannya dapat diduga hal yang bakal terjadi.
 B. Bimbingan Belajar
1.      Definisi Bimbingan
Istilah bimbingan berasal dari kata guidance dengan kata dasar guide yang berarti menunjukkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan, Uman (2007;9). Sedangkan Kartadinata (1998;3), menjelaskan bimbingan merupakan proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal.
Esensi dari bimbingan pada dasarnya terletak pada proses pemberian bantuan yang diberikan umumnya berkaitan dengan kebutuhan individu yang dibimbing untuk mencapai perkembangan diri yang optimal. Sebagai layanan yang bergerak dibidang pengembangan diri , bimbingan lebih tepatnya berupaya untuk membantu individu agar mencapai kematangan sesuai dengan tugas perkembangan yang tengah dijalani individu dalam hidupnya.
Hal ini sesuai dengan arah pendekatan bimbingan dan konseling dewasa ini yang lebih menekankan perkebangan sebagai tujuan utama penyelenggaraan bimbingan dan konseling, sebagaimana yang ditegaskan oleh Wimkel (1991 ;6 1) bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan supaya orang perorang atau kelompok orang yang dilayani menjadi mampu menghadapi tugas-tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas, mewujudkan kesadaran dan kebebasan itu dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana, serta mengambil tindakan-tindakan penyesuaian diri secara memadai.
Lebih jelasnya Nurihsan dan Sudianto, (2005;8) menegaskan bahwa bimbingan membantu individu mencapai tugas-tugas perkembangan remaja secara optimal sebagai mahluk Tuhan, sosial, dan pribadi.
Definisi-definisi yang telah dipaparkan memberi konsep bahwa bimbingan memiliki arti yang lebih luas dari sebagai upaya untuk membantu individu, yaitu bagaimana merencanakan bimbingan sampai pada evaluasi pelaksanaan bimbingan, guna menemukan langkah-langkah selanjutnya dalam usaha memberi bantuan.
Dengan demikian bantuan yang diberikan hendaklah dilakukan berdasarkan analisis; (a)kebutuhan individu, (b)harapan dan kondisi lingkungan, (c)direncanakan secara matang, (d)disusun dengan melibatkan semua personil sekolah, wali kelas, guru bidang studi, orang tua bahkan para peserta didik sesuai dengan fungsi, peran dan kewenangannya, (e)dalam pelaksanaannya memperhatikan fasilitas, tempat dan waktu, serta (f)dilakukan dengan penuh tanggung jawab melalui proses evaluasi, baik terhadap program, proses maupun hasil yang dipainya (Uman, 2007;10).
2.      Tujuan Bimbingan
Tujuan bimbingan dan konseling yang paling mendasar adalah untuk dimilikinya (menjadi lebih mampu), mendorong orang tua dalam mengawasi dan mendampingi perkembangan anak-anaknya, serta mendorong para guru untuk menyediakan atmosfir pembelajaran dikelas yang lebih sehat dan kondusif (Schmidt, 1993;3).
Selain itu Nurihsan dan Sudianto (2005;10) menyatakan bahwa tujuan bimbingan pada akhirnya membantu individu dalam mencapai; (a)kebahagiaan dalam pribadi sebagai mahluk Tuhan, (b)kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat, (c)hidup bersama dengan individu­individu lain, dan (d)harmoni antara cita-cita mereka dengan kemampuan yang dimilikinya.
(Uman, 2007;1 1), mengemukakan bahwa tujuan bimbingan bukan hanya untuk memcahkan masalah yang dihadapi individu tetapi agar individu memiliki pemahaman tentang potensi yang dimilikinya, mampu memanfaatkan potensi untuk meraih keberhasilan minat dan cita-cita masing-masing sesuai dengan tuntutan kehidupan lingkungannya, serta mampu mengembangkan potensi yang dimilki individu dan lingkungannya secara optimal.
3.      Definisi Bimbingan Belajar
Totok Santoso Suliasih, (2004;206) mengungkapkan tentang pengertian bimbingan belajar sebagai proses pertolongan dari pembimbing kepada peserta yang dibimbing untuk memecahkan kesulitan yang berhubungan dengan masalah belajar agar peserta didik dapat mengembangkan keterampilan belajarnya, dan membantu kebiasaan­kebiasaan belajar dengan sistematik dan konsisten hingga peserta didik dapat mencapai prestasi semaksimal mungkin.
Jika dikaitkan dengan prestasi belajar siswa, maka dalam Abin (2000;274) menggunakan norm referenced yaitu prestasi seorang siswa dibandingkan dengan prestasi siswa lainnya (baik teman sekelompoknya di tempat yang sama maupun ditempat lain), maka kita akan menemukan kategori siswa sebagai berikut;
1.      Mereka yang prestasi belajarnya selalu berada diatas nilai rata-rata prestasi kelompoknya (higher group) siswa unggulan.
2.      Mereka yang prestasi belajarnya selalu berada disekitar nilai rata-rata (mean) dari kelompoknya.
3.      Mereka yang prestasi belajarnya selalu berada di bawah nilai rata-rata prestasi kelompoknya (lower group) yaitu siswa berprestasi belajar rendah.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar merupakan proses membantu, melayani, serta mendekati siswa, agar siswa dapat memahami dirinya, mengenal lingkungan sekitarnya dan dapat mengarahkan dirinya lalu mengambil tindakan yang sesuai tuntutan dan keadaan lingkungan pendidikan. Dalam kaitannya dengan siswa pada kategori (lower group) bahwa bimbingan belajar merupakan bantuan agar siswa mencapai prestasi belajar yang optimal.
4.      Tujuan Bimbingan Belajar
Abin Syamsudin (2000;277) mengungkapkan tujuan dari layanan bimbingan adalah agar individu dapat mencapai taraf perkembangan dan kebahagiaan yang optimal. Sedangkan layanan bimbingan belajar sendiri bertujuan untuk membantu dan membekali individu (siswa) agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi belajarnya, membentuk kebiasaan­kebiasaan belajar yang positif guna mencapai prestasi belajar yang optimal.
5.      Prosedur Pelaksanaan Bimbingan Belajar
Menurut Abin Syamsudin (2000;283) prosedur pelaksanaan bimbingan belajar dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
a.Identifikasi Kasus
Langkah ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan: siapa saja siswa yang dapat ditandai atau diduga memerlukan layanan bimbingan belajar?. Identifikasi ini dapat dilakukan dengan cara: (a) memanggil siswa secara bergiliran; (b) membina hubungan baik di luar proses pembelajaran di kelas; (c) mengadministrasikan tes intelegensi, bakat, mengadakan orientasi studi yang membicarakan karakteristik atau perbedaan individu; (d) melakukan analisis terhadap prestasi belajar siswa; (e) melakukan analisis sosiometris.
b.Identifikasi Masalah
Langkah ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan: jenis masalah apakah yang dialami siswa dan bagaimana karakteristik dari masalah tersebut?. Secara substabtif masalahnya dapat dikelompokkan sebagai masalah: (a)kelompok isi materi pelajaran yang dirasakan sulit; (b)salah satu jenis dan tingkatan kategori belajar dari delapan kategori belajar menurut Gagne; (c)masalah mungkin terletak pada aspek kognitif, afektif, atau psikomotor; (d)mungkin terletak pada beberapa aspek kepribadian: konsep diri, sosialitas, emosionalitas, moralitas atau responsibilitas.Pada langkah ini dilakukan perkiraan dan pengamatan tentang apa saja yang menjadi faktor penyebab terjadinya masalah. Hal yang perlu didiagnosis adalah: input siswa, iklim pembelajaran di sekolah, serta tujuan-tujuan pendidikan.
c.Prognosis
Langkah ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan, apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi, serta adakah alternatif pemecahan yang mungkin untuk ditempuh.? Berdasarkan pertimbangan berat ringannya permasalahan yang bersangkutan, barulah kita dapat memperkirakan apakah permasalahan itu masih mungkin dipecahkan atau tidak
.d.Remedial dan Refferal
Kalau jenis masalah bertalian dengan sistem belajar dan masih dalam batas kesanggupan guru, maka seharusnya bantuan melalui layanan bimbingan belajar dilakukan oleh guru sendiri (remedial). Tetapi jika masalahnya telah menyangkut aspek-aspek kepribadian yang sangat mendalam maka selayaknya guru hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang berkompeten (referral).
e.Evaluasi dan Follow Up
Cara yang ditempuh agar memperoleh data sebagai indikator keberhasilan layanan bimbingan belajar, adalah melalui observasi, berinteraksi dengan siswa dan komunikasi dengan guru bidang studi serta dalam kesempatan layanan bimbingan di berbagai kesempatan yang bersifat pribadi maupun dalam berbentuk kelompok.
3.CONTOH PTK BK SMP DOC

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Pendekatan PenelitianPendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang menggabungkan hasil analisis data yang diperoleh dengan mengguanakan perhitungan-perhitungan statistik ( analisis statistik ) dalam bentuk data numerikal atau angka¬angka sehingga memudahkan proses analisis dan penafsirannya. Data yang diproses dari hasil wawancara tidak dituangkan dalam bentuk bilangan statistik, akan tetapi berupa pemaparan gambar mengenai layanan bimbingan belajar yang ada pada SMP Negeri …………. dalam bentuk uraian naratif.
2. Metode PenelitianMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai situasi yang sedang terjadi pada saat sekarang tanpa memperhatikan keadaan sebelumnya, untuk kemudian di analisis dan di simpulkan. Dalam penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran empiris mengenai profil motif berprestasi siswa dan layanan bimbingan belajar pada SMP Negeri …………..
3. Populasi dan SampelPopulasi penelitian adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri …………. tahun ajaran 2009 / 2010. Sementara sampel penelitian di lakukan secara acak sederhana (simple random ), dengan arti untuk dipilih sebagai sampel penelitian.Adapun besarnya sampel yang diambil dalam penelitian ini di tentukan oleh jumlah populasi seluruh siswa kelas IX, sesuai dengan pendapat surakhma (1994:100 ) yang mengatakan bahwa jumlah populasi berada diantara 100 – 1000 maka, digunaka sampel sebesar 15% – 50% dari jumlah populasi yaitu sebagai berikut :S = 15% +Keterangans = jumlah sampel yang diambil ( dalam % )n= jumlah anggota populasi( Winama Surakhmad : 1994:100 )Dari rumus tersebut dapat diterapkan Populasi berjumlah N= 126

Populasi berjumlah 126 orang siswa dari total empat (4) kelas, maka presentase ukuran sampel 49% dari 126 orang adalah 62 orang siswa. Tabel 1.1Pemilihan jumlah populasi dan ukuran sampelKelas Jumlah populasi Ukuran sampelIXaIXbIXcIXd 32323131 16161515Jumlah 126 62
B. Definisi Oprasional
Penelitian ini meliputi dua variabel, yaitu layanan bimbingan belajar dan motif berprestasi siswa, adapun kedua variable tersebut adalah sebagai berikut;1. Totok Santo so Suliasih, (2004:2006) mengungkapkan tentang pengertian bimbingan belajar sebagai proses pertolongan dari pembimbing kepada peserta yang dibimbing untuk memecahkan kesulitan yang berhubungan dengan masalah belajar agar peserta didik dapat mengembangkan keterampilan belajarnya, dan membantu kebiasaan-kebiasaan belajar dengan sistematik dan konsisten dapat mencapai prestasi semaksimal mungkin.
Menurut Abin Syamsudin (2000:283) prosedur pelaksanaan bimbingan belajar dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:a. Identifikasi KasusLangkah ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan: siapa saja siswa yang dapat ditandai atau diduga memerlukan layanan bimbingan belajar?.
Identifikasi ini dapat dilakukan dengan cara: (a)memanggil siswa secara bergiliran;(b)membina hubungan baik di luar proses pembelajaran di kelas; (c)mengadministrasikan tes intelegensi, bakat, mengadakan orientasi studi yang membicarakan karakteristik atau perbedaan individu; (d)melakukan analisis terhadap prestasi belajar siswa; (e)melakukan analisis sosiometris.
b. Identifikasi Masalah
Langkah ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan: jenis masalah apakah yang dialami siswa dan bagaimana karakteristik dari masalah tersebut?. Secara substabtif masalahnya dapat dikelompokkan sebagai masalah: (a) kelompok isi materi pelajaran yang dirasakan sulit; (b) salah satu jenis dan tingkatan kategori belajar dari delapan kategori belajar menurut Gagne; (c) masalah mungkin terletak pada aspek kognitif, afektif, atau psikomotor; (d) mungkin terletak pada beberapa aspek kepribadian: konsep diri, sosialitas, emosionalitas, moralitas atau responsibilitas.
Pada langkah ini dilakukan perkiraan dan pengamatan tentang apa saja yang menjadi faktor penyebab terjadinya masalah. Hal yang perlu didiagnosis adalah: input siswa, iklim pembelajaran di sekolah, serta tujuan-tujuan pendidikan.
c. Prognosis
Langkah ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan, apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi, serta adakah alternatif pemecahan yang mungkin untuk permasalahan yang bersangkutan, barulah kita dapat memperkirakan apakah permasalahan itu masih mungkin dipecahkan atau tidak.
d. Remedial dan Refferal
Kalau jenis masalah bertalian dengan sistem belajar dan masih dalam batas kesanggupan guru maka seyogyanya bantuan bimbingan dilakukan oleh guru sendiri (remedial). Tetapi jika masalahnya telah menyangkut aspek-aspek kepribadian yang sangat mendalam maka selayaknya guru hanya membuat rekomendasi kepada para ahli (referral).
e. Evaluasi dan Follow Up
Cara yang ditempuh agar memperoleh data di atas indikator keberhasilan layanan dapat dilakukan melalui observasi selama kontak atau berinteraksi dan komunikasi dalam rangka bimbingan di berbagai kesempatan yang bersifat pribadi.2. Motif berprestasi yang dirumuskan oleh Mc Clelland (Tita Mariana 2008;87,88) adalah “…doing something well or doing something better than it been done before, more eficiently, more quickly with labor, with a better result”.
Yang artinya mengerjakan sesuatu dengan baik atau lebih baik dari sebelumnya, lebih efesian, lebih cepat dengan hasil yang lebih baik. Ini berarti siswa yang memiliki motif berprestasi yang tinggi, mau menunjukan perilaku belajar lebih baik, lebih efesien, lebih cepat, serta hasilnya lebih baik dari siswa lain atau melakukan kegiatan belajar lebih baik dari kegiatan belajar sebelumnya.
Pengertian kompetisi dengan standar keunggulan mencakup; (a)aktifitas yang bersifat kompetitif, yaitu berusaha mengerjakan sesuatu (belajar) sebaik mungkin, atau lebih baik dari pada yang dilakukan siswa lain, (b)adanya keinginan untuk bersaing dengan hasil. Disini mengandung arti ada perasaan bangga jika berhasil, dan belajar dengan sangat berhati¬hati, (c)adanya tuntutan dari dalam diri siswa untuk belajar dengan baik, yang meliputi intensitas dan kualitas dari perilaku belajar secara hati-hati dan teliti.
Dari penjelasan di atas, dapat diungkapkan bahwa layanan bimbingan belajar merupakan bentuk bantuan yang diberikan kepada siswa agar siswa dapat melaksanakan kegiatan belajar sebagaimana yang diharapakan. Layanan bimbingan belajar tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan motif berprestasi siswa. Dengan meningkatkan motif berprestasi, maka siswa mampu menampakan suatu kekuatan serta dorongan entah secara intrinsik maupun ekstrinsik sebagai dasar munculnya perasaan, reaksi, dan perilaku.
Esensi dari motif berprestasi ini sendiri bermuara pada seberapa besar kekuatan, tenaga, dan daya, yang menjadikan siswa untuk siap bergerak guna mencapai hasil belajar yang lebih baik. Dalam upaya mencapai hasil belajar akibat motif berprestasi ini, siswa akan bergerak tanpa disadari maupun secara sadar, dalam keadaan sederhana (simple) bahkan sampai pada keadaan yang sulit sekalipun (a complex state) guna mencapai prestasi belajarnya yang optimal
.C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah, menggunakan Instrumen Tes Peningkatan Motif Berprestasi Siswa untuk mengukur empat variable yang bekaitan dengan upaya meningkat motif berprestasi siswa, dengan alternatif jawaban; selalu, sering, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah. Selain itu peneliti juga menggunakan instrumen berupa pedoman wawancara untuk mengungkapkan gambaran layanan bimbingan belajar.Untuk mengungkapkan data penelitian yang benar-benar valid dan dapat diandalkan, maka instrument penelitian dipilih melalui tahapan-tahapan sebagai berikut.
1. Menguraikan masing-masing variable atas beberapa aspek dan indikator kedalam pertanyaan-pertanyaan sebagai alat tes.
2. Sedangkan untuk mengetahui kondisi penyelenggaraan layanan bimbingan belajar di SMP Negeri …………., peneliti merumuskan pedoman wawancara berdasarkan aspek yang berkaitan dengan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan layanan bimbingan belajar. Untuk lebih jelasnya kisi-kisi pedoman wawancara dapat dilihat pada table 1.2 dan table 1.3 pada daftar lampiran.
4.DOWNLOAD PTK BK SMP DOC

BAB V.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Upaya untuk meningkatkan motif berprestasi siswa kelas IX SMP Negeri 1 ………… tahun pelajaran 2009/2010 berada pada kategori sangat tinggi. Hal ini berarti aspek-aspek dalam upaya peningkatan motif berprestasi siswa kelas IX SMP Negeri 1 ………… dapat dikategorikan baik.
2. Pelaksanaan bimbingan dan konseling yang ada pada SMP Negeri 1 ………… berlangsung belum optimal oleh sebab itu harus dioptimalkan peranananya.
3. Layanan bimbingan belajar yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa adalah layanan bimbingan belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan demikian siswa akan berprestasi mencapai standar keunggulan mencakup; (a)aktifitas yang bersifat komepetetif, yaitu berusaha mengerjakan sesuatu (belajar) sebaik mungkin, atau lebih baik dari yang dilakukan siswa lain, dan (b)adanya keinginan untuk bersaing dengan hasil. Disini mengandung arti ada perasaan bangga jika berhasil, dan belajar dengan sangat berhati-hati, (c)adanya tuntutan dari dalam diri siswa untuk belajar dengan baik, yang meliputi intensitas dan kualitas dari perilaku belajar secara hati-hati dan teliti.
B. RekomendasiBerdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut diuraikan beberapa rekomendasi sebagai masukan terutama bagi guru pembimbing, pihak sekolah dan peneliti selanjutnya yang tertarik pada masalah yang sama.
1. Hasil penelitian menyatakan bahwa secara keseluruhan siswa kelas IX SMP Negeri 1 ………… yang menjadi sampel penelitian memberi gambaran bahwa pihak sekolah telah melaksanakan upaya untuk meningkatkan motif berprestasi siswa dengan kategori baik. Namun hal yang menjadikan prestasi belajar siswa menjadi tidak maksimal terletak pada kesiapan kepribadian siswa tersebut untuk menggerakan dirinya sendiri guna mencapai prestasi belajar yang optimal.
Karena itu adanya peranan guru Bimbingan dan Konseling hendaknya lebih mengoptimalkan kerjanya, terutama upaya untuk menerapkan layanan dan tugas yang berkaitan dengan upaya meningkatkan motif prestasi belajar siswa. Langkah-langkah dalam profesionalisme kerja guru bimbingan konseling yang benar dan maksimal akan menjadi sangat membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar yang optimal.
2. Bagi Pihak SekolahRekomendasi kepada pihak sekolah diantaranya; Memberi perhatian terhadap upaya merangsang guru BK untuk bekerja lebih professional dalam menjalankan tugasnya. Pihak sekolah hendaknya memberi dukungan sepenuhnya terhadap segala upaya yang dilakukan pembimbing dalam meningkatkan motif breprestasi siswa dan meningkatkan saling menghargai serta kerja sama sehingga setiap personil sekolah yang berkompeten dengan tugas bimbingan bisa bekerja dengan penuh bergairah. Hal ini tentunya tidak terlepas dari bagaimana jajaran sekolah teristimewa pimpinan sekolah dapat meminta pertanggunjawaban guru bimbingan terhadap bagian yang menajadi tanggung jawab kerjanya.
3. Bagi Peneliti SelanjutnyaMengadakan penelitian yang lebih spesifik pada bagian-baian tertentu dari motif berprestasi individu serta bagaimana meningkatkan motif berprestasi indidvidu. Misalnya faktor-faktor kepribadian yang berhubungan dengan motif berprestasi individu, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai secara optimal. Selain itu penelitian akan lebih terfokus, pada aspek yang labih spesifik dan hasilnya tentu diharapkan menjadi lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A dan Suproyono, W (2004) Psikologi Belajar. Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Bloom(1955) Pengertian Belajar dan Teori-Teori belajar. Media internet. Bandung Fokus Media
Gustina,G. (2001) Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar. Skripsi Sarjana Pada Jurusan PPB FIP UPI.
Hilgard (1981) Pengertian Belajar dan Teori-Teori belajar. Media internet. Bandung Fokus Media
Hamalik, Oemar (1990) Metode Belajar dan kesulita-kesulitan Belajar. Edisi 3. Bandung Penerbit Tarsito
Kartadinata, dkk (2007) Rambu-Rambu Penyelengaraan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Penyunting: Dedi Herdiana Hafid Nandang Budiman. Departemen Pendidikan Nasional
Mariana Tita Djuwita (2008). Strategi Pengembangan Dosen: Kaitannya dengan Motif Berprestasi dan Produktifitas Kerja Dosen.Bandung: Lotus Mandiri.
Makmun, Abin Syamsudin (2000) Psikologi Pendidikan: Perangkat


Terima kasih telah berkunjung di Musiyanto Blog yang membahas CONTOH PROPOSAL PTK BK SMP DOC ini dapat membantu Anda dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan cara mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.