CONTOH PTK BAHASA INDONESIA SMP DOC-Bahasa adalah alat yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi bahasa sebagai alat untuk berbicara, menyampaikan ide atau pendapat, dan untuk mencurahkan perasaan. Selain itu, bahasa dapat digunakan sebagai alat berpikir dan berkomunikasi dalam masyarakat. Dengan berkomunikasi yang diucapkan dapat didengar, yang didengar dapat dimengerti, yang dimengerti dapat disetujui, yang disetujui dapat diterima, yang diterima dapat dihayati, dan yang dihayati dapat mengubah tingkahlaku.Belajar bahasa bukan hanya belajar kaidah gramatikal serta keterampilan memakai kaidah itu dalam bentuk kalimat, tetapi juga berusaha menggunakan kalimat-kalimat itu sebagai sarana komunikatif dalam pengertian sesuai dengan situasi serta kaidah tutur yang berlaku dalam masyarakat penutur asli bahasa tersebut. Apabila seseorang mempunyai kompetensi komunikatif yang baik, maka diharapkan dia dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan baik dan lancar.
Mengingat pentingnya suatu bahasa, pengajaran bahasa khususnya bahasa Indonesia, diajarkan mulai pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Pengajaran bahasa haruslah memberikan kesempatan pada peserta didik untuk memperoleh berbagai kemampuan berbahasa yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan.Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pengajaran di kelas. Agar tujuan pengajaran tercapai, guru harus pandai menggunakan pendekatan pengajaran yang relevan dengan karakteristik materi yang akan diajarkan.
Keterampilan berbahasa yang menjadi tujuan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia akan lebih mudah dipahami siswa apabila gurunya pandai menggunakan pendekatan pengajaran dengan disertai teknik pengajaran yang cocok dan sesuai dengan minat siswa. Begitu pula dalam keterampilan berbicara, sebagai salah satu keterampilan berbahasa yang memerlukan penanganan pendekatan pengajaran yang relevan.
Pada dasarnya berbicara merupakan aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa setelah aktivitas mendengarkan atau menyimak. Berbicara adalah sarana atau alat bagi manusia untuk mengekspresikan diri, mengungkapkan gagasan, perasaan dan pikiran dengan menggunakan kata-kata/kalimat-kalimat yang berbentuk bahasa lisan sesuai dengan tingkat kemampuan berpikirnya (Tarigan, 1981:15). Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan berbicara merupakan kegiatan yang penting.
Pada dasarnya berbicara merupakan aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa setelah aktivitas mendengarkan atau menyimak. Berbicara adalah sarana atau alat bagi manusia untuk mengekspresikan diri, mengungkapkan gagasan, perasaan dan pikiran dengan menggunakan kata-kata/kalimat-kalimat yang berbentuk bahasa lisan sesuai dengan tingkat kemampuan berpikirnya (Tarigan, 1981:15). Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan berbicara merupakan kegiatan yang penting.
Keterampilan berbicara akan lebih mudah diperoleh dan dikuasai oleh siswa yang sering berlatih dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru sangat berperan dalam pencapaian tujuan pengajaran keterampilan berbicara.Kadang-kadang guru malas menggunakan pendekatan dan metode dalam pengajaran berbicara. Apabila ditinjau dari bentuknya guru menggunakan metode pengajaran berpidato seperti metode memoriter, impromtu, manuskrip, dan ekstemporal.
Metode-metode tersebut bisa dipadukan dengan pendekatan pembelajaran seperti pendekatan kontekstual, komunikatif atau pendekatan-pendekatan pembelajaran yang lainnya. Secara alamiah semua orang mampu berbicara, namun dalam situasi formal misalnya ketika berpidato sering timbul rasa gugup sehingga gagasan yang dikemukakan menjadi tidak teratur bahkan ada yang sampai tidak berani berbicara. Kemampuan berbicara melalui pidato dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar memang tidak mudah.Berkenaan dengan hal itu, peningkatan keterampilan berbicara siswa dapat dilakukan melalui berpidato dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, diharapkan siswa mampu berkomunikasi dengan orang banyak. Guru harus menyadari bahwa pada suatu saat siswa harus dapat berbicara di hadapan orang banyak.
Dulu, banyak orang percaya bahwa berpidato dengan baik hanya dapat dilakukan oleh orang yang mempunyai bakat pidato. Namun kepercayaan itu tidak selamanya benar, Asul Wiyanto (2006:2) dalam bukunya menceritakan mulanya Dr. Dale Carnegie penyelenggara kursus terkemuka dari Amerika sempat percaraya juga.Namun, setelah bertahun-tahun mengajari ribuan siswa dari berbagai negara dia menyimpulkan bahwa berpidato termasuk jenis keterampilan yang dapat dilakukan oleh semua orang yang berminat. Syaratnya orang yang berminat itu sudah dapat berbicara, untuk seorang pelajar syarat ini tergolong ringan sehingga dengan mudah dapat dipenuhi, jika semua orang normal dapat berbicara.
Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas Mapel BAHASA INDONESIA yang diberi judul “Penerapan Pendekatan Komunikatif Dalam Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpidato Siswa (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas IX ) ”, untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam kenaikan tingkat dari IV a ke IV b. Disini akan di bahas lengkap.
PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan file PTK BAHASA INDONESIA Kelas IX lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 – BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke 081-7283-4988 dengan Format PESAN PTK 001 SMP).
1.CONTOH JUDUL PROPOSAL LAPORAN PTK GURU SMP LENGKAP
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Masalah dan Latar Belakang Masalah
Memang benar, ada orang yang dikaruniai bakat berpidato meskipun jumlahnya tidak banyak. Namun berbekal bakat saja tanpa belajar dan berlatih, orang tidak mungkin dapat berpidato dengan baik. Sebaliknya, meskipun tanpa bakat jika memiliki kemauan untuk belajar dan beratih, ia pasti dapat melakukannya. Dengan kata lain, belajar dan berlatih itulah yang menentukan seseorang mampu berpidato. Jadi, bakat itu pengaruhnya kecil sekali. Seorang pakar mengatakan bahwa pengaruh bakat itu hanya sepuluh persen, sedangkan sisanya yang sembilan puluh persen murni hasil belajar dan berlatih.ptk bahasa indonesia smp kelas 8
Pendekatan pengajaran komunikatif bahasa Indonesia bertujuan agar pembelajar dapat menggunakan bahasa yang dipelajarinya untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari atau dalam situasi yang sebenarnya dan bertujuan. (actual and purposeful communication). Konsep kemampuan komunikatif berkaitan dengan penguasaan secara naluri yang dipunyai seseorang penutur asli untuk menggunakan dan memahami bahasa secara wajar dalam proses komunikasi atau berinteraksi dengan orang lain dan dalam hubungannya dengan konteks sosial (Hymes dalam Subyakto,1993:63).
Berdasarkan hasil observasi pendahuluan yang dilakukan di SMP Negeri ……….., ternyata guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam proses pengajaran berbicara menggunakan teknik atau pendekatan pembelajaran yang kurang pariatif. Hal ini dikarenakan guru menganggap pembelajaran berbicara merupakan pembelajaran yang sudah biasa dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari.
Ternyata, siswa banyak yang mengalami kesulitan dalam mempraktikan berpidato. Anggapan ini didukung oleh fakta-fakta yang penulis dapatkan ketika melakukan studi pendahuluan, untuk lebih jelasnya data ini akan dibahas lebih mendalam pada bab 4. Setelah penulis melakukan diskusi dan bertukar pikiran dengan guru tersebut, respon guru menyambut dengan baik penelitian yang akan dilakukan mengenai penerapan pendekatan komunikatif pada pembelajaran keterampilan berpidato.contoh proposal ptk bahasa indonesia kurikulum 2013
Beranjak dari permasalahan yang diungkapkan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengkaji permasalahan pengajaran yang berkaitan dengan keterampilan berbicara khususnya dalam pembelajaran berpidato. Penelitian ini diwujudkan dalam sebuah judul Penerapan Pendekatan Komunikatif dalam Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara untuk Meningkatkan Kemampuan Berpidato Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IX SMP Negeri )
1.2 Tindakan yang Dipilih
Berdasarkan masalah di atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah sebagai berikut.“Apakah penerapan pendekatan komunikatif dalam proses pengajaran keterampilan berbicara dapat meningkatkan kemampuan berpidato siswa?”
1.3 Tujuan Penelitian
Penulis merumuskan dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini.
- Tujuan umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran kepada peneliti tentang bagaimana meningkatkan keterampilan berbicara khususnya kemampuan berpidato dengan menggunakan pendekatan
komunikatif yang diterapkan pada siswa kelas IX SMP Negeri 2 Pasar Kemis dengan cara melakukan penelitian tindakan kelas.
- Tujuan Khusus
- Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran berpidato dengan menggunakan pendekatan komunikatif.
- Mendeskripsikan proses pembelajaran berbicara pidato.
- Mendeskripsikan hasil pembelajaran berpidato dengan menggunakan pendekatan komunikatif.
1.4 Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini lebih terfokus pada tujuan yang ingin dicapai, tindakan dalam penelitian ini dibatasi pada upaya untuk meningkatkan kemampuan berpidato siswa kelas IX SMP Negeri ……… tahun pelajaran 2007/2008 dengan menggunakan pendekatan komunikatif.ptk bahasa indonesia smp kelas 9 doc
Berdasarkan batasan di atas, tindakan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
- Bagaimanakah bentuk perencanaan pembelajaran keterampilan berpidato dengan menggunakan pendekatan komunikatif yang dapat meningkatkan kemampuan berpidato siswa?
- Bagaimanakah bentuk pelaksanaan pembelajaran keterampilan berpidato dengan pendekatan komunikatif yang dapat meningkatkan kemampuan berpidato siswa?
3) Bagaimanakah karakteristik hasil pembelajaran berpidato dengan pendekatan komunikatif yang dapat meningkatkan kemampuan pidato siswa?
1.5 Signifikasi Hasil Penelitian
Manfaat penelitian ini secara teoretis yaitu dapat berpidato dengan baik dan benar dan meningkatkan kemampuan pidato siswa.
Manfaat secara praktis baik untuk penulis, guru, maupun siswa dapat dirumuskan sebagai berikut.
1) Bagi penulis
- Dapat mengetahui gambaran kemampuan berpidato siswa kelas IX SMP Negeri 2…..tahun pelajaran 2015/2016
- Mendeskripsikan pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpidato.
2) Bagi guru
- Mengetahui pengaruh penerapan pendekatan komunikatif pada pengajaran keterampilan berbicara dalam meningkatkan kemampuan berpidato.
- Memberikan masukan bagi guru untuk menggunakan pendekatan pengajaran yang dapat memperbaiki/meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran. Khususnya dalam hal ini yaitu kemampuan pembelajaran berpidato.contoh ptk bahasa indonesia smp kelas 8
3) Bagi siswa
- Memberikan wawasan baru mengenai pembelajaran berpidato dengan cara yang komunikatif sehingga siswa tidak lagi merasa sulit ketika akan berpidato.
Memotivasi siswa sehingga pembelajaran terasa lebih menyenangkan dan siswa makin terampil dalam berpidato
2.PROPOSAL PTK SMP BAHASA INDONESIA
BAB 2
KETERAMPILAN BERPIDATO
DAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF
2.1 Keterampilan Berbicara
2.1.1 Pengertian Keterampilan Berbicara
Secara umum, berbicara dapat diartikan sebagai suatu cara berbahasa untuk menyampaikan maksud, ide, atau gagasan dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud, 1985: 7 dalam Susanti, 2004: 8). Tarigan (1983:15) mengemukakan bahwa berbicara adalah suatu kemampuan untuk mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau katakata untuk mengekspresikan, mengatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Lebih jauh lagi, Tarigan mengatakan bahwa berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial.
Sejalan dengan pendapat di atas, Tarigan (1990: 149) menyatakan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Kaitan antara pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat erat. Pesan yang diterima oleh pendengar tidaklah dalam wujud asli, tetapi dalam bentuk lain, yakni bunyi bahasa. Setelah itu pendengar mencoba mengalihkan pesan dalam bentuk bunyi bahasa itu menjadi bentuk semula.
Arsjad dan Mukti U.S (dalam Susanti, 2005: 9) mengemukakan pula bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara bukan hanya sekadar mengucapkan bunyi-bunyi atau katakata saja, melainkan juga cara mengekspresikan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan kita sehingga maksud pembicaraan dapat dipahami oleh orang lain.
2.1.2 Berbicara Sebagai suatu Proses Berkomunikasi
Pada hakikatnya, berbicara merupakan suatu proses berkomunikasi sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke sumber lainnya. Berbicara sebagai suatu proses berkomunikasi sangat mempengaruhi kehidupan individual.
Komunikasi merupakan suatu rangkaian perbuatan atau speech act yang digunakan untuk menyelesaikan atau mencapai maksud-maksud tertentu melalui suatu ucapan atau cara penampilan yang mengarahkan perbuatan komunikasi pada tujuan utamanya. Melalui komunikasi kita dapat saling bertukar pendapat, gagasan, keinginan dengan bantuan lambanglambang yang disebut kata-kata (Tarigan, 1983: 8).
Hal tersebut memberi keefektifan pada setiap individu untuk berinteraksi dengan individu lainnya, sehingga tercipta hubungan yang baik antar sesama manusia sebagai makhluk sosial. Dengan demikian, jelaslah bahwa begitu besarnya peranan komunikasi dalam kehidupan manusia. Dengan berkomunikasi hubungan antarsesama manusia dapat ditingkatkan dengan memahami dan memperbaiki ujaran-ujaran (komunikasi) yang kita lakukan.
2.1.3 Bentuk-bentuk Berbicara
Menurut Tarigan (1983: 20), wilayah berbicara biasanya dibagi menjadi dua bidang, yaitu (1) berbicara terapan atau fungsional (the speech art) dan (2) pengetahuan dasar berbicara (the speech science). Dengan perkataan lain, berbicara dapat ditinjau sebagai seni dan sebagai ilmu.
Berbicara sebagai ilmu menelaah hal-hal yang berkaitan dengan (1) mekanisme berbicara dan mendengar; (2) latihan dasar tentang ujaran dan suara; (3) bunyi-bunyi bahasa; dan (4) patologi ujaran.
Penekanan berbicara sebagai seni atau berbicara fungsional berarti membahas berbagai model praktik berbicara. Dalam hal ini, berbicara secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
- berbicara di muka umum (public speaking), yang mencakup berbicara yang bersifat pemberitahuan, kekeluargaan, meyakinkan, dan perundingan;
- berbicara pada saat konferensi (conference speaking), yang meliputi diskusi kelompok, prosedur parlementer, dan debat.
Selain itu, berbicara dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa aspek. Pertama, berdasarkan arah pembicaraan, dihasilkan berbicara satu arah (pidato dan ceramah), dan berbicara dua arah (konversasi dan diskusi). Kedua, berdasarkan tujuan, berbicara dapat dikelompokkan ke dalam berbicara persuasi, narasi, argumentasi, agitasi, intruksional, rekreatif. Ketiga berdasarkan suasana dan sifatnya, berbicara dapat dikelompokkan ke dalam berbicara formal dan nonformal (Haryadi dan Zamzani, 1997: 59).
2.1.4 Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara
Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyampaikan pikiran, gagasan, atau pun perasaan. Agar dapat menyampaikan informasi dengan efektif, tidak hanya isi pembicaraan saja yang harus pembicara pahami, tetapi juga bagaimana cara mengemukakan atau mengkomunikasikannya terhadap pendengar.
Maidun Arsjad dan Mukhti U.S (dalam Susanti, 2005: 12) mengemukakan bahwa untuk menjadi pembicara yang baik, seorang pembicara harus memperlihatkan keberanian dan kegairahan selain memberikan kesan bahwa ia menguasai masalah yang dibicarakan. Selain itu, pembicara harus berbicara atau berkomunikasi dengan jelas dan tepat.
Hal senada diungkapkan Pane (2005: 104) bahwa untuk menjadi seorang pembicara yang efektif, apa yang kita ucapkan melalui suara haruslah dapat dipahami, didengar dengan jelas, dan memiliki keanekaragaman suara. Dalam hal ini, Arsjad dan Mukti U.S (dalam Susanti, 2004: 13) menyatakan ada dua faktor yang harus diperhatikan pembicara untuk keefektifan berbicara yaitu faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan.
2.1.4.1 Faktor-faktor Kebahasaan Penunjang Keefektifan Berbicara.
1) Ketepatan Ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi yang
kita gunakan tidak selalu sama. Setiap pembicara mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang kita pakai berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan, dan sasaran. Akan tetapi, jika perbedaan atau perubahan tersebut terlalu mencolok, sehingga menjadi suatu penyimpangan, maka keefektifan berkomunikasi akan terganggu.
- Penempatan Tekanan, Nada, Sendi, dan Durasi yang Sesuai
Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara. Walaupun masalah yang akan dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai akan menyebabkan permasalahan yang dibicarakan menjadi menarik. Sebaliknya, jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat dipastikan akan menimbulkan kejenuhan dan keefektifan berbicara pun tentu terganggu.
- Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan paham jika kata-kata yang digunakan kata-kata yang sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya, kata-kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata-kata yang muluk-muluk. Kata-kata yang belum dikenal memang akan menimbulkan rasa ingin tahu, tetapi akan menghambat kelancaran berkomunikasi. Kata-kata konkret yang menunjukkan aktivitas pun akan lebih mudah dipahami pembicara. Namun, pilihan kata itu tentu harus kita sesuaikan dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa kita berbicara (pendengar).
Jadi, seorang pembicara hendaknya menyadari dengan siapa berbicara dan apa pokok pembicaraannya, serta menyesuaikan pilihan katanya dengan pokok pembicaraan dan pendengarnya.
4) Ketepatan sasaran pembicaraan
Hal ini menyangkut pemakaian kalimat. Pembicara yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraan. Susunan penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan berbicara. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan atau menimbulkan akibat.
Kalimat yang efektif mempunyai ciri-ciri keutuhan, perpautan, pemusatan perhatian, dan kehematan. Kalimat efektif mampu membuat maksud yang disampaikan tergambar lengkap dalam pikiran pendengar, persis seperti apa yang dimaksud oleh pembicara.
2.1.4.2 Faktor-faktor Nonkebahasaan Penunjang Keefektifan Berbicara 1) Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku
Pembicara yang tidak tenang, lesu, dan kaku, tentunya akan memberikan kesan pertama yang kurang menarik. Padahal kesan pertama ini sangat penting untuk menjamin adanya kesinambungan perhatian para pendengar. Sikap wajar, tenang, dan tidak kaku dapat dikatakan modal utama untuk kesuksesan berbicara.
- Pandangan mata diarahkan kepada lawan bicara
Pandangan pembicara sangat membantu dalam berkomunikasi. Hal ini dilakukan supaya pendengar dan pembicara betul-betul terlibat dalam kegiatan berbicara, sehingga pendengar merasa terlibat dan diperhatikan.
- Kesediaan menghargai pendapat orang lain
Dalam menyampaikan isi pembicaraan, seorang pembicara hendaknya memilih sikap terbuka dalam arti menerima pendapat pihak lain, bersedia menerima kritik, bersedia mengubah yang dibicarakannya kalau ternyata memang keliru, tentunya dengan argumen yang kuat.
- Gerak-gerik dan mimik
Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat menghidupkan komunikasi sehingga menunjang pula keefektifan berbicara.
- Kenyaringan suara
Kenyaringan suara juga menentukan keefektifan berbicara. Tingkat kenyaringan suara harus disesuaikan dengan situasi, tempat, dan jumlah pendengar.
- Kelancaran
Seseorang yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya.
- Relevansi atau Penalaran
Hal ini berhubungan dengan bagian-bagian dalam kalimat. Hubungan kalimat dengan kalimat harus logis dan berhubungan dengan pokok pembicaraan.
8) Penguasaan topik
Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan. Tujuannya tidak lain supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai, sehingga kita hafal dan memahami isi dari topik yang dipilih. Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Jadi, penguasaan topik ini sangat penting, bahkan merupakan faktor utama dalam berbicara.
2.2 Pidato Sebagai Salah Satu Bentuk Keterampilan Berbicara
2.2.1 Pengertian Pidato
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Depdikbud RI tertuang pengertian pidato adalah pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang dapat ditunjukan kepada orang banyak dan wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak. Dalam kamus Umum karangan Poerwadarminta (1976: 751) dituliskan bahwa pidato adalah ucapan yang tersusun baik yang ditunjukan kepada orang lain atau orang banyak (untuk menyatakan selamat, menyambut kedatangan, dsb).
Wiyanto (2006: 23) mengatakan berpidato sebenarnya kegiatan berkomunikasi di depan umum antara pembicara dan pendengar. Sementara salah seorang pakar pidato, Siregar (1984:3 1), berpendapat bahwa:
Berpidato adalah salah satu cara dari sekian banyak cara komunikasi antara si pembicara (komunikator) dengan sejumlah orang (audiebce). Berpidato termasuk alat untuk menyampaikan isi hati, pesan, ide, (butir pikiran), program, perasaan dsb, oleh seseorang kepada sejumlah orang lain.
Pendapat di atas pada umumnya antara pendapat yang satu dengan pendapat yang lainnya, mempunyai padanan atau kesamaan kata, yakni “berbicara” dan “di depan umum” yang jumlahnya banyak. Namum ada perbedaan mengenai istilah dan uraian pelengkapnya.
3.DOWNLOAD LENGKAP PTK BAHASA INDONESIA SMP
BAB 3
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN
3.1 Setting Penelitian
Penelitian dilakukan di SMP Negeri ……… Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IX semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016. Adapun jumlah total keseluruhan kelas IX sebanyak dua kelas, dengan jumlah siswa rata-rata setiap kelas sebanyak 47 orang. Penulis mengambil sampel siswa kelas IX dikarenakan materi pembelajaran pidato berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terdapat di kelas IX.
Alasan pemilihan SMP Negeri ………..sebagai lokasi penelitian antara lain sebagai berikut.
- Penggunaan pendekatan komunikatif belum pernah dilakukan oleh guru bidang studi Bahasa Indonesia kelas IX di SMP Negeri ………….
- Masukan dari guru bidang studi Bahasa Indonesia kelas IX yang mendapat kesulitan dalam menyampaikan materi pembelajaran berbicara.
3.2 Prosedur Penelitian
3.2.1 Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitaian tindakan kelas (PTK atau classroom action research) yang bertujuan untuk mengadakan perbaikan dan meningkatkan proses pembelajaran. Menurut Kemmis yang dikutip D. Kopkins dalam bukunya yang berjudul A teacher’s Guide to Classroom Research (Tim Pelatihan proyek PGSM, 1999:6) diungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan:
“Sebuah bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dan tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannyamitu, serta memperbaiki kondisi dimana praktik-praktik pembelajaran tersebut dilakukan.”ptk bahasa indonesia smp kelas 7
Dari uraian di atas, secara singkat PTK dapat didefinisikan sebagai satu bentuk penelaahan penelitian yang bersifat reflektif, dengan melakukan tindakantindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan layanan profesional guru dalam menangani proses pembelajaran. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis keadaan kemudian mencobakan secara sistematis sebagai tindakan alternatif, dalam pemecahan permasalahan pembelajaran di kelas dan sebagai implementasi program sekolah. Pada intinya, PTK merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya muncul di kelas dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan, sehingga sulit dibenarkan jika ada anggapan bahwa dalam permasalahan penelitian tindakan kelas diperoleh dari persepsi atau lamunan seorang peneliti.
McNiff (dalam Suharsimi, dkk., 2007: 106) menegaskan bahwa, dasar utama bagi dilaksanakannya penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan. Kata perbaikan disini terkait dengan memiliki konteks dengan proses pembelajaran. Tujuan PTK dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif, dalam memecahkan berbagai persoalan pembelajaran. Oleh karena itu, fokus penelitian tindakan kelas terletak pada tindakan-tindakan alternatif yang direncanakan oleh pendidik, kemudian dicobakan dan selanjutnya dievaluasi apakah tindakan-tindakan alternatif itu dapat digunakan untuk memecahkan persoalan pembelajaran yang sedang dihadapi oleh pendidik atau tidak.ptk bahasa indonesia smp kelas 8 doc
PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru, untuk memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program secara keseluruhan. Hal ini dapat dilakukan mengingat tujuan penelitian tindakan kelas, adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan. Tujuan ini “melekat” pada diri guru, dalam penunaian misi profesional kependidikannya. Ditinjau dari karakteristiknya, PTK setidaknya memiliki karakteristik sebagai berikut.
- Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam intruksional.
- Adanya kolaborasi dalam pelaksanaanya.
- Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.
- Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik intruksional.
- Dilaksanakan dalam raingkaian langkah dengan beberapa siklus. (Zainal Aqib, 2006: 16)
Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dan partisipatoris dengan guru bidang studi pelajaran Bahasa Indonesia yang kelasnya dijadikan sebagai objek PTK. Penelitian ini memfokuskan penerapan pendekatan komunikatif, untuk meningkatkan kemampuan berpidato dalam pembelajaran berbicara. Menjawab permasalahan penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan studi awal untuk memperoleh informasi melalui wawancara awal dengan guru, dan kajian teoritis mengenai proses pembelajaran bahasa Indonesia terutama kemampuan berpidato dalam pembelajaran berbicara. Berdasarkan hasil studi awal dan kajian teori, dirancang suatu pendekatan pembelajaran berserta alat pengambilan data (instrumen) yang diperlukan, kemudian diaplikasikan pada pembelajaran Bahasa Indonesia terutama kemampuan berpidato dalam pembelajaran berbicara di kelas IX SMP Negeri ……..
Menjawab permasalahan penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan studi awal untuk memperoleh informasi melalui wawancara awal dengan guru, dan kajian teoritis hakikat Bahasa Indonesia terutama berbicara pidato, teori belajar, kurikulum, buku dan bahan ajar, model pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran serta hasil penelitian. Berdasarkan hasil studi awal dan kajian teori, dirancang suatu pendekatan pembelajaran yang diperlukan untuk kemudian diaplikasikan pada pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, terutama dalam pembelajaran keterampilan berbicara pidato di kelas IX.ptk bahasa indonesia smp lengkap
Prosedur atau langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini, dilaksanakan dalam kegiatan berbentuk siklus, yang merupakan proses pengkajian berdaur (cyclial) dengan mengacu pada model yang diadaptasi dari Hopkins dalam (Suharsimi, dkk., 2007:105). Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok, yaitu perencanaan (plan), tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi (refleksi). Keempat kegiatan pokok dari siklus dalam sebuah penelitian tindakan kelas, biasa digambarkan dengan sebuah spiral penelitian tindakan kelas seperti yang ditunjukan pada gambar 3.1.
Gambar 3.1
Spiral Penelitian Tindakan Kelas
(adaptasi dari Hopkins dalam Suharsimi, 2007, hal. 105)
Berangkat dari siklus PTK yang telah dikemukakan, maka alur penelitian dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.2
Alur Penelitian
(adaptasi dari Suharsimi Arikunto, 2006: 74)
Dalam pelaksanaan, PTK diawali dengan kesadaran akan adanya tujuan pendidikan sehingga menghasilkan dampak yang kurang baik terhadap proses dan hasil belajar siswa, serta implementasi suatu program sekolah (Tim pelatihan dan lokakarya PKTI. 2006)
Secara lebih detail tahapan PTK ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
- Refleksi Masalah (penetapan fokus masalah penelitian):
- merasakan adanya masalah;
- mengidentifikasi masalah;
- analisis masalah;
- perumusan masalah.
- Perencanaan Tindakan:
- formulasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan;
- analisis kelayakan hipotesis tindakan;
- persiapan tindakan.
- Pelaksanaan Tindakan dan Observasi:
- implementasi perencanaan tindakan;
- observasi dan interpretasi penelitian.
- Analisis dan Refleksi:
- analisi data;
- reduksi data;
- paparan data;
- kesimpulan penelitian;
- jika terdapat permasalahan yang belum dapat diatasai, bahkan timbul permasalahan baru maka tahapannya tetap memasuki siklus selanjutnya.
Setelah dilakukan refleksi atau perenungan yang mencakup analisi, sintesis, dan penilaian hasil pengamatan proses serta hasil tindakan tadi, biasanya muncul permasalahan atau pemikiran baru yang perlu mendapatkan perhatian, sehingga pada gilirannya perlu dilakukan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang, serta sedikit refleksi ulang. Demikianlah tahap-tahap ini terus berulang sampai sesuatu permasalahan dianggap teratasi, untuk kemudian biasanya diikuti oleh kemunculan permasalahan lain yang juga harus diperlakukan serupa. Proses pengulangan kembali tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas ini dapat dikatakan sebagai suatu siklus PTK (Tim pelatih Proyek, 1994:46). Untuk kemudahan memahami tahapan tersebut, dapat dilihat dalam gambar 3.3 berikut.
Gambar 3.3
Tahapan Penelitian Tindakan Kelas
3.2.2 Rincian Prosedur Penelitian
3.2.2.1 Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan sebagi sebuah kegiatan awal yang bertujuan mengungkapkan permasalahan penting yang perlu dipecahkan berkaitan dengan pengajaran berbicara khususnya berpidato. Penulis melakukan wawancara terlebih dahulu dengan guru bidang studi Bahasa Indonesia di SMP Negeri ………….untuk mengenal dan mengetahui kondisi awal yang akan dijadikan bahan untuk pelaksanaan tindakan.ptk bahasa indonesia smp lengkap
Penulis menanyakan masalah yang dihadapi siswa dalam proses pengajaran berbicara, guru bidang studi mengatakan bahwa kemampuan siswa dalam berbicara terutama pidato masih kurang dengan kata lain siswa belum mampu berpidato dengan baik dan benar. Penelitian pendahuluan ini dilakukan dalam upaya mengetahui hal-hal apa saja yang telah dilakukan oleh guru dalam memberikan materi mengenai berbicara selama ini.
Wawancara hanya dilakukan pada guru yang bersangkutan, tidak dilakukan kepada siswa karena penulis hanya ingin menyoroti pada permasalahan proses penyampaian materi dari guru, sedangkan untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran peneliti membuat angket pratindakan.
Berdasarkan hasil observasi pendahuluan, ternyata guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam proses pengajaran berbicara tidak menggunakan teknik atau pendekatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan guru menganggap pembelajaran berbicara merupakan pembelajaran yang sudah biasa dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah penulis melakukan diskusi danbertukar pikiran dengan guru tersebut, respon guru menyambut dengan baik penelitian yang akan dilakukan mengenai penerapan pendekatan komunikatif pada pembelajaran keterampilan berpidato.
3.2.2.2 Persiapan Tindakan
Persiapan Tindakan dalam penelitian ini dilakukan sebagai sebuah kegiatan awal yang bertujuan mengungkapkan permasalahan penting yang perlu dipecahkan, berkaitan dengan kemampuan berbicara khususnya pembelajaran pidato. Pada tahap ini penulis melakukan hal-hal sebagai berikut.
- Menentukan kelas penelitian dan waktu penelitian yang akan disesuaikan dengan jadwal guru yang bersangkutan.
- Bersama guru mendiskusikan pelaksanaan tindakan kelas, mengkaji materi pengajaran dan mengkaji teknik dan pendekatan pembelajaran yang akan digunakan.
- Mendiskusikan teknik dan instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas bersama guru.
- Bersama guru mendiskusikan rencana tindakan pembelajaran.
3.2.2.3 Implementasi Tindakan
Kegiatan pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini direncanakan dilakukan dalam kurun waktu delapan minggu. Pelaksanaan tindakan dilakukan berkerja sama dengan pihak guru bidang studi Bahasa Indonesia di SMP Negeri …………. Adapun kegiatan pelaksanaan tindakan yang dilakukan secara berdaur menggunakan tahapan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan refleksi.contoh ptk bahasa indonesia smp
- Perencanaan
Hasil studi pendahuluan yang telah diperoleh selanjutnya digunakan sebagai bahan untuk menyusun rancangan tindakan pembelajaran yang akan dilakukan. Resmini (dalam Rani, 2005: 29) menyebutkan rancangan tindakan harus disusun dengan memperhatikan (a) tujuan pembelajaran, (b) prosedur pelaksanaan, (c) bahan dan isi pembelajaran, (d) kriteria pencapaian, serta (e) format evaluasi yang digunakan. Rancangan penelitian tindakan pembelajaran berpidato dengan menggunakan pendekatan komunikatif difokuskan pada masalah pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpidato.
- Menetapkan jumlah siklus penelitian, penetapan ini berdasarkan pada waktu yang tersedia untuk meneliti sampai siklus tiga.
- Menetapkan kelas yang akan digunakan sebagai kelas penelitian yaitu kelas IX-1.
- Membuat perencanaan yang akan digunakan dalam penelitian
- Membuat instrumen penelitian.ptk bahasa indonesia smp kelas 9
- Pedoman observasi, yaitu berupa daftar hal-hal yang akan diobservasi atau diamati pada saat pelaksanaan tindakan. Penelitian ini dilakukan dengan observasi sistematis, oleh karena itu menggunakan pedoman observasi. Pedoman observasi yang digunakan yaitu : lembar observasi respon siswa dan lembar observasi aktivitas guru.
- Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh sejumlah informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket respon siswa (individu).
4.DOWNLOAD PTK BAHASA INDONESIA SMP
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, juga berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan data dalam penelitian ini, maka penulis dapat menyimpulkan hal-hal berikut.
- Hasil studi pendahuluan menunjukan bahwa siswa kelas IX-1 tahun ajaran 2015/2016 masih mengalami kesulitan dalam mempelajari keterampilan berpidato. Kemampuan siswa dalam berpidato masih kurang, atau dengan kata lain siswa belum mampu berpidato dengan baik. Rancangan penelitian tindakan pembelajaran berpidato dengan menggunakan pendekatan komunikatif, difokuskan pada masalah pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam berpidato. Perencanaan pembelajaran berpidato disusun dengan memperhatikan (a) tujuan pembelajaran, (b) prosedur pelaksanaan, (c) bahan dan isi pembelajaran, (d) kriteria pencapaian, serta (e) format evaluasi yang digunakan.contoh proposal ptk bahasa indonesia
- Mencoba untuk mengatasi kesulitan siswa dalam mempraktikan penampilan berpidato maka penulis menerapkan pendekatan pembelajaran Komunikatif sebagai strategi untuk merangsang ide dan keberanian siswa agar lebih berani tampil berpidato. Pelaksanaan tindakan pada penelitian ini dilakukan secara kolaboratif antara peneliti sebagai perancang rencana pembelajaran dan guru sebagai praktisi. Praktisi dalam pelaksanaan tindakan bertugas memantau pelaksanakan rencana tindakan pembelajaran berpidato dengan menggunakan pendekatan komunikatif. Sedangkan peran peneliti dalam pelaksanaan tindakan adalah merancang interferensi pembelajaran dan melaksanakan rencana tindakan yang terkait dengan pelaksanaan pengajaran berbicara pidato dengan menggunakan pendekatan komunikatif
3) Penerapan pendekatan Komunikatif dalam pembelajaran berpidato mampu memberikan manfaat kepada siswa untuk mendapatkan ide pidato dan membantu menumbuhkan rasa percaya diri siswa untuk berpidato. Hal ini dibuktikan dengan data hasil angket respon siswa pada tiap siklus. Data angket respon siswa siklus I menunjukan sebanyak 34 siswa (73%), siklus II sebanyak 43 siswa (91%) dan siklus III sebanyak 46 siswa (97%) semua siklus siswa menyatakan bahwa pendekatan komunikatif bermanfaat sehingga membantu siswa dalam pembelajaran berbicara pidato. Dengan pemberian tindakan berdasarkan pendekatan yang penulis rancang, terbukti dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpidato. Hal tersebut terbukti dengan peningkatan jumlah skor nilai penampilan berbicara siswa dari siklus ke siklus.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, penulis mengajukan saran yang sekiranya bisa bermanfaat bagi guru bidang studi maupun untuk rekan-rekan peneliti selanjutnya, yakni sebagai berikut.
- Penggunaan pendekatan pembelajaran sangat menentukan keberhasilan kegiatan pembelajaran. Oleh karna itu, sebaiknya guru dapat memilih dan menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran yang relevan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan memotivasi kreativitas yang berhubungan dengan permasalahan pembelajaran. Guru bisa menerapkan pendekatan yang penulis teliti sebagai pendekatan pembelajaran keterampilan bahasan yang lain, seperti keterampilan menulis.
- Walaupun kemampuan berpidato siswa kelas IX-1 sudah cukup baik. Hal ini bukan berarti siswa tidak perlu lagi berlatih berbicara di depan publik. Latihan berbicara di depan publik harus sering diberikan kepada siswa agar kemampuan berbicara siswa lebih meningkat lagi.
- Bagi pembaca yang berminat untuk melanjutkan penelitian ini, diharapkan untuk membuat kajian yang lebih dalam berkenaan dengan pendekatan komunikatif yang diterapkan oleh penulis, sehingga diperoleh hasil penelitian yang sempurna dan variatif.contoh proposal ptk bahasa indonesia kurikulum 2013
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta Bumi Aksara.
Depdikbud. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Gustiana, Ina. 2000. Penerapan Model Pembelajaran Hiponim dan Hipernim dengan Menggunakan Pendekatan Komunikatif di kelas 1 SMU PGI Bandung Tahun Ajaran 1999/2000. Bandung: Skripsi
Hendrikus, Dori Wuwur. 1991. Retorika Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegosiasi. Yogyakarta: Kanisius.
Keraf, Gorys. 1996. Terampil berbahasa Indonesia 1. Jakarta: Depdikbud.
Keraf, Gorys dan frans Asisi datang. 1997. Fasih Berbahasa Indonesia untuk SMU kelas 1. Jakarta: Erlangga.
Keraf, Gorys. 2001. Komposisi. Flores: Nusa Indah.
Maman, Sumantri. (1986). Teknik Menyusun Pidato/Sambutan. Jakarta: Balai Pustaka.
Pane, Teddy Resmisari. 2004. Speak Out Panduan Praktis Dan Jitu Memasuki Dunia Broadcasting dan Pubik Speaking. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rahman, Rani. 2005. Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi di Kelas X SMA Pasundan 3 Bandung Tahun Pelajaran 2004/2005 dengan Menggunaka Teknik Show Not Tel. Bandung: Skripsi.
Rakhmat, Jalaludin. 1992. Retorika Modern. Bandung: Remaja Rosdakarya
Rogers, Natalie. 2003. Berani Bicara Di Depan Publik: Cara Cepat Berpidato. Bandung: Nuansa.
Subana dan Sunarti. 2003. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia Berbagai Pendekatan, Metode Teknik, dan Media Pengajaran. Bandung: Pustaka Setia.
Susanti. 2005. Teknik Simulasi Presenter TV Sebagai Alternatif Model Pembelajaran Keterampilan Berbicara Siswa Kelas 2 SMA NegeriI 6 Bandung Tahun Ajaran 2004-2005. Bandung: Skripsi.
Terima kasih telah berkunjung di Musiyanto Blog yang membahas CONTOH PROPOSAL PTK BAHASA INDONESIA SMP DOC ini dapat membantu Anda dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan cara mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.