DOWNLOAD LENGKAP PTK BK SMP MATERI SOSIODRAMA DOC-Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses kehidupan manusia yang dimulai sejak lahir hingga dewasa mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu fase perkembangan manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak dan masa dimana keingintahuan tentang segala sesuatu yang remaja belum tahu, termasuk didalamnya adalah tentang bagaimana melakukan hubungan interpersonal yang baik agar bisa diterima oleh lingkungan sosialnya. Masa remaja sebagai masa periode yang tidak menentu. Secara fisik remaja tumbuh menjadi individu yang dewasa, namun secara mental remaja tetaplah sebagai anak yang sedang tumbuh dewasa. Pada tahap remaja biasanya keadaan diri remaja sangat labil, sering berperilaku sama dengan orang lain yang lebih tua. Proses transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencari hubungan sosial dengan orang dewasa yang berada disekitarnya.proposal ptk bk smp pdf
Havighurst (Hurlock, 1995: 10) mengemukakan sebagai berikut:
Dalam perkembangannya remaja memiliki tugas perkembangan yang menitikberatkan kepada hubungan sosial yang diantaranya: mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, mencapai peran sosial pria dan wanita, mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab, serta memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.
Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas mapel TIK SMP yang diberi judul “ Efektivitas Teknik Sosiodrama Dalam Meningkatkan Hubungan Interpersonal Remaja Di Smpn 1 ........ Tahun Ajaran 20../20..". Disini akan di bahas lengkap.
PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE PTK BK SMP KELAS IX lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS/WA/TM ke 0817-283-4988 dengan Format PESAN PTK 094 SMP ).
A.CONTOH PTK BIMBINGAN KONSELING UNTUK SMP TERBARU WORD
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pergaulan remaja di masyarakat, khususnya di sekolah sering dijumpai adanya persinggungan emosional dan sosial yang barang kali disebabkan oleh pengaruh situasi sosial budaya yang ada. Remaja ingin tampil dan menunjukkan jati dirinya, namun yang tampak adalah perilaku yang menyimpang dari norma kesopanan dan tata krama yang ada. Permasalahan tentang persinggungan emosional dan sosial disebabkan kurangnya kemampuan remaja (siswa) dalam melakukan hubungan interpersonal dengan baik. Penelitian yang dilakukan oleh Suherman (2006), yang berjudul
Pendekatan konseling Qur’ani untuk Mengembangkan Keterampilan hubungan Sosial menjelaskan.
Pada umumnya individu (santri) yang telah memiliki penguasaan keterampilan hubungan sosial yang baik, mereka mampu survive pada lingkungannya, memiliki keterampilan sosial yang baik, memiliki keterampilan hubungan interpersonal, mampu memecahkan masalah serta mampu menghindarkan diri dari konflik.
Hal lain yang dikemukakan oleh Kartadinata, dkk (1994) adalah:
Kesiapan penyesuaian sosial di pandang sebagai salah satu faktor pendukung yang harus dikembangkan kepada anak agar mereka memiliki kemampuan untuk memahami aturan dan nilai yang beragam dalam kelompok serta mampu berinteraksi dengan kelompok yang beragam itu secara harmonis dan etis.
Adler (Bischof 1970: 66) mengemukakan:
Manusia baru memiliki arti jika ia mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Karena itu kepribadian akan terbentuk melalui proses interaksi dan sosialisasi. Dari proses itulah manusia akan terwarnai corak berpikirnya dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya.
Jika dikaji lebih dalam hubungan interpersonal merupakan tugas perkembangan yang paling penting bagi seorang remaja dalam menjalankan hubungan sosialnya. Hubungan interpersonal adalah bagaimana individu berinteraksi dan berkomunikasi antara dua orang atau lebih dan dalam kegiatan itu terjadi suatu proses psikologis yang bisa merubah sikap, pendapat, atau perilaku orang yang sedang melakukan interaksi tersebut. Jika seorang remaja sudah tidak mampu menjalin hubungan dengan teman sebaya, maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menjadi individu yang terisolir, yang tidak mampu bergaul dengan lingkungan sosialnya.ptk bk kurikulum 2013
Hubungan interpersonal adalah dimana ketika berkomunikasi, bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika berkomunikasi tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship. Pengertian hubungan interpersonal menurut Dicks dan Heider (Hapis, 2009) didefenisikan sebagai ‘hubungan yang erat yang terjadi antara dua individu atau lebih.’ Dari segi psikologi komunikasi, dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
Siagian (2000) mengemukakan:
Hubungan interpersonal adalah keseluruhan hubungan baik yang bersifat formal maupun informal yang perlu diciptakan dan dibina dalam suatu organisasi sedemikian rupa sehingga tercipta suatu team work yang intim dan harmonis dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Hubungan interpersonal yaitu interkomunikasi yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dalam segala situasi dan didalam semua bidang kehidupan, sehingga menimbulkan rasa puas dan bahagia kepada semua pihak. (Effendi, 1998)
Hasil penelitian Sunarya (1999: 64) menunjukkan terdapat 67 orang remaja terisolir atau 22,79% dari keseluruhan 294 remaja. Penelitian lain yang dilakukan oleh Suherlan (2005) menyatakan bahwa 14,14% remaja terisolir yang berarti bahwa dari setiap 100 orang remaja, sebanyak 14 orang terisolir. Rohaeni (2006) mengungkapkan bahwa terdapat 5,49% remaja yang mendapat status terisolir. Hal ini sejalan dengan penelitian Supriadi (2007) yang menyatakan bahwa dari 278 orang remaja, terdapat 12,9% atau 36 orang remaja yang terisolir.contoh dokumen hasil penelitian bk smp
Permasalahan tentang masih ditemukannya anak yang terisolir mengindikasikan bahwa pentingnya hubungan interpersonal yang harus terjalin secara positif dan perlu adanya upaya dalam mengembangkan dan meningkatkan hubungan interpersonal yang dalam penelitian ini adalah usia remaja.
Untuk membantu meningkatkan hubungan interpersonal remaja, dapat dilakukan melalui layanan bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan konseling yang bisa diberikan untuk remaja (siswa) di SMPN 1 ........ tersebut meliputi layanan informasi, orientasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan konseling individu. Dalam memberikan layanan ada yang bersifat pribadi/ individu dan ada juga yang bersifat kelompok. Hubungan interpersonal merupakan salah satu dari tugas perkembangan pada usia
remaja yang perlu dikembangkan. Dengan hubungan interpersonal yang baik akan membantu siswa dalam mencapai tugas-tugas perkembangan selanjutnya.
Dalam layanan bimbingan kelompok terdapat teknik sosiodrama yang dipandang tepat dalam membantu siswa untuk memahami hubungan interpersonal. Teknik sosiodrama sebagai media dalam upaya membimbing individu yang memerlukan dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Dengan teknik sosiodrama siswa dapat saling berinteraksi antar anggota kelompok dengan berbagai pengalaman, pengetahuan, gagasan atau ide-ide dan diharapkan dapat memberikan pemahaman siswa mengenai hubungan interpersonal. Selain untuk membantu memecahkan permasalahan secara bersama, dalam kegiatan bimbingan kelompok ini mereka juga bisa berlatih cara meningkatkan hubungan interpersonal mereka di hadapan teman-teman mereka. Mereka juga dapat melatih mengungkapkan maksud dan keinginan mereka, serta memodifikasi tingkah laku mereka sampai orang lain mempersepsikannya sebagaimana yang mereka maksud.
Roestiyah (2001: 90) mengemukakan bahwa:penelitian bimbingan konseling
Dengan menggunakan metode sosiodrama siswa dapat mendramatisasikan tingkah laku, atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia, atau siswa dapat memainkan peranan dalam dramatisasi masalah sosial atau psikologis.
Bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri siswa dalam membuat rencana dan keputusan yang tepat. Selain itu, melalui teknik sosiodrama, siswa dharapkan memperoleh suatu dorongan atau kekuatan untuk menjaga hubungan interaksi dengan sesama (hubungan interpersonal), hal ini dimaksudkan agar siswa mampu belajar menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekitar, lingkungan yang dimaksud meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat (Natawijaya, 1987: 33).
Teknik sosiodrama merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan dalam bimbingan kelompok. Proses bimbingan kelompok yang menggunakan teknik sosiodrama cenderung obyeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan bimbingan kelompok yang bersifat pura-pura. Di samping itu dalam teknik sosiodrama siswa diajak untuk bermain peran beberapa prilaku yang dianggap sesuai dengan tujuan bimbingan yang ingin dicapai (Anitah, 2009: 523).
B.DOWNLOAD LENGKAP PTK BK SMP TERBARU DOC
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Karakteristik Remaja
1. Pengertian Remaja
Periode remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak ke periode
dewasa. Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang khususnya dalam pembentukan kepribadian individu. Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.
Kebanyakan ahli memandang masa remaja harus dibagi dalam dua periode karena terdapat ciri-ciri perilaku yang cukup banyak berbeda dalam kedua periode tersebut. Pembagian ini biasanya menjadi: periode remaja awal (early adolescence), yaitu berkisar antara umur 13 sampai 17 tahun; dan periode remaja akhir, yaitu 17 sampai 18 tahun (atau umur dewasa menurut hukum yang berlaku di suatu negara).
Secara umum, periode remaja merupakan klimaks dari periode-periode perkembangan sebelumnya. Dalam periode ini apa yang diperoleh dalam masa-masa sebelumnya diuji dan dibuktikan sehingga dalam periode selanjutnya individu telah mempunyai suatu pola pribadi yang lebih mantap.
Salzman (Pikunas, 1976) mengemukakan bahwa:jurnal ptk bk
Remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence), minat-minat, seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai etika dan isu-isu moral. Periode masa remaja ini di pandang sebagai masa “strom and Stress”, frustasi, penderitaan konflik dan krisis penyesuaian mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan tersisihkan dari kehidupan sosial budaya orang dewasa.
Pertumbuhan fisik dalam periode pubertas terus berlanjut sehingga mencapai kematangan pada akhir periode remaja. Masalah-masalah sehubungan dengan perkembangan fisik pada periode pubertas (malu, atau rendah diri, takut gemuk, ingin punya kumis dan lain-lain) masih berlanjut, tetapi akhirnya mereda.
Remaja adalah seorang idealis, dia memandang dunianya seperti apa yang ia inginkan, bukan sebagaimana adanya. Dia suka mimpi-mimpi yang sering membuatnya marah, cepat tersinggung atau frustasi. Selain itu, oleh keluarga dan masyarakat ia dianggap sudah menginjak dewasa, sehingga diberi tanggung jawab layaknya seorang yang sudah dewasa. Ia mulai memperhatikan prestasi dalam segala hal, karena ini memberinya nilai tambah untuk kedudukan sosialnya di antara teman sebaya maupun orang-orang dewasa. Periode remaja adalah periode pemantapan identitas diri. Pengertiannya akan “siapa aku” yang dipengaruhi oleh pandangan orang-orang sekitarnya serta pengalaman-pengalaman pribadinya akan menentukan pola perilakunya sebagai orang dewasa. Pemantapan identitas diri ini tidak selalu mulus, tetapi seiring melalui
proses yang panjang dan bergejolak. Oleh karena itu, banyak ahli menamakan periode ini sebagai masa-masa storm and stress.
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Pernyataan ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu “Masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress).”
Menurut Erickson (Santrock, 2003) bahwa ‘Masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri.’ Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa “ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity difusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved.” Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.
Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian. Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri remaja.
Ciri-ciri perilaku yang menonjol pada usia-usia ini terutama terlihat pada perilaku sosial. Dalam masa-masa ini teman sebaya mempunyai arti yang amat penting. Mereka ikut dalam klub-klub, klik-klik atau geng-geng sebaya yang perilaku dan nilai-nilai kolektifnya sangat mempengaruhi perilaku serta nilai-nilai individu-individu yang menjadi anggotanya. Inilah proses dimana individu membentuk pola perilaku dan nilai-nilai baru yang pada gilirannya bisa menggantikan nilai-nilai serta pola perilaku yang dipelajarinya di rumah.Download ptk bk smp doc
2. Ciri-ciri Remaja
Merujuk pada pendapat Hurlock (1995: 207-209) ciri-ciri utama pada masa remaja, yang membedakan masa sebelum dan sesudahnya antara lain sebagai berikut.
a. Periode yang penting baik akibat dari fisik maupun psikologis.
Disebut periode yang penting dalam kehidupan manusia karena pada masa remaja terjadi perubahan-perubahan baik fisik maupun psikis yang sangat mempengaruhi perkembangan jiwa dan karakter dari remaja tersebut. Perubahan tersebut mengkibatkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap dan minat baru.
b. Periode peralihan
Masa remaja merupakan masa peralihan dari satu tahap ke tahap lainnya, yaitu dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Artinya individu harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan harus memulai dengan pola sikap dan prilaku yang baru untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menemukan pola perilaku, nilai dan sifat yang sesuai dengan keadaan dirinya saat ini.
c. Periode perubahan
Ada empat perubahan yang bersifat universal. Pertama meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial menimbulkan masalah baru. Bagi remaja masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah, sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya. Ketiga, berubahnya nilai-nilai, apa yang di masa anak-anak di anggap penting sekarang setelah hampir dewasa tidak penting lagi. Keempat, sebagian besar remaja bersifat ambivalen terhadap setiap perubahan, mereka menginginkan perubahan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya.
d. Periode masa mencari identitas
Pada masa akhir anak-anak, penyesuaian diri dengan standar kelompok lebih penting bagi remaja seperti dalam hal pakaian, berbicara dan perilaku remaja yang ingin lebih besar seperti teman-teman sekelompoknya. Bagi anak laki-laki dan perempuan pada masa remaja penyesuaian diri dengan kelompok sangat penting, lambat laun mulai mendambakan identitas diri dan makin merasa tidak puas apa yang ia dapatkan ingin lebih dari sebelumnya.
Erickson (Hurlock, 1995: 208) menjelaskan bahwa:
Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masayarakat, apakah ia seorang anak atau seorang dewasa, apakah nantinya ia menjadi seorang suami atau ayah, apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar belakang ras atau agama atau rasionalnya membuat beberapa orang mendambakannya. Secara keseluruhan apakah ia akan berhasil atau gagal. Identifikasi yang sekarang terjadi dalam bentuk identitas ego adalah lebih dari sekedar penjumlahan identifikasi masa kanak-kanak.
Salah satu cara untuk mengangkat diri sendiri sebagai individu, yaitu dengan menggunakan simbol status dalam bentuk mobil, pakaian, barang-barang lain yang mudah terlihat. Dengan cara inilah remaja menarik perhatian diri sendiri dan agar dipandang sebagai individu, sementara pada saat yang sama remaja mempertahankan identitas dirinya terhadap kelompok sebaya.
e. Periode sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Meyeres (Hurlock, 1995: 208) menjelaskan:
Banyak anggapan tentang remaja yang mempunyai arti nilai yang bersifat negatif. Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, tidak dapat dipercaya dan cenderung berprilaku merusak, menyebabkan orang dewasa merasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja dengan ketat. Hal ini mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri.
Berdasarkan stereotip ini, orang dewasa beranggapan yang buruk tentang remaja, membuat remaja merasa masa peralihan dari masa anak¬anak ke masa dewasa menjadi terkesan lebih sulit. Hal inilah yang mengakibatkan banyaknya pertentangan dengan orang tua. Sehingga antar orang tua dan anak terjadi jarak yang menghalangi anak untuk minta bantuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
f. Periode sebagai ambang masa dewasa
Pada masa remaja mereka memandang, melihat dan memutuskan segala sesuatu berdasarkan pasa keinginan mereka saja. Remaja cenderung menjadi lebih sulit untuk menerima masukan atau saran dari orang lain,
kecuali dari kelompoknya sendiri dan sesuatu yang mereka anggap menyenangkan.
Semakin tidak realistik cita-citanya ia akan semakin marah, sakit hati dan kecewa jika orang lain mengecewakannya atau bila tidak berhasil untuk mencapai tujuan. Tetapi dengan bertambahnya pengalaman pribadi dan pengalaman sosial, dan meningkatnya kemampuan untuk berpikir rasional, remaja yang lebih besar memandang diri sendiri, keluarga, teman dan kehidupan pada umumnya secara lebih realistik. Maka remaja tidak akan banyak mengalami kekecewaan seperti ketika masih muda dan merupakan kondisi yang bahagia pada remaja yang lebih besar.
3. Tugas Perkembangan Remaja
Tugas perkembangan remaja menurut Cole (Pikunas, 1976) mengemukakan pendapat yang mengklasifikasikannya kedalam sembilan kategori, yaitu:
a. Kematangan emosi.
b. Pemantapan minat-minat heteroseksual.
c. Kematangn sosial.
Emansipasi dari kontrol keluarga. kematangan intelektual. Memilih pekerjaan.
Menggunakan waktu senggang secara tepat. Memiliki filsafat hidup.
i. Identifikasi diri.
Havighurst (Monks, 1982: 253) mengemukakan ‘Tugas-tugas perkembangan anak usia 12-18 tahun, yang berasal dari data penelitian lintas budaya.’ Pengertian tugas perkembangan itu sendiri adalah suatu penguasan atau terlewatinya suatu tahapan perkembangan yang dilakukan oleh seseorang dalam masa hidup tertentu sesuai dengan norma masyarakat dan norma-norma kebudayaan. Berikut ini adalah tugas perkembangan yang dijelaskan oleh Havighurst antara lain:
a. Mencapai hubungan yang lebih dewasa dengan teman sebaya, baik laki-laki maupun perempuan.
b. Mencapai peran sosial sebagai laki-laki atau perempuan,.
c. Menerima keadaan jasmaninya dan menggunakannya secara efektif.
d. Mencapai kemandirian secara emosional dan ketergantungannya dengan orang tua dan orang dewasa lainnya.
e. Mencapai keyakinan akan kemandirian secara ekonomi pada masa mendatang.
f. Memilih dan mempersiapkan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu.
g. Mempersiapkan diri untuk memasuki dunia pernikahan dan keluarga.
h. Mengembangkan keterampilan dan konsep intelektual sebagai warga masyarakat.
i. Menginginkan dan melakukan tindakan-tindakan yang secara sosial bertanggung jawab.
j. Memilih seperangkat sistem tata nilai dan tata krama yang menuntun perilakunya.
B. Konsep Hubungan Interpersonal
Manusia merupakan makhluk sosial, karena itu kehidupan manusia selalu ditandai dengan pergaulan antar manusia. Pergaulan itu dapat dilakukan dalam lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, organisasi sosial dan lain-lain. Pergaulan manusia merupakan salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang nantinya akan menjadi dasar dalam melakukan hubungan atau interaksi antar individu, karena komunikasi sangat erat kaitannya dengan hubungan interpersonal. “Kemampuan dalam membina hubungan interpersonal merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi” (Goleman, 2009: 59). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan interpersonal.
Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan interpersonal ini akan sukses dalam bidang apapun. “Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang¬orang ini populer dalam lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi” (Goleman, 2009: 59).
Interaksi yang terjalin dalam sebuah kelompok sangat berhubungan dengan kohesivitas kelompok, dimana kohesivitas merupakan daya tarik anggota kelompok untuk dapat bertahan dalam kelompok tersebut. Kohesivitas adalah mengenai penyatuan kekuatan.
Lewin (Ernawati, 2007: 2), menggunakan istilah ‘cohesive untuk menggambarkan sebuah kekuatan yang menjaga kelompok agar tetap untuk dengan cara menjaga kesatuan anggota-anggotanya’. Kohesivitas kelompok bukan hanya sebuah kesatuan atau keakraban antar anggota dalam kelompok, tetapi suatu proses yang sangat kompleks sehingga mempengaruhi hubungan interpersonal dan proses dalam kelompok. Kohesivitas kelompok dapat ditandai dengan semangat yang tinggi antar anggota dalam kelompok. Setiap anggota kelompok dapat berinteraksi dengan baik bersama anggota kelompok lainnya, dan setiap anggota tetap tinggal dalam sebuah kelompok dalam kurun waktu yang relatif lama.PTK BK smp kelas ix doc
C.PTK BIMBINGAN KONSELING SMP TERBARU DOC
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan sampel Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMPN 1 ............. karena memiliki peluang dalam penjaringan data dengan karakteristik: siswa Kelas IX baru memasuki lingkungan baru dan dengan orang-orang baru sehingga kemungkinan siswa mengalami hubungan interpersonal yang sedang ataupun rendah.
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas IX SMPN 1 ............. tahun ajaran 2011/2012. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling (sampel bertujuan) yaitu teknik penentuan sampel yang bertujuan untuk mengkategorikan siswa yang memiliki hubungan interpersonal rendah melalui instrumen angket.
Pertimbangan dalam menentukan sampel dan populasi penelitian di SMPN 1 ............. Kab.Bandung Barat diantaranya adalah:
1. Siswa Kelas IX merupakan bagian dari remaja tengah yang perkembangan hubungan interpersonalnya terutama kepada teman sebaya sangat penting pada masa tersebut.
2. Siswa Kelas IX belum terlalu mengenal lingkungan sekolah.
3. Penelitian ini difokuskan pada Kelas IX dengan alasan bahwa siswa pada tingkat ini cenderung labil dan belum dapat beradaptasi dengan teman¬teman barunya, karena merupakan masa transisi dari tingkat SMP ke tingkat SMA.
B. Desain Penelitian
Desain eksperimen yang digunakan adalah desain eksperimen One Group Pre-test-Post-test Design. Data pre-test post-test diambil melalui instrumen untuk mengungkap tingkat hubungan interpersonal siswa. Adapun desain pra¬eksperimen dengan model pre-test post-test dari Arikunto (2006: 85) dapat diuraikan sebagai berikut:
O1 X O2
Keterangan:
O1 : Nilai Pre-test (sebelum treatment)
X : Eksperimen/tindakan (treatment)
O2 : Nilai post-test (Setelah treatment)
C. Pendekatan dan Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan penganalisisan data hasil penelitian secara eksak mengenai efektivitas teknik sosiodrama dalam meningkatkan hubungan interpersonal pada siswa Kelas IX SMPN 1 ............. dalam bentuk angka, sehingga memudahkan proses analisis dan penafsirannya dalam menggunakan hubungan perhitungan statistik. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang membutuhkan jawaban secara deskriptif.
Pendekatan kuantitatif sebagai pendekatan ilmiah didesain untuk menjawab pertanyaan penelitian/hipotesis secara spesifik dengan penggunaan statistik. Pendekatan Kuantitatif digunakan untuk memperoleh data mengenai tingkat hubungan interpersonal remaja dengan menggunakan teknik sosiodrama.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode pra eksperimen, yaitu metode penelitian yang memberikan intervensi atau perlakuan dan juga memiliki perbandingan, namun memiliki kekurangan dalam kontrol yang terdapat dalam eksperimen. Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan hubungan interpersonal remaja yang rendah melalui teknik sosiodrama pada siswa Kelas IX di SMPN 1 ..............
D. Definisi Operasional Variabel
1. Hubungan Interpersonal
Definisi oprasional variabel hubungan interpersonal merujuk pada
hasil penelitian Buhrmester et al. (1988: 991), dimana terdapat lima aspek yang terdapat dalam kompetisi interpersonal. Secara operasional hubungan interpersonal dalam penelitian ini adalah kemampuan individu dalam berinisiatif, bersikap asertif, mengungkapkan diri, melakukan dukungan
emosional, memanajemen konflik dalam berinteraksi dengan orang lain .
Definisi di atas mencakup beberapa aspek yang terdapat pada kemampuan interpersonal yang dikemukakan oleh Buhrmester et al. (1988: 992), yang terdiri atas “aspek inisiatif (Initiative), bersikap asertif (negatif assertion), pengungkapan diri (Disclosure), dukungan emosional (Emotional support), manajemen konflik (Conflict management).”
1) Inisiatif (initiative) yaitu usaha untuk memulai suatu bentuk interaksi
dengan orang lain atau dengan lingkungan sosial yang lebih besar. Membina hubungan baru dengan orang lain dan mempertahankan hubungan interpersonal yang telah dibina.
2) Bersikap Asertif (Negatif assertion) merupakan kemampuan untuk mempertahankan diri dari tuduhan yang tidak benar, kemampuan untuk mengatakan tidak terhadap permintaan yang tidak masuk akal, kemampuan mengemukakan gagasan dan perasaan secara jujur, dan mempertahankan hak-hak pribadi secara tegas.
3) Pengungkapan Diri (Disclosure) adalah pengungkapan bagian dalam diri antara lain berupa pengungkapan pendapat, minat, pengalaman pengalaman, dan perasaan-perasaannya kepada orang lain, menunjukkan kepercayaan dalam membagi perasaan, menunjukkan keterbukaan dalam hubungan interpersonal, dan Menunjukkan kejujuran.
4) Dukungan Emosional (Emotional support) merupakan ekspresi perasaan yang memperlihatkan adanya perhatian, bersikap empati, dan penghargaan terhadap orang lain.
5) Manajemen Konflik (Conflict management) merupakan suatu cara untuk menyelesaikan adanya pertentangan dengan orang lain yang mungkin terjadi saat melakukan hubungan interpersonal berupa mendominasi, kompromi, kolaborasi, mengikuti kemauan teman dan menghindar.
2. Teknik Sosiodrama
Definisi operasional variabel teknik sosiodrama, secara operasional, teknik sosiodrama yang dimaksud dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu teknik bimbingan dan konseling dimana guru bimbingan dan konseling memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan memerankan peranan tertentu seperti yang terdapat dalam masalah-masalah sosial, yang dapat melatih siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial yang men ghambat atau yang menyebabkan rendahnya hubungan interpersonal.
Teknik sosiodrama merupakan sebuah teknik dari bermain peran, metode ini merupakan salah satu metode dalam memecahkan permasalahan yang timbul pada siswa dalam lingkungan sosial dengan cara mendramakan masalah-masalah yang timbul dengan kelompok teman sebaya dalam pergaulan tersebut melalaui drama.jurnal ptk bk smp terbaru kelas 9
Pada metode ini siswa diajak untuk bisa memecahkan permasalahan pribadi di dalam lingkungan sosial. Dalam penelitian ini siswa belajar untuk mengamati, menganalisis, menstruktur, merencanakan peran atau tokoh yang akan diperankan dengan mengeksplor dirinya sendiri dan kelompok teman sebayanya dalam memerankan beberapa peran atau tokoh.
Aplikasi dari metode sosiodrama ini melibatkan beberapa siswa yang memainkan peran pada suatu tokoh tanpa menghafal naskah hanya perlu mempersiapkan diri untuk bisa mengembangkan yang hanya berpegangan pada judul dan garis besar skenario yang telah ditentukan. Siswa diminta menghayati setiap perannya seakan-akan peristiwa dalam drama tersebut pernah terjadi dan memang bisa diimplementasikan pada kehidupan nyata yang sesungguhnya.
Langkah-langkah dalam sosiodrama melibatkan tiga fase : 1) fase pemanasan (tahap awal) yang ditandai dengan penentuan sutradara yang siap memimpin kelompok dan konseli siap dipimpin, 2) fase tindakan (tahap inti) yang melibatkan tindakan yang jelas pada pemain protagonis untuk mengekspresikan emosi-emosi yang muncul dan menemukan cara baru yang efektif untuk mengatasinya, 3) fase integrasi (tahap akhir) yang melibatkan kegiatan diskusi dan penutupan (closure), umpan balik sangat penting dari setiap konseli dan protagonis agar mendapat jalan keluar yang jelas mengenai permasalahan yang diangkat dalam sebuah judul sosiodrama kemudian terjadi perubahan dan terciptanya integrasi (Gladding, 1995).
D.PTK BK TERBARU UNTUK KENAIKAN PANGKAT GURU SMP
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, Sri. (2005). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.
Berndt, T. J, & Keefe, K. (1996). Friends' influence on adolescents' adjustment to school. Jurnal of Personality and Social Psychology. 13 12-1329.
Bischof, L.J. (1970). Interpreting Personality Theories (Second Edition). New York. Harper International.
Blatner, A. (2002). Role Playing In Education. [On line]. Tersedia: http://Blatner.com/adam/papers/.html. [05 Desember 2010].
Buhrmester, F. W and Reis. (1988). Five Domains of Interpersonal Competence in Peer Relationship. Jurnal of Personality and Social Psychology. Vol. 55 no 6, 1991-1008.
Burns. (1979). Konsep Diri Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku (terjemahan: Mari Djumiati). Jakarta : Arcan.
Chaplin, J. P. (2004). Kamus Lengkap Psikologi / oleh James P. Chaplin; Penerjemah, Kartini Kartono Ed. 1 .cet 9. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling &Psikoterapi. Bandung : Refika Aditama.
De Vito, J.A. (1999). The International Comunication Book. 7th ad. New York : Harper Collins College.
Djajadisastra, Jusuf. (2003). Metode-Metode Mengajar. Bandung: Angkasa.
Djumhur & Surya, Moh. (2001). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung: C.V ILMU
Effendy, Onong Uchjana. (1998).Kamus Komunikasi. Bandung. CV Remaja Rosdakarya.
Furqon. (2001). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Goleman, Daniel. (2009). Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hafis, Abdul. (2009). Interpersonal Relationship dalam marketing. http://www.wordpres.com, diakses tanggal 16 September 2011.
Hasan, m. Ali. (1996). Pengembangan kurikulum di sekolah. Cetakan Kedua. Bandung: Trigenda Karya.
Hurlock, E.B. (1995). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta : Penerbit Erlangga.
Kartadinata, Sunaryo. (1994). Pengembangan Model PBM yang Mendukung Perkembangan dan Kesiapan Intelektual. Personal dan Sosial Murid SD untuk Memasuk Pendas 9 Tahun. Laporan Penelitian. Bandung. Lemlit UPI Bandung.
Kellermann, Peter Felix. (2007). Sociodrama and Collective Trauma. Jurnal of Personality and Social Psychology. London : Jessica Kingsley Publishers.
Lapono, Nabisi. (2008). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Liliweri, A. (1997). Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti. Muhibbin Syah. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mulyana, Deddy. (2001). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2009). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik dan Implementasi. Jakarta: PT Rosda Karya.
Muyassaroh, Lilik. (2009). Efektivitas Teknik Permainan Simulasi dalam Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Keterampilan Hubungan Interpersonal Siswa Kelas VI di SMP Negeri 20 Malang. (Skripsi).
Monks, F.J. (1982). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Natawijaya Rochman (1987). Pendekatan-Pendekatan dalam Penyuluhan Kelompok I. Bandung: Diponegoro.
NK, Roestiyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: P.T Rineka.
Nurhayati, Rika. (2011). Teknik Sosiodrama untuk Konformitas yang Berlebihan Pada Siswa. Skripsi Jurusan PPB Fip Upi Bandung: Tidak diterbitkan.
Pikunas, Justin. (1976). Human Development an Emergent Science. Mc. Grawhill. Inci
Terima kasih telah berkunjung di Musiyanto Blog yang membahas CONTOH PTK BK SMP TERBARU- ini dapat membantu Anda dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan cara mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.