CONTOH PROPOSAL PTK BK SMP
DOC-Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermarthabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk menambangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab, (USPN No 20 tahun 2003).Memperhatikan
tujuan pendidikan nasional tersebut, ada beberapa bagian yang menjadi tolak
ukur bagi pendidikan di SMP, yaitu agar siswa berilmu, cakap, serta kreatif.
Untuk mencapai tolak ukur tersebut perlu adanya kesiapan diri siswa dalam
mengikuti proses hingga pencapian hasil secara optimal.
Siswa SMP yang usianya berkisar 12
sampai 15 tahun, berada pada suatu masa kesenjangan antara perkembangan
emosional dengan perkembangan intelektual yang cukup signifikan. Artinya pada
masa ini siswa mempunyai kemampuan intelektual yang siap dikembangkan sementara
perkembangan emosinya mudah dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi hasil suatu proses.
Emosi merupakan bagian yang sangat
penting bagi diri siswa, karena emosi merupakan kecenderungan aspek-aspek
kepribadian siswa yang menentukan kesiapan siswa untuk mengikuti suatu proses,
Wundt (1832-1920) berpendapat bahwa, emosi menjadi sulit untuk didefenisikan
oleh karena sifatnya yang tidak tetap.
Emosi yang satu seringkali menunjukan
perubahan fisiologis yang sama dengan jenis emosi yang lain. Seperti perasaan
takut dan terkejut ditampilkan dalam perubahan fisiologis yang sama. Demikian
juga dengan perasaan sedih dan gembira yang mendalam sama-sama nampak pada
perubahan fisiologis berupa menangis.
Lebih jauh Wundt mengemukakan tiga
pasang wujud emosi yang dapat diamati melalui perilaku ; (1) lust¬unlust
(senang-tidak senang), (2)spannung-losung (tegang-tak tegang), (3)
erreggung-beruhigung (semangat-tenang). Setiap keadaan emosional tersebut
memberi dampak terhadap upaya menjadikan siswa berilmu, cakap, serta kreatif
secara optimal melalui bentuk kegiatan dalam suatu proses.
Esensi dari proses ini adalah terjadinya
perilaku belajar pada diri siswa. Hilgard (1981) mengungkapkan bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang potensial terhadap situasi
tertentu yang diperoleh dari pengalaman yang dilakukan secara berulang-ulang.
Menurut Inger (1980) belajar menjadikan
perubahan-perubahan perilaku yang potensial dan tercermin sebagai akibat dari
latihan dan pengalaman masa lalu terhadap situasi tugas tertentu. Belajar
menurut pendapat ahli lain adalah perubahan tingkah laku atau perubahan
kecakapan yang mampu bertahan dalam waktu tertentu dan bukan berasal dari
proses pertumbuhan.
Berdasarkan beberapa pengertian
tersebut, belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku yang
relatif permanen sebagai akibat dari latihan atau pengalaman. Perubahan tingkah
laku sebagai hasil belajar memiliki pengertian yang luas, bisa berupa
ketrampilan fisik, verbal, intelektual, maupun sikap. yang oleh Bloom (1955)
dikelompokkan ke dalam tiga bagian yaitu; (a)perubahan kognitif, (b)perubahan
afektif, (c)peruhan psikomotor.
Perbuahan tingkah laku sebagai akibat
dari belajar tersebut tentunya perubahan tingkah laku sebagai mana yang
dimaksudkan dalam tujuan pendidikan Nasional Indonesia.
Telah dikemukakan di atas bahwa emosi
siswa berusia antara 12 sampai 15 tahun yang cenderung mudah berubah-ubah dapat
mempengaruhi pencapaian tujuan belajar, sekalipun siswa tersebut diberi
kesempatan yang sama untuk mencapai prestasi yang optimal. Salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa adalah motif
berprestasi siswa.
Clifford T. Morgan (Tita Mariana, 2008 ;
84), mengungkapkan bahwa motif adalah sesuatu yang menggerakan atau memacu
orang untuk bertingkah laku. Motif berhubungan erat dengan need (kebutuhan),
keinginan, drives (dorongan) atau implus dari individu.
Motif diarahkan pada tujuan, baik yang
disadari maupun tidak disadari. Motif menyebabkan perilaku individu untuk berbuat
atau bertindak dan membantu individu sehingga terjadinya kegiatan untuk
memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian motif berprestasi merupakan suatu
potensi diri dan sebagai pendorong aktivitas belajar siswa.
Lebih dipertegas lagi oleh Dadi
(2000 ; 72) bahwa dorongan itu datang dari dalam diri individu itu sendiri,
yaitu dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu baik yang bersifat positif
maupun yang bersifat negatif.
Berdasarkan pengamatan serta pelaksanaan
tugas konselor yang dijalankan oleh peneliti sebagai guru Bimbingan dan
Konseling di kabupaten …………. sejak tahun pelajaran 2006/2007 dan 2007/2008,
ditemukan adanya fenomena kecenderungan rendahnya motif berprestasi siswa yang
dialami oleh siswa pada sekolah ini. Fenomena tersebut digambarkan melalui
perilaku belajar siswa yang tidak konsisten, bahkan hal ini lebih diperburuk
lagi dengan kecenderungan menurunnya nilai-nilai tiap bidang studi dari
semester ke semester berikutnya.
Banyaknya siswa yang selalu dengan
sengaja datang terlambat ke sekolah pada jam-jam awal pelajaran antara 20% s/d
30% perhari. Data kujungan siswa keperpustakaan sekolah yang setiap harinya
rata-rata 10%. Siswa melakukan kunjungan ke perpustakaan sekolah dalam skala
besar apabila dipaksakan oleh guru piket harian atau guru-guru bidang studi
disertai pula dengan sangksi yang secara sengaja dirancang oleh guru untuk
memaksakan siswa agar dapat berkunjung ke perpustakaan sekolah.
Guru-guru bidang studi selalu mengeluh
baik ke sesama guru dan guru Bimbingan dan Konseling mengenai perilaku tidak
serius yang ditunjukkan oleh siswa pada saat kegiatan belajar mengajar (KBM)
berlasung di kelas. Pada jam-jam pelajaran apabila guru berhalangan masuk kelas,
siswa lebih memilih berkeliaran sambil bermain baik di dalam maupun di luar
kelas.
Siswa tidak mampu mengambil inisiatif
sendiri untuk memilih perilaku-perilaku positif serta kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan belajar sendiri seperti, membaca, berkunjung ke perpustakaan,
atau melapor ke guru piket guna mencari alternatif lain dalam belajar melainkan
secara diam-diam siswa merencanakan menunggu hingga jam pelajaran tersebut
berakhir tanpa kegitan belajar mengajar. Hampir tiap hari ada sejumlah siswa yang
diberi hukuman oleh guru bidang studi karena siswa tidak mengerjakan pekerjaan
belajar di rumah (PR).
Laporan penelitian tindakan kelas ini
membahas Mapel BK yang diberi judul “ Upaya Untuk Meningkatkan Motif
Berprestasi Siswa Melalui Layanan Bimbingan Belajar Pada Siswa Kelas IX
Smp ………...”, untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam kenaikan
tingkat dari IV a ke IV b. Disini akan di bahas lengkap.
PTK
ini bersifat hanya REFERENSI saja
kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang
menginginkan file PTK BK KELAS IX SMP lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DIEDIT
dari BAB 1 – BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke 08172834988 dengan Format PESAN PTK 003 SMP)
1.DOWNLOAD LAPORAN
HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS BK …
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Ada siswa yang dengan mudah dan tenang
dalam belajar, ada siswa yang kurang tenang bahkan sulit menangkap materi yang
diajarkan oleh guru bahkan sering tidak memiliki keinginan belajar. Ada siswa
yang kreatif menunjukan kreatifitas dalam kegiatan-kegiatan tertentu dan selalu
ingin menemukan hal-hal baru dalam belajar, namun ada siswa yang berprestasi .
Ada siswa yang dengan mudah dan tenang
dalam belajar, ada siswa yang kurang tenang bahkan sulit menangkap materi yang
diajarkan oleh guru bahkan sering tidak memiliki keinginan belajar. Ada siswa
yang kreatif menunjukan kreatifitas dalam kegiatan-kegiatan tertentu dan selalu
ingin menemukan hal-hal baru dalam belajar, namun ada siswa yang
berprestasikurang optimal dimana siswa ini sebenarnya memiliki IQ yang
tergolong tinggi akan tetapi pretasi belajarnya rendah, bahkan ada siswa yang
gagal dalam belajar sehingga tidak sampai selesai sekolahnya (putus sekolah).
Dari hasil tes psikologi yang
dilaksanakan melalui program kerja sama Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
dengan pemerintah kabupaten Kaimana tahun 2007, menggambarkan kondisi
perkembangan porsentasi pentebaran skor integensi (skor T). Secara umum tingkat
inteligensi (IQ) siswa peserta tes di Kaimana tergolong normal dengan skor rata-rata
IQ ± 92. Namun sekor tersebut merupakan skor yang rendah untuk daerah normal.
Terdapat 9 % siswa yang memiliki tingkat IQ 120 ke atas atau tergolong Cerdas
dan sangat Cerdas, tetapi 55 % tergolong di bawah rata-rata atau lebih kecil
dari 90.
Perkembangan kemampuan umum
(inteligensi) dan kemampuan khusus (khusus) siswa SMP sudah berkembang cukup
baik. Perkembangan kemampuan siswa kelas 3 cenderung lebih baik dibanding kelas
1 dan kelas 2. Kelas 2 juga cenderung lebih baik dibanding kelas 1. Terdapat
117 orang siswa yang memiliki IQ 120 ke atas .Hal ini jika dibandingkan dengan
data hasil tes mengenai motif berprestasi yang tersebar pada beberapa sekolah
di kabupaten Kaimana, dapat dilihat adanya suatu perbedaan yang menggambarkan
kondisi belajar siswa di kabupaten Kaimana.
Motif berprestasi siswa SMP maupun SMA/K
umumnya berada pada kategori sedang.Fenomena rendahnya motif berprestasi siswa
pada SMP Negeri …………. berdampak pada hasil belajar yang ingin dicapai bahkan
akan berdampak secara luas pada ukuran sumber daya manusia yang berkualitas.
Dengan demikian perlu diungkapkan secara akurat mengenai hal-hal yang berkaitan
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.contoh ptk bk smp
Hal ini tentunya berkaitan dengan tugas
layanan bimbingan untuk menerapkan layanan bimbingan belajar yang berorientasi
pada bantuan untuk meningkatkan motif berprestasi siswa, agar siswa dapat
berprestasi secara optimal. Abim (2000;77) mengenai tujuan dari layanan
bimbingan belajar adalah membantu agar individu dapat mencapai taraf
perkembangan dan kebahagiaan yang optimal.
Sedangkan bantuan dalam layanan
bimbingan belajar itu sendiri berupa bantuan untuk membekali individu (peserta
didik) agar dapat menyesuaikan dirinya dengan situasi belajar, membentuk
kebiasaan-kebiasaan yang positif agar mencapai prestasi belajar yang optimal.
B. Rumusan Masalah.Secara umum rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah layanan bimbingan belajar bagaimanakah yang
dapat meningkatkan motif berprestasi siswa.Adapun rumusan masalah secara khusus
adalah sebagai berikut;download ptk smp
a. Seberapa tinggi upaya-upaya untuk
meningkatkan motif berprestasi siswa yang dilakukan oleh guru-guru pada SMP
Negeri ………….?
b. Bagaimana gambaran pelaksanaan
layanan bimbingan belajar pada SMP Negeri ………….?
c. Layanan bimbingan belajar
bagaimanakah yang secara hipotetik dapat meningkatkan motif berprestasi siswa
pada SMP Negeri ………….?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umumAdapun yang menjadi tujuan
umum dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan layanan bimbingan belajar
yang dapat meningkatkan motif berprestasi siswa.
2. Tujuan khusus Adapun tujuan khusus
dari penelitian ini adalah sebagai berikut;
a. Mendapat gambaran tingkat upaya yang
dilakukan guru untukmeningkatkan motif berprestasi siswa pada SMP Negeri …………
.b. Mendapatkan gambaran tentang
pelaksanaan layanan bimbinganbelajar yang telah dilaksanakan pada SMP Negeri
…………..
c. Mengembangkan layanan bimbingan
belajar yang secara hipotetikdapat meningkatkan motif berprestasi siswa SMP
Negeri …………..
D. Manfaat Penilitian1. Manfaat
teoritisManfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini sacara teoritis
sebagai berikut;
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memperkaya wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang Bimbingan dan Konseling
terutama kegiatan yang berkaitan dengan layanan bimbingan belajar sebagai upaya
meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Melalui hasil penilitian ini, kiranya
dapat memberi masukan bagi upaya pengembangan layanan bimbingan belajar untuk
meningkatkan motif berprestasi siswa. Penelitian ini juga dapat memberi masukan
kepada peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian pada aspek lain
yang berkaitan dengan upaya meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah.
2. Manfaat praktis
Manfaat yang dapat diperoleh dari
penelitian ini secara praktis adalah;
a. Bagi guru Bimbingan dan Konseling,
bahwa dari penelitian ini akan diperoleh gambaran mengenai upaya-upaya
meningkatkan motif berprestasi siswa SMP Negeri …………., dengan demikian dapat
dilaksanakan layanan bimbingan belajar yang sesuai dengan kebutuhan untuk
meningkatkan motif berprestasi siswa.ptk bk smp kelas 7
b. Bagi guru bidang studi, bahwa dengan
mengetahui langkah yang harus ditempuh sebagai upaya untuk meningkatkan motif
berprestasi siswa, maka guru bidang studi dapat melaksanakan pola pembelajaran
yang sesuai guna meningkatkan prestasi belajar siswa secara optimal
.c. Bagi pihak sekolah, bahwa dengan
memperoleh gambaran mengenai upaya-upaya untuk meningkatkan motif berprestasi
siswa pada SMP Negeri …………., maka pihak sekolah dapat memberi dukungan kepada
setiap guru bidang studi dan guru BK untuk merancang serta mengembangkan
layanan bimbingan belajar guna meningkatkan motif beprestasi siswa sehingga
berdampak terhadap meningkatnya prestasi belajar siswa secara optimal.
E. Asumsia.
a.Siswa dikatakan tinggkat motif
berprestasinya tinggi (sangat baik), apabila siswa dapat menampakkan
perilaku-perilaku belajar positif dan meningkat, misalnya ketika siswa berada
disituasi belajar siswa menampakan pribadi yang bersemangat, kreatif, cepat
mengambil keputusan-keputusan yang positif dalam alternatif belajar, dapat
mewujudkan ide-idenya, serta menunjukan sikap kompetisi dalam belajar.ptk bk
smp kelas 7
b. Upaya meningkatkan motif berprestasi
siswa secara maksimal, melalui suatu layanan bimbingan belajar yang sesuai
dengan kebutuhan siswa, memberi dampak pada pencapaian peningkatan hasil
belajar siswa yang optimal.
F. Metodologi Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang
menggabungkan hasil analisis data yang diperoleh dengan mengguanakan
perhitungan-perhitungan statistik (analisis statistik ) dalam bentuk data
numerikal atau angka-angka sehingga memudahkan proses analisis dan
penafsirannya. Data yang diproses dari hasil wawancara tidak dituangkan dalam
bentuk bilangan statistik, akan tetapi berupa pemaparan gambar pelaksanaan
layanan bimbingan belajar pada SMP Negeri …………. dalam bentuk uraian naratif.
1. Metode PenelitianMetode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode
untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai situasi yang sedang terjadi pada
saat sekarang tanpa memperhatikan keadaan sebelumnya, untuk kemudian dianalisis
dan disimpulkan. Dalam penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk
memperoleh gambaran empiris mengenai profil motif berprestasi siswa dan
gambaran pelaksanaan layanan bimbingan belajar pada SMP Negeri …………..
2. Populasi dan SampelPopulasi
penelitian adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri …………. tahun ajaran 2009 /
2010. Sementara sampel penelitian di lakukan secara acak sederhana (simple
random ), dengan arti untuk dipilih sebagai sampel penelitian.Adapun besarnya
sampel yang diambil dalam penelitian ini di tentukan oleh jumlah populasi
seluruh siswa kelas IX, sesuai dengan pendapat Surakhma (1994:100 ) yang
mengatakan bahwa jumlah populasi berada diantara 100 – 1000 maka, digunaka
sampel sebesar 15% – 50% dari jumlah populasi yaitu sebagai berikut :S = 15% +
(50% – 15% )Keterangans = jumlah sampel yang diambil ( dalam % ) n= jumlah
anggota populasi( Winama Surakhmad : 1994:100 )ptk bk smp doc
G. Teknik pengumpulan dataTeknik
pengumpulan data merupakan suatu langkah yang sangat pentig dalam suatu
penelitian, hal ini dilaksanakan sehingga data yang didapat betul-betul valid
dan reliable. Dalam penelitian ini digunakan alat¬alat pengumpul data berupa;
Instrument Tes Upaya Peningkatan Motif Berprestasi Siswa dan Wawancara tentang
layanan bimbingbelajar.
H. Teknik Analisis dataDalam penelitian
kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh
responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah:
mengelompokan data berdasarkan variable dari seluruh responden, mentabulasi
data berdasarkan variable dari seluruh responden, menyajikan data tiap variable
yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah.
Teknik analisis data dalam penelitian
kuantitatif menggunakan statistik. Terdapat macam-macam statistik yang
digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian, yaitu; statistik deskritif,
dan statistik inferensial, Sugiyono (2008; 207.) Dalam penilitian ini
diggunakan statistik deskriptif untuk menganalisis data.
Skor yang ditampilkan dalam laporan
pengelompokan terhadap upaya-upaya meningkatkan motif berprestasi. Bentuk skor
yang ditampilkan adalah skala 0 – 100 dengan kategori tinggi sekali (TS),
tinggi (T), sedang (S), rendah (R), dan rendah sekali (RS), untuk lebih jelas
pengelompokkannya adalah sebagai berikut:Kategori SkorTinggi Sekali (TS) = 65
ke atasTinggi ( T) = 55 – 64Sedang ( S) = 45 – 54Rendah ( R) = 35 – 44Rendah
Sekali (RS) = 34 ke bawah contoh ptk bk
2.PTK
BK SMP DOC BIMBINGAN KONSELING KELAS IX ~ CONTOH …
BAB II
MOTIF BERPRESTASI DAN BIMBINGAN BELAJAR
A.Motif
Berprestasi
1.Konsep
Motif
Motif
merupakan daya pendorong keinginan, kebutuhan, dan kemauan yang menggerakan
manusia untuk bertingkah laku dan berbuat dengan tujuan tertentu. Hersey et al,
(Tita Mariana, 2008;62) mengemukakan,”motives are
sometimes defined as needs, wants, drives or impulses within the
individual”. Motif merupakan penyebab yang mendasari
perilaku seseorang.
Koontz
dkk, (Tita Mariana, 2008;70) mengemukakan sebagai berikut, Bereson dan Steiner
mendefinisikan istilah motif sebagai suatu keadaan di dalam diri
seseorang (inner state) yang mendorong atau menggerakan (karena “motivasi”),
dan yang mengarahkan atau menyalurkan perilaku ke arah tujuan.
Individu memiliki berbagai macam
kebutuhan. Prioritas pemenuhan kebutuhan bergantung pada kekuatan kebutuhan
tersebut dan rangsangan dari luar. Kebutuhan ini yang akan membangkitkan suatu
dorongan yang mengarahkan individu untuk berusaha mencapai tujuan. Kekuatan
yang mengarahkan tingkah laku individu untuk mencapai tujuan yang disebut
dengan “motif”.
Clifford
T. Morgan (Tita Mariana, 2008;84), berpendapat bahwa motif adalah sesuatu yang
menggerakan atau memacu orang untuk bertingkah laku. Motif berhubungan erat
dengan need (kebutuhan), keinginan, drives (dorongan)
atau implus dari individu. Motif diarahkan pada tujuan, baik yang disadari
maupun tidak disadari. Motif menyebabkan perilaku individu untuk berbuat atau
bertindak dan membantu individu sehingga terjadinya kegiatan untuk memenuhi
kebutuhannya.ptk bk smp doc
Wismaningsih
(Tita Mariana, 2008;84) memberikan definisi motif adalah “a recurrent concern for a goal state based on a
natural incentive a concern that energizes, orients, and select
behavior”. Bahwa motif berhubungan dengan perhatian
yang dicurahkan seseorang terhadap sesuatu tujuan yang bersumber pada inisiatif
alamiah.
2. Konsep Motif Berprestasi
Motif berprestasi adalah suatu potensi
di dalam diri seseorang untuk menggerakan dirinya sendiri sehingga secara
disadari dapat memperoleh perubahan baik berupa perubahan kognitif (kemampuan
berfikir), juga efektif (kemampuan memahami), serta psikomotor (kemampuan
mengekspresikan lewat gerak tubuh).
Motif berprestasi mengacu pada konsep
Clifford T. Morgan (Tita Mariana, 2008;88) motif untuk menyelesaikan
tugas-tugas yang sulit untuk menyaingi dan mengungguli orang lain.
McClelland
(Titah Mariana, 2008;87) mengatakan bahwa motif berprestasi, “…success in compettion with some standard of excellence”, yaitu bersaing untuk mencapai
keberhasilan dengan beberapa standar keunggulan.ptk bk smp 2014
Motif berprestasi menurut McClelland,
merupakan tiga motif sosial yang mendasari tingkah laku individu untuk mencapai
tujuan. Motif ini dapat dipelajari dalam hubungan seseorang dengan orang lain,
di dalam berbagai situasi dan perilaku yang meliputi standar-standar
keunggulan. Dalam situasi yang menuntut prestasi, individu akan terdorong untuk
menampakan tingkah laku tertentu atau berusaha semaksimal mungkin untuk
mencapai prestasi yang memenuhi keunggulan. Keberhasilan individu dalam
mencapai tujuan akan semakin meningkatkan perilakunya untuk berprestasi.
Seseorang yang memiliki motif
berprestasi menurut pendapat McClelland (Tita Mariana, 2008;90) akan menampakan
ciri-ciri tingkah laku sebagai berikut;
1. Melakukan aktifitas untuk berprestasi
sebaik-baiknya.
2. Mengadakan antisipasi berencana untuk
keberhasilan pelaksanaan tugasnya.
3. Melakukan kegiatan secara kreatif dan
inovatif yaitu dengan berusaha mencari cara-cara sendiri dan cara-cara baru
untuk memenuhi rasa ingin tahunya.
4. Berusaha sekuat kemampuannya dalam
mencapai cita-cita yaitu belajar keras, tekun dan ulet.
5. Tidak takut gagal, berani mengambil
resiko dan mempertimbangkan kemampuan. Ia cenderung memilih tugas yang tingkat
kesulitannya moderat namun menantang keahlian dan kemampuannya.
6. Mempunyai tanggung jawab personal.
Artinya, ia merasa bertanggung jawab secara pribadi dalam mencapai tujuannya,
dan berusaha sekuat kemampuannya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang
dihadapinya.
7. Berusaha melakukan kegiatan yang
melampaui standar keunggulan internal maupun eksternal dan memperhatikan umpan
balik serta perbuatan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa motif berprestasi merupakan suatu kondisi dalam diri individu
yang mempengaruhi kesiapan, mendorong serta mengarahkan tingkahlaku individu,
bahkan menentukan tingkat usaha yang akan dilakukan individu
untuk mencapai suatu tujuan. Namun
tingkah laku yang didasari motif berprestasi ini, dapat ditampilkan atau tidak
ternyata tidak terlepas dari pengaruh situasi dan lingkungan. Artinya apakah
lingkungan akan memberi peluang bagi individu untuk mewujudkan motif
berprestasi melalui tingkah laku tertentu.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
siswa yang memiliki motif berprestasi yang tinggi adalah siswa yang dapat
menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut;
1. Melakukan aktifitas belajar untuk
berprestasi setinggi-tingginya.
2. Mengadakan perencanaan untuk
keberhasilan pelaksanaan tugas dalam belajarnya.
3. Melakukan kegiatan belajar secara
kreatif dan inovatif yaitu dengan berusaha mencari cara-cara sendiri dan cara-cara
baru untuk memenuhi rasa ingin tahunya.
4. Berusaha sekuat kemampuannya dalam
mencapai cita-cita yaitu belajar keras, tekun dan ulet.
5. Tidak takut gagal, berani mengambil
resiko dan mempertimbangkan kemampuan. Ia cenderung memilih tugas yang tingkat
kesulitannya, dapat menantang kemampuannya.
6. Mempunyai tanggung jawab personal.
Artinya, siswa merasa bertanggung jawab secara pribadi dalam mencapai
tujuannya, dan berusaha sekuat kemampuannya untuk menyelesaikan tugas-tugas
yang dihadapinya.
7. Berusaha melakukan kegiatan belajar yang
melampaui standar keunggulan internal maupun eksternal dan memperhatikan umpan
balik hasil belajarnya.
8. Aktifitas sosialnya selalu diarah dan
dilaksanakan dengan maksud untuk mendukung usaha dirinya mencapai prestasi
belajar yang maksimal.
9. Upaya-Upaya untuk Meningkatan Motif
Berprestasi Siswa
Motif merupakan dorongan yang ada dalam
diri individu, aktifitas guna tercapai tujuannya. Untuk meningkatkan motif
berprestasi siswa, diperlukan upaya-upaya semaksimal mungkin. Dalam proses belajar,
guru perlu melakukan berbagi upaya tertentu secara nyata.
Koontz
dkk, (Tita Mariana, 2008;70) mengemukakan sebagai berikut, Bereson dan Steiner
mendefinisikan istilah motif sebagai suatu keadaan di dalam diri
seseorang (inner state) yang mendorong atau menggerakan karena “motivasi”,
mengarahkan atau menyalurkan perilaku ke arah tujuan. Dengan kata lain
“motivasi” adalah istilah umum yang mencakup keseluruhan dorongan, keinginan,
kebutuhan, dan daya yang sejenis.
Uraian tersebut menggambarkan adanya hubungan
yang erat antara motif dan motivasi. Motif merupakan dorongan yang ada dalam
diri individu, sedangkan motivasi merupakan bagaimana caranya mendorong
individu untuk melakukan suatu aktifitas guna tercapai tujuannya. Dengan
demikian untuk meningkatan motif berprestasi dilakukan melalui upaya
meningkatkan motivasi.
Motivasi merupakan pendorong yang
berfungsi mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Hal-hal yang
hendak diperbuat manusia, apakah itu penting maupun kurang penting, berbahaya
maupun tidak berbahaya selalu ada motivasi. Motivasi ialah suatu proses untuk
menggalakkan tingkah laku supaya dapat mencapai maksud tertentu.
Konsep motivasi menjadi sulit untuk
dipahami karena kesannya tidak dapat diketahui secara langsung. Motivasi dapat
diukur dengan melibatkan proses berbagai dorongan diri serta kelakuan seseorang
dari segi perubahan, keinginan, keperluan dan maksud atau tujuannya.
Mc
Donald (Oemar, 1999;106) merumuskan, bahwa…”motivation is
and energy change within the person characterized by afective arousal and
auticipatory goal reaction” yang
artinya, bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan.
Dari berberapa pengertian konsep
mengenai motif dan motivasi, terlihat bahwa sub stansi motivasi terdiri atas;
1. Suatu perubahan energi dalam diri
pribadi seseorang untuk melakukan kegiatan baik bersifat positif maupun
bersifat negatif.
2. Perubahan energi tersebut menimbulkan
dorongan kepada seseorang untuk berperasaan, bereaksi, dan berperilaku.
3. Dorongan yang menimbulkan perasaan,
reaksi, dan perilaku tersebut adalah untuk mencapai tujuan tertentu.
Ketiga substansi ini, sejalan dengan
penjelasan oleh Abin (2000;37) bahwa motivasi merupakan;
1. Suatu kekuatan (power) atu tenaga (forces) atau
daya (energy).
2. Suatu keadaan kompleks (a complex state) dan kesiapan (preparatoryset) dalam diri individu (organisme) untuk bergerak (to move, motion,motive) ke arah tujuan tertentu,
baik disadari maupun tidak disadari.
Abin
menambahkan bahwa motivasi tersebut timbul dan tumbuh serta berkembang dengan
jalan, datang dari dalam diri individu itu sendiri (intrinsik) dan
juga datang dari lingkungan (ekstrinsik).
Istilah motivasi yang mengacu pada
konsep MC. Donald (Oemar ,199 ;106) bahwa motivasi adalah suatu perubahan
energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan
dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dari rumusan ini ada tiga unsur yang saling
berkaitan, ketiga unsur tersebut adalah sebagai berikut;
1. Motivasi dimulai dari adanya perubahan
energi dalam pribadi. Perubahan tersebut terjadi disebabkan oleh perubahan
tertentu pada sistem neurofisiologis dalam organism manusia.
2. Motivasi ditandai oleh timbulnya
perasaan (afective arousal). Mulamula berupa ketegangan
psikologis, lalu berupa suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan tingkah
laku yang bermotif. Perubahan ini dapat diamati lewat perbuatan inidividu.
3. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi
untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi memberikan respon-respon ke
arah suatu tujuan tertentu. Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan
yang disebabkan oleh perubahan energy dalam diri individu. Tiap respon
merupakan suatu langkah kearah mencapai tujuan.
Para ahli mengadakan pembagian jenis
motivasi menurut teori dan pendekatanya masing-masing. Dari
pendekatan-pendekatan tersebut dapat kita kenal dengan;
(1)pendekatan teori Maslow yang juga
dikenal dengan teori kebutuhan,
(2)pendekatan fungsional,
(3)pendekatan deskriptif.
Pendekatan-pendekatan tersebut sebagai landasan teori motivasi, yang pada prinsipnya
untuk memperjelas tentang, apa, mengapa, serta bagaimana tentang motivasi itu
sendiri.
Dalama penelitian ini, digunakan
pendekatan fungsional sebagai sumber motivasi bagi individu. Pendekatan
funsional dalam Oemar (1999;1 10) bahwa pendekatan ini berdasar pada
konsep-konsep yakni: penggerak, harapan, dan inisiatif, hal ini lebih
diperjelas sebagai berikut;
1. Upaya mengerakkan motivasi, yaitu guru
perlu berupaya menciptakan lingkungan belajar yang merangsang agar siswa
memberikan sambutan terhadap pelajaran dari guru.
2. Upaya pemberian harapan, bahwa para
siswa memiliki harapanharapan tertentu setelah menyelesaikan pelajaran, atau
tugas tertentu
3. Guru perlu memberikan harapan-harapan
tertentu untuk menggugah motivasi belajar siswa, hal ini dilakukan dengan
cara-cara; .(1 )rumusakan tujuan-tujuan pembelajaran sekhusus mungkin,
operasional dan dapat diamati, (2)tunjuan-tujuan pembelajaran disusun menjadi
tujuan langsung, intermediate, dan jangka panjang, (3)mengubah harapan-harapan
siswa tentang kegagalan menjadi harapan-harapan keberhasilan siswa melalui
pemberian informasih untuk mencapai hasil yang diharapkan sehingga menimbulkan
motif-motif yang bermakna dan siswa dapat berbuat sasuatu yang belum
dikerjakan, (4)peningkatann aspirasi sebagai pengaruh dari harapan untuk
emninggalkan kegagalan menjadi harapan mencapai keberhasilan.
4. Upaya pemberian insentif, bahwa insentif
adalah obyek tujuan atau simbol-simbol yang digunakan oleh guru untuk
meningkatkan motivasi siswa, melalui; (1)upan balik hasil tes, (2)pemberian
hadiah dan dorongan secara lisan atau tertulis, (3)pemberian komentar terhadap
hasil pekerjaan siswa, (4)persaingan dan kerja sama dengan maksud untuk
mencapai kepuasan secara perorangan dan kepuasan karena hasil yang dikerjakan
secara bersama.
5. Upaya pengaturan tingkah laku siswa,
bahwa guru perlu mengatur tingkah laku siswa dengan cara restitusi, yaitu
menuntut agara siswa melakukan respons yang sebenarnya sebagai pengganti
tindakan yang awalnya tidak benar, dan ripple effect, yaitu mempengaruhi siswa
secara berkesinambungan serta konsistens dari suasana kelas yang berdisiplin
terhadap siswa, sehingga menimbulkan asumsi siswa bahwa suatu kegiatan yang
dilakukannya dapat diduga hal yang bakal terjadi.
B. Bimbingan
Belajar
1. Definisi Bimbingan
Istilah
bimbingan berasal dari kata guidance dengan kata dasar guide yang
berarti menunjukkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan, Uman (2007;9).
Sedangkan Kartadinata (1998;3), menjelaskan bimbingan merupakan proses membantu
individu untuk mencapai perkembangan optimal.
Esensi dari bimbingan pada dasarnya
terletak pada proses pemberian bantuan yang diberikan umumnya berkaitan dengan
kebutuhan individu yang dibimbing untuk mencapai perkembangan diri yang
optimal. Sebagai layanan yang bergerak dibidang pengembangan diri , bimbingan
lebih tepatnya berupaya untuk membantu individu agar mencapai kematangan sesuai
dengan tugas perkembangan yang tengah dijalani individu dalam hidupnya.
Hal ini sesuai dengan arah pendekatan
bimbingan dan konseling dewasa ini yang lebih menekankan perkebangan sebagai
tujuan utama penyelenggaraan bimbingan dan konseling, sebagaimana yang
ditegaskan oleh Wimkel (1991 ;6 1) bahwa bimbingan adalah bantuan yang
diberikan supaya orang perorang atau kelompok orang yang dilayani menjadi mampu
menghadapi tugas-tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas, mewujudkan
kesadaran dan kebebasan itu dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana,
serta mengambil tindakan-tindakan penyesuaian diri secara memadai.
Lebih jelasnya Nurihsan dan Sudianto,
(2005;8) menegaskan bahwa bimbingan membantu individu mencapai tugas-tugas
perkembangan remaja secara optimal sebagai mahluk Tuhan, sosial, dan pribadi.
Definisi-definisi yang telah dipaparkan
memberi konsep bahwa bimbingan memiliki arti yang lebih luas dari sebagai upaya
untuk membantu individu, yaitu bagaimana merencanakan bimbingan sampai pada
evaluasi pelaksanaan bimbingan, guna menemukan langkah-langkah selanjutnya
dalam usaha memberi bantuan.
Dengan demikian bantuan yang diberikan
hendaklah dilakukan berdasarkan analisis; (a)kebutuhan individu, (b)harapan dan
kondisi lingkungan, (c)direncanakan secara matang, (d)disusun dengan melibatkan
semua personil sekolah, wali kelas, guru bidang studi, orang tua bahkan para
peserta didik sesuai dengan fungsi, peran dan kewenangannya, (e)dalam
pelaksanaannya memperhatikan fasilitas, tempat dan waktu, serta (f)dilakukan
dengan penuh tanggung jawab melalui proses evaluasi, baik terhadap program,
proses maupun hasil yang dipainya (Uman, 2007;10).
2. Tujuan Bimbingan
Tujuan bimbingan dan konseling yang
paling mendasar adalah untuk dimilikinya (menjadi lebih mampu), mendorong orang
tua dalam mengawasi dan mendampingi perkembangan anak-anaknya, serta mendorong
para guru untuk menyediakan atmosfir pembelajaran dikelas yang lebih sehat dan
kondusif (Schmidt, 1993;3).
Selain itu Nurihsan dan Sudianto
(2005;10) menyatakan bahwa tujuan bimbingan pada akhirnya membantu individu
dalam mencapai; (a)kebahagiaan dalam pribadi sebagai mahluk Tuhan, (b)kehidupan
yang produktif dan efektif dalam masyarakat, (c)hidup bersama dengan individuindividu
lain, dan (d)harmoni antara cita-cita mereka dengan kemampuan yang dimilikinya.
(Uman, 2007;1 1), mengemukakan bahwa
tujuan bimbingan bukan hanya untuk memcahkan masalah yang dihadapi individu
tetapi agar individu memiliki pemahaman tentang potensi yang dimilikinya, mampu
memanfaatkan potensi untuk meraih keberhasilan minat dan cita-cita
masing-masing sesuai dengan tuntutan kehidupan lingkungannya, serta mampu
mengembangkan potensi yang dimilki individu dan lingkungannya secara optimal.
3. Definisi Bimbingan Belajar
Totok Santoso Suliasih, (2004;206)
mengungkapkan tentang pengertian bimbingan belajar sebagai proses pertolongan
dari pembimbing kepada peserta yang dibimbing untuk memecahkan kesulitan yang
berhubungan dengan masalah belajar agar peserta didik dapat mengembangkan
keterampilan belajarnya, dan membantu kebiasaankebiasaan belajar dengan
sistematik dan konsisten hingga peserta didik dapat mencapai prestasi
semaksimal mungkin.
Jika
dikaitkan dengan prestasi belajar siswa, maka dalam Abin (2000;274) menggunakan norm referenced yaitu prestasi seorang siswa dibandingkan dengan
prestasi siswa lainnya (baik teman sekelompoknya di tempat yang sama maupun
ditempat lain), maka kita akan menemukan kategori siswa sebagai berikut;
1. Mereka yang prestasi belajarnya selalu
berada diatas nilai rata-rata prestasi kelompoknya (higher group) siswa unggulan.
2. Mereka yang prestasi belajarnya selalu
berada disekitar nilai rata-rata (mean) dari
kelompoknya.
3. Mereka yang prestasi belajarnya selalu
berada di bawah nilai rata-rata prestasi kelompoknya (lower group) yaitu siswa berprestasi belajar
rendah.
Berdasarkan
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar merupakan proses
membantu, melayani, serta mendekati siswa, agar siswa dapat memahami dirinya,
mengenal lingkungan sekitarnya dan dapat mengarahkan dirinya lalu mengambil
tindakan yang sesuai tuntutan dan keadaan lingkungan pendidikan. Dalam
kaitannya dengan siswa pada kategori (lower
group) bahwa bimbingan belajar merupakan bantuan
agar siswa mencapai prestasi belajar yang optimal.
4. Tujuan Bimbingan Belajar
Abin Syamsudin (2000;277) mengungkapkan
tujuan dari layanan bimbingan adalah agar individu dapat mencapai taraf
perkembangan dan kebahagiaan yang optimal. Sedangkan layanan bimbingan belajar
sendiri bertujuan untuk membantu dan membekali individu (siswa) agar dapat
menyesuaikan diri dengan situasi belajarnya, membentuk kebiasaankebiasaan
belajar yang positif guna mencapai prestasi belajar yang optimal.
5. Prosedur Pelaksanaan Bimbingan Belajar
Menurut Abin Syamsudin (2000;283)
prosedur pelaksanaan bimbingan belajar dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut:
a.Identifikasi Kasus
Langkah ini bertujuan untuk menjawab
pertanyaan: siapa saja siswa yang dapat ditandai atau diduga memerlukan layanan
bimbingan belajar?. Identifikasi ini dapat dilakukan dengan cara: (a) memanggil
siswa secara bergiliran; (b) membina hubungan baik di luar proses pembelajaran
di kelas; (c) mengadministrasikan tes intelegensi, bakat, mengadakan orientasi
studi yang membicarakan karakteristik atau perbedaan individu; (d) melakukan
analisis terhadap prestasi belajar siswa; (e) melakukan analisis sosiometris.
b.Identifikasi Masalah
Langkah ini bertujuan untuk menjawab
pertanyaan: jenis masalah apakah yang dialami siswa dan bagaimana karakteristik
dari masalah tersebut?. Secara substabtif masalahnya dapat dikelompokkan
sebagai masalah: (a)kelompok isi materi pelajaran yang dirasakan sulit;
(b)salah satu jenis dan tingkatan kategori belajar dari delapan kategori
belajar menurut Gagne; (c)masalah mungkin terletak pada aspek kognitif,
afektif, atau psikomotor; (d)mungkin terletak pada beberapa aspek kepribadian:
konsep diri, sosialitas, emosionalitas, moralitas atau responsibilitas.Pada
langkah ini dilakukan perkiraan dan pengamatan tentang apa saja yang menjadi
faktor penyebab terjadinya masalah. Hal yang perlu didiagnosis adalah: input
siswa, iklim pembelajaran di sekolah, serta tujuan-tujuan pendidikan.
c.Prognosis
Langkah ini bertujuan untuk menjawab
pertanyaan, apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi,
serta adakah alternatif pemecahan yang mungkin untuk ditempuh.? Berdasarkan
pertimbangan berat ringannya permasalahan yang bersangkutan, barulah kita dapat
memperkirakan apakah permasalahan itu masih mungkin dipecahkan atau tidak
.d.Remedial dan Refferal
Kalau
jenis masalah bertalian dengan sistem belajar dan masih dalam batas kesanggupan
guru, maka seharusnya bantuan melalui layanan bimbingan belajar dilakukan oleh
guru sendiri (remedial). Tetapi jika masalahnya telah menyangkut aspek-aspek
kepribadian yang sangat mendalam maka selayaknya guru hanya membuat rekomendasi
kepada ahli yang berkompeten (referral).
e.Evaluasi dan Follow Up
Cara yang ditempuh agar memperoleh data
sebagai indikator keberhasilan layanan bimbingan belajar, adalah melalui
observasi, berinteraksi dengan siswa dan komunikasi dengan guru bidang studi
serta dalam kesempatan layanan bimbingan di berbagai kesempatan yang bersifat
pribadi maupun dalam berbentuk kelompok.
3.CONTOH
PTK BK SMP DOC
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Pendekatan PenelitianPendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu suatu
pendekatan yang menggabungkan hasil analisis data yang diperoleh dengan
mengguanakan perhitungan-perhitungan statistik ( analisis statistik ) dalam
bentuk data numerikal atau angka¬angka sehingga memudahkan proses analisis dan
penafsirannya. Data yang diproses dari hasil wawancara tidak dituangkan dalam
bentuk bilangan statistik, akan tetapi berupa pemaparan gambar mengenai layanan
bimbingan belajar yang ada pada SMP Negeri …………. dalam bentuk uraian naratif.
2. Metode PenelitianMetode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode
untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai situasi yang sedang terjadi pada
saat sekarang tanpa memperhatikan keadaan sebelumnya, untuk kemudian di
analisis dan di simpulkan. Dalam penelitian ini metode deskriptif digunakan
untuk memperoleh gambaran empiris mengenai profil motif berprestasi siswa dan
layanan bimbingan belajar pada SMP Negeri …………..
3. Populasi dan SampelPopulasi
penelitian adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri …………. tahun ajaran 2009 /
2010. Sementara sampel penelitian di lakukan secara acak sederhana (simple
random ), dengan arti untuk dipilih sebagai sampel penelitian.Adapun besarnya
sampel yang diambil dalam penelitian ini di tentukan oleh jumlah populasi
seluruh siswa kelas IX, sesuai dengan pendapat surakhma (1994:100 ) yang
mengatakan bahwa jumlah populasi berada diantara 100 – 1000 maka, digunaka
sampel sebesar 15% – 50% dari jumlah populasi yaitu sebagai berikut :S = 15%
+Keterangans = jumlah sampel yang diambil ( dalam % )n= jumlah anggota
populasi( Winama Surakhmad : 1994:100 )Dari rumus tersebut dapat diterapkan
Populasi berjumlah N= 126
Populasi berjumlah 126 orang siswa dari total empat (4) kelas, maka presentase
ukuran sampel 49% dari 126 orang adalah 62 orang siswa. Tabel 1.1Pemilihan
jumlah populasi dan ukuran sampelKelas Jumlah populasi Ukuran
sampelIXaIXbIXcIXd 32323131 16161515Jumlah 126 62
B. Definisi Oprasional
Penelitian ini meliputi dua variabel,
yaitu layanan bimbingan belajar dan motif berprestasi siswa, adapun kedua
variable tersebut adalah sebagai berikut;1. Totok Santo so Suliasih,
(2004:2006) mengungkapkan tentang pengertian bimbingan belajar sebagai proses
pertolongan dari pembimbing kepada peserta yang dibimbing untuk memecahkan
kesulitan yang berhubungan dengan masalah belajar agar peserta didik dapat
mengembangkan keterampilan belajarnya, dan membantu kebiasaan-kebiasaan belajar
dengan sistematik dan konsisten dapat mencapai prestasi semaksimal mungkin.
Menurut Abin Syamsudin (2000:283)
prosedur pelaksanaan bimbingan belajar dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut:a. Identifikasi KasusLangkah ini bertujuan untuk menjawab
pertanyaan: siapa saja siswa yang dapat ditandai atau diduga memerlukan layanan
bimbingan belajar?.
Identifikasi ini dapat dilakukan dengan
cara: (a)memanggil siswa secara bergiliran;(b)membina hubungan baik di luar
proses pembelajaran di kelas; (c)mengadministrasikan tes intelegensi, bakat,
mengadakan orientasi studi yang membicarakan karakteristik atau perbedaan
individu; (d)melakukan analisis terhadap prestasi belajar siswa; (e)melakukan
analisis sosiometris.
b. Identifikasi Masalah
Langkah ini bertujuan untuk menjawab
pertanyaan: jenis masalah apakah yang dialami siswa dan bagaimana karakteristik
dari masalah tersebut?. Secara substabtif masalahnya dapat dikelompokkan
sebagai masalah: (a) kelompok isi materi pelajaran yang dirasakan sulit; (b)
salah satu jenis dan tingkatan kategori belajar dari delapan kategori belajar
menurut Gagne; (c) masalah mungkin terletak pada aspek kognitif, afektif, atau
psikomotor; (d) mungkin terletak pada beberapa aspek kepribadian: konsep diri,
sosialitas, emosionalitas, moralitas atau responsibilitas.
Pada langkah ini dilakukan perkiraan dan
pengamatan tentang apa saja yang menjadi faktor penyebab terjadinya masalah.
Hal yang perlu didiagnosis adalah: input siswa, iklim pembelajaran di sekolah,
serta tujuan-tujuan pendidikan.
c. Prognosis
Langkah ini bertujuan untuk menjawab
pertanyaan, apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi,
serta adakah alternatif pemecahan yang mungkin untuk permasalahan yang
bersangkutan, barulah kita dapat memperkirakan apakah permasalahan itu masih
mungkin dipecahkan atau tidak.
d. Remedial dan Refferal
Kalau jenis masalah bertalian dengan
sistem belajar dan masih dalam batas kesanggupan guru maka seyogyanya bantuan
bimbingan dilakukan oleh guru sendiri (remedial). Tetapi jika masalahnya telah
menyangkut aspek-aspek kepribadian yang sangat mendalam maka selayaknya guru
hanya membuat rekomendasi kepada para ahli (referral).
e. Evaluasi dan Follow Up
Cara yang ditempuh agar memperoleh data
di atas indikator keberhasilan layanan dapat dilakukan melalui observasi selama
kontak atau berinteraksi dan komunikasi dalam rangka bimbingan di berbagai
kesempatan yang bersifat pribadi.2. Motif berprestasi yang dirumuskan oleh Mc
Clelland (Tita Mariana 2008;87,88) adalah “…doing something well or doing
something better than it been done before, more eficiently, more quickly with
labor, with a better result”.
Yang artinya mengerjakan sesuatu dengan
baik atau lebih baik dari sebelumnya, lebih efesian, lebih cepat dengan hasil
yang lebih baik. Ini berarti siswa yang memiliki motif berprestasi yang tinggi,
mau menunjukan perilaku belajar lebih baik, lebih efesien, lebih cepat, serta
hasilnya lebih baik dari siswa lain atau melakukan kegiatan belajar lebih baik
dari kegiatan belajar sebelumnya.
Pengertian kompetisi dengan standar
keunggulan mencakup; (a)aktifitas yang bersifat kompetitif, yaitu berusaha
mengerjakan sesuatu (belajar) sebaik mungkin, atau lebih baik dari pada yang
dilakukan siswa lain, (b)adanya keinginan untuk bersaing dengan hasil. Disini
mengandung arti ada perasaan bangga jika berhasil, dan belajar dengan sangat
berhati¬hati, (c)adanya tuntutan dari dalam diri siswa untuk belajar dengan
baik, yang meliputi intensitas dan kualitas dari perilaku belajar secara
hati-hati dan teliti.
Dari penjelasan di atas, dapat
diungkapkan bahwa layanan bimbingan belajar merupakan bentuk bantuan yang
diberikan kepada siswa agar siswa dapat melaksanakan kegiatan belajar
sebagaimana yang diharapakan. Layanan bimbingan belajar tersebut dimaksudkan
untuk meningkatkan motif berprestasi siswa. Dengan meningkatkan motif
berprestasi, maka siswa mampu menampakan suatu kekuatan serta dorongan entah
secara intrinsik maupun ekstrinsik sebagai dasar munculnya perasaan, reaksi,
dan perilaku.
Esensi dari motif berprestasi ini
sendiri bermuara pada seberapa besar kekuatan, tenaga, dan daya, yang menjadikan
siswa untuk siap bergerak guna mencapai hasil belajar yang lebih baik. Dalam
upaya mencapai hasil belajar akibat motif berprestasi ini, siswa akan bergerak
tanpa disadari maupun secara sadar, dalam keadaan sederhana (simple) bahkan
sampai pada keadaan yang sulit sekalipun (a complex state) guna mencapai
prestasi belajarnya yang optimal
.C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan sebagai alat
pengumpul data dalam penelitian ini adalah, menggunakan Instrumen Tes
Peningkatan Motif Berprestasi Siswa untuk mengukur empat variable yang bekaitan
dengan upaya meningkat motif berprestasi siswa, dengan alternatif jawaban;
selalu, sering, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah. Selain itu peneliti
juga menggunakan instrumen berupa pedoman wawancara untuk mengungkapkan
gambaran layanan bimbingan belajar.Untuk mengungkapkan data penelitian yang
benar-benar valid dan dapat diandalkan, maka instrument penelitian dipilih
melalui tahapan-tahapan sebagai berikut.
1. Menguraikan masing-masing variable
atas beberapa aspek dan indikator kedalam pertanyaan-pertanyaan sebagai alat
tes.
2. Sedangkan untuk mengetahui kondisi
penyelenggaraan layanan bimbingan belajar di SMP Negeri …………., peneliti
merumuskan pedoman wawancara berdasarkan aspek yang berkaitan dengan prosedur
atau langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan layanan bimbingan
belajar. Untuk lebih jelasnya kisi-kisi pedoman wawancara dapat dilihat pada
table 1.2 dan table 1.3 pada daftar lampiran.
4.DOWNLOAD
PTK BK SMP DOC
BAB
V.
KESIMPULAN
DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Upaya untuk meningkatkan motif
berprestasi siswa kelas IX SMP Negeri 1 ………… tahun pelajaran 2009/2010 berada
pada kategori sangat tinggi. Hal ini berarti aspek-aspek dalam upaya
peningkatan motif berprestasi siswa kelas IX SMP Negeri 1 ………… dapat
dikategorikan baik.
2. Pelaksanaan bimbingan dan konseling
yang ada pada SMP Negeri 1 ………… berlangsung belum optimal oleh sebab itu harus
dioptimalkan peranananya.
3. Layanan bimbingan belajar yang dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa adalah layanan bimbingan belajar yang
sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan demikian siswa akan berprestasi mencapai
standar keunggulan mencakup; (a)aktifitas yang bersifat komepetetif, yaitu
berusaha mengerjakan sesuatu (belajar) sebaik mungkin, atau lebih baik dari
yang dilakukan siswa lain, dan (b)adanya keinginan untuk bersaing dengan hasil.
Disini mengandung arti ada perasaan bangga jika berhasil, dan belajar dengan
sangat berhati-hati, (c)adanya tuntutan dari dalam diri siswa untuk belajar
dengan baik, yang meliputi intensitas dan kualitas dari perilaku belajar secara
hati-hati dan teliti.
B. RekomendasiBerdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan, berikut diuraikan beberapa rekomendasi sebagai
masukan terutama bagi guru pembimbing, pihak sekolah dan peneliti selanjutnya
yang tertarik pada masalah yang sama.
1. Hasil penelitian menyatakan bahwa
secara keseluruhan siswa kelas IX SMP Negeri 1 ………… yang menjadi sampel
penelitian memberi gambaran bahwa pihak sekolah telah melaksanakan upaya untuk
meningkatkan motif berprestasi siswa dengan kategori baik. Namun hal yang
menjadikan prestasi belajar siswa menjadi tidak maksimal terletak pada kesiapan
kepribadian siswa tersebut untuk menggerakan dirinya sendiri guna mencapai
prestasi belajar yang optimal.
Karena itu adanya peranan guru Bimbingan
dan Konseling hendaknya lebih mengoptimalkan kerjanya, terutama upaya untuk
menerapkan layanan dan tugas yang berkaitan dengan upaya meningkatkan motif
prestasi belajar siswa. Langkah-langkah dalam profesionalisme kerja guru
bimbingan konseling yang benar dan maksimal akan menjadi sangat membantu siswa
dalam mencapai prestasi belajar yang optimal.
2. Bagi Pihak SekolahRekomendasi kepada
pihak sekolah diantaranya; Memberi perhatian terhadap upaya merangsang guru BK
untuk bekerja lebih professional dalam menjalankan tugasnya. Pihak sekolah
hendaknya memberi dukungan sepenuhnya terhadap segala upaya yang dilakukan
pembimbing dalam meningkatkan motif breprestasi siswa dan meningkatkan saling
menghargai serta kerja sama sehingga setiap personil sekolah yang berkompeten
dengan tugas bimbingan bisa bekerja dengan penuh bergairah. Hal ini tentunya
tidak terlepas dari bagaimana jajaran sekolah teristimewa pimpinan sekolah
dapat meminta pertanggunjawaban guru bimbingan terhadap bagian yang menajadi
tanggung jawab kerjanya.
3. Bagi Peneliti SelanjutnyaMengadakan
penelitian yang lebih spesifik pada bagian-baian tertentu dari motif
berprestasi individu serta bagaimana meningkatkan motif berprestasi indidvidu.
Misalnya faktor-faktor kepribadian yang berhubungan dengan motif berprestasi
individu, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai secara optimal. Selain itu
penelitian akan lebih terfokus, pada aspek yang labih spesifik dan hasilnya
tentu diharapkan menjadi lebih optimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi,
A dan Suproyono, W (2004) Psikologi
Belajar. Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta.
Bloom(1955) Pengertian Belajar dan Teori-Teori belajar. Media internet. Bandung Fokus Media
Gustina,G.
(2001) Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar. Skripsi Sarjana Pada
Jurusan PPB FIP UPI.
Hilgard
(1981) Pengertian Belajar dan Teori-Teori
belajar. Media internet. Bandung Fokus Media
Hamalik,
Oemar (1990) Metode Belajar dan kesulita-kesulitan
Belajar. Edisi 3. Bandung Penerbit Tarsito
Kartadinata,
dkk (2007) Rambu-Rambu Penyelengaraan Bimbingan dan
Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Penyunting: Dedi Herdiana Hafid Nandang Budiman.
Departemen Pendidikan Nasional
Mariana
Tita Djuwita (2008). Strategi Pengembangan
Dosen: Kaitannya dengan Motif Berprestasi dan Produktifitas Kerja Dosen.Bandung: Lotus Mandiri.
Makmun,
Abin Syamsudin (2000) Psikologi Pendidikan:
Perangkat
Terima kasih telah berkunjung di
Musiyanto Blog yang membahas CONTOH PROPOSAL PTK BK SMP DOC ini dapat membantu
Anda dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Jika
berkenan, mohon bantuannya untuk memberi vote Google + Rekomendasikan ini di
Google untuk halaman ini dengan cara mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun
Google anda sedang login, hanya dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima
kasih atas bantuannya.