DOWNLOAD LENGKAP PTK BAHASA INDONESIA SMP KELAS VII DOC-Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua tahap, yaitu siklus I, dan siklus II dengan subjek penelitian siswa kelas VII-1 SMPN 2 … Kabupaten Tangerang yang berjumlah 34 siswa. Variabel penelitian dibagi menjadi dua yaitu variabel keterampilan menceritakan kembali cerita anak dan variabel penggunaan teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin dalam pembelajaran menceritakan kembali cerita anak. Instrumen penelitian berupa instrumen tes dan instrumen nontes. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes dan teknik nontes. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
Proses pembelajaran menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin pada siklus I dan siklus II proses pembelajaran berjalan cukup baik, dari kegiatan pendahuluan hingga penutup sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Tahapan inti berisi tentang diberikannya penjelasan mengenai menceritakan kembali, unsur-unsur cerita anak, serta hal-hal yang harus diperhatikan ketika menceritakan kembali, kemudian guru memberikan contoh menggunakan media boneka Upin dan Ipin serta menunjukkan dan mengekspresikan tokoh dengan memberikan penguatan unsur-unsur cerita anak. Kemudian, siswa berkelompok dan berdiskusi untuk membuat kerangka. ptk bahasa indonesia smp pdf Siswa berlatih menceritakan kembali dengan melakukan peragaan dan mengekspresikan karakter tokoh dengan menggunakan media boneka Upin dan Ipin sesuai dengan cerita dan guru melakukan pendekatan secara langsung dan memandu siswa untuk memberikan bimbingan penampilan pada diri siswa. Siswa percaya diri menceritakan kembali secara bergantian. Siswa lain menyimak, mencermati kegiatan menceritakan kembali oleh temannya kemudian berlatih memberikan tanggapan penampilan tersebut secara tertulis maupun lisan dengan memperhatikan cara dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menceritakan kembali dan keefektifan penggunaan media.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menceritakan kembali cerita anak siswa kelas VII-1 SMPN 2 … Kabupaten Tangerang melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin. Nilai rata-rata kelas pada siklus I 67,35 dengan kategori cukup. Selanjutnya pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 79,11 dengan peningkatan sebesar 11,76 dan termasuk kategori baik. Setelah siswa menggunakan teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin untuk menceritakan kembali cerita anak terjadi perubahan perilaku siswa. Siswa yang sebelumnya merasa kurang antusias terhadap pembelajaran menceritakan kembali cerita anak menjadi antusias, senang, dan tertarik setelah mengikuti pembelajaran menceritakan kembali cerita anak.
Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas PTK BAHASA INDONESIA SMP yang diberi judul “PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI CERITA ANAK MELALUI TEKNIK DEMONSTRASI DENGAN MEDIA BONEKA UPIN DAN IPIN SISWA KELAS VII-1 SMPN 2 ..”. Disini akan di bahas lengkap.
PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE PTK BAHASA INDONESIA SMP KELAS VII lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 – BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke 081 7283 4988 dengan Format PESAN PTK 019 SMP).
A.DOWNLOAD PTK BAHASA INDONESIA SMP DOC
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa dan sastra. Fungsi bahasa yang utama adalah sebagai alat untuk berkomunikasi. Untuk itu, pembelajaran bahasa harus diarahkan agar siswa terampil dalam berkomunikasi. Keterampilan ini diperkaya oleh fungsi utama sastra yaitu untuk meningkatkan rasa kemanusiaan dan kepedulian sosial, menghaluskan budi pekerti, menumbuhkan apresiasi budaya dan menyalurkan gagasan, imajinasi, dan ekspresi secara kreatif dan konstruktif, baik secara lisan maupun tulis.
Dari berbagai macam permasalahan tersebut yang perlu segera diatasi yaitu kekurangmampuan siswa dalam melakukan peragaan karakter yang cenderung menceritakan kembali tanpa mengekspresikan karakter tokoh. Salah satu cara untuk mengatasi kesulitan siswa dalam menyampaikan cerita dengan menggunakan teknik demonstrasi. Teknik demonstrasi digunakan dalam penelitian ini karena pelaksanaannya melibatkan siswa sepenuhnya di dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan ini siswa dituntut untuk dapat menunjukkan karakter dengan improvisasi yang berbeda-beda satu sama lain. Hal ini akan menumbuhkan keseriusan, kepercayaan diri, dan penghayatan pada siswa. Teknik ini mengupayakan penggunaan kelompok-kelompok kecil untuk dapat memudahkan dan memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Penggunaan teknik ini didukung dengan media alat peraga yaitu berupa boneka Upin dan Ipin untuk meningkatkan keterampilan menceritakan kembali siswa. Download ptk bahasa indonesia smp pdf Tujuan pemilihan media ini supaya siswa termotivasi dan tidak merasa bosan, selain itu juga boneka Upin dan Ipin akan menyelaraskan di dalam penyampaian materi dan meningkatkan kreativitas dalam menceritakan kembali.
Penggunaan teknik demonstrasi dan media boneka Upin dan Ipin diharapkan dapat membangkitkan motivasi siswa dan mengatasi permasalahan siswa dalam meceritakan kembali cerita anak, serta dapat memberikan pengalaman baru yang menyenangkan bagi siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti mengambil judul Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Anak melalui Teknik Demonstrasi dengan Media Boneka Upin dan Ipin Pada Siswa Kelas VII-B SMPN 2 … Kabupaten Tangerang.
1.2 Identifikasi Masalah
Pembelajaran menceritakan kembali cerita anak di SMPN 2 … masih rendah. Suasana tidak aktif dan kondusif sering muncul dalam pembalajaran menceritakan kembali. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor guru, siswa, dan teknik serta media yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, harus segeta dicari solusi yang tepat untuk meningkatkan keterampilan menceritakn kembali cerita anak.
1. Faktor Guru
Dalam pembelajaran menceritakan kembali cerita anak, guru kurang variatif untuk memilih metode, teknik, maupun media pembelajaran. Hal tersebut mengakibatkan siswa tidak begitu tertarik mengikuti pelajaran, siswa merasa bosan, tidak termotivasi, dan kurang bersemangat. Selama ini guru hanya memberikan contoh teks cerita anak sebagai media pembelajaran, dan diskusi sebagai pilihan utama dalam pembelajaran.
2. Faktor Siswa
Siswa kurang memiliki keberanian untuk melakukan peragaan karakter tokoh dalam menceritakan kembali cerita sehingga mereka cenderung menceritakan kembali tanpa mengekspresikan karakter tokoh. Siswa juga kurang percaya diri dalam memerankan karakter tokoh yang dibawakan, serta siswa tidak mampu menceritakan kembali secara kronologis karena kurang memahami isi bacaan, dan siswa kurang mampu menggunakan diksi atau gaya bahasa yang baik.
Masalah yang dialami siswa ini dapat diatasi dengan pembelajaran bahasa Indonesia yang disajikan dalam bentuk yang lebih menarik antara lain dengan menggunakan teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin agar siswa merasa lebih senang dan tidak jenuh.
3. Faktor Teknik dan Media yang Digunakan
Dalam pembelajaran menceritakan kembali selam ini guru hanya memberikan penjelasan menceritakan kembali secara teori dan siswa cenderung membaca cerita dan menceritakan kembali di depan kelas. Pembelajaran tersebut tanpa adanya media yang digunakan untuk mendukung serta menarik perhatian siswa yang sebenarnya sangat penting disuguhkan untuk meningkatkan kreativitas dan daya imajinasi siswa dalam mengungkapkan perasaan dan ide-ide yang sebenarnya ada dalam potensi setiap siswa sehingga dapat memudahkan mereka untuk menceritakan kembali.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, masalah yang muncul sangatlah kompleks sehingga perlu dibatasi. Pembatasan masalah ini bertujuan agar pembahasan masalah tidak terlalu luas. Oleh karena itu, permasalahan yang akan di teliti oleh peneliti yaitu keterampilan menceritakan kembali cerita anak masih rendah yang disebabkan kekurangmampuan siswa dalam mengimprovisasikan diri untuk melakukan peragaan karakter tokoh dalam menceritakan kembali sehingga mereka cenderung menceritakan kembali tanpa mengekspresikan karakter tokoh kurang total sehingga siswa kurang percaya diri dalam memerankan karakter tokoh yang dibawakan, serta siswa kurang memahami isi bacaan.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat di angkat permasalahan tentang upaya meningkatkan keterampilan menceritakan kembali melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin. Adapun rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikutt.
1. Bagaimana proses pembelajaran menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin siswa kelas VII-1 SMPN 2 …?
2. Bagaimana peningkatan keterampilan menceritakan kembali cerita anak siswa kelas VII-1 SMPN 2 … setelah mengikuti pembelajaran menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin?
3. Bagaimana perubahan perilaku siswa kelas VII-1 SMPN 2 … dalam mengikuti pembelajaran menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin?
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menceritakan kembali cerita anak dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin sehingga hasil belajar siswa meningkat.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
a) Mendeskripsikan proses pembelajaran menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin siswa kelas VII-1 SMPN 2 ….
b) Mendeskripsikan kemampuan menceritakan kembali cerita anak yang dibaca siswa kelas VII-1 SMPN 2 … setelah mengikuti pembelajaran menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin.
c) Mendeskripsikan perubahan perilaku siswa kelas VII-1 SMPN 2 … setelah mengikuti pembelajaran menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin.
1.6 Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini diharapkan hasilnya dapat bermanfaat bagi beberapa pihak. Manfaat penelitian ini meliputi manfaat teoretis dan manfaat praktis. ptk bahasa indonesia smp pdf
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khazanah pengetahuan mengenai pembelajaran sastra dan penggunaan teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi guru, siswa, sekolah, dan peneliti. Bagi guru, penelitian ini diharapkan memberikan alternatif pengajar dalam pemilihan pendekatan pembelajaran yang menjadikan meningkatnya proses belajar mengajar keterampilan menceritaka kembali. Guru akan lebih mudah dalam memberikan contoh pemodelan pengimajinasian karakter kepada siswa Bagi siswa, penelitian ini dapat mempermudah siswa dalam belajar mengapresiasikan karakter tokoh dalam kegiatan menceritakan kembali, memudahkan siswa memperoleh materi yang disampaikan oleh guru dalam pembelajaran, bertambahnya kepercayaan diri siswa yang dikarenakan termotivasi oleh guru maupun teman. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang baik berupa perbaikan pembelajaran menceritakan kembali. Bagi peneliti, temuan ini dapat dijadikan penambah semangat dan wawasan kehidupan terutama wawasan dalam karya penulisan.
B.CONTOH PTK BAHASA INDONESIA SMP DENGAN TEKNIK DEMONSTRASI
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1. Kajian Pustaka
Penelitian murni yang beranjak dari awal jarang ditemui karena biasanya suatu penelitian mengacu pada penelitian lain yang dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam penelitian selanjutnya. Dengan demikian, peninjauan terhadap penelitian lain sangat penting, sebab bisa digunakan untuk mengetahui relevansi penelitian yang terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan. Selain itu, peninjauan penelitian sebelumnya dapat digunakan untuk membandingkan seberapa besar keaslian dari penelitian yang akan dilakukan.
Penelitian lain yang relevan yaitu penelitian dari jurnal internasional yang dilakukan oleh Jackson (2006) dalam penelitian berjudul Structural development of the fictional narratives of African American preschoolers menunjukkan bahwa kemampuan untuk menceritakan kembali tampaknya menjadi faktor penting yang mendasari keberhasilan akademis anak-anak dan kesejahteraan sosial. Kemampuan menceritakan kembali memberikan pengalaman bagi anak-anak dalam bentuk lisan dan tertulis di dalam kelas. Contoh ptk bahasa indonesia smp doc Selain itu, menceritakan kembali memungkinkan anak-anak untuk berkomunikasi secara efektif, berpartisipasi, dan diterima di komunitas mereka. Dalam pembelajaran ini, keterampilan menceritakan kembali anak-anak diperiksa dengan mengidentifikasi penggunaan unsur-unsur tata bahasa cerita ketika menceritakan kembali. Tata bahasa cerita atau cerita skema, diformulasikan untuk mengkategorikan berbagai elemen yang digunakan oleh anak-anak untuk memahami dan menghasilkan cerita. Cerita elemen tata bahasa meliputi pengaturan, yang memperkenalkan tokoh utama dan konteks di mana cerita itu terjadi; kejadian awal, yang berisi masalah atau situasi yang menyebabkan karakter utama untuk bertindak; respon internal karakter, yang bersifat psikologis nya negara setelah peristiwa; rencana karakter untuk mencapai tujuan, upaya, yang terdiri dari upaya karakter untuk mencapai tujuan; konsekuensinya, baik atau pencapaian akhirnya dari reaksi karakter. Keterampilan cerita ini diceritakan secara berurutan, untuk rantai sebab-akibat, di mana sebab¬akibat jelas dalam cerita anak. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagai anak-anak mengembangkan narasi mereka termasuk lebih banyak unsur-unsur cerita menggunakan buku bergambar tanpa kata-kata. Setiap anak melihat gambar-gambar dalam buku itu dan kemudian diminta untuk kembali ke awal buku dan menceritakan kembali dengan gaya dan dapat bervariasi produksi narasi mereka sesuai dengan tujuan mereka dalam cerita-jitu.
Berdasarkan keunggulan yang telah dipaparkan di atas, dapat diketahui bahwa penelitian ini merupakan pelengkap dari penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ini memiliki tujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menceritakan kembali dan perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran menceritakan kembali siswa kelas VII-1 SMPN 2 ….
2.2. Landasan Teoretis
Dalam landasan teoretis ini, penulis mengungkapkan teori-teori yang diungkapkan para ahli dari berbagai sumber yang mendukung penelitian. Landasan teori tersebut meliputi teori tentang cerita anak, keterampilan menceritakan kembali, teknik demonstrasi, media boneka Upin dan Ipin penerapan teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin.
2.2.1 Hakikat Cerita Anak
Cerita anak merupakan salah satu bagian dari karya sastra. Cerita anak bukan sekedar bacaan anak-anak, tetapi memiliki manfaat yang besar bagi anak. Cerita anak dapat digunakan untuk hiburan serta untuk memberikan pendidikan moral pada anak. Berikut ini pemaparan mengenai pengertian cerita anak dan unsur-unsur cerita anak.
2.2.2 Pengertian Berbicara
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, dan menyampaikan pikiran gagasan, serta perasaan (Tarigan 1983: 15).
Menurut Mulgrave (dalam Tarigan 1983: 15), berbicara lebih dari pada hanya sekadar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak, baik bahan pembicaraannya maupun cara menyimaknya, apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkomunikasikan gagasan¬gagasannya, dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak. Semakin terampil seseorang dalam berbicara, maka semakin mudahlah ia menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaannya kepada orang lain serta semakin jelas jalan pikirannya karena sesungguhnya bahasa seseorang itu menentukan pikirannya. Download ptk bahasa indonesia smp kelas vii
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bawa berbicara adalah kemampuan mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, dan menyampaikan pikiran, gagasan, serta perasaan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pendengar atau penyimak
2.2.3 Keterampilan Menceritakan Kembali
Menceritakan kembali cerita merupakan bagian dari pembelajaran berbicara. Pada dasarnya pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang integral karena tidak hanya melibatkan keterampilan berbicara saja, tetapi melibatkan keterampilan membaca dan mendengarkan. Berikut ini dipaparkan mengenai hakikat keterampilan menceritakan kembali dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menceritakan kembali.
2.2.4 Teknik Demonstrasi
Teknik demonstrasi adalah cara yang digunakan oleh guru dengan cara menunjukkan dan meragakan suatu tindakan guna mencapai tujuan langsung terhadap siswa. Tujuan yang dimaksud adalah keterampilan atau tindakan yang serupa yang akan dikuasai siswa.
Teknik demonstrasi hampir serupa dengan teknik pemodelan. Karena keduanya mempunyai cara yang sama dalam pembelajaran yaitu mengapresiasikan sesuatu dan guru memberikan suatu contoh yang kemudian ditiru oleh siswa. Teknik demonstrasi merupakan bagian dari teknik pemodelan karena teknik pemodelan merupakan sebuah pengetahuan atau keterampilan yang dapat didemonstrasikan atau ada model yang dapat ditiru.
Teknik pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasannya, dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan siswa-siswa melakukannya. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktifitas belajar lainnya. Dengan kata lain, model itu bisa berupa cara mengoprasikan sesuatu cara melafalkan bahasa dan guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu.
Melalui teknik demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pembelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Oleh karena dalam penerapan teknik ini siswadituntut serius di dalam mengamati serta memperhatikan materi yang ditunjukkan dan diragakan oleh guru, hasil pengamatan tersebut yang akan memudahkan siswa dalam menirukan kembali peragaan yang sudah dicontohkan oleh guru dengan gerakan (apresiasi) yang berbeda satu sama lain.
Selesai demonstrasi atau peragaan, pengajar disarankan untuk mengadakan sesi tanya jawab. Hal ini penting dilakukan agar seluruh siswa dapat memahami materi yang telah diperagakan. Cara ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam memerikan tanggapan terhadap suatu bentuk peragaan. Dengan menggunakan teknik demonstrasi, kegiatan belajar mengajar akan menjadi lebih berkesan.
2.2.5 Media Boneka Upin dan Ipin
Media adalah suatu alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang berupa perangkat keras maupun lunak berfungsi untuk menyampaikan dan memperjelas materi untuk mencapai tujuan. Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya (Sudjana dan Rivai 2009:2).
Boneka merupakan model dari manusia, atau yang menyerupai manusia atau hewan. Seringkali boneka dimaksudkan untuk dekorasi atau koleksi untuk anak yang sudah besar atau orang dewasa, namun kebanyakan boneka ditujukan sebagai mainan untuk anak-anak, terutama anak perempuan Error! Hyperlink reference not valid. diunduh 9februari 2012.
Untuk keperluan sekolah dapat dibuat boneka yang disesuaikan dengan cerita-cerita jaman sekarang. Untuk tiap daerah pembuatan boneka ini disesuaikan dengan keadaan daerah masing-masing. Peneliti memilih menggunakan media Boneka Upin dan Ipin.
Upin dan Ipin merupakan tokoh dari film seri animasi anak-anak. Film tersebut berisikan tema yang bersahaja dan dekat dengan keseharian, meskipun Upin dan Ipin di produksi dari negara Malaysia kultur budaya membuat cerita mudah dimengerti dan membuat keunikan tersendiri, ragam permainan rakyat yang hampir serupa di Indonesia. ptk bahasa indonesia smp pdf Upin dan Ipin mempunyai karakterisasi yang kuat sehingga membuat mudah diingat pemirsa. Logat dan dialek yang dipakai oleh Upin dan Ipin memancing rasa ingin tahu anak-anak. Film tersebut awalnya dibuat dengan tujuan pendidikan, ternyata disukai semua kalangan.
Boneka Upin dan Ipin merupakan alat untuk membantu anak mengembangkan kemampuan menceritakan kembali. Boneka Upin dan Ipin berupa boneka tangan yang berwujud Upin dan Ipin berserta kawan-kawannya,
Mei-mei, Jarjit, Mail, Ehsan, dan Fizi. Media boneka Upin dan Ipin merupakan media pembelajaran yang menarik dan tepat. Media tersebut dapat menarik perhatian dan minat siswa dalam pembelajaran menceritakan kembali. Media tersebut juga berfungsi untuk membantu siswa memeroleh kemudahan ketika menceritakan kembali. Karena bantuan boneka sebagai alat peraga akan membangkitkan ide siswa yang tertuang dalam sebuah cerita yang akan mereka ceritakan di depan kelas. Selain itu, mereka juga tidak akan canggung lagi menceritakan kembali menggunakan boneka boneka Upin dan Ipin. Dengan menggunakan media boneka mereka tidak menceritakan kembali langsung menghadapi siswa yang lain melainkan mereka merasa menjadi tokoh dalam boneka tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa media boneka Upin dan Ipin merupakan boneka tangan yang berwujud Upin dan Ipin berserta kawan-kawannya, Memei, Jarjit, Mail, Ehsan, dan Fizi. Media boneka Upin dan Ipin merupakan media pembelajaran yang dapat menarik perhatian dan minat siswa dalam pembelajaran menceritakan kembali. Media tersebut juga berfungsi untuk membantu siswa memeroleh kemudahan ketika menceritakan kembali.
2.2.6 Penerapan Teknik Demonstrasi dengan Media Boneka Upin dan Ipin dalam Pembelajaran Menceritakan Kembali Cerita Anak
Pembelajaran menceritakan kembali pada hakikatnya mengarahkan siswa agar mampu mengemukakan ide secara lisan dengan lancar, runtut, lengkap, dan jelas. Agar ide dapat disampaikan kepada pendengar, maka dalam menceritakan kembali cerita anak yang dibaca siswa harus menjaga bahasa, suara, intonasi, dan dapat menggambarkan gagasannya dengan baik. Dapat dikatakan bahwa menceritakan kembali adalah penyampaian ulang cerita secara lisan dari pencerita kepada pendengar dengan menggunakan bahasanya sendiri.
Teknik demonstrasi dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan atau memperagakan suatu materi. Teknik demonstrasi dalam pembelajaran digunakan untuk menerangkan secara lisan. Siswa sebelumnya diperbolehkan melihat contoh atau prosedur suatu peragaan agar lebih paham. Penggunaan teknik demonstrasi dan media boneka Upin dan Ipin akan membangkitkan ide yang tertuang dalam sebuah cerita yang mereka akan ceritakan dan membantu siswa untuk memperoleh kemudahan dalam menceritakan kembali. Guru harus menunjukkan contoh karakter dan memperagakan contoh karakter yang sama dengan gerakan yang berbeda dengan memperhatikan unsur-unsur terpenting.
2.3 Kerangka Berpikir
Kemampuan siswa kelas VII-1 SMPN 2 … dalam menceritakan kembali cerita anak masih rendah. Penyebab rendahnya kemampuan siswa dalam menceritakan kembali cerita anak adalah siswa kurang antusias dan lancar dalam menceritakan kembali serta kurang memiliki keberanian untuk melakukan peragaan karakter tokoh dalam menceritakan kembali cerita sehingga mereka cenderung menceritakan kembali tanpa memperagakan dan mengekspresikan karakter tokoh. Siswa kurang percaya diri dalam memerankan karakter tokoh yang dibawakan. Selain itu, siswa kurang begitu memperhatikan penggunaan lafal, intonasi, nada tekanan, dan artikulasi yang jelas serta kurang penghayatan dalam menceritakan kembali, serta siswa tidak mampu menceritakan secara kronologis karena kurang memahami isi bacaan, dan siswa kurang mampu menggunakan diksi atau gaya bahasa yang baik. Salah satu cara untuk mengatasi kesulitan siswa dalam melakukan atau
memperagakan suatu materi dengan menggunakan teknik demonstrasi. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerangkan secara lisan. Penggunaan teknik ini didukung dengan media boneka Upin dan Ipin supaya membantu siswa untuk memperoleh kemudahan dalam menceritakan kembali. Tujuan pemilihan media ini supaya siswa siswa termotivasi dan tidak merasa bosan, selain itu juga meningkatkan kreativitas dan imajinasi siswa dalam menceritakan kembali.
Pembelajaran menceritakan kembali cerita anak dengan menggunakan teknik demonstrasi akan menunjukkan, memperagakan, dan mengekspresikan karakter tokoh dengan penguatan unsur-unsur. Diharapkan dengan media boneka Upin dan Ipin dan teknik demonstrasi dapat memudahkan siswa dalam menceritakan kembali.
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, dirumuskanlah hipotesis tindakan sebagai berikut:
“Jika teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan I pin diterapkan pada pembelajaran menceritakan kembali cerita anak siswa kelas VII-1 SMPN 2 …, maka keterampilan menceritakan kembali cerita anak siswa akan meningkat dan perilaku siswa dalam pembelajaran menceritakan kembali cerita anak mengalami perubahan ke arah yang lebih positif.”
C. (PTK) BAHASA INDONESIA KELAS 7 WORD
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK). Suyanto dalam Subyantoro (2009:7-8) mendefinisikan PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional. Melalui penelitian ini akan dilihat perubahan-perubahan yang terjadi dalam pembelajaran.
Penelitian ini bertujuan memperbaiki pembelajaran menceritakan kembali cerita anak dan meningkatkan kemampuan menceritakan kembali cerita anak pada siswa melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin. Diharapkan dari penelitian ini hasil belajar dapat lebih maksimal.
Penelitian ini ditempuh melalui dua siklus, yaitu proses tindakan pada siklus I dan siklus II. Tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Siklus I bertujuan untuk mengetahui kemampuan menceritakan kembali cerita anak. Contoh ptk bahasa indonesia smp Siklus I digunakan sebagai refleksi untuk melaksanakan siklus II. Hasil proses tindakan siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menceritakan kembali cerita anak setelah melakukan perbaikan dalam kegiatan belajar mengajar yang didasarkan pada refleksi siklus I.
Proses penelitian dengan menggunakan dua siklus, menurut Tripp (1996) dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagan 1 Model Penelitian Tindakan Kelas
3.1.1 Proses Tindakan Siklus I
Proses tindakan siklus I dilakukan dalam empat tahap yaitu, tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Keempat tahapan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
3.1.1.1 Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti menyiapkan perencanaan yang matang untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan oleh peneliti. Perencanaan ini dilakukan dari menyusun rencana pembelajaran sampai penilaian. Dengan demikian, hasil penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Dalam tahap perencanaan ini, peneliti berkoordinasi dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia mengenai penelitian yang akan dilaksanakan.
Selanjutnya, peneliti berkonsultasi dan bekerja sama dalam mempersiapkan proses pembelajaran keterampilan menceritakan kembali cerita anak dengan melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin, dengan langkah-langkah: menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai acuan dalam pelaksanaan proses belajar menceritakan kembali cerita anak, setelah membuat rencana pembelajaran kemudian dikonsultasikan dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan agar pembelajaran yang akan dilaksanakan tercapai secara maksimal. Setelah rencana pembelajaran disetujui oleh guru bahasa Indonesia, peneliti menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes menceritakan kembali secara lisan dengan alat peraga dan rubrik penilaian meliputi 7 aspek, yaitu (1) penguasaan topik, (2) kemenarikan penyajian cerita, (3) kelancaran, (4) pilihan kata (diksi), (5) volume suara, (6) penampilan, dan (7) penggunaan media. Sedangkan instrumen nontes yang digunakan berupa lembar observasi, lembar jurnal (siswa dan guru), pedoman wawancara, dan dokumentasi foto.
3.1.1.2 Tindakan
Pada tahap tindakan ini dilakukan dalam pembelajaran seperti yang ditulis dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Siklus I ini dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Setiap pelaksanaan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penutup.
Pertemuan pertama, pada tahap persiapan guru bertanya jawab dengan siswa tentang cerita anak. Guru menceritakan beberapa pencerita anak , yaitu Paman Gery dan Bubu Mini, Kak Awam, dan kak Adin pencerita yang terkenal di Indoneia. Selain itu, guru juga menceritakan prestasi-prestasi yang telah diraih ketika bercerita. Kemudian guru menyampaikan kompetensi yang akan dipelajari hari in i yaitu menceritakan kembali cerita anak secara lisan. Selanjutnya, guru menyampaikan manfaat pembelajaran menceritakan kembali. Hal ini dilakukan sebagai upaya menumbuhkan minat belajar siswa, siswa memiliki motivasi belajar terlebih dahulu.
Pada tahap pelaksanaan (proses pembelajaran), Guru membagikan teks cerita anak. kemudian siswa membaca cerita anak. Setelah itu, guru dan siswa menyimpulkan unsur-unsur cerita anak, inti cerita, pesan yang terkandung dalam cerita. Guru memberikan contoh menceritakan kembali menggunakan media boneka Upin dan Ipin serta menunjukkan dan mengekspresikan tokoh dengan memberikan penguatan unsur-unsur cerita anak. Kemudian, guru menjelaskan tentang cara menceritakan kembali dan hal-hal yang harus diperhatikan ketika menceritakan kembali dan siswa memperhatikan penjelasan. Setelah itu, siswa menirukan cara menceritakan kembali yang dilakukan oleh guru dengan ekspresi yang berbeda. Download ptk bahasa indonesia smp pdf
Apabila sudah paham, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri atas 4 siswa. Siswa berdiskusi untuk menentukan unsur¬unsur cerita anak, inti cerita, pesan yang terkandung dalam cerita. Siswa beserta anggotanya bekerja sama dan berdiskusi untuk membuat kerangka cerita anak yang sudah dibaca berdasarkan jumlah anggotanya. Guru dan siswa membahas kerangka cerita yang telah dibuat. Kemudian, semua anggota kelompok berlatih menceritakan kembali dan mengekspresikan karakter tokoh dengan menggunakan media boneka Upin dan Ipin sesuai cerita. Dalam satu kelompok, siswa menceritakan kembali secara bergantian, Siswa pertama akan menunjuk siswa lain untuk melanjutkan cerita. Siswa lain menyimak, mencermati kegiatan menceritakan kembali oleh temannya kemudian berlatih memberikan tanggapan penampilan tersebut secara tertulis maupun lisan dengan memperhatikan cara dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menceritakan kembali dan keefektifan penggunaan media.
Pada pertemuan kedua, mengacu pada pertemuan pertama. Guru mengondisikan siswa untuk siap mengikuti pembelajaran. Guru memberikan apersepsi dan membahas sekilas tentang materi dan menjelaskan terlebih pada kesalahan yang siswa lakukan pada kegiatan menceritakan kembali dengan media pada pertemuan pertama. Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai unsur¬unsur cerita anak dan cara menceritakan kembali. Guru memberikan teks cerita anak yang sama seperti pertemuan sebelumnya. Siswa beserta anggota kelompoknya membaca kembali kerangka cerita yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya. Dalam satu kelompok, siswa secara individu bergantian berlatih menceritakan kembali dan mengekspresikan karakter tokoh dengan menggunakan media boneka Upin dan Ipin. Setiap anggota kelompok memberikan tanggapan. Siswa menceritakan kembali. Siswa mengekspresikan karakter tokoh dengan menggunakan media boneka Upin dan Ipin dengan bahasa yang kreatif dan percaya diri. Siswa lain menyimak, mencermati kegiatan menceritakan kembali oleh temannya. Siswa memberikan tanggapan penampilan tersebut secara tertulis maupun lisan dengan memperhatikan cara dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menceritakan kembali dan keefektifan penggunaan media.
Tahap yang terakhir adalah penutup. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberi tanggapan mengenai pembelajaran menceritakan kembali yang baru saja dilaksanakan.
3.1.1.3 Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan oleh peneliti pada saat proses pembelajaran berlangsung. Selain menyampaikan materi pembelajaran dan melakukan tes, peneliti juga mengamati perilaku siswa selama proses pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui respon yang dihasilkan dari penelitian dengan menggunakan tindakan yang dilakukan. Contoh ptk bahasa indonesia smp doc Dalam melakukan observasi ini data yang diperoleh melalui beberapa cara, yaitu (1) jurnal guru dan siswa untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan pembelajaran menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan menggunakan boneka Upin dan Ipin, (2) wawancara digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap materi, media, dan teknik pembelajaran, (3) dokumentasi sebagai laporan yang berupa gambar aktivitas siswa selama penelitian. Hasil data ini digunakan sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan pada pembelajaran berikutnya.
Hal-hal yang diamati adalah proses siswa dalam pembelajaran menceritakan kembali cerita anak meliputi (1) suasana kelas yang kondusif pada saat pembelajaran menceritakan kembali melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin, (2) keintensifan reaksi dan respon dalam menceritakan kembali ceritak anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin, (3) Keintensifan interaksi dan kerja sama antarsiswa dalam pembelajaran menceritakan kembali ceritak anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin, (4) Kondusifnya siswa saat menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin, (5) terbangunnya suasana yang reflektif krtika kegiatan refleksi.
Perubahan perilaku positif dalam menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin meliputi, (1) kesiapan siswa mengikuti pembelajaran, (2) keseriusan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, (3) ketertarikan yang memotivasi siswa dalam menceritakan kembali melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin Ipin, (4) keaktifan siswa selama proses pembelajaran, dan (5) kepercayaan diri dalam menceritakan kembali di depan kelas.
3.1.1.4 Refleksi
Refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran, kegiatan ini dilakukan sebagai upaya mengkaji segala hal yang terjadi pada tahap tindakan. Peneliti melakukan analisis hasil tes dan non tes siklus I sehingga diketahui seberapa jauh peningkatan kemampuan siswa dalam menceritakan kembali. Dari hasil analisis
akan didapat hasil pembelajaran pada siklus I dan akan diketahui kemampuan siswa dalam menceritakan kembali, sikap siswa selama mengikuti pembelajaran menceritakan kembali, dan kendala yang dialami siswa maupun guru dalam melakukan proses pembelajaran. Setelah itu dilakukan refleksi mengenai keterampilan menceritakan kembali siswa, pengungkapan sikap siswa dalam pembelajaran. Masalah atau kendala yang terdapat pada siklus I dicari pemecahannya, sedangkan kelebihannya dipertahankan dan ditingkatkan. Refleksi pada siklus I dilakukan sebagai acuan bagi peneliti untuk perbaikan kegiatan pembelajaran selanjtnya pada siklus II.
3.1.2 Proses Tindakan Siklus II
Proses tindakan siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus I. Hasil refleksi siklus I diperbaiki pada siklus II. Seperti siklus I, siklus II terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Sebelum siklus II dilaksanakan, peneliti berdiskusi terlebih dahulu dengan guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang bersangkutan mengenai kekurangan dan kelemahan pada siklus I, hal tersebut akan menjadi catatan tersendiri bagi peneliti untuk melakukan perbaikan pada siklus II.
3.1.2.1 Perencanaan
Setelah dilakukan refleksi pada siklus I diketahui kekurangan-kekurangan yang ada pada proses pembelajaran siklus I. Dari kekurangan yang ada, dilakukan perbaikan dalam menyusun perencanaan pada siklus II. Perencanaan yang dilakukan pada siklus II adalah memperbaiki dan menyempurnakan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I. Dalam tahap perencanaan siklus II, menyusun perbaikan rencana pembelajaran dengan tindakan yang berbeda dengan tindakan pada siklus I. elain itu, menyusun perbaikan instrumen yang berupa data nontes dan tes. Data nontes berupa pedoman observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi. Data yang berupa instrumen tes yaitu: tes menceritakan kembali beserta penilaiannya.
3.1.2.2 Tindakan
Tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran menceritakan kembali pada siklus II ini adalah penerapan isi perencanaan yang telah disusun berdasarkan perbaikan pada siklus I. Siklus II dilaksanakan selama 2 kali pertemuan.
Pada pertemuan pertama, guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pelajaran. Kemudian, guru menjelaskan terlebih dahulu kesalahan-kesalahan hasil tes siswa dalam kegiatan menceritakan kembali pada siklus I. Guru bertanya jawab dengan siswa tentang cerita anak dan siswa bersikap kritis dan santun.
Pada tahap pelaksanaan eksplorasi, guru membagikan teks cerita anak. Siswa membaca dan memahami teks cerita anak. Download ptk bahasa indonesia smp kelas vii Guru dan siswa bertanya jawab tentang unsur-unsur cerita anak, inti cerita, pesan yang terkandung dalam cerita. Guru menyimpulkan dan menjelaskan secara rinci unsur-unsur cerita anak. setelah itu, guru menjelaskan tentang cara menceritakan kembali dan hal-hal yang harus diperhatikan ketika menceritakan kembali serta guru melatih vokal siswa dan siswa antusias memperhatikan penjelasan. Guru memberikan contoh menggunakan media boneka Upin dan Ipin serta menunjukkan dan mengekspresikan tokoh dengan memberikan penguatan unsur-unsur cerita anak.
Pada tahap pelaksaan elaborasi, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri atas 4 siswa. Siswa berdiskusi secara tertib dan bekerja sama untuk menentukan unsur-unsur cerita anak, pesan yang terkandung dalam cerita, serta siswa diminta mengidentifikasi peristiwa yang terjadi dalam cerita anak yang telah dibaca untuk memudahkan siswa dalam membuat kerangka. Siswa beserta anggotanya bekerja sama berdiskusi untuk membuat kerangka cerita anak yang sudah dibaca berdasarkan jumlah anggotanya Kemudian semua anggota kelompok berlatih menceritakan kembali dengan mendemonstrasikan cerita anak dengan melakukan peragaan dan mengekspresikan karakter tokoh menggunakan boneka Upin dan Ipin sesuai cerita. Guru melakukan pendekatan secara langsung dan memandu siswa untuk memberikan bimbingan penampilan pada diri siswa.
3.1.2.3 Observasi
Pada siklus II ini selama proses pembelajaran berlangsung, siswa tetap diamati. Secara garis besar observasi yang dilakukan pada siklus II masih sama dengan observasi pada siklus I. Hal-hal yang diamati adalah proses siswa dalam pembelajaran menceritakan kembali cerita anak meliputi (1) suasana kelas yang kondusif pada saat pembelajaran menceritakan kembali melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin; kondisi kelas tenang, (2) keintensifan reaksi dan respon dalam menceritakan kembali ceritak anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin; siswa memperhatikan dan merespon dengan antusias, (3) Keintensifan interaksi dan kerja sama antarsiswa dalam pembelajaran menceritakan kembali ceritak anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin; siswa berpartisipasi dalam kegiatan diskusi kelompok, (4) Kondusifnya siswa saat menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin; siswa menceritakan kembali dengan kriteria yang telah ditentukan, (5) terbangunnya suasana yang reflektif ketika kegiatan refleksi; siswa secara efektif memberikan tanggapan mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.
Perubahan perilaku positif dalam menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin meliputi, (1) kesiapan siswa mengikuti pembalajaran; siswa selalu siap menjawab dan aktif bertanya apabila menemukan kesulitan, (2) keseriusan dalam kegiatan pembelajaran; siswa serius memperhatikan penjelasan guru, (3) ketertarikan yang memotivasi siswa dalam menceritakan kembali melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin Ipin; siswa tertarik terhadap media yang digunakan oleh guru, (4) keaktifan siswa selama melaksanakan pembelajaran; siswa aktif berpartisipasi dalam diskusi kelompok, (5) kepercayaan diri dalam menceritakan kembali di depan kelas; Siswa percaya diri dalam menceritakan kembali.
Dalam tahap observasi yang berisi pertanyaan mengenai perilaku siswa, baik positif maupun negatif sewaktu pembelaj aran menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan menggunakan media boneka Upin dan Ipin. Pada tahap observasi jurnal siswa, peneliti mempersiapkan lembar jurnal siswa dan guru, melalui kegiatan ini dapat diketahui sikap siswa terhadap pembelajaran menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan menggunakan media Upin dan Ipin. Observasi pada kegiatan wawancara dilakukan pada akhir pembelajaran. Siswa diminta untuk berpendapat mengenai pembelajaran yang baru dilaksanakan. Observasi dokumentasi dilakukan untuk mengambil gambar siswa selama pembelajaran. ptk bahasa indonesia smp pdf
3.1.2.4 Refleksi
Refleksi pada siklus II ini merupakan koreksi dan perenungan akhir dalam penelitian ini serta dilakukan untuk mengetahui keefektifan penggunaan media boneka Upin dan Ipin dengan teknik demonstrasi dalam pembelajaran menceritakan kembali, untuk melihat peningkatan keterampilan menceritakan kembali, dan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Semua kendala atau kelemahan tentang pembelajaran menceritakan kembali cerita anak dari awal perencanaan sampai hasil akhir pada siklus I telah diatasi pada siklus II.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah keterampilan menceritakan kembali cerita anak siswa kelas VII-1 SMPN 2 …. Peneliti memilih siswa kelas VII-1 SMPN 2 … sebagai subjek penelitian karena berdasarkan wawancara langsung dengan guru kelas VII-1 SMPN 2 …, diperoleh hasil bahwa motivasi siswa dalam kemampuan menceritakan kembali cerita anak masih kurang memuaskan dan siswa mengalami kesulitan dalam memperagakan dan mengekspresikan karakter tokoh, serta kurang percaya diri dalam menceritakan kembali di depan kelas. Sehingga perlu adanya pembelajaran yang dapat memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan keterampilan menceritakan kembali cerita anak.
3.3 Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu keterampilan menceritakan kembali cerita anak dan penggunaan teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin dalam keterampilan keterampilan menceritakan kembali cerita anak.
3.3.1 Variabel Keterampilan Menceritakan kembali cerita anak
Keterampilan menceritakan kembali cerita anak yang dibaca merupakan keterampilan siswa menyampaikan kembali cerita anak yang telah dibaca melalui bahasa lisan, mulai dari mereka memperhatikan guru mendemonstrasikan, memahami cerita hingga mereka dapat menceritakan kembali di depan kelas. hal yang perlu diperhatikan ketika menceritakan kembali dengan alat peraga, yaitu 1) penguasaan topik, 2) kemenarikan penyajian cerita, 3) kelancaran, 4) pilihan kata (diksi), 5) volume suara, 6) penampilan, dan 7) penggunaan media. Penelitian ini memberi standar nilai yang harus dicapai siswa kelas VII-1 SMPN 2 … dikatakan berhasil dalam menceritakan kembali apabila telah mencapai nilai ketuntasan belajar klasikal sebesar 70 dalam kategori baik.
3.3.2 Variabel Penggunaan Teknik Demonstrasi dengan Media Boneka Upin dan Ipin dalam Pembelajaran Menceritakan Kembali Cerita Anak Kelas VII-1 SMPN 2 …
Variabel pembelajaran menceritakan kembali cerita anak dengan teknik demonstrasi melalui media boneka Upin dan Ipin adalah pembelajaran menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin.
Tindakan yang dilakukan dalam proses pembelajaran menceritakan kembali cerita anak, yaitu pembelajaran dengan teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin. Teknik demonstrasi digunakan melibatkan siswa langsung dalam merasakan proses latihan mengekspresikan beberapa contoh karakter yang diperlihatkan dan diperagakan oleh guru sebelumnya.
Penggunaan teknik ini dipilih oleh peneliti karena memiliki banyak kelebihan. Dengan memanfaatkan teknik ini akan membuat siswa lebih percaya diri karena peran guru sebagai fasilitator juga harus dapat menunjukkan contoh pengekspresian sebuah karakter. Hal ini akan timbul pada diri siswa berupa motivasi dan kepercayaan diri.
Pemanfaatan teknik demonstrasi dalam pembelajaran menceritkan kembali bertujuan sebagai sarana pemodelan serta melibatkan siswa langsung dalam tahapan latihan menceritakan kembali.
Sedangkan media boneka Upin dan Ipin merupakan media pembelajaran yang menarik dan tepat. Media tersebut dapat menarik perhatian dan minat siswa dalam pembelajaran menceritakan kembali. Media tersebut juga berfungsi untuk membantu siswa memeroleh kemudahan ketika menceritakan kembali. Karena bantuan boneka sebagai alat peraga akan membangkitkan ide siswa yang tertuang dalam sebuah cerita yang akan mereka ceritakan di depan kelas. Selain itu mereka juga tidak akan canggung lagi menceritakan kembali menggunakan boneka boneka Upin dan Ipin. Dengan menggunakan media boneka mereka tidak menceritakan kembali langsung menghadapi siswa yang lain melainkan mereka merasa menjadi tokoh dalam boneka tersebut.
3.4 Indikator Kinerja
Indikator kinerja yang diharapkan dari penelitian menceritakan kembali melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin bersifat kuantitatif dan kualitatif. Indikator kinerja tersebut berkaitan langsung dengan proses pembelajran yang dilakukan. Indikator tersebut dijelaskan sebagai berikut.
3.4.1 Indikator Data Kuantitatif
Indikator kuantitatif penelitian ini adalah ketercapaian target dalam menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin yang diketahui melalui teknik tes menceritakan kembali secara lisan. Siswa dinyatakan berhasil melakukan pembelajaran menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin apabila nilai yang diperoleh sesuai dengan target nilai dalam penelitian ini sebesar 70. ptk bahasa indonesia smp doc Nilai tersebut disesuaikan dengan KKM yang telah ditetapkan sekolah. Pembelajaran keterampilan menceritakan kembali melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin ini dianggap berhasil apabila 70% siswa mencapai KKM yang telah ditetapkan.
Aspek yang dinilai dalam pembelajaran menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin adalah Ketujuh aspek yang dinilai, yaitu 1) penguasaan topik, 2) kemenarikan penyajian cerita, 3) kelancaran, 4) pilihan kata (diksi), 5) volume suara, 6) penampilan, dan 7) penggunaan media. Hasil menceritakan kembali dapat diperoleh dengan disesuaikan dengan rentang dan kategori yang diperoleh dalam tes menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan media Upin dan Ipin Kriteria penilaian tersebut digunakan sebagai acuan penilaian keterampilan menceritakan kembali siswa. Siswa dikatakan mencapai kategori sangat baik jika memperoleh nilai antara 85-100, kategori baik nilai antara 75-84, kategori cukup nilai antara 60-74, dan kategori kurang nilai antara 0-59.
3.4.2 Indikator Data Kualitatif
Indikator yang bersifat kualitatif merupakan penilaian terhadap perilaku belajar siswa kearah yang lebih positif atau negatif. Siswa dikatakan berhasil apabila didukung dengan keefktifan siswa dalam proses pembelajaran menceritakan kembali secara langsung dan perubahan perilaku ke arah yang positif. Proses pembelajaran berlangsung dan perubahan perilaku tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi penilian kuantitatif. Proses siswa dalam pembelajaran menceritakan kembali cerita anak meliputi (1) suasana kelas yang kondusif pada saat pembelajaran menceritakan kembali melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin, (2) keintensifan reaksi dan respon dalam menceritakan kembali ceritak anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin, (3) Keintensifan interaksi dan kerja sama antarsiswa dalam pembelajaran menceritakan kembali ceritak anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin, (4) kemampuan menceritakan kembali meliputi, penguasaan topik, kemenarikan penyajian cerita, kelancaran, pilihan kata (diksi), volume suara, penampilan, dan penggunaan media, (5) terbangunnya suasana yang reflektif ketika kegiatan refleksi.
Perubahan perilaku positif dalam menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin meliputi, (1) kesiapan siswa mengikuti pembelajaran, (2) keseriusan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, (3) ketertarikan yang memotivasi siswa dalam menceritakan kembali melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin Ipin, (4) keaktifan siswa selama proses pembelajaran, dan (5) kepercayaan diri dalam menceritakan kembali di depan kelas.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang peneliti gunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah instrumen tes dan instrumen nontes. Instrumen tes berupa menceritakan kembali cerita anak, sedangkan instrument\ nontes berupa lembar observasi, lembar jurnal (siswa dan guru), lembar wawancara, dan dokumentasi.
3.5.1 Instrumen Tes
Bentuk instrumen penelitian yang berupa tes menceritakan kembali digunakan untuk mengungkapkan data tentang kemampuan menceritakan kembali siswa terutama kemampuan menceritakan kembali cerita anak yang dibaca oleh siswa. Bentuk instrumen berupa perintah membaca dan memahami isi teks cerita anak kemudian menceritakan kembali secara lisan. Aspek yang dinilai dalam pembelajaran menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin adalah 1) penguasaan topik, 2) kemenarikan penyajian cerita, 3) kelancaran, 4) pilihan kata (diksi), 5) volume suara, 6) penampilan, dan 7) penggunaan media. Dalam penilaian tiap aspek ditentukan skor maksimum, dan tiap aspek memiliki skor minimum yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat kesulitannya.
Tabel 1 Pedoman Penskoran Keterampilan MenceritakanKembali Cerita
Anak
Tabel 2 Kriteria Penilaian Menceritakan Kembali Cerita Anak
Bedasarkan tabel 2, tes pada kompetensi dasar menceritakan kembali terdapat 7 aspek penilaian. Ketujuh aspek yang dinilai, yaitu 1) penguasaan topik, 2) kemenarikan penyajian cerita, 3) kelancaran, 4) pilihan kata (diksi), 5) volume suara, 6) penampilan, dan 7) penggunaan media. Tiap aspek memiliki skor berbeda. Aspek penguasaan topik memiliki skor dua puluh; aspek kemenarikan penyajian cerita dan aspek kelancaran memiliki skor enam belas; aspek pilihan kata (diksi), volume suara, penampilan, dan penggunaan media meliki skor 12. Jadi, skor maksimal seluruh aspek dalam penilaian kompetensi menceritakan kembali melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin yakni 100. Kemudian nilai akhir diperoleh dari jumlah skor yang diperoleh dibagi jumlah skor maksimal kali seratus. Download ptk bahasa indonesia smp pdf
Rumus 3.1
Rentang nilai dan kategori yang diperoleh pada penilaian dalam keterampilan menceritakan kembali melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut ini.
Tabel 3 Pedoman Penilaian Keterampilan Menceritakan Kembali
Pedoman penilaian tersebut menjadi dasar penilaian bagi tes kemampuan menceritakan kembali cerita anak yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran siklus I dan siklus II.
3.5.2 Instrumen Nontes
Instrumen nontes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, jurnal (siswa dan guru), pedoman wawancara, dan dokumentasi.
Tabel 4 Kisi-kisi Instrumen Nontes
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes Teknik tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menceritakan
kembali cerita anak dengan menggunakan perangkat tes, sedangkan tekniknontes digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap strategi pembelajaran yang digunakan, yaitu pembelajaran menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin. Data nontes diperoleh dengan cara observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi.
3.6.1 Teknik Tes
Data tes diperoleh dari hasil menceritakan kembali cerita anak siswa yang dibuat pada siklus I. Hasil dari siklus I untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang dapat digunakan untuk menghadapi siklus II. Tes ini dijadikan sebagai tolak ukur peningkatan keberhasilan siswa dalam menceritakan kembali cerita anak setelah pembelajaran dengan menggunakan media dan teknik dalam tindakan dilakukan. Tes menceritakan kembali cerita anak ini berupa lembar tugas berisi perintah kepada siswa untuk menceritakan kembali cerita anak. Hasil tes berupa performansi siswa dalam menceritakan kembali.
3.6.2 Teknik Nontes
Teknik pengumpulan data nontes yang digunakan dalam penelitian ini berupa observasi atau pengamatan, jurnal, wawancara, dan dokumentasi.
3.7 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan peneliti untuk menganalisis data penelitian yaitu teknik kuantitatif dan teknik kualitatif.
3.7.1 Teknik Kuantitatif
Teknik kuantatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif yang diperoleh dari data tes menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin pada siklus I dan siklus II. Hasil tes ditulis secara presentase dengan langkah-langkah berikut: (1) menghitung nilai komulatif dasri seluruh aspek; (2) menghitung skor rata-rata; (3) menghitung nilai; (4) menghitung nilai rata-rata; dan (5) menghitung presentase.
Presentase ditulis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Rumus 3.2
Hasil penghitungan persentase keterampilan menceritakan kembali cerita anak dari siklus I dan siklus II dibandingkan untuk mengetahui adanya peningkatan keterampilan menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin
3.7.2 Teknik Kualitatif
Teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif. Data kualitatif ini diperoleh dari data nontes, yaitu data observasi, jurnal (siswa dan guru), wawancara, dan dokumentasi.
Adapun langkah penganalisisan data kualitatif adalah dengan menganalisis lembar observasi yang telah diisi saat pembelajaran dan mengklarifikasikannya dengan teman peneliti yang membantu dalam penelitian. Contoh ptk bahasa indonesia smp Data jurnal dianalisis dengan membaca seluruh jurnal siswa dan guru. Data wawancara dianalisis dengan cara membaca lagi data wawancara.
Hasil-hasil tersebut untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan dalam menceritakan kembali cerita anak, untuk mengetahui kelebihan, kekurangan pembelajaran menceritakan kembali cerita anak serta sebagai dasar untuk mengetahui peningkatan keterampilan menceritakan kembali cerita anak melalui teknik demonstrasi dengan media boneka Upin dan Ipin serta untuk mengetahui perubahan perilaku siswa dalam menceritakan kembali cerita anak pada siklus I dan siklus II. Selain itu, juga untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan media boneka Upin dan Ipin melalui teknik demonstrasi.
D.CONTOH PTK UNTUK SYARAT KENAIKAN PANGKAT GURU SMP
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nurul. 2009. Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Anak Melalui Teknik Story Telling dengan Media Flash Card Pada Siswa Kelas VIC SMP Islam Sudirman Sumowono Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2008/2009. Semarang: Unnes.
Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.
Ampera, Taufik. 2010. Penagajaran Sastra: Teknik Menagajar Sastra Anak Berbasis Aktivitas. Bandung: Widya Padjadjaran.
Arsyad, Maidar G, dan Mukti. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung: Satu Nusa
Fetiningrum. 2005. Peningkatan Mengungkapkan Kembali Isi Cerita melalui Media Panggung Boneka pada Siswa Kelas B Taman Kanak-kanak Kemala Bayangkari 22 Kabupaten Batang. Semarang: Unnes.
Fink, Jennifer L.W. 2011. Tell me a story: teach storytelling and build literacy and interpersonal skills. Gale Education, Religion and Humanities Lite Package. 2011. Volume 2 Number 1. http://go.galegroup.com/do?id= GALE%7CA253 389204&v=2.1 . Diunduh 15 Mei 2012)
Huda, Nailul. 2009. Peningkatan Keterampilan Bermain Drama dengan memanfaatkan Teknik Demonstrations-Performance dan Media VCD Bermain Drama Siswa Kelas VIF SMP N 40 Semarang Tahun Ajaran 2008/2009. Semarang: Unnes.
Jabrohim, Chaerul anwar dan Suminta A. Sayuti. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jackson, Sandra C, dkk. 2006. Structural development of the fictional narratives of African American preschoolers.” Language, Speech, & Hearing Services in Schools 37, Gale Education, Religion and Humanities Lite Package. July 2006. Volume 2 Number 1. (http://go.galegroup.com/ GALE%7CA1680 90 698&v2n1). Diunduh 15 Mei 2012.
Kurniawan, Heru. 2009. Sastra Anak dalam Kajian Strukturalisme, Sosiologi, Semiotik, hingga Penulisan Kreatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Majid, Abdul Aziz. 2001. Mendidik dengan cerita. Bandung : Rosdakarya.
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Bersinar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
N.K , Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurgiantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
, Burhan. 2005. Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Octafiana, Ermawati. 2010. Peningkatan Keterampilan Bercerita dengan Alat
Peraga Menggunakan Permainan Resep Gotong Royong dengan Media
Wayang Dongeng Pada Siswa Kelas VI SMP N 1 Pecalungan Batang
Tahun Ajaran 2009/2010. Semarang: Unnes.
Subyantoro. 2007. Model Bercerita Untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak. Semarang: Rumah Kita.
. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: CV. Widya Karya. . 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: UNNES PRESS.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2009. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sujanto. 1988. Keterampilan Berbahasa Membaca Menulis Berbicara Untk Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa dan Sastra Indonesia. Jayapura: FKIP UNCEN Jayapura.
Sulanjari, Yuni. 2010. Retorika “ Seni Berbicara untuk Semua”. Yogyakarta: Siasat Pustaka.
Sugihatuti. 1996. Serba-serbi Cerita anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tarigan, Henry Guntur. 1983. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: ANGKASA
Terima kasih telah berkunjung di Musiyanto Blog yang membahas CONTOH PTK BAHASA INDONESIA SMP KELAS VII TERBARU- ini dapat membantu Anda dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan cara mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.