Sabtu, 09 Juni 2018

CONTOH PTK BAHASA INDONESIA UNTUK SMP KELAS 9

CONTOH PTK BAHASA INDONESIA UNTUK SMP KELAS 9-Kemampuan berbicara merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang perlu dimiliki oleh seseorang . yaitu seorang yang hidup di lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah maupun dimana saja. Berbicara adalah hal yang biasa bagi kita, namun kegagalan pembelajaran keterampilan berbicara masih banyak terdengar di kalangan sekolah. PTK bahasa indonesia smp doc.

Banyak pertanyaan yang timbul berdasarkan kegagalan anak dalam keterampilan berbicara yaitu kurangnya kemampuan anak dalam mengembangkan kosa kata, merasa malu dan tidak percaya diri. Hal ini yang membuat siswa tidak terbiasa dalam menuangkan kata-kata dengan baik dan benar khususnya dalam keterampilan berbicara.

Penelitian ini menggunakn metode penelitian tindakan kelas yang berlangsung selama tiga bulan, melakukan berbagai kegiatan. Hasil yang dimiliki dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Indonesia melalui teknik bercerita dapat meningkat, hal ini dapat dilihat dari hasil pre tes nlai rata-rata anak 40,5 sedangkan pada hasil pos tes anak 77,15, dan siklus 1 anak-anak mendapat nilai rata-rata 63,3 dan siklus II rata-rata 73,58.
Peningkatan diatas dapat dilihat bahwa pembelajaran keterampilan berbicra bahas Indonesia melalui teknik bercerita di SMPN 6 ...  dapat meningkat, hal ini menunjukan bahwa teknik bercerita layak dan dapat digunakan untuk diterapkan di sekolah karena memberikan hasil yang baik kususnya dalam keterampilan berbicra.

Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas PTK BAHASA INDONESIA yang diberi judul "Peningkatan Kualitas Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Melalui Teknik Bercerita". Disini akan  di bahas lengkap.

PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE PTK BAHASA INDONESIA KELAS IX SMP lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke 0817-283-4988  dengan Format PESAN PTK SMP 041).

A.CONTOH LAPORAN PTK BAHASA INDONESIA KELAS 9

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Bahasa negara adalah bahasa Indonesia, demikian tertera dalam Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia menjadi lambang kebanggaan bangsa, lambang identitas nasional, alat pemersatu, dan alat komunikasi antardaerah dan antarkebudayaan. Bahasa Indonesia pun merupakan alat yang dapat mencerminkan nilai-nilai sosial budaya.
Sebagai lambang identitas nasional, Bahasa Indonesia harus dijunjung tinggi. Bahasa Indonesia pun harus dikembangkan. Sebagai alat pemersatu berbagai suku bangsa dengan latar belakang kebudayaan dan bahasa yang berbeda-beda. Bahasa Indonesia telah memungkinkan berbagai suku bangsa mencapai keserasian hidup dalam satu bangsa karena bahasa memiliki banyak fungsi dalam mempersatukan suku bangsa. Abdul Chaer menulis dalam bukunya bahwa bahasa itu sistem, lambang, bunyi, bermakna, arbitrer, konvensional, produktif, unik, universal, dinamis, bervariasi dan manusiawi. Sesuai fungsinya, Bahasa Indonesia juga berperan sebagai alat pengungkapan perasaan bahkan hingga nuansa perasaan yang halus.

Dengan bahasa memungkinkan manusia menuangkan pikiran yang rumit dan abstrak menjadi konkret. Manusia dapat berpikir mengenai objek tertentu. PTK bahasa indonesia smp pdf Dalam hal ini objek-objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol bahasa yang menjadi abstrak. Walaupun objek itu secara faktual tidak kelihatan. Hal ini memungkinkan manusia berpikir secara berlanjut dalam penggunaan bahasanya yaitu dalam keterampilan berbicara.
Kemampuan berbicara merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang perlu dimiliki oleh seseorang, terutama siswa atau seseorang yang hidup di. lingkungan masyarakat. Kemampuan ini bukanlah kemampuan yang diwariskan secara turun-temurun, walaupun pada dasarnya secara ilmiah manusia dapat berbicara. Untuk menghasilkan kemampuan berbicara secara formal memerlukan pelatihan dan pengarahan atau bimbingan yang intensif dalam mempelajarinya.

Pengajaran bahasa Indonesia yang baik akan berakibat langsung pada pelajaran yang lainnya, karena bahasa itu alat untuk berpikir, alat untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, alat mengajarkan keterampilan, dan untuk menanamkan suatu sikap yang terarah. Tetapi, kita tidak dapat menutup mata untuk menghadapi kenyataan bahwa pengajaran Bahasa Indonesia perlu ditingkatkan sesuai dengan tuntunan dunia modern yang meliputi dunia pendidikan dengan segala aspeknya.
Keterampilan berbahasa terdiri dari empat komponen, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. “Setiap keterampilan itu berhubungan erat dengan keterampilan lainnya. Keterampilan berbahasa diperoleh dengan urutan yang teratur, mula-mula pada masa kecil manusia belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu mereka belajar membaca, dan menulis. Menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki sekolah sedangkan membaca dan menulis umumnya dipelajari di sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan, merupakan catur tunggal”.

Berdasarkan keempat penjelasan di atas penulis memfokuskan pada keterampilan yang ke dua yaitu keterampilan berbicara dengan menggunakan teknik bercerita. Berbicara merupakan salah satu keterampilan yang banyak gunanya bagi siswa, terutama terampil berbicara di lingkungan sekolah. Bayangkan jika seluruh siswa di sekolah tidak bisa berbicara dengan bahasa yang baik maka perkembangan bangsa ini pun sebatas penggunaan bahasa yang hanya kesehariannya menggunakan kata-kata gaul, tren, dan tidak jelas kaidah tata bahasanya.
Kaidah tata bahasa dalam komunikasi seseorang merupakan gambaran teratur tidaknya pola pikir yang dihasilkan melalui keterampilan berbicaranya. Kemampuan berbicara seseorang tersebut turut menentukan kesuksesan kariernya. Banyak orang sukses karena menguasai keterampilan berbicara. Contohnya, wartawan, presenter, penyiar, dan komentator.

Demikianlah berbicara dapat membuahkan kutub konstruktif maupun kutub destruktif. Dengan perkataan lain, berbicara dapat mendatangkan kedamaian, menumbuhkan cinta, dan dapat pula menimbulkan perang, menumbuhkan benci, tergantung pada situasi dan kondisi.
Ada banyak hal yang menyebabkan siswa terhambat atau mengalami gangguan-ganguan dalam berbicara seperti: tidak percaya diri, merasa cemas. Seperti dikatakan dalam buku The handbook of public speaking bahwa ”Kecemasan merupakan suatu energi syaraf, kekuatan misterius yang dibangkitkan oleh perasaan, yang mempengaruhi sistem syaraf Anda, yang bisa menghancurkannya atau sebaliknya, menguatkannya sampai kita merasa bersemangat dan menyala-nyala dan mampu mencapai puncak orasi”.3 Kecemasan itu menimbulkan rasa takut dalam berbicara. Apabila rasa takut itu menguasai diri seseorang maka menyebabkan timbulnya gugup, malas, gagap, sehingga berbicara menjadi tak terarah dan dalam pengucapannya khususnya dalam teknik bercerita menjadi tidak tersampaikannya pesan.

Salah satu bagian pengajaran keterampilan berbicara adalah dengan menggunakan teknik bercerita, karena pengajaran teknik bercerita merupakan suatu teknik yang sistematis dalam mengembangkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia khususnya pada siswa. Hasil keterampilan berbicara bahasa Indonesia dengan menggunakan teknik bercerita ini diharapkan siswa mampu berbicara bahasa Indonesia dengan artikulasi atau lafal yang jelas, penjedaan yang tepat, dan intonasi yang baik dalam keterampilan berbicaranya.
Pada umumnya, keterampilan berbicara merupakan bagian-bagian yang mendukung dalam teknik bercerita. Bercerita merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan jiwa melalui bahasa lisan, sama halnya dengan paragraf dan karangan. Dalam mengarang ada suatu kegiatan yang melahirkan gagasan, perasaan pengalaman pada diri sesorang tersebut yang dituangkan dalam bentuk tulisan menjadi sebuah paragraf. Begitu juga dengan keterampilan berbicara, dengan teknik bercerita siswa bisa menuangkan perasaan dan pengalamannya yang dituangkan dalam bentuk perkataan, yaitu dalam bentuk lisan.

Mengingat pentingnya pengajaran keterampilan berbicara di sekolah dan di luar lingkungan sekolah maka hendaknya guru dan orang di sekitarnya bisa mendukung dan memotivasi, yaitu dengan memberikan masukan-masukan positif guna menumbuhkan siswa lebih terampil dan berani menunjukkan keterampilan berbicara khususnya dalam teknik bercerita.
Kegiatan bercerita merupakan suatu kegiatan mengekspresikan jiwa melalui bahasa lisan. Bercerita merupakan salah satu teknik menyampaikan informasi kepada orang lain (pendengar). Bahkan guru-guru di sekolah sering menggunakan teknik bercerita dalam menyampaikan pelajaran kepada anak didiknya. Beberapa alasan mengapa seseorang memilih menggunakan teknik bercerita dibanding teknik lainnya seperti drama, diskusi, atau menggunakan peralatan audio visual adalah karena teknik bercerita mempunyai kelebihan, yaitu lebih fleksibel dan mudah, hal ini memungkinkan siswa lebih semangat dan terbantu dalam pembelajaran keterampilan berbicara khususnya dalam keterampilan secara umum. Download ptk bahasa indonesia smp kelas 9 doc

Keterangan di atas menunjukan betapa pentingnya memahami pembelajaran keterampilan berbicara, karena siswa yang mampu menguasai keterampilan berbicara dengan baik tentu akan baik dalam berceritanya. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mencoba meneliti dan membahas mengenai ”Peningkatan Kualitas Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Melalui Teknik Bercerita pada Siswa SMPN 6 ... ”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Kesulitan siswa dalam pembelajaran keterampilan berbicara.
2. Macam-macam teknik bercerita dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Indonesia.
3. Kesulitan siswa dalam pembelajaran teknik bercerita.

C. Rumusan Masalah
Dilihat dari latar belakang yang telah diidentifikasikan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana peningkatan kualitas pembelajaran keterampilan berbicara Bahasa Indonesia melalui teknik bercerita pada siswa SMPN 6 ...  kelas 9.3 Tahun Ajaran 2016/2017 ?

D. Tujuan Penelitian
Dari hasil penelitian ini, penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kualitas kemampuan siswa kelas 9.3 SMPN 6 ...  dalam pembelajaran keterampilan berbicara Bahasa Indonesia.
2. Untuk meningkatkan kualitas kemampuan siswa kelas 9.3 SMPN 6 ...  dalam menggunakan teknik bercerita.
3. Untuk mengetahui tingkat kesulitan siswa kelas 9.3 SMPN 6 ...  dalam berbicara Bahasa Indonesia melaui teknik bercerita.

E. Manfaat Penelitian
Secara umum hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapakan dapat dijadikan bahan masukan bagi jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Dan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, khususnya di lingkungan pendidikan sekolah.

1. Manfaat bagi Guru
a. Guru bahasa Indonesia dapat menjadikan hal ini sebagai informasi dan rujukan dalam pengajaran keterampilan berbicara bahasa Indonesia melalui teknik bercerita.
b. Menjadi pertimbangan guru dalam mengajar dengan menggunakan teknik bercerita dalam keterampilan berbicara baik dari strategi persiapan mengajar maupun kendala-kendala yang dihadapi.

2. Manfaat bagi Siswa
Siswa dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam keterampilan berbicara bahasa Indonesia dengan ekspresi, intonasi, lafal dan penggunaan bahasa yang baik dalam berbicara melalui teknik bercerita.

3. Manfaat bagi Sekolah
Sekolah mendapat gambaran dan data tentang peningkatan kualitas kemampuan siswanya dalam keterampilan berbicara melalui teknik bercerita, khususnya siswa kelas 9.3 SMPN 6 ... .

B.CONTOH LENGKAP PTK BAHASA INDONESIA TERBARU

BAB II
ACUAN TEORETIS


A. Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Dimyati mengatakan bahwa belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri dari daya mengamat, menangkap, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya.
Menurut pengertian secara psikologis, “belajar merupakan suatu proses perubahaan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.”

Belajar juga berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, ungkap Slameto. Sementara Alisuf Sabri dalam bukunya Psikologi Pendidikan menambahkan bahwa belajar adalah “Merupakan faktor penentu proses perkembangan, manusia memperoleh hasil perkembangan berupa pengetahuan, sikap, keterampilan, nilai reaksi, keyakinan dan lain-lain tingkah laku yang dimiliki manusia adalah diperoleh melalui belajar”.
Menurut Slameto, belajar juga dapat dipandang sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Perubahan terjadi karena sadar.
Bahwa seorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahaan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan pada dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah.

b. Perubahaan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahaan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis.

c. Perubahan belajar bersifat positif dan aktif.
Dalam perubahan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk meperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak belajar itu dilakukan, makin banyak pula perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena ada usahanya dari individu sendiri.

d. Perubahan dalam dalam belajar bukan sikap sementara.
Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahhan dalam arti belajar.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
Perubahan tingkah laku ini terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya sesorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah ditetapkan apa yang hendak dicapai dalam mengetik. Ini berarti perubah tingah laku yang terarah.

2. Ciri-ciri belajar
Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, menyebutkan ciri-ciri belajar, yaitu:
a. Perubahan yang intensional, dalam arti perubahan yang terjadi karena intensitas pengalaman, praktik, atau latihan.
b. Perubahan menuju ke arah yang positif, dalam arti sesuai dengan yang diharapkan baik oleh guru, siswa maupun lingkungan sosial.
c. Perubahan yang efektif, dalam arti membawa pengaruh dan makna tertentu bagi siswa. Setidaknya sampai batas waktu tertentu. Baik demi alasan penyesuaian diri maupun demi mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Sebagai suatu proses pengetahuan, kegiatan belajar juga tidak terlepas dari mengajar. ”Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu, ada suatu pro sedur (jalan interaksi) yang direncanakan, Ditandai dengan materi satu pengarahan materi yang khusus dan ditandai dengan aktivitas anak didik.”

3. Jenis-jenis belajar
a. Slameto membagi jenis-jenis belajar yaitu: belajar bagian, belajar dengan wawasan, belajar diskriminatif, belajar global atau secara keseluruhan, belajar insidental, belajar instrumental, belajar instrumental, belajar intensional, belajar laten, belajar mental, belajar produktif, belajar verbal. Contoh ptk bahasa indonesia smp kelas 9 pdf
b. Muhibin Syah berpendapat mengenai jenis-jenis belajar
1) Belajar abstrak
Belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah bentuk memeroleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata.
2) Belajar keterampilan
Belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot. Tujuannya adalah menguasai jasmani tertentu.

3) Belajar sosial
Belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut.
4) Belajar pemecahan masalah
Belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, dan teratur.
5) Belajar rasional
Belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat).
6) Belajar kebiasaan
Belajar pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan yang telah ada.
7) Belajar apresiasi
Belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek.
8) Belajar pengetahuan
Belajar melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan.

4. Prisip-prinsip belajar.
Dalam belajar diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan intruksional.
a. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan intruksional.
b. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.
c. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkunganya.
Untuk memperoleh peningkatan seperti diatas dalam belajar kita harus mengetahui prinsip-prinsip dalam belajar. Yaitu belajar untuk memperoleh perubahan tingkah laku, hasil belajar ditandai dengan perubahan aspek tingkah laku, belajar merupakan suatu proses, belajar dorongan dan tujuan yang akan dicapai dan belajar merupakan bentuk pengalaman.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembelajaran
a. Faktor Intern
1) Faktor jasmaniah (faktor fisiologis)
Faktor utama yang mempengaruhi belajar didukung dalam diri sendiri atau fisik siswa tersebut. Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Misalnya organ tubuh ynag lemah, kondisi badan seperti ini menurunkan ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas dan perolehan pembelajaran siswa.
a) Inteligensi
Inteligensi adalah kemampuan mental individu yang dapat digunakan untuk menyesuaikan diri di dalam lingkungan yang baru, serta dapat memecahkan memecahkan masalah yang dihadapi dengan cepat dan tepat. Pakar psikologi Claparede dan Stern memberikan definisi penyesuaian diri secara mental terhadap situasi dan kondisi baru

b) Minat
Minat( interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
c) Bakat
Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
d) Motivasi
Motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk membuat sesuatu.

b. Faktor-faktor ekstern
1)  Faktor keluarga adalah salah satu faktor di luar yang mempengaruhi siswa belajar yaitu relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluaraga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
2)  Faktor sekolah faktor yang mempengaruhi di luar yang menduking siswa yaitu: metode mengajar guru, kurikulum sekolah, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, sarana sekolah, waktu sekolah, metode belajar dan tugas rumah.
3)  Faktor masyarakat juga mempengaruhi belajar siswa dari luar yaitu: kegiatan siswa pada masyarakat, media masa, teman bergaul dan bentuk kehidupan dalam masyarakat tersebut.

B. Berbicara
1. Pengetian Berbicara
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sebagai memperluasan dari bahasan ini. Dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide keinginan kepada orang lain yang dikombinasikan.

Pada hakikatnya keterampilan berbicara merupakan keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Lebih jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentuk prilaku manusia yang memanfaatkan faktor¬faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial. Berbicara adalah beromong, bercakap, berbahasa, mengutarakan isi pikiran, melisankan sesuatu yang dimaksudkan.

2. Tujuan keterampilan berbicara
Tujuan utama dalam keterampilan berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka seyogyanyalah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin disampaikan. Dia harus mampu mengevalausi efek komunikasinya terhadap (para) pendengarnya, dan seorang pembicara harus mengetahui prisip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.
Disamping itu, keterampilan berbicara juga memiliki tujuan dalam pengembangan yang akan dimiliki bagi seorang yang berbicara. Di antaranya:
a. Kemudahan berbicara
Peserta didik harus mendapat kesempatan yang besar untuk berlatih berbicara sampai mereka memgembangkan keterampilan ini secara wajar, lancar, dan menyenangkan, baik di hadapan pendengar umum yang lebih besar jumlahnya.
b. Kejelasan
Dalam hal ini peserta didik berbicara dengan jelas, baik artikulasi maupun diksi kalimatnya. Gagasan yang diucapkan harus tersusun dengan baik.
c. Bertanggung jawab
Latihan berbicara yang bagus menekankan pembicaraan untuk bertanggung jawab agar berbicara secara tepat, dan dipikirkan dengan sungguh-sungguh mengenai apa yang menjadi pokok pembicaraan , tujuan pembicaraan, siapa yang diajak berbicara, dan bagaimana situasi pembicaraan serta momentumnya.
d. Membentuk pendengaran yang kritis,
Latihan berbicara yang baik sekaligus mengembangkan keterampilan menyimak secara tepat dan kritis juga menjadi tujuan utama, yaitu peserta didik perlu belajar untuk mengevaluasi kata-kata, niat, dan tujuan pembicaranya.
e. Membentuk kebiasaan.
Kebiasaan berbicara tidak dapat dicapai tanpa kebiasaan berinteraksi dalam bahasa yang dipelajari bahkan dalam bahasa ibu. Contoh ptk bahasa indonesia smp doc

Tujuan keterampilan berbicara seperti yang dikemukakan di atas akan dapat dicapai jika program pengajaran dilandasi prinsip-prinsip yang relevan, dan pola KBM yang membuat para peserta didik secara aktif mengalami kegiatan berbicara.
1) Tingkat pemula
Untuk tingkat pemula, tujuan pembelajaran keterampilan berbicara dapat dirumuskan peserta didik dapat melafalkan bunyi bahasa, menyampaikan informasi, menyampaikan setuju atau tidak setuju, menjelaskan identitas diri, menceritakan hasil bacaan atau simakan, menyatakan ungkapan rasa hormat dan mampu bermain peran.
2) Tingkat menengah
Untuk tingkat menengah, tujuan pembelajaran keterampilan berbicara bahwa peserta didik dapat menyampaikan informasi, berpartisipasi dalam percakapan, menjelaskan identitas diri, menceritakan hasil simakan atau bacaan, melakukan wawancara, bermain peran, dan menyampaikan gagasan dalam diskusi dan pidato.

3) Tingkat paling tinggi
Untuk tingkat yang paling tinggi, tujuan pembelajaran keterampilan berbicara dirumuskan bahwa peserta didik dapat menyampaikan informasi, berpartisipasi dalam percakapan, menjelaskan identitas diri, menceritakan kembali hasil simakan atau bacaan dan berpartisipasi dalam wawancara.
Dari tujuan kegiatan keterampilan berbicra di atas dapat dikatakan bahwa keterampilan berbicara memiliki manfaat atau tujuan dicapai yaitu dari tingkat pemula sampai tingkat yang paling tinggi. Berdasarkan keterangan di atas tujuan yang hendak dicapai seorang pengajar harus memenuhi beberapa konsep.

Empat konsep dasar yang harus dipahami oleh pengajar sebelum mengajarkan bahasa kedua dengan model pembelajaran keterampilan berbicara, yaitu berbicara dan menyimak adalah kegiatan resiprokal, berbicara adalah proses berkomunikasi individu, berbicara adalah ekspresi kreatif, berbicara adalah ekspresi kreatif, berbicara adalah tingkah laku, berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman dan berbicara adalah pancaran pribadi.

3. Prinsip Umum yang Mendasari Kegiatan Berbicara
a. Membutuhkan paling sedikit dua orang, tentu saja pembicaraan dapat dilakukan oleh satu orang dan hal ini sering terjadi misalnya oleh orang yang sedang mempelajari banyak bunyi-bunyi bahasa serta maknanya atau oleh seseorang yang meninjau kembali.
b. Menggunakan sandi linguistik yang dipahami bersama, bahkan andai kata pun dipergunakan dua bahasa namun setting pengertian, pemahaman bersama itu tidak kurang pentingnya.
4) Merupakan suatu pertukaran antara partisipan, kedua pihak partisipan yang memberi dan menerima dalam pembicaraan sating bertukar sebagai pembicara dan penyimak.

5) Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan lingkungan dengan segera. Perilaku lisan sang pembicara selalu berhubungan dengan responsi yang nyata atau yang diharapkan, dan sang penyimak sebaliknya. Jadi hubungan itu bersifat timbal balik antara dua arah.
6) hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan dengan suara atau bunyi bahasa dan pendengaran (vocal and auditory apparatus).
7) secara tidak pandang bulu menghadap apa yang nyata dan apa yang diterima sebagai dalil.

4. Jenis-jenis Berbicara
Bila diperhatikan mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis berbicara. Antara lain: diskusi, pidato (menjelaskan, menghibur), ceramah, dan sebagainya. Jenis-jenis keterampilan berbicara tersebut adalah:
a. Diskusi
Diskusi, berasal dari kata Latin “discutere ”, yang berarti bertukar pikiran. Akan tetapi belum tentu setiap kegiatan bertukar pikiran dapat dikatakan berdiskusi. Diskusi pada dasarnya adalah suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik kelompok kecil atau besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah. Diskusi juga diartikan suatu metode untuk memecahkan masalah-masalah dengan proses berpikir kelompok. Download ptk bahasa indonesia smp pdf

Panel adalah suatu bentuk diskusi yang dihadapkan sejumlah partisipan atau pendengar.30Suatu kelompok yang terdiri dari tiga sampai enam orang ahli yang ditunjuk untuk mengemukakan pandangannya dari berbagai segi mengenai suatu masalah. Diskusi ini melibatkan sekelompok kecil peserta yang melakukan pembicaraan secara informal tentang sesuatu topik tertentu yang sebelumnya telah diselidiki dengan teliti oleh para peserta diskusi.

b. Simposium
Sinposium terdiri dari serangkaian presentasi yang disampaikan secara singkat tetapi formal berkaitan tentang suatu tema dan topik. Sesudah presentasi formal, para anggota sinposium diperkenankan menjawab pertanyaan yang diajukan para peserta yang mengadakan suatu panel diskusi di antara mereka sendiri. Masalah yang dibahas dalam simposium mempunyai ruang lingkup yang luas, sehingga dapat ditinjau dari berbagi sudut aspek ilmu untuk mendapatkan perbandingan. Pada sinposium diadakan sanggahan untuk umum terhadap suatu prasaran dan sanggahan itu disusun secara tertulis.

c. Seminar
Seminar terdiri dari sekelompok ahli yang bertugas menjawab pertanyaan-pertanyaan hadirin atau mungkin pers. Para ahli tersebut sebelumnya tidak diberi tahukan menenai pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan tetapi, biasanya mereka menguasai topik-topik yang dibicarakan. Dalam seminar membahas secara ilmiah, walaupun yang menjadi topik pembicaraan hal-hal dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan untamanya adalah untuk memecahkan suatu masalah. Dalam seminar juga banyak hal yang harus dipersiapkan diantaranya:
1) Menentukan topik dan tujuan
Sebelum seminar dilaksanakan perlu ditentukan terlebih dahulu topik atau masalah yang akan diseminarkan.
2) Penentuan waktu dan tempat
Waktu seminar sebaiknya dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa sejarah atau nasional, umpamanya: Bulan bahasa, Hari Ibu, hari Pendidikan Nasional. Jika seminar itu berskala kecil penentuan waktu perlu diperhatikan, sehingga dapat dihadiri oleh beberapa peserta.
3) Persiapan fasilitas
Segala kebutuhan dan kelancaran seminar sebaiknya dipersiapkan sebaik-baiknya. Seperti:
4) Tempat duduk yang memadai
Cahaya yang cukup terang dan sirkulasi udara yang menyegarkan dalam ruangan. Alat-alat peraga publikasi.

d. Pidato
Pidato adalah penyajian penjelasan lisan. Pidato merupakan keterampilan berbaha sasecara epektif, baik lisan maupun tulisan karang mengarang.
Pidato juga diartikan kegiatan berbicara dihadapan orang banyak, Pidato juga diartikan berbicara dimuka umum dengan tujuan memberikan tambahan ilmu pengetahuan atau untuk mengajak para pendengar berpikir dan bertindak seperti diberi nasihat kepada orang banyak.
1) Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam berpidato
a). Mempunyai tekad dan kemampuan bahwa seoarang pembicara mampu meyakinkan orang lain.
b). Memiliki pengetahuan yang luas, sehungga si pembicara dapat mengusai materi dengan baik.
c). Memiliki pembendahaaan kata yang cukup, sehingga si pembicara mampu mengungkapkan pidato dengan lancar dan meyakinkan.

2) Sistematika berpidato
Pembukaan, yaitu mengucap salam atau menyapa para hadirin
a) Menyampaikan pendahuluan, yang biasanya dilahirkan dalam
bentuk ucapan terima kasih, atau ungkapan kegembiraan, atau rasa
syukur.
b) Penyampaian isi pidato, yang diucapkan secara jelas dan dengtan menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan dengan gaya bahasa yang menarik.
c) Menyampaikan kesimpulan dari isi pidato, supaya mudah diingat oleh pendengar.
d) Menyampaikan harapan yang berisi anjuran atau ajakan kepada pendengar untuk melaksanakan isi pidato.
e) Menyampaikan salam penutup.

3) Metode penyampaian dan penilaian dalam berpidato
Ada empat macam metode penyampaian lisan seperti pidato yang perlu diketahui, yaitu:
Maksud dan tujuan pembicaraan, kesempatan, atau pendengar atau pemirsa, ataupun waktu untuk persiapan dapat menentukan metode penyajian, atau sang pembicara sendiri dapat menentukan yang terbaik dari empat metode yang mungkin dipilih yaitu:
a). Penyampaian secara mendadak ( impromptu delivery)
Metode impromptu adalah metode penyampaian berdasarkan kebutuhan tahuaan dan kemahirannya. sesaat. Tidak ada persiapan sama sekali, pembicara secara serta merta berbicara berdasarkan pengetahuan dan kemahirannya. Kesanggupan dan kemampuannya menyampaikan lisan seperti pidato menurut metode ini sangat berguna dalam keadaan terdesak atau terpaksa. Kesanggupan dan kemampuan penyampaian lisan seperti pidato menurut metode ini sangat berguna dalam keadaan terdesak atau terpaksa, namun kegunaannya terbatas pada waktu yang tidak terduga itu saja. Pembicara menyampaikan pengetahuannya yang ada, dikaitkan dengan situasi dan kepentingan saat itu.

b). Penyampaian tanpa persiapan (extemporaneous delivery)
Metode ekstemporan adalah metode berpidato dengan cara pembicara menuliskan pokok-pokok pikiran yang akan disampaikan. Uraian yang akan dibawakan dengan metode ini direncanakan dengan cermat dan dibuat catatan-catatan yang penting, yang sekaligus menjadi urutan bagi uraian itu. Kadang-kadang dipersiapkan konsep berupa naskah, namun tidak dihafal kata demi kata. Dalam penyampaian lisan seperti pidato, pembicara dengan bebas berbicara dan bebas pula memilih kata-katanya sendiri. Catatan dan konsep naskah yang dipersiapkannya hanya digunakan untuk mengingat urut-urutan topik pembicaraannya. Dengan metode ini pembicara dapat mengubah nada pembicaraannya sesuai dengan reaksi yang timbul pada para pendengar sementara pembicaraan berlangsung. Download ptk bahasa indonesia smp kelas 9 doc

c). Penyampaian dari naskah (delivery from manuscript)
Metode naskah adalah metode naskah yang benar-benar dipersiapkan dengan cermat. Pembicara menyusun naskah terlebih dahulu sebelum pidato. Pidato ini biasanya digunakan untuk acara-acara resmi. pidato televisi dan radio. Metode ini sifatnya agak kaku, sebab bila tidak atau kurang melakukan latihan yang cukup, terjadi seolah-olah tidak ada hubungan antara pembicara dengan pendengar. Mata dan perhatian pembicara selalu ditujukan ke naskah, sehingga ia tidak bebas menatap pendengarnya. Pembicara harus dapat memberi tekanan dan variasi suara untuk menghidupkan pembicaraannya. Untuk itu pembicara perlu melakukan latihan yang intensif.

d). Penyampaian dari ingatan (delivery from memory)
Metode ini merupakan kebalikan dari metode inpromtu. Pidato ini disampaikan dengan metode ini dipersiapkan dan ditulis secara lengkap lebih dahulu. Metode ini memerlukan konsentrasi yang kuat dalam penyampaiannya dari seorang pembicara kemudian dihafal kata demi kata. Ada pembicara yang berhasil dengan metode ini, namun ada juga yang tidak. Pembicara dengan menggunakan metode ini sering menjemukan dan tidak menarik, ada kecenderungan untuk berbicara cepat-cepat dan mengeluarkan kata-kata tanpa menghayati maknanya. Selain itu metode ini juga sering menyulitkan pembicara untuk menyesuaikan diri dengan situasi dan reaksi-reaksi pendengar ketika menyampaikan uraiannya.

Cara manapun yang dipilih dalam berbicara dalam penyampaiannya, yang terpenting adalah bahwa usaha kita berhasil: komunikasi berjalan lancar. Oleh karena itu ada baiknya bila kita mengetahui pula bagaimana caranya mengevaluasi keterampilan berbicara diantaranya:
(1). Apakah bunyi-bunyi tersendiri (vokal, konsonan) diucapkan dengan tepat?
(2). Apakah pola pola intonasi, naik dan turunnya suara dan tekanan suku kata, memuaskan?
(3). Apakah ketetapan dan ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa referensi intrernal memahami makna yang dipergunakannnya?

(4). Apakah kata kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang tepat?
(5). Sejauh manakah” kewajaran yang tercermin bila seseorang berbicara? (Brook, 1964:252).
Mengevaluasi keterampilan berbicara juga dapat dilakukan secara berbeda-beda pada setiap jenjangnya. Misalnya pada sekolah dasar, kemampuan menceritakan, berpidato, dan lain-lain dapat dijadikan dalam bentuk evaluasi. Seseorang dianggap memiliki kemampuan berbicara selama ia mampu berkomunikasi dengan lawan bicaranya.

Dalam pengajaraan berbahasa Indonesia yaitu dalam keterampilan berbicara memiliki berbagai hal dalam menilai, baik dari pelafalan anak itu sendiri secara individual maupun secara berkemampuan yang telah diklasifikasikan dan telah ditentukan dalam pembelajarannya.

4). Strategi pengajaran keterampilan berbicara
Dalam strategi pengajaran Keterampilan berbicara memilki teknik atau pariasi dalam pembelajarannya yang bermacam-macam di antaranya dalam keterampilan:
a). Berbicara terpimpin, yaitu: frase dan kalimat, satuan paragraf, dan dialog.
b). Berbicara semi-terpimpin, yaitu: reproduksi cerita, cerita berantai( pengalaman diri, pengalaman hidup, pengalaman membaca, menyusun kalimat dalam pembicaraan, dan menyampaikan isi bacaan secara lisan.
c). Berbicara bebas, yaitu: diskusi, drama, wawancara, berpidato, bermain peran(dalam drama)
Selain strategi dalam berbicara juga memilki teknik, yang dimaksudkan di sini adalah cara-cara yang digunakan di dalam berbicara, meliputi:
1) Kemampuan menggunakan bahasa lisan dengan baik. Dalam hal ini seorang pembicara hendaknya memiliki kemampuan tata bahasa yang baik, Artikulasi yang jelas dan tidak cadel, intonasi yang menarik (tidak monoton), aksen yang tepat, dan tidak terlalu banyak menggunakan istilah yang tidak perlu.
2) Ekspresi (air muka) yang menarik, misalnya: tidak cemberut, tidak pucat, tidak merah, dan sebagainya. Ekspresi dalam berbicara sangat penting untuk memikat minat dengar atau rasa ingin tahu dari pendengar.

3) Stressing (redance), yaitu kemampuan seorang pembicara untuk memberikan penekanan pada masalah-masalah inti atau penting didalam pembicaraannya, misalnya dengan pengulangan-pengulangan yang seperlunya, atau dengan penekanan-penekanan tertentu dalam nada pembicaraan.
4) Kemampuan memberikan refreshing (penyegaran) dengan menyelipkan intermezo, yaitu dengan menyelingi pembicaraan dengan hal-hal lain yang berhubungan yang mengandung kelucuan, baik itu pengalaman sendiri atau sebuah anekdot, dengan tidak mengurangi nilai pembicaraan. Hal ini dimaksudkan agar pendengar tidak terlalu stress yang bisa menimbulkan kejenuhan atau kebosanan dalam mengikuti pembicaraan kita.
5) Kepribadian (personality). Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah disamping daya pesona atau kharismatik seseorang, juga meliputi nilai¬nilai pribadi seorang pembicara, diantaranya: jujur, cerdik, berani, bijaksana, berpandangan baik, percaya diri, tegas, tahu diri, tenang dan tenggang rasa.

e. Ceramah
Ceramah adalah suatu cara keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan atau masalah secara lisan. Seperti halnya dalam pidato, dalam ceramah pun keterampilan alat utama dalam keterampilan berbicara.
Ceramah juga dapat diartikan bahwa pidato dihadapan para pendengar, mengenai suatu hal, pengetahuan, dan sebagainya. Download ptk bahasa indonesia smp kurikulum 2013 Piadat dan ceramah merupakan suatu sarana komunikasi yang berpungsi menyampaikan suatu informasi secara langsung, tetapi antar pidato dan ceramah memiliki beberapa perbedaan, yaitu pidato disampaikan untuk suatu tujuan yang penting sedangkan pada ceramah disampaikan sebagai pengajaran. Dalam ceramah memiliki beberapa ciri khas, yaitu:

1). Ada sesuatu yang dijelaskan atau diinformasikan untuk memperluas pengetahuan para pendengar, biasanya disampaikan kepada orang yang memiliki keahlian atau dianggap ahli dalam bidang atau disiplin ilmu tertentu.
2). Terdapat komunikasi dua arah antara pembicara dan pendengar, yaitu berupa dialog, tanya jawab, diskusi, dan sebaginya.
3). Dapat digunakan alat bantu untuk memperjelas uraian, seperti over head
projector (OHP), Lembar peragaan, gambar, dan sebagainya.

Ada respon dari pendengar mengenai materi yang disampaikan dalam ceramah. Selain memiliki ciri khas dalam ceramah, ceramah atau metode ceramah juga memiliki keunggulan.
1) Kelebihan metode ceramah
Materi yang disampaikan tidak terlalu banyak, hanya poin-poin khusus saja. Dapat memberi semangat para pendengar untuk belajar karena hanya menyeduakan alat pendengaran dan pemahaman saja.

2) Kelemahan metode ceramah
Karena jumlah pendengar relatif banyak, penceramah cenderung mengalami kesulitan untuk nmengetahui sampai sejauh mana si pendengar dapat memahami materi yang disampaikan.
Dalam metode ceramah ini siswa cenderung hanya menjelaskan penjelasan penceramah, tanpa ada timbal balik.

3) Perbedaan antar pidato dan ceramah
Pada ceramah terdapat komunikasi dua arah antara pembicara dengan pendengar, sedagkan pidato hanya bersifat satu arah.
Pidato bertujuan untuk mempengaruhi pendengar, meyakinkan para pendengar, sedangkan ceramah bertujuan untuk menjelaskan atau memperluas pengetahuan para pendengar. Pidato disampaikan secara resmi sedangkan ceramah dismpaikan tidak resmi . Pidato bertujuan untuk menyampaikan gagasan atau informasi, sedangkan ceramah bertujuan untuk menambah wawasan atau pengetahuan.

5. Peralatan dan alat peraga dalam berbicara
Hal kecil yang sering dilupakan pembicara adalah penggunaaan dan peralatan dalam berbicara. Berikut ini diuraikan cara-cara menggunakan peralatan pidato.
a. Mikrofon
Ada dua jenis mikrofon, yaitu berkabel dan yang tidak berkabel. Penggunaan jenis mikrofon ini sama saja. Pengaturan jarak yang paling baik adalah satu jengkal tangan. Mulut yang terlalu dekat dengan mikrofon akan menimbulkan kesan seolah-olah alat itu akan dimakan. Bila diatas podium telah disediakan tiang penyangga mikrofon, lebih baik mikrofon itu tidak dipegang. Hal ini akan memberikan kesempatan tangan untuk bergerak leluasa.

b. Flip chart
Werupakan alat peraga yang paling efektif untuk pendengar yang jumlahnya mencapai 25 orang dan merupakan alat yang paling cocok untuk mncapaikan kalimat-kalimat sederhana.
c. Pengeras suara.
Pengeras suara adalah peralatan pendukung yang sangat penting dalam berpidato. Sebelum pidato dimulai, sebaiknya pengeras suara diuji terlebih dahulu. Usaha ini dapat mencegah macetnya aliran suara pada saat pidato dimulai. Buatlah para audiens senyaman mungkin karena pengeras suara yang rusak dapat mengacaukan suasana.
d. Echo
Agar suara seorang pembicara terdengar menarik, pada speaker dapat digunakan echo, aturlah echo sesuai dengan suara anda, dan jangan terlalu tinggi. Pengujian echo lebih baik dilakukan minimal lima belas menit sebelum pidato dimulai.
e. Film, monitor video dan televise proyeksi
Film dan video bekerja baik untuk jenis-jenis penyajian tertentu. Film dan televisi proyeksi dapat diperlihatkan kepada jumlah pendengar mana saja.

6. Rambu-Rambu dalam Berbicara
Suksesnya sebuah pembicaraan sangat tergantung kepada pembicara dan pendengar. Untuk itu dituntut beberapa persyaratan kepada seorang pembicara dan pendengar. Di bawah ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan oleh seorang pembicara.
a. Menguasai masalah yang dibicarakan.
Penguasaan masalah ini akan menumbuhkan keyakinan kepada diri pembicara, sehingga akan tumbuh keberanian. Keberanian ini merupakan modal pokok bagi pembicara. Hal ini dapat dicapai dengan giat mengumpulkan bahan dengan mempelajari bermacam sumber seperti sudah dijelaskan sebelumnya.

b. Mulai berbicara kalau situasi sudah mengizinkan.
Sebelum memulai pembicaraan, hendaknya pembicara memperhatikan situasi seluruhnya, terutama pendengar. Kalau pendengar sudah siap, barulah mulai berbicara. Hal ini sebetulnya juga dipengaruhi oleh sikap atau penampilan pembicara. Sikap pembicara yang tenang, tidak gugup, wajar, serta penampilan yang rapi, akan banyak membantu.

c. Pengarahan yang tepat akan dapat memancing perhatian pendengar.
Sesudah memberikan kata salam dalam membuka pembicaraan, seorang pembicara yang baik akan menginformasikan tujuan ia berbicara dan menjelaskan pentingnya pokok pembicaraan itu bagi pendengar. Dalam hal ini walaupun topik pembicaraan kurang menarik, tetapi karena pendengar mengetahui manfaatnya bagi mereka, kata pendengar pun akan bersedia mendengarkan.

d. Berbicara harus jelas dan tidak terlalu cepat.
e. Bunyi-bunyi bahasa harus diucapkan secara tepat dan jelas.

Kalimat harus efektif dan pilihan kata pun harus tepat. Janganlah berbicara terlalu cepat dan hal-hal yang penting diberi tekanan sehingga pendengar dengan mudah dapat menangkapnya.

Pandangan mata dan gerak-gerik yang membantu. Contoh ptk bahasa indonesia smp doc Hendaknya terjadi kontak batin antara pembicara dengan pendengar. Pendengar merasa diajak berbicara dan merasa diperhatikan. Pandangan mata dalam hal ini sangat membantu. Pandangan mata yang menyeluruh akan menyebabkan pendengar merasa diperhatikan. Demikian juga dengan gerak-gerik atau mimik yang sesuai merupakan daya pikat sendiri. mata memiliki kekuatan tersendiri dalam mempengaruhi orang lain. Seorang yang karismatik biasanya memiliki sorot mata yang mengagumkan. Banyak wanita yang tergila gila pada seorang pria yang tatapan matanya yang mampu menggetarkan hati mereka tersebut.

f. Pembicara sopan, hormat, dan melihatkan rasa persaudaraan.
Pembicara yang congkak dan memandang rendah pendengar dengan sikap dan kata-kata kasar, akan menghilangkan rasa simpati pendengar. Siapa pun pendengarnya dan bagaimana pun tingkat pendidikannya, pembicara harus menghargainya. Jauhkan sifat emosional. Pembicara tidak boleh mudah terangsang emosinya sehingga mudah terpancing amarahnya.

g. Dalam komunikasi dua arah, mulailah berbicara kalau sudah dipersilakan.
Seandainya kita ingin mengemukakan tanggapan, berbicaralah kalau sudah diberi kesempatan. Jangan memotong pembicaraan orang lain dan jangan berebut berbicara. Jangan pula berbicara berbelit-belit, tetapi langsung pada sasaran kenyaringan suara.

Suara hendaknya dapat didengar oleh semua pendengar dalam ruangan itu. Volume suara jangan terlalu lemah dan jangan pula terlalu keras, apalagi berteriak. Suara adalah salah satu bagian terpenting dalam berbicara karena massa akan mendengarkan suara yang di keluarkan dari mulut seorang pembicara.
Suara yang baik akan menciptakan suasana menjadi hidup.kita patut bersyukur karena Tuhan menciptakan suara manusia berbeda beda sehingga massa dapat membedakan seorang orator hanya dari suaranya saja. Misalnya, suara K.H. Zainudin M.Z. berbeda dengan suara manusia berbeda dengan suara bung karno meskipun mereka sama tenarnya.

Dengan melatih suara secara teratur, akan didapatkan hasil suara berkualitas dan berciri khas.
Pendengar akan lebih terkesan kalau ia dapat menyaksikan pembicara se¬penuhnya. Usahakanlah berdiri atau duduk pada posisi yang dapat dilihat oleh seluruh pendengar. Begitu pula sebaliknya.

Dalam berbicara seorang pembicara harus memiliki kemampuan ketika berbicara yaitu seorang pembicara yang baik ketika berbicara memandang sesuatu suatu hal dari sudut pandang yang baru, mempunyai cakrawaa luas, antusias dalam berbicara, menunjukan empati mempunyai gaya bicra humor dan punya gaya bicara sendiri. Download ptk bahasa indonesia smp pdf

7. Faktor-Faktor Penunjang Keefektifan Keterampilan Berbicara
Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, me- nyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian (juncture). Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, ditambah lagi dengan gerak tangan, dan air muka (mimik) pembicara.
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan informasi dengan efektif, sebaiknya pembicara betul-betul memahamі isi pembicaraannya, di samping juga harus dapat mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengar. Jadi, bukan hanya ара уang akan dibicarakan, tetapi bagaimana mengemukakannya.
Hal ini menyangkut masalah bahasa dan pengucapan bunyi-bunyi bahasa tersebut. Yang dimaksud ucapan adalah seluruh kegiatan yang kita lakukan dalam memproduksi bunyi bahasa, yang meliputi artikulasi, yaitu bagaimana posisi alat bicara, seperti lidah, gigi, bibir, dan langit-langit pada waktu kita membentuk bunyi, baik vokal maupun konsonan.

Untuk dapat menjadi pembicara yang baik, seorang pembicara selain harus memberikan kesan bahwa ia menguasai masalah yang dibicarakan, si pembicara juga harus memperlihatkan keberanian dan kegairahan. Selain itu pembicara harus berbicara dengan jelas dan tepat. Dalam hal ini ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh si pembicara untuk keefektifan berbicara, yaitu faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan.

a. Faktor-Faktor Kebahasаan
1). Ketepatan Ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi¬bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar. Orang yang salah mengucapkan kata-kata biasanya dianggap kurang berkependidikan atau tidak terlalu pintar, karena banyak persoalan salah pengucapan disebabkan oleh kebiasaan salah artikulasi yang buruk.
Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang tidak tepat atau cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, atau kurang menarik. Atau sedikitnya dapat mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan bunyi¬bunyi bahasa dianggap cacat kalau menyimpang terlalu jauh dari ragam lisan biasa, sehingga terlalu menarik perhatian, mengganggu komunikasi, atau pemakaiannya (pembicara) dianggap aneh.

2). Penempatan Tekanan, Nada, Sendi, dan Durasi yang Sesuai
Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakah daya tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Suara yang monoton dan membosankan merupakan pembunuh nomor satu dalam suatu penyajian. Sebagian besar dari arti yang ingin dikatakan akan hilang apabila dalam bicaranya tidak memiliki suara yang menyenangkan.
3). Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih terangsang dan akan lebih paham, kalau kata-kata yang digunakan kata-kata yang sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya, kata-kata populer tentu akan lebih efektif dari pada kata-kata yang muluk-muluk, dan kata¬kata yang berasal dari bahasa asing.

4). Ketepatan Sasaran Pembicaraan
Hal ini menyangkut pemakaian kalimat. Pembicara yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Susunan penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran, Sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat.

b. Faktor-Faktor Nonkebahasaan
Keefektifan berbicara tidak hanya didukung oleh faktor kebahasaan seperti yang sudah diuraikan di atas, tetapi juga ditentukan oleh faktor nonkebahasaan. Bahkan dalam pembicaraan formal, faktor nonkebebasan ini sangat mempengaruhi keefektivan berbicara. Dalam proses belajar-mengajar berbicara, sebaiknya faktor nonkebahasaan ini ditanamkan terlebih dahulu, sehingga kalau faktor nonkebahasaan sudah dikuasai akan memudahkan penerapan faktor kebahasaan. Diantara faktor nonkebahasaan ialah:

1) Faktor penampilan.
Jangan sekali-kali meremehkan faktor penampilan. Dalam berbicara yang tampil didepan umum atau diatas podium menjadi sorotan yang dilihat oleh masa. Kadang sedetik pun tidak ada yang mata yang berhenti menatapinya. Kunci sukses seorang pembicara adalah kebriliananya dalam memadukan konsep berpikir, bergaya, berintonasi, dan berpenampilan.
a) Pandangan mata terhadap audiens
Supaya pendengar dan pembicara betul-betul terlibat dalam kegiatan berbicara, pandangan pembicara sangat membantu. Hal ini sering diabaikan oleh pembicara. Pandangan yang hanya tertuju pada satu arah, akan menyebabkan pendengar merasa kurang diperhatikan.
b) Kesehatan
Menjaga kesehatan sangat penting karena kesehatan akan mempengaruhi produktivitas seorang. Begitu pula halnya dalam berpidato, seorang pembicara mampu tampil prima karena ditunjang faktor kesehatan.
c) Pakaian
Idealnya, seorang pembicara berpakaian rapih. Kategori rapih ialah yang sesuai dengan pakaian formal. Misalnya, baju dimasukan, brsepatu, berkaus kaki, dan baju disetrika. Usahakan setiap hadir dalam acara apapun selalu berkemeja dan bersepatu. Namun, jangan lupa memakai kaus kaki karena hal ini selalu diperhatikan orang.
d) Kulit
Tingkatan selebritis seperti aktor, aktris, dan penyanyi selalu memperhatikan kesehatan kulit mereka karena mereka sadar betul dunia mereka yang selalu menjadi sorotan publik. Begitu juga bagi seorang pembicara. Memelihara kulit bukan berarti modis. Setidaknya kulit tidak menggangu.

2) Faktor Pribadi
Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku. Pembicara yang tidak tenang, lesu, dan kaku tentulah akan memberikan kesan pertama yang kurang menarik. Padahal kesan pertama ini sangat penting untuk menjamin adanya kesinambungan perhatian pihak pendengar. Download ptk bahasa indonesia smp kurikulum 2013  Berikut ini adalah cara atau yang harus dimilki diri dalam penampilan di atas podium .
a) Kesediaan menghargai pendapat orang lain. Dalam menyampaikan isi pembicaraan, seorang pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka dalam arti dapat menerima pendapat pihak lain, bersedia menerima kritik, bersedia mengubah pendapatnya kalau ternyata memang keliru. Namun, tidak berarti si pembicara begitu saja mengikuti pendapat orang lain dan mengubah pendapatnya, tetapi ia juga harus mampu mempertahankan pendapatnya dan meyakinkan orang lain. Tentu saja kalau pendapatnya itu mengandung argumentasi yang kuat, yang betul-betul diyakini kebenarannya.

b) Gerak-gerik dan mimik yang tepat. Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat pula menunjang keefektivan berbicara. Hal-hal yang penting selain mendapat tekanan, biasanya juga dibantu dengan gerak tangan atau mimik. Hal ini dapat menghidupkan komunikasi, artinya tidak kaku.
Melatih mimik tidak jauh bebeda dengan melatih mata dan mulut. Hanya saja bagian yang digunakan dalam mimik ini lebih banyak. Apa yang digerakan wajah, itulah mimik yang diekspresiakan pada waktu itu.
Sesuaikanlah gerakan mimik wajah itu dengan pembicaraan yang sedang diungkapkan. Kunci keberhasilan ini adalah sabar dan rileks. 

c) Kenyaringan suara juga sangat menentukan. Tingkat kenyaringan ini ten¬tu disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah pendengar, dan akustik. Tetapi perlu diperhatikan jangan berteriak. Kita aturlah kenyaringan suara kita supaya dapat didengar oleh semua pendengar dengan jelas, dengan juga mengingat kemungkinan gangguan dari luar. 

d) Kelancaran. Seorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya, Seringkali kita dengar pembicara berbicara terputus-putus, bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu dise- lipkan bunyi-bunyi tertentu yang sangat mengganggu penangkapan pendengar, misalnya menyelipkan bunyi ее, oo, aa, dan sebagainya. Sebaliknya pembicara yang terlalu cepat berbicara juga akan menyulitkan pendengar menangkap pokok pembicaraannya.

e) Relevansi/Penalaran. Gagasan demi gagasan haruslah berhubungan de¬ngan logis. Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan haruslah logis. Hal ini berarti hubungan bagian-bagian dalam kalimat, hubungan kalimat dengan kalimat harus logis dan berhubungan dengan pokok pembicaraan.


f) Penguasaan Торік. Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan. Tujuannya tidak lain supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai. Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Jadi, penguasaan topik ini sangat penting, bahkan merupakan faktor utama dalam berbicara.

c. Faktor Kepribadian sebagai Penunjang Keterampilan Berbicara
Kemampuan berbahasa lisan dengan baik untuk dapat efisien dalam berbicara kempuan berbahasa lisan menjadi faktor utama ini dikarenakan kemampuan berbicara dengan baik tidak cadel, artikulasi yang jelas, tidak gagap dan intonasi yang bagus akan membuat pembicaraan lebih mudah dimengerti dan pembicaraan menjadi lebih efisien. Seperti dikatakan dalam buku orator bahawa menjadi seorang pembicara harus melakukan latihan yang serius dan banyak faktor pendukung yang menunjang seperti.
1) Melatih Suara
Suara adalah salah satu bagian terpenting dalam berpidato karena massa akan mendengarkan suara pidato yang di keluarkan dari mulut seorang orator. Suara yang baik akan menciptakan suasana menjadi hidup. Kita patut bersyukur karna Tuhan menciptakan suara manusia berbeda beda sehingga massa dapat membedakan seorang orator hanya dari suaranya saja. Misalnya suara K.H. Zainudin M.Z. berbeda dengan suara manusia berbeda dengan suara bung Karno meskipun mereka sama tenarnya. Dengan melatih suara secara teratur, akan didapatkan hasil suara berkualitas dan berciri khas.
Secara lahiriah, ada orang bersuara kecil dan ada juga yang bersuara keras. Suara yang sangat kecil sangat menyulitkan orang tersebut untuk tampil, sedangkan suara yang keras belum tentu menjamin seseorang dapat menyampaikan pidato dengan baik.Oleh sebab itu,kedua tipe suara perlu dilatih.

Untuk menguji kualitas suara, ajaklah salah seorang teman Anda untuk berdiri lima meter dari hadapan Anda di tempat terbuka. Pada tempat seperti ini suara tidak memantul dan menggema sehingga anda tidak perlu berteriak keras, tetapi bersuaralah dengan normal. Bila teman anda tidak mendengar dengan jelas, anda perlu memaksimalkan latihan suara itu lagi.
2) Melatih wajah
Melatih wajah dan tubuh sangat penting untuk menyesuaikan suara dan gerakan tubuh. Orator yang semngat akan menggunakan mimik wajah yang bersemanagat pula. Ketika bernada pelan, ia akan menggerakan bibirnya agak agak sedang. Pada saat mengacungkan telunjuknya, ia akan melantangkan suaranya. Gerakan wajah dan tubuh ysng berpariasi itu dapat menambah daya tarik audiens.

Ekspresi wajah menggambarkan perasaan seseorang, anda tidak perlu bingung membaca keadaan hati seseorang karena bahasa tubuh telah mengajarkan berbagai hal tentang ini. Kita hanya perlu mencocokan hubungan ekspresi wajah dengan ucapan orang tersebut. Bila ada kontradiksi antara ucapan dan ekspresi, biasanya terbaca sesuatu yang dibuat-buat. Hati yang menolak akan serasi dengan ekspresi penolakan juga, begitu pula sebaliknya.

Namun ada juga sebagian orang yang mampu melakukan kontradiksi antara ekspresi dan ucapan seperti tadi karena kemampuan mereka didapat dari latihan-latihan khusus. Dalam hubugaan dengan pidato, ekspresi wajah harus disesuaikan dengan perasaan,intonasi dan uraian isi yang dibicarakan.
Bagian wajah yang perlu dilatih antara lain mata, mulut, dan mimik. 

3) Melatih mata
Pernahkah perasaan Anda berbunga bunga ketika dilirik seorang wanita? Kontak mata yang genit seperti itu mudah sekali meluluhkan perasaan seorang pria. Sebenarnya, mata memiliki kekuatan tersendiri dalam mempengaruhi orang lain. Seorang yang karismatik biasanya memiliki sorot mata yang mengagumkan. Banyak wanita yang tergila-gila pada seorang pria yang tatapan matanya yang mampu menggetarkan hati mereka tersebut.
Pada langkah awal, cobalah buat gambar mata sesuai dengan ukuran mata Anda. Tempelkan gambar itu di dinding, tepat dihadapan mata anda. Kemudian, tataplah mata itu tanpa berkedip selama lima menit. Tambah lagi sebanyak sepuluh menit. Bila mampu mencapai sepuluh menit, tambah lagi sampai lima belas menit. Begitu pula untuk seterusnya. Kemudian, letakan gambar itu keatas dan tataplah sesuai dengan aturan yang dijelaskan tadi. lakuan latihan tiga kali sehari. Dan lakukan pelatihan terhadap binatang seperti melihat mata kucing, elang, anjing. Usahakan mata Anda lebih tahan berkedip dari pada mata binatang tersebut.

Saat latihan berbicara didepan orang, tataplah mata Anda dari kiri dan kanan. Sorotah pandangan anda kesetiap sudut ruangan. Anggaplah bangku bangku yang kosong itu sebagai audiens yang hidup. Tataplah semuanya satu persatu. Latihan seperti ini perlu dilakukan dengan santai karena mata yang tegang akan mengurangi mata audiens. Mata yang sayu juga akan membuat dugaan bahwa sang pembicara itu sedang loyo. Oleh sebab itu, dengan tatapan yang rileks, seorang pembicara akan mendapat perhatian audiens yang luar biasa.
Dengan demikian, mata akan terlatih ketika tampil pada medan sesungguhnya, ingatlah, sorotan mata yang baik dapat menghidupkan suasana ddisekitar podium.

4) Melatih mulut
Berkomunikasi dengan mulut adalah kelebihan yang dimiliki manusia. Setiap perkataan yang diungkapkan seseorang dapat terbaca pada gerakan mulut orang tersebut. Dalam berpidato, peran mulut sangat vital sekali, pada tahap latihan ini, kita mencoba menampilkan gaya mulut yang baik.
Mulut terdiri dari bibir, lidah, gusi, dan lain lain. Semua organ ini menyatu untuk mengoloa suara. Bagian terpenting yang yang mesti dilatih adalah adalah bibir dan lidah. Biasanya berbicara dengan suara yang jelas supaya orang dapat memahami pembicaraan kita. Agar pembicaraan menjadi jelas, lidah harus diposisikan dengan baik sesuai dengan ketukan kata yang dikeluarkan. Contoh ptk bahasa indonesia smp doc

Untuk mempraktikannya, ajaklah teman berbicara. Usahakan agar dia mampu memahami perkataan dia tanpa harus diulang ulang.
Bagian lain yang masih berkaitan dengan mulut adalah bibir. Orang yang sedang marah, bibirnya cemberut. Orang yang senang, bibirnya selalu tersenyum. Gerakan bibir yang beragam ini memiliki pesona yang luar biasa. Variasi gerakan bibir ketika berpidato dapat melahirkan daya tarik audiens. Namun, jangan terlalu berlebihan dalam mengerakan bibir.karena risiko yang dihadapi sangat besar. Bisa saja sebagian audiens berteriak karena pembicara dinilai kurang beretika. Dewasa ini, masyarakat pandai sekali dalam menilai penampilan publik.

Latihan bibir dengan gaya yang rileks. Sesuaikan intonasi pidato Anda, Kapan bibir digerakkan untuk santai, semangat, dan sedih. Alangkah lebih baik bila latihan ini berlatih di depan cermin. Perhatikan gerakan bibir Anda tersebut pada saat mengharmonisasikan dengan materi yang diucapkan. Anda juga dapat melengkapinya dengan intonasi dan gerakan tubuh lainnya.
Latihan bibir ini memerlukan kesabaran yang tinggi karena biasa orang merasa tidak puas dengan hasil yang ada. Emosi dalam diri dapat mengurangi konsentrasi pergerakan bibir sehingga menjadi tegan. Oleh sebab itu, cobalah latihan ini dengan rutin supaya anda benar-benar menguasai tahap ini!

5) Mimik
Melatih mimik tidak jauh bebeda dengan melatih mata dan mulut. Hanya saja bagian yang digunakan dalam mimik ini lebih banyak. Apa yang digerakan wajah, itulah mimik yang diekspresiakan pada waktu itu.
Sesuaikanlah gerakan mimk wajah itu dengan pembicaraan yang sedang diungkapkan. Kunci keberhasilan ini adalah sabar dan rilek. Latihlah mimik anda ditempat yang sunyi. Kemudian, cobalah pada tempat yang ramai. Lalu, bandingkan daya tahan rilek Anda itu pada tempat yang berbeda. Usahakan agar Anda yang mengatur gerakan mimik, bukan suasana ditempat latihan.
Cermin sangat membantu dalam latihan ini. Sebaiknya gunakan cermin yag besar sehigga seluruh tubuh dapat memadukan kekuatan mimik Anda.

6) Melatih tubuh
Tidak semua organ tubuh digerakan pada saat berpidato. Hanya sebagian organ saja yang sebagian aktif bergerak pada saat tampil di podium di ntaranya kepala, leher, tangan, dan badan, sedangkan kaki hanya digerakan sekali saja. Kaki digerakkan untuk membantu badan bergeser sedikit jangan terlalu panjang mengambil langkah kaki untuk bergeser. Ingat, berpidato tidak seperti bermain drama.
Gerakan tubuh harus disesuaikan dengan jenis podium yang disediakan. Pada podium yang tidak menggunakan mimbar, sebaiknya tangan diletakkan di depan badan. Sekali-kali angkatlah tangan untuk mendukung ekspresi mimik Anda. Kedua tangan itu tidak selalu diletaakan di belakang badan karena akan terkesan berbaris, sedangkan pada podium yang bermimbar, tangan diletakan di atas mimbar tersebut. Angkatlah tangan secara bergantian supaya tidak terkesan monoton. Biasakan rutin untuk menggerakan rutin agar selalu seirama dengan mimik dan suara.

Ada beberapa macam gerakan tubuh yang kurang disukai audiens, seperti menggaruk, mengernyitkan hidung, mengeluarkan lidah, merapikan rambut, dan melototkan mata. Sebaiknya gerakan gerakan tersebut tidak dilakukan. Anggaplah bahwa audiens itu bukan hanya sebagai pendengar setia, melainkan juga sebagi juri yang menilai setiap sikap sikap Anda.

d. faktor lingkungan
Faktor lingkungan memberikan pengaruh besar keefisienan sebuah pembicaraan di antaranya adalah pendengar atau audiens, suasana, tempat, dan forum pembicaraan menjadi faktor efisiensi berbicara.
1) Pendengar
Pembukaan Pembukaan menjadi faktor penunjang efisiensi berbicara karena bila seorang pembicara dapat memberikan pembukaan yang baik maka 50% pembicaraan telah dikuasai dan pembicaraan selanjutnya akan lebih terarah, sehingga pendengar merasa lebih nyaman.
Penguasaan Materi Setelah sukses dipembukaan pada saat menyampaikan materi adalah inti dari sebuah pembicaraan, jadi penguasaan materi menjadi faktor penting efisiensi berbicara dan yang terpenting lagi bagaimana pembicara dapat membawa jalannya pembicaraan agar pembicaraan tidak menjadi membosankan dan terkesan monoton.

2) Suasana dan alokasi waktu
Alokasi Waktu Pembagian waktu menjadi faktor penunjang efisiensi pembicaraan karena inti dari sebuah efisiensi yaitu bagaimana dengan waktu yang singkat dapat memberikan pemahaman yang luas. Pada materi yang disampaikan maka perlu pembagian pembicaraan maksimal 1 (sayu) jam per sesi dan pembahasan yang lebih luas dapat dilanjutkan dalam forum tanya jawab.

8. Faktor Penghambat Efisiensi Berbicara
a. Kecakapan yang kurang dalam berkomunikasi. Kurang cakap dalam berbicara (terutama di depan umum), berbicara tersendat-sendat, menyebabkan pendengar menjadi jengkel dan tidak sabar.
b. Sikap yang kurang tepat. Seorang dosen yang sedang memberi kuliah sambil duduk di atas meja sehingga akan memberi kesan yang kurang baik bagi mahasiswa.
c. Kurang pengetahuan. Seseorang yang kurang pengetahuannya, jarang membaca atau mendengar radio atau televisi, akan mengalami kesulitan dalam mengikuti pembicaraan orang lain.
d. Rasa takut yang mendalam sehingga tibul grogi dan tidak percaya diri.
e. Kurang memahami sistem sosial.
f. Prasangka yang tidak beralasan.
g. Jarak fisik komunikasi menjadi kurang lancar bila jarak komunikan dan komunikator berjauhan ataupun terlalu berdekatan.
h. Tidak ada persamaan persepsi.
i. Indera yang rusak.
Berbicara yang berlebihan. Berbicara berlebihan seringkali akan mengakibatkan penyimpangan dari pokok pembicaraan.
j. Mendominir pembicaraan.

C. Bercerita
1. Pengertian Bercerita
Bercerita adalah cara untuk menunturkan atau menyampaikan cerita secara lisan kepada anak didik yang dengan cerita tersebut dapat disampaikan pesan¬pesan yang baik, dari cerita yang disampaikan juga dapat diambil suatu pelajaran.
Menurut pakar pendidikan cerita dapat membantu membentuk kepribadian anak. Karenanya, menasehati anak salah satunya dapat dilakukan dengan cerita atau dongeng. Cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang memiliki keindahan dan kenikmatan tersendiri. Akan menyenangkan bagi anak-anak maupun orang dewasa, jika pengarang, pendongeng, dan penyimaknya sama-sama baik.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, cerita diartikan sebagai berikut;
a. Sebuah tutur yang melukiskan suatu proses terjadinya suatu peristiwa
secara panjang lebar.
b. Karangan yang menyajikan jalannya kejadian-kejadian atau peristiwa.
c. Suatu lakon yang diwujudkan dalam pertunjukan seperti drama, sandiwara, film dan sebagainya.

Berdasarkan pengertian yang tercatat pada Kamus Besar Bahasa Indonesia di atas, maka dapat dimengerti bahwa cerita itu merupakan tutur atau tuturan, yaitu uraian atau gambaran atau deskripsi dari suatu peristiwa atau kejadian. Seperti dongeng tentang Roro Mendut yang menggambarkan proses terjadinya Candi Mendut.
Cerita juga dipandang sebagai suatu karangan, hal ini menunjukkan bahwa cerita itu disusun atau dibuat oleh seseorang. Karangan tersebut bisa jadi disajikan secara tertulis maupun secara lisan. Karangan dalam cerita berisi tentang kejadian atau peristiwa, baik peristiwa alam maupun kejadian yang dialami manusia.

Peristiwa atau kejadian yang disusun tersebut, bisa jadi disajikan dalam bentuk pertunjukan yang bisa ditonton. Sehingga cerita tidak hanya bisa dinikmati dalam bentuk tuturan yang disimak dalam bentuk tulisan maupun lisan, tetapi juga dapat dinikmati dalam bentuk sajian permainan peran seperti sandiwara, drama, sinetron, wayang dan sebagainya.
Sementara menurut Abdul Aziz Abdul Majid (2001:8) cerita merupakan salah satu bentuk dari seni sastra yang bisa dibaca atau didengar. Sebagai salah satu bentuk kesenian, maka cerita memiliki keindahan dan dapat dinikmati. Pada umumnya cerita bisa menimbulkan kesenangan baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Download ptk bahasa indonesia smp pdf

Berdasarkan pendapat Abdul Majid di atas, maka dapat dikatakan bahwa cerita merupakan karangan yang termasuk dalam kategori seni sastra. Karangan tersebut dapat disampaikan secara tertulis yang dapat dibaca maupun secara lisan yang dapat didengar oleh penyimak. Sedangkan menurut Heri Hidayat (2003) cerita merupakan tuturan, yaitu upaya mendeskripsikan atau menggambarkan terjadinya suatu peristiwa.
Di samping itu cerita juga dipandang sebagai karangan, yaitu upaya menuturkan perbuatan, kejadian, pengalaman dan lain-lain baik berupa kisah nyata (peristiwa yang benar-benar terjadi) maupun rekaan (bukan kisah nyata). Maka dapat dikatakan bahwa cerita itu bisa jadi peristiwa yang benar-benar terjadi ataupun peristiwa yang dikarang, bukan peristiwa yang sebenarnya. Cerita yang bukan peristiwa yang sebenarnya biasa disebut dengan dongeng.

Jika cerita disebut sebagai suatu karangan, bercerita dapat dikatakan sebagai menyampaikan karangan. Menurut Heri Hidayat (2003) bercerita dikatakan sebagai aktivitas menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan, pengalaman atau suatu kejadian yang sungguh-sungguh terjadi maupun hasil rekaan. Bercerita dikatakan sebagai menuturkan, yaitu menyampaikan gambaran atau deskripsi suatu kejadian.

Menurut Abdul Majid (2001:9) bercerita berarti menyampaikan cerita kepada pendengar atau membacakan cerita bagi mereka. Dari batasan yang dikemukakan oleh Abdul Majid ini menunjukkan paling tidak ada 3 komponen dalam bercerita, yaitu: (1) pencerita, orang yang menuturkan atau menyampaikan cerita, cerita dapat disampaikan secara lisan maupun tertulis; (2) cerita atau karangan yang disampaikan, cerita ini bisa dikarang sendiri oleh pencerita atau cerita yang telah dikarang atau ditulis oleh pengarang lain kemudian disampaikan oleh pencerita; (3) penyimak, yaitu individu atau sejumlah individu yang menyimak cerita yang disampaikan baik dengan cara mendengarkan maupun membaca sendiri cerita yang disampaikan secara tertulis.

2. Teknik Bercerita
Teknik adalah cara sistematis mengerjakan sesuatu (KBBI, 1995). Teknik merupakan suatu kiat, siasat, atau penemuan yang digunakan untuk menyelesaikan serta menyempurnakan suatu tujuan langsung. Teknik harus konsisten dengan metode, oleh karena itu, teknik harus selaras dan serasi dengan pendekatan.
Bercerita merupakan salah satu teknik menyampaikan informasi kepada orang lain (pendengar). Bahkan guru-guru di sekolah sering menggunakan teknik bercerita dalam menyampaikan pelajaran kepada anak didiknya. Beberapa alasan mengapa seseorang memilih menggunakan teknik bercerita dibanding teknik lainnya seperti drama, diskusi, atau menggunakan peralatan audio visual. Karena teknik bercerita mempunyai kelebihan seperti berikut;

3. Kelebihan teknik bercerita
a. Lebih Praktis dan Fleksibel
Praktis karena dapat dilakukan seorang diri tanpa koordinasi dengan orang lain (seperti drama, misalnya). Fleksibel karena cerita dapat disampaikan hampir di segala tempat maupun situasi, baik di dalam atau di luar kelas, kepada orang dalam jumlah banyak atau sedikit.
b. Lebih Murah (Tanpa atau dengan Alat Peraga)
Bercerita merupakan alat pengajaran yang sangat murah, karena dapat digunakan dengan atau tanpa alat peraga. Guru sekolah dapat bebas memilih dan mengembangkan sendiri alat peraga yang bervariasi, baik membawa gambar, peraga, boneka sebagai partner, membuat sketsa selama bercerita, menciptakan gerak-gerik tertentu dan melibatkan anak dalam cerita, dan variasi-variasi yang lain.

c. Pada Umumnya Anak Lebih Menyukai Cerita
Untuk anak yang lebih kecil, bahkan cerita yang sudah dikenal pun akan tetap memiliki daya tarik bila guru dapat mengemasnya dengan variasi cerita yang menarik, yang disertai adegan-adegan pengulangan pada bagian tertentu. Sedangkan bagi anak yang lebih besar, keahlian guru membangkitkan rasa ingin tahu anak terhadap kelanjutan cerita akan memikat perhatian mereka selama proses bercerita disampaikan.
Namun sayangnya, teknik bercerita sisi kelemahan. Hal itu dapat dilihat pada kegiatan belajar mengajar di sekolah, seperti pemaparan berikut.

4. Kelemahan teknik bercerita
a. Seringkali dianggap sebagai teknik yang paling "mudah", sehingga sebagian guru merasa tidak perlu melakukan persiapan karena mereka tinggal "menceritakan ulang".
b. Isi bahan persiapan mengajar yang telah dibaca atau didapatnya dari kelompok persiapan guru. Padahal, dalam menyampaikan cerita, seseorang harus benar-benar memiliki persiapan yang cukup matang untuk mengemas ulang bahan pengajarannya. Hal ini penting untuk dilakukan supaya pada saat cerita disampaikan, tujuan yang ingin dicapai benar¬benar sampai pada sasaran.

Cara menangani kelemahan bercerita, antara lain;
a. Ketahui terlebih dahulu isi cerita dari buku-buku cerita yang ada dan sesuaikan isi cerita dengan usia anak-anak.
b. Gunakan ekspresi wajah, gesture (bahasa tubuh), dan suara.
c. Perlihatkan emosi dari tokoh yang diceritakan dengan ekspresi wajah dan naik turun nada suara (intonasi).
d. Berceritalah dengan santai, jangan terburu-buru (perhatikan spasi).
e. Gunakan improvisasi cerita apabila cerita terlalu panjang.
f. Sound efect dapat mendukung cerita sehingga semakin menarik perhatian anak-anak.
g. Kontak mata dengan anak-anak perlu dilakukan, jangan asyik sendiri dengan buku ceritanya.
h. Berinteraktiflah dengan anak-anak. 
Tanyakan apakah mereka paham isi cerita? atau tanyakan pendapat mereka tentang gambar atau sikap tokoh yang ada di cerita, serta dapat pula tanyakan pendapat mereka tentang ending cerita versi mereka ditengah-tengah cerita.
i. Hindari cerita kekerasan.

5. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam menggunakan Teknik Bercerita
a. Pendengar Harus Terlibat
Seorang guru sekolah biasanya menyampaikan cerita lengkap dengan berbagai intisari pengajarannya tanpa melibatkan anak-anak yang diajarnya. Padahal, keterlibatan anak secara aktif akan semakin mendorong pemahaman anak akan arti cerita.
b. Cerita Dapat Dimengerti dan Memiliki Makna Bagi Pendengarnya
Dalam menyampaikan cerita, guru juga harus jeli melihat kebutuhan rohani anak yang dihadapinya, keadaan dan situasi dimana anak tersebut tinggal, serta pengetahuan anak tentang dunianya.
c. Guru Benar-Benar Memahami Cerita yang Akan Disampaikan
Seorang pembawa cerita yang baik dapat membawa anak-anak serasa masuk ke dalam tempat dan suasana cerita yang sesungguhnya dan dapat membuat karakter dalam cerita menjadi lebih hidup. Hal ini bisa terjadi apabila guru benar-benar memahami cerita yang akan disampaikan. Hal-hal yang perlu dipahami dengan benar antara lain:

1. Tempat Kejadian
Dalam menggambarkan tempat kejadian, gunakanlah alat peraga dan kalimat yang jelas untuk memudahkan anak-anak menggambarkan dan memahami tempat terjadinya peristiwa tersebut.
2. Kejadian/peristiwa
Dalam bercerita pada anak-anak kecil, sebaiknya anda menyampaikan alur kejadian secara urut, dari awal, pertengahan hingga akhir. Cerita yang menggunakan alur flashback (kilas balik) tidak akan banyak membantu anak-anak dalam memahami dan mengerti cerita yang disampaikan. Jika suatu cerita merupakan kelanjutan dari cerita sebelumnya, maka, sebelum bercerita, berilah pertanyaan pada anak-anak untuk mengingatkan cerita sebelumnya. Usahakan anda menceritakan terjadinya peristiwa secara kronologis.

3.  Karakter
Dalam bercerita, jelaskan karakternya, tokoh atau pelaku yang terdapat dalam cerita tersebut, siapa namanya, bagaimana kepribadiannya, bagaimana bentuk wajahnya, penakut, pemalu atau pemberani. Bagaimana bentuk badannya, tinggi, kurus, pendek, gemuk. Apa status sosialnya, raja, penduduk, pendatang, pedagang, atau pemungut cukai. Apa motivasi yang dimiliki tokoh tersebut. Apa keistimewaannya. Dan kembangkanlah karakternya dengan jelas.

C.CONTOH LENGKAP  PTK BAHASA INDONESIA TERBARU

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 6 ... . Peneliti melakukan tindakan berupa pengamatan, merencanakan tindakan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta melaporkan hasil penelitian. Dalam penelitian ini peneliti dibantu guru Bahasa Indonesia yang menjadi observer yang ikut langsung mengamati proses belajar mengajar di kelas.

2. Waktu
Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 selama tiga bulan, yaitu mulai bulan September dan dilanjutkan pada bulan September-September 2016 di SMPN 6 ... . Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan jumlah siswa 45 orang.

B. Metode Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri atas empat rangkaian kegiatan siklus berulang. Pada penelitian ini peneliti menggunakan 2 siklus. Siklus ini dapat berhenti jika telah tercapai tujuan pembelajaran dengan nilai KKM 65 yang berlaku pada sekolah SMPN 6 ... . Empat kegiatan utama yang ada pada tiap siklus, yaitu:
1. Perencanaan (Planning)
Peneliti merencanakan tindakan yang akan dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung. Peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi, lembar pengamatan, dan lembar penilaian tes siswa.
2. Tindakan (Acting)
Pada tahap tindakan ini peneliti melaksanakan apa yang telah direncanakan pada tahap perencanaan.
3. Pengamatan (Observation)
Peneliti melakukuan pengamatan pada siswa selama proses belajar mengajar berlangsung dengan lembar observasi.
4. Refleksi (Reflection)
Pada tahap ini peneliti beserta guru menganalisis data yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Hasil ini kemudian dianalisis dan akan digunakan untuk merencanakan tindakan selanjutnya.

C. Instrumen Penelitian
Secara fungsional instrumen penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan setelah peneliti menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan. Instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu tes dan non tes. Tes ini atau praktik ini digunakan yaitu tes formatif yang dilaksanakan pada tiap siklus dan pada tiap akhir pemblajaran. Tes ini dilakukan untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa. Sedangkan non tes instrumen yang digunakan adalah lembar observasi, dan catatan lapangan. Download ptk bahasa indonesia smp kelas 9 doc

D. Desain Intervensi Tindakan
Berikut adalah desain intervensi tindakan :
Gambar 1
Desain Penelitian
(Suharsimi Arikunto, dkk. 2007:74)

Dalam kegiatan penelitian yang menjadi sasaran peneliti adalah siswa SMPN 6 ...  kelas 9.3 yamg berjumlah 45 orang, yang terdiri dari 20 laki laki dan 25 orang perempuan.
Pada penelitian tindakan kelas peneliti mempunyai peran tersendiri, yaitu sebagai perancang kegiatan, melaksanakan kegiatan, melakukan pengamatan, mengumpulkan data serta melaporkan hasil penelitian, pada jalannya proses pembelajaran dikelas. Peneliti dalam penelitian dibantu oleh guru kelas 9.3 yang bertindak sebagai observer.
Pencapaian tindakan yang diharapkan oleh peneliti yaitu perubahan pada metode pengajaran dengan penerapan teknik bercerita serta keterlibatan langsung siswa dalam kelas selama proses belajar berlangsung, penggunaan yang sesuai dengan materi yang diberikan oleh guru sehingga mencapai hasil belajar yang optimal.

E. Data dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas 9.3, guru, dan peneliti. Adapun elemen dari sumber data yang berbentuk berupa yaitu berupa hasil tes kemampuan anaka dalam keterampilan berbicara Bahasa Indonesia dengan teknik bercerita, hasil observasi dan catatan lapangan.

1. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan semua data yang berkaitan dengan siswa dan proses belajar mengajar di kelas penelitian. Beberapa data yang akan dikumpulkan di antaranya: 1) Data tentang situasi pembelajaran pada saat dilaksanakan tindakan observasi, diperoleh dengan menggunakan catatan lapangan pada setiap siklus. 2) Dan hasil belajar siswa diambil dengan memberikan tes pada setiap akhir siklus selama dilaksanakan tindakan, dan 3) Data tentang pendapat guru dan siswa terhadap proses pembelajaran di kelas sebelum dan setelah dilakukan tindakan diperoleh dari proses pembelajaran yang diambil dari setiap siklus.

a. Teknik pemeriksaan keterpercayaan
Validitas data dilakukan untuk menyakinkan diri bahwa data yag diperoleh selama penelitian adalah benar dan valid menggunakan teknik triangulasi dan audit. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber yang lainnya, pemeriksaan yang memanfaatkan sumber metode, penyidik, dan teori. Peneliti menerangkan serta menyimpulkan data dari tiga pihak yang memilki perbedaan pandangan, tersebut adalah guru, siswa, dan peneliti itu sendiri.

b. Pengembangan perencanaan tindakan.
Selama proses penelitian berlangsung, peneliti dapat melihat bagaimana perkembangan siswa selama penerapan teknik bercerita diterapkan melalui siklus-siklus yang telah direncanakan. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang baru selesai yang dilaksanakan pada satu siklus, peneliti (bersama guru pengamat) menentukan rancangan untuk siklus kedua. Contoh ptk bahasa indonesia smp doc Apakah peneliti akan mengulangi kesuksesan untuk meyakinkaan atau menguatkan hasil, atau akan memperbaiki langkah terhadap hambatan atau kesulitan selama proses belajar berlangsung. Untuk itu masih perlu penelitian lebih lanjut.

2. Analisis data
Proses analisis data dilakukan dengan mengumpulkan seluruh data yang diperoleh. Menurut Moleong Lexy proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data seluruh data yang tersedia dari sebagai sumber, yaitu dari Observasi, pengamatan, catatan lapangan.
Langkah terakhir dalam menganalisis data, yaitu mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Data yang telah dikumpulkan perlu dianalisis, sehingga data tersebut mempunyai makna untuk menjawab masalah dan dapat menguji pertanyaan penelitian.

D.CONTOH PROPOSAL PTK BAHASA INDONESIA SMP

DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, Cet. ke-7
Arsad, Maidar G. dan Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 1988).
Azhari, Akyas, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Bandung: PT. Teraju, 2004).
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-3
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), Cet. Ke-2
Iska, Zikri Neni, Psikologi Pengantar, pemahaman diri dan Lingkungan, Jakarta: Izi brother, 2006
Iskandarwassid dan Dadang Suhendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008).
King, Larry, Seni Berbicara, Jakarta: PT. Gramedia, 2009, Cet. Ke-6
Mear, A. G., The Handbook Of Public Speaking, (Milestone: Publising House, 2009).
Muflih, Muhamad, Menjadi Orator Ulung, (jakarta: Grasido, 2006).
Osborne, John W., Kiat Berbicara di Depan Umum Untuk Eksekutif, (Jakarta: PT. Bumi Akasara, 2000).
Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996).
Sahara, Siti, dkk., Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK UIN, 2009).
Sahertian, Piet. A, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, Surabaya: PT. Usaha Nasional, 1981
Sambangsari, Sumbi, Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara, Jakarta: PT. Ciganjur, 2009
Shaleh, Abdul Rahman, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, Jakarta: Kencan, 2008.
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003).
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997).
Tarigan, Henry Guntur, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2005).


Terima kasih telah berkunjung di Musiyanto Blog yang membahas  CONTOH PTK BAHASA INDONESIA SMP TERBARU- ini dapat membantu Anda dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan cara mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.