DOWNLOAD TERBARU PTK IPS SOSIOLOGI SMA KELAS XI-Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah dalam melaksanakan proses pembelajaran saat ini berdasar KTSP harus menekankan pada pelibatan siswa secara aktif. Download ptk sosiologi sma pdf Kenyataannya pembelajaran berpusat pada guru, banyak guru yang pembelajarannya tidak melibatkan siswa, sehingga hasil belajar yang dicapai siswa tidak optimal.Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah peningkatan hasil belajar Sosiologi Materi Pokok Struktur Sosial
dapat diupayakan melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
siswa kelas XI-IPS2 di SMA Negeri ... Kecamatan ... Kabupaten ... semester I
tahun ajaran 2016/ 2017.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas (classroom action research). Rancangan penelitian tindakan yang digunakan
adalah model spiral, dari C.Kemmis dan Mc.Taggart melalui 2 siklus
masing-masing siklus terdiri dari 3 tahap yakni 1) perencanaan tindakan
(planning), 2) pelaksanaan tindakan (action) dan pengamatan (observation), dan
3) refleksi (reflection). Teknik pengumpulan data dengan tes dan non tes.
Teknik analisis data adalah teknik analisis deskriptif komparatif yakni teknik
statistik dengan membandingkan skor antar siklus rata-rata, skor maksimal, skor
minimal dan persentase ketuntasan dan standar deviasi.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar Sosiologi Materi Pokok Struktur Sosial siswa kelas
XI-IPS2 di SMA Negeri ... setelah menggunakan model pembelajaran TPS. Hal ini
nampak pada peningkatan hasil belajar Sosiologi Materi Pokok Struktur Sosial
yakni skor rata-rata pada kondisi pra siklus sebesar 68,1, siklus I meningkat
menjadi 87,86 dan pada siklus II meningkat menjadi 93,05. Atau terjadi
peningkatan skor rata-rata dari pra siklus ke Siklus I sebesar 29 %, dari pra
siklus ke siklus 2 sebesar 36,6%. Adapun ketuntasan belajar klasikal pada
kondisi pra siklus 21%, siklus I meningkat menjadi 67% dan pada siklus II
meningkat menjadi 100%, berarti ada peningkatan dengan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) 90. Sedangkan skor minimal pada kondisi prasiklus sebesar 55,
pada siklus I meningkat menjadi 80,4 dan pada siklus II meningkat menjadi 90,1.
Atau terjadi peningkatan skor minimal dari pra Siklus ke Siklus I sebesar 46,2
% dan pra siklus ke siklus 2 sebesar 63,8%. Contoh ptk sosiologi sma Sedangkan
skor maksimal pada kondisi prasiklus 90, siklus I meningkat menjadi 92,5, dan
siklus II meningkat menjadi 99. Atau terjadi peningkatan skor maksimal dari pra
Siklus ke Siklus I sebesar 2,8 % dan dari pra siklus ke siklus 2 sebesar 10%. Sedangkan
standar deviasi dari pra siklus 12,49, pada siklus I menjadi 4,35, dan pada
siklus II menjadi 3,09. ptk ips terbaru
Hasil penelitian ini disarankan untuk diterapkan dalam
pembelajaran Sosiologi Materi Pokok Struktur Sosial SMA sesuai KD yang di capai
terutama dalam menggunakan model pembelajaran TPS dan dikembangkan dalam
penelitian yang terkait dengan pendekatan pembelajaran dan penelitian hasil
belajar siswa.
Laporan penelitian
tindakan kelas ini membahas IPS SMA yang diberi judul “UPAYA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI POKOK BAHASAN STRUKTUR SOSIAL DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIRS SHARE) SISWA
KELAS XI-IPS 2 DI SMA NEGERI ... KECAMATAN ... KABUPATEN ... SEMESTER 1
TAHUN AJARAN 2016/2017". Disini akan di bahas lengkap.
PTK ini bersifat
hanya REFERENSI saja kami tidak
mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang
menginginkan FILE PTK IPS SMA KELAS XI lengkap
dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi
penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke 0817-283-4988 dengan Format PESAN PTK SMA 019).
A.CONTOH PTK SOSIOLOGI SMA KELAS XI
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam bab 1 pasal (1) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (2005) Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara. Untuk mewujudkan suasana belajar dalam proses
pembelajaran guru mempunyai peran yang mana guru mendesain sendiri skenario
pembelajaran.
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah siswa
diperkenalkan dengan beberapa mata pelajaran yaitu ilmu pasti, ilmu sosial dan
bahasa. Ilmu pasti terdiri dari matematika, kimia, fisika, biologi dan ilmu
sosial terdiri dari sejarah, geografi, ekonomi, akuntansi, sosiologi, dan
sebagainya. Dan salah satu mata pelajaran bersifat ilmu sosial yang diajarkan
di SMA adalah mata pelajaran Sosiologi. Download ptk sosiologi kelas xi
Sosiologi merupakan salah satu mata pelajaran tambahan yang diajarkan pada SMA
khususnya program studi Sosiologi. Pengetahuan sosiologis merupakan seperangkat
fakta, peristiwa, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan
tindakan manusia untuk membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya, dan
lingkungannya berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk
masa kini, dan antisipasi untuk masa yang akan datang.
Mata pelajaran Sosiologi bertujuan agar peserta didik
mengenal konsep¬-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat,
lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, memiliki
kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang
majemuk ditingkat lokal, nasional maupun global (Permendiknas No. 22 Tahun
2006). Untuk mencapai tujuan pembelajaran Sosiologi dan kompetensinya,
diperlukan suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara
aktif dalam proses pembelajaran, baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun
siswa dengan guru. Pembelajaran dapat berlangsung secara aktif jika disesuaikan
dengan tingkat perkembangan siswa, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran,
siswa mengalami apa yang dipelajarinya sehingga menemukan sendiri konsep-¬konsep
yang dipelajarinya, dan siswa membangun pengetahuannya berdasarkan pengalaman
yang dimilikinya dengan berinteraksi dengan teman atau gurunya, serta
menggunakan berbagai sumber atau media. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan
guru dalam memilih dan memilah metode ataupun model pembelajaran yang relevan
dengan tujuan dan materi pelajaran yang merupakan kunci keberhasilan dalam
pencapaian hasil belajar siswa. Guru perlu menguasai dan menerapkan berbagai
model pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.
1.2 Permasalahan Penelitian
Mendasarkan pada hasil observasi di SMAN ... kelas
XI-Sosiologi2, khususnya pada mata pelajaran Sosiologi ternyata guru pada saat
pembelajaran masih menggunakan pembelajaran konvensional. Guru hanya ceramah
dan tidak memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapat ketika
pembelajaran, sehingga peserta didik dalam proses pembelajaran peserta didik
pasif dan hanya mendengarkan penjelasan dari guru, dan hal ini membuat proses
pembelajaran hanya terpusat pada guru. Hampir 60 % peserta didik, ketika
pembelajaran mereka berbicara sendiri dengan teman sebangkunya dan pembicaraan
mereka bukan membahas tentang pelajaran yang sedang diikuti. Ketika guru
memberikan pertanyaan kepada siswa, 80% dari seluruh siswa kurang semangat
dalam menjawab pertanyaan dari guru, yang ditandai ketika guru memberikan
pertanyaan hanya ada 4 siswa yang menjawab dan yang lain hanya diam saja. Contoh ptk sosiologi sma doc Dengan pembelajaran yang digunakan, para siswa
kalas V pada mata pelajaran Sosiologi masih banyak mengalami kasulitan. Itu
ditunjukkan ketika dilakukan evaluasi hasil belajar, terlihat hasil belajar
siswa masih rendah. Itu ditunnjukkan dari siswa kelas XI-IPS2 yang berjumlah 28
siswa, terdiri dari 12 laki-laki dan 16 perempuan diperoleh data, ada 54% atau
15 dari 28 siswa mendapat nilai kurang dari KKM dan hanya ada 46% atau 13 dari
28 siswa yang nilainya sudah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang di
tetapkan di SMAN ... yaitu 65. Dengan rata-rata kelas 68,1 dan skor maksimal 90
dan skor minimal 55.
1.3 Cara Pemecahan Masalah
Permasalahan diatas cara pemecahannya dalam
pembelajaran adalah melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS). Melalui
pembelajaran ini akan memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi
lebih aktif dalam pembelajaran dengan begitu akan berpengaruh pada pencapaian
hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian dari latar belakang dan permasalahan
tersebut di atas maka bermaksud mengadakan penelitian tindakan kelas (classroom
action research) tentang “Upaya meningkatkan hasil belajar Sosiologi dengan
menggunkan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS bagi siswa kelas XI-IPS2 di SMAN
... semester 1 tahun ajaran 2016/2017”
1.4 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas perumuasan masalahnya
adalah “Apakah peningkatan hasil belajar Sosiologi dapat di upayakan melalui
penggunaan model pembelajaran kooperatif Tipe TPS bagi siswa kelas XI-IPS2 di
SMAN ... Kecamatan ... Kabupaten ... Semester 1 tahun ajaran 2016/2017”
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
peningkatan hasil belajar Sosiologi dapat diupayakan melalui penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS bagi siswa kelas XI-IPS2 di SMAN ... Kecamatan
... Kabupaten ... semester 1 tahun ajaran 2016/ 2017.
1.5.2 Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis
Manfaat teoritis penelitian ini adalah Sebagai masukan
untuk mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan mengembangkan
pencapaian hasil belajar Sosiologi SMA.
Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
Sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran di SMA terutama terkait dengan model pembelajaran. Download ptk geografi sma word
b. Bagi Guru
Guru dapat menerapkan model pembelajaran tipe TPS
sebagai alternatif pembelajaran Sosiologi.
c. Bagi Siswa
Pembelajaran TPS akan mendorong siswa untuk aktif
belajar sehingga akan meningkatkan hasil belajarnya di sekolah.
B.DOWNLOAD PTK IPS KELAS XI LENGKAP
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Hasil
belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian
terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan
siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.
Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina
kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.
Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam Nana Sudjana
(2011:22) membagi tiga macam hasil belajar mengajar : Keterampilan dan
kebiasaan, Pengetahuan dan pengarahan, Sikap dan cita-cita. Sementara menurut
Lindgren dalam Agus Suprijono (2011:7) hasil belajar meliputi kecakapan,
informasi, pengertian, dan sikap. Setelah pembelajaran, diharapkan siswa tidak
hanya menguasai materi dan di ajarkan tetapi siswa juga dapat menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Secara lebih jelas, Bloom dalam Agus Suprijono (2011:6-7)
mengemukakan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik. Menurut bloom, hasil belajar bukan hanya mencakup aspek kognitif
saja. Tetapi juaga harus mencakup aspek afektif dan psikomotorik.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah
ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan
pengetahuan yang didapat untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau
kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar dapat
diperoleh dari aktivitas pengukuran. Secara sederhana pengukuran dapat
diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan
angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil
pengukuran akan selalu berupa angka. Download
ptk sosiologi sma pdf Alat
untuk melakukan pengukuran ini dapat berupa alat ukur standar seperti meter,
kilogram, liter dan sebagainya, termasuk ukuran-ukuran subyektif yang bersifat
relatif, seperti depa, jengkal, “sebentar lagi”, dan lain-lain. Menurut
Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement) adalah suatu
proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi
yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir
prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa,
mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan
indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan.
Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik utama
yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau
formula tertentu. Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran
(measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran
tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif. Jadi pengukuran memiliki arti
suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara membandingkan sesuatu dengan satuan
ukuran tertentu sehingga data yang dihasilkan adalah data kuantitatif. Teknik
yang dapat digunakan dalam assesmen pembelajaran untuk mengukur hasil belajar
siswa yaitu:
1. Tes
Secara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan
pertanyaan yang harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus
dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes
dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu dari peserta tes dan dalam
kaitan dengan pembelajaran aspek tersebut adalah indikator pencapaian
kompetensi (Endang Poerwanti, dkk. 2008). Dalam penelitian ini, tes yang
digunakan adalah tes formatif pada pertemuan kedua tiap siklusnya
2. Non Tes
Teknik non tes sangat penting dalam mengases peserta
didik pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih
menekankan pada aspek kognitif. Menurut Endang Poerwanti, (2008:3-9), salah
satu teknik non tes adalah observasi. Observasi terkait dengan kegiatan
evaluasi proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara formal yaitu observasi
dengan menggunakan instrumen yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja
dan kemajuan belajar peserta didik, maupun observasi informal yang dapat
dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen.
Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian
tujuan pembelajaran dinamakan dengan alat ukur atau instrumen. Ada instrumen
butir-butir soal apabila cara pengukurannya menggunakan tes, apabila
pengukurannya dengan cara mengamati atau mengobservasi akan menggunakan instrumen
lembar pengamatan atau observasi, pengukuran dengan cara/teknik skala sikap
akan menggunakan instrumen butir-butir pernyataan. Untuk dapat mengukur
instrumen tersebut diperlukan suatu indikator perilaku yang tercantum dalam
kisi-kisi. Kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang dikehendaki.
Untuk merumuskan indikator dengan tepat, guru harus memperhatikan materi yang
akan diujikan, indikator pembelajaran, kompetensi dasar, dan standar
kompetensi. Indikator yang baik dirumuskan secara singkat dan jelas. Contoh ptk
sosiologi sma Dalam hubungan ini kita mengenal ranah kognitif yang dikembangkan
oleh Benyamin S. Bloom dan kawan-kawan yang kemudian direvisi oleh Krathwoll
(2001). Revisi Krathwoll terhadap tingkatan dalam ranah kognitif adalah ingatan
(C 1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan kreasi
(C 6). Selain itu indikator tersebut dikelompokkan pada tingkatan rendah,
sedang dan tinggi. Semua hal tersebut terangkum dalam bentuk instrumen baik
dalam bentuk pilihan ganda maupun uraian.
Hasil dari pengukuran tersebut dipergunakan sebagai
dasar penilaian atau evaluasi. Wardani Naniek Sulistya dkk, (2010, 2.8)
mengartikannya, bahwa evaluasi itu merupakan proses untuk memberi makna atau
menetapkan kualitas hasil pengukuran, dengan cara membandingkan angka hasil
pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari
proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses
pengukuran atau ditetapkan setelah pelaksanaan pengukuran. Kriteria tersebut
dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan seperti KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal), atau batas keberhasilan, kriteria tersebut juga
dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok, atau berbagai
patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal yang telah
ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan Penilaian
Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK), sedang kriteria yang
ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada keadaan
kelompok dan bersifat relatif disebut dengan Penilaian Acuan Norma/ Penilaian
Acuan Relatif (PAN/PAR).
Di dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2007tentang Standar Penilaian Pendidikanmenyatakan bahwa
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang
ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan
untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan
nilai batas ambang kompetensi.
2.1.2 Pembelajaran Sosiologi
Latar Belakang Pembelajaran Sosiologi
Sosiologi ditinjau dari sifatnya digolongkan sebagai
ilmu pengetahuan murni (pure science)bukan ilmu pengetahuan terapan
(applied science). Sosiologi dimaksudkan untuk memberikan kompetensi kepada
peserta didik dalam memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi,
kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik
sampai pada terciptanya integrasi sosial. Sosiologi mempunyai dua pengertian
dasar yaitu sebagai ilmu dan sebagai metode. Sebagai ilmu, sosiologi merupakan
kumpulan pengetahuan tentang masyarakat dan kebudayaan yang disusun secara
sistematis berdasarkan analisis berpikir logis. Sebagai metode, sosiologi
adalah cara berpikir untuk mengungkapkan realitas sosial yang ada
dalam masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.
Dalam kedudukannya sebagai sebuah disiplin ilmu sosial
yang sudah relatif lama berkembang di lingkungan akademika, secara teoretis
sosiologi memiliki posisi strategis dalam membahas dan mempelajari
masalah-masalah sosial-politik dan budaya yang berkembang di masyarakat dan
selalu siap dengan pemikiran kritis dan alternatif menjawab tantangan yang ada.
Melihat masa depan masyarakat kita, sosiologi dituntut untuk tanggap terhadap
isu globalisasi yang di dalamnya mencakup demokratisasi, desentralisasi dan
otonomi, penegakan HAM, good governance (tata kelola pemerintahan yang baik),
emansipasi, kerukunan hidup bermasyarakat, dan masyarakat yang demokratis.
Pembelajaran sosiologi dimaksudkan untuk
mengembangkan kemampuan pemahaman fenomena kehidupan sehari-hari.
Download ptk sosiologi kelas xi Materi pelajaran mencakup konsep-konsep
dasar, pendekatan, metode, dan teknik analisis dalam pengkajian berbagai
fenomena dan permasalahan yang ditemui dalam kehidupan nyata di masyarakat.
Mata pelajaran Sosiologi diberikan pada tingkat pendidikan dasar sebagai
bagian integral dari Sosiologi, sedangkan pada tingkat pendidikan menengah
diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri.
B. Tujuan
Mata pelajaran sosiologi bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi,
kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan
konflik sampai dengan terciptanya integrasi sosial
2. Memahami berbagai peran sosial dalam kehidupan
bermasyarakat
3. Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian sosial
dalam kehidupan bermasyarakat.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Sosiologi meliputi
aspek-aspek sebagai berikut.
1. Struktur sosial
2. Proses sosial
3. Perubahan sosial
4. Tipe-tipe lembaga sosial.
D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar
Mata Pelajaran Sosiologi Semester 1
2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think
Pairs Share)
Model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning)
merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran
kontekstual. Menurut Sugiyanto (201 0;37) menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif (Cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus
pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Cooperative Learning adalah
suatu model pembelajaran yang mana dalam pembelajaran tersebut siswa belajar
dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggota
dari kelompok tersebut terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompok
bersifat heterogen (Slavin (1984); Solihatin, 2008;4) Sistem pengajaran
Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok
yang terstruktur. Roger dan David Johnson (1994) dalam Anita Lie (2005;31)
mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif
harus diterapkan, lima unsur tersebut adalah: saling ketergantungan positif,
tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi
proses kelompok.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang dilakukan
siswa secara kelompok kecil untuk bekerja sama secara kolaboratif dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
TPS (Think Pairs Share) adalah salah satu model
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk dari
Universitas Maryland pada tahun 1981. Menurut Frank Lyman dkk sesuaiyang
dikutip dari Arends (1997) dalam Trianto (2011 ;6 1) menyatakan bahwa
think-pair-share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi
suasana pola diskusi kelas. Contoh
ptk sosiologi sma docDengan
asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk
mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam
think-pair-share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk
merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian
singkat atau siswa membaca tugas atau situasi yang menjadi tanda tanya.
Think Pair Share juga dikemukakan oleh Anita Lie
(2002;57) menyatakan bahwa, Think-Pairs-Share adalah pembelajaran yang memberi
siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. Dalam
TPS siswa dituntut untuk berfikir secara individu ketika mendapatkan pertanyaan
dari guru, tetapi setelah itu mereka harus berdiskusi secara berasangan untuk
menjawab pertanyaan dari guru.
Pendapat lain mengatakan bahwa Think Pairs Share
merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara sharing pendapat antar
siswa. Metode ini dapat digunakan sebagai umpan balik materi yang diajarkan
guru. Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi pelajaran seperti biasa.
Guru kemudian menyuruh dua orang peserta didik untuk duduk berpasangan dan
saling berdiskusi membahas materi yang disampaikan oleh guru. Pasangan peserta
didik saling mengkoreksi kesalahan masing – masing dan menjelaskan hasil
diskusinya di kelas. Guru menambah materi yang belum dikuasai peserta didik
berdasarkan penyajian hasil diskusi (Endang Mulyatiningsih, 201 1;233).
Dari beberapa pendapat yang sudah disebutkan diatas
maka dapat disimpulkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah model
pembelajaran yang dilakukan dengan siswa berfikir sendiri, kemudian berfikir
dengan teman sebelah (metode diskusi berpasangan) dan diskusi bersama dalam
kelas yang diadakan oleh guru.
Dengan penggunaan model pembelajaran TPS siswa dilatih
bagaimana cara menyampaikan pendapat yang dimiliki siswa dan siswa juga dilatih
untuk belajar menghargai pendapat orang lain terutama pendapat temannya dengan
tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.
Langkah-Langkah Pelaksanaan PembelajaranTPS (Think
Pairs Share)
Pembelajaran kooperatif tipe TPS memiliki tahapan –
tahapan pelaksanaan sebagai berikut(Trianto, 201 1;61)
Langkah 1 : Berpikir (Thinking): Guru mengajukan suatu
pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa
menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.
Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian
berpikir.
Langkah 2 : Berpasangan (Pairing): selanjutnya guru
meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka
peroleh. Interaksi selama waktu yang telah disediakan dapat menyatukan jawaban
jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu
masalah khusus yang diindentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak
lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
Langkah 3 : Berbagi (Sharing): Pada langkah akhir ini
guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang
telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan
ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat
kesempatan untuk melapor.
Langkah langkah yang disampaikan trianto adalah 3
langkah inti dari TPS, yaitu Berpikir (Thinking), Berpasangan (Pairing),
Berbagi (Sharing). Download ptk sosiologi sma word Dan langkah-langkah ini dilakukan di kegiatan
inti dalam pembelajaran.
Sejalaan dengan langkah-langkah yang dikemukakan oleh
trianto, langkah – langkah TPS menurut Endang Mulyatiningsih (2011 ;234) adalah
sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang akan
dicapai. Pada tahap ini siswa menyimak apa yang disampaikan guru, supaya ketika
pembelajaran berlangsung siswa dapat tahu materi apa yang akan di pelajari dan
kompetensi apa yang nantinya harus dicapai oleh siswa.
2. Peserta didik diminta untuk berpikir tentang materi
yang disampaikan guru.
Pada tahap ini siswa diberikan pertanyaan atau
peermasalahan mengenai materi dan masing-masing siswa diminta untuk memikirkan
jawaban dari pertanyaan atau permasalahan tersebut.
3. Peserta didik diminta berpasangan dengan teman
sebelahnya (satu kelompok 2 orang) dan mengutarakan persepsi masing-masing
tentang apa yang telah disampaikan oleh guru
Setelah pada tahap sebelumnya siswa secara individu
diminta untuk mencari penyelesaian dari pertanyaan atau permasalahan yang
diberikan guru, selanjutnya siswa berkelompok. Tetapi setiap kelompok hanya
terdiri dari 2 orang. Maka disebut berpasangan. Dalam berpasangan kedua siswa
berdiskusi dan bertukar pikiran untuk menyelesaikan pertannyaan atau
permasalahan yang tadi telah diberikan oleh guru.
4. Guru memimpin pleno atau diskusi kecil, tiap kelompok
mengemukakan hasil diskusinya.
Setelah semua pasangan selesai berdiskusi, kemudian
guru meminta setiap pasangan untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka di
depan kelas. Pasangan yag lain memberikan tanggapan terhadap pasangan yang
sedang melakukan presentasi
5. Guru melengkapi materi yang masih belum dipahami siswa
dan menegaskan kembali pokok permasalahan yang harus dipahami.
Pada tahap ini guru membimbing siswa melakukan
kesimpulan tentang materi yang telah di pelajari dan guru meluruskan jika ada
pemahaman siswa yang salah terhadap materi yang telah dipelajari.
Sejalan dengan langkah-langkah pembelajaran yang
dikemukakan oleh trianto dan Endang Mulyatiningsih, Langkah – langkah
pelaksanaan TPS dalam hasil penelitian Naniek Sulistya Wardani (2010;32) adalah
sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang
ingin dicapai Di sini ketika guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang
ingin dicapai, siswa menyimak apa yang disampaikan guru. Download ptk sosiologi sma pdf Ini dilakukan supaya ketika pembelajaran
berlangsung siswa dapat tahu materi apa yang akan di pelajari dan kompetensi
apa yang nantinya harus dicapai oleh siswa.
2. Siswa diminta untuk berpikir tentang
materi/permasalahan yang disampaikan guru. Setelah guru menyampaikan materi/
permasalahan, secara individu siswa diminta untuk memikirkan materi/
permasalahan untuk beberapa saat. Yang di maksud memikirkan di sini adalah
siswa diminta mencari penyelesaian menurut individu masing-masing mengenai
permasalahan yang diberikan.
3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya
(kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing – masing. Setelah
masing-masing individu memiliki pemikiran masing-masing, pada tahap ini siswa
diminta berkelompok. Tetapi kelompok hanya terdiri dari 2 orang, makanya
disebit dengan berpasangan. Di dalam kelompok, siswa saling berdiskusi dan
bertukar pikiran mengenai materi/permasalahan.
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok
mengemukakan hasil diskusinya. Setelah setiap pasangan selesai berdiskusi,
setiap pasangan maju ke depan untuk mengemukakan hasil diskusinya. Kemudian
kelompok yang lain menyimak dan menanggapi kelompok yang sedang mengemukakan
pendapat.
5. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan
pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.
Disini guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya jiak ada yang belum
memahami materi yang telah dipelajari.
6. Guru memberi kesimpulan Guru membimbing siswa untuk
membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
7. Penutup
Guru menutup pembelajaran dan memberikan Tugas atau PR
bila perlu.
Berdasarkan uraian diatas, maka untuk menerapkan TPS
dengan menggunakan langkah-langkah yang telah dimodifikasi sebagai berikut:
1. Siswa menyimak materi pembelajaran
2. Siswa secara individu berfikir (Think) untuk menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru
3. Siswa berpasangan (Pairs) untuk menjawab pertanyaan
4. Siswa berbagi (Sharing) jawaban
5. Siswa (pasangan) lain memberikan tanggapan
6. Siswa
melakukan penegasan terhadap materi yang telah dipelajari dengan bimbingan dari
guru
2.3 Kerangka Berpikir
Rutinitas pembelajaran yang berlangsung di kelas,
adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru mendominasi seluruh waktu
pembelajaran dengan menyampaikan materi Sosiologi melalui ceramah.
Kadang-kadang saja di tengah-tengah ceramah, guru menyelipkan
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab siswa. Respon siswa terhadap
pembelajaran yang dilakukan guru, adalah mengantuk, tidak segera dapat peduli
dengan situasi yang ada baik yang diadakan oleh guru atau siswa yang lain,
sehingga siswa cenderung untuk pasif saja. Kondisi ini jika siswa diberi
pertanyaan atau tes, hasilnya tidak dapat mengerjakan secara optimal, sehingga
skor yang diperoleh dibawah KKM .
Perubahan paradigma pembelajaran menuntut siswa aktif,
agar kompetensi yang diharapkan dalam kurikulum KTSP dapat tercapai. Contoh ptk
sosiologi sma Suatu pembelajaran akan efektif bila siswa aktif berpartisipasi
atau melibatkan diri secara langsung dalam proses pembelajaran. Siswa
diharapkan dapat menemukan sendiri atau memahami sendiri konsep yang telah diajarkan
yaitu dengan mengalami langsung.
Pembelajaran dengan metode konvensional yang
dilaksanakan oleh guru masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi
siswa. Guru masih dominan dalam pembelajaran sehingga membuat siswa menjadi
pasif. Contoh ptk sosiologi sma doc Siswa tidak mengalami pengalaman belajar sendiri untuk
mendapatkan pengalaman baru dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah,
akibatnya hasil belajar siswa rendah. Untuk mengatasi paradigma di atas, guru
mencoba menerapkan suatu teknik pembelajaran kooperatif Tipe TPS.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif Tipe TPS
diharapkan dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan sikap positif dalam
pembelaj aran. TPS juga mendorong peserta didik untuk meningkatkan kerja sama
antar peserta didik dan dapat mendorong siswa untuk dapat mengungkapkan dan
menyampaikan pendapat yang dimilikinya mengenai pelajaran yang dipelajari dan
diharapkan juga dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif Tipe TPS Ini
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik khususnya pada mata pelajaran
Sosiologi.
Langkah-langkah TPS dalam penelitian ini yang terdiri
dari Siswa menyimak materi, secara individu siswa berfikir (Think) untuk
menjawab pertanyaan dari guru, siswa berpasangan (Pairs) untuk menjawab
pertanyaan , siswa berbagi (Share), siswa lain memberi tanggapan, siswa
melakukan penegasan terhadap materi yang telah dipelajari dengan bimbingan dari
guru. Dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS, materi yang
akan dipelajari oleh siswa lebih mudah untuk diterima karena siswa belajar
dengan melakukan diskusi berpasangan dengan temannya. Siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS, hasil
belajar yang didapat akan lebih meningkat daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan
ceramah dan tanya jawab yang cenderung monoton dan hal ini menjadikan
pembelajaran menjadi terpusat pada guru, siswa hanya mendengarkan penjelasan
dari guru, dan siswa pasif dan tidak ada kesempatan untuk mengungkapkan
pendapatnya. Evaluasi hasil belajar pun hanya menggunakan hasil tes formatif
saja, tanpa menggunakan penilaian proses pembelajaran.
Dalam
model pembelajaran TPS ini penilaian dibagi menjadi dua yaitu penilaian proses
belajar dan penilaian hasil belajar. Penilaian proses diperoleh dari penilaian
pengamatan yang dilakukan guru ketika pembelajaran yang terdiri dari penilaian
dalam berfikir (Think), berpasangan (Pairs) dan berbagi (Share). Sedangkan
dalam penilaian hasil belajar diperoleh dari tes formatif yang dilakukan guru
setelah pembelajaran selesai. Penilaian proses belajar dan penilaian hasil
belajar ini kemudian diolah menjadi nilai ahir siswa yang meningkat (>KKM).
Skor capaian pengukuran ini akan menunjukkan kenaikan skor yang signifikan.
Untuk itu, perlu dilakukan dengan pemantapan tindakan yaitu mengulang kembali
dengan model pembelajaraan tipe TPS dengan kompetensi dasar yang lain sehingga
tujuan pembelajaran yang lebih meningkat. Download ptk sosiologi kelas xi
Penjelasan lebih rinci disajikan dalam gambar 2.1
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir
tersebut di atas diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut : peningkatan
hasil belajar Sosiologi Materi Pokok Struktur Sosial diduga dapat diupayakan
melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif Tipe TPS (Think Pairs Share )
bagi siswa kelas XI-IPS2 di SMA Negeri ... Kecamatan ... Kabupaten ... semester
1 tahun ajaran 2016/2017.
C.PTK
IPS SOSIOLOGI KELAS XI TERBARU
BAB III
METODE PENELITIAN
METODE PENELITIAN
3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas
untuk mata pelajaran Sosiologi yang dilaksanakan pada siswa kelas XI-IPS2 SMA N
... Kecamatan ... Kabupaten ... pada semester I Tahun Ajaran 2016-2017.
Berdasarkan lokasinya SMA N ... berada di wilayah perkampungan
penduduk yang termasuk wilayah Dinas Pendidikan Kabupaten .... Subyek
penelitian ini adalah siswa kelas XI-IPS2 sebanyak 28 siswa terdiri dari
laki-laki 12 siswa dan perempuan 16 siswa. Kondisi sosial ekonomi orang
tua/wali siswa sangat beragam, ada yang sangat mampu, ada yang cukup tetapi
tidak sedikit yang ekonomi orang tua/wali siswa sangat lemah. Pekerjaan orang
tua/wali siswa sebagian besar adalah pedagang, dan Petani. Contoh ptk sosiologi sma doc
Penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan
pertimbangan dalam mencari data sudah pernah melakukan observasi di SMA
tersebut, peluang waktu yang luas dan subyek penelitian yang sangat sesuai
dengan pendidikan yang sedang ditempuh oleh peneliti. Alasan lain karena SMA N
... merupakan salah satu SMA yang perlu perbaikan pembelajaran melalui
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yang menjadi
objek penelitian,yaitu:
1. Hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh
dari 40% skor non tes yang terdiri dari pengamatan kepada siswa ketika
berfikir, diskusi berpasangan dan ketika berbagi jawaban dan 60% skor tes
formatif.
Hasil belajar diperoleh dengan menggunakan rumus:
2. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah suatu
model pembelajaran kooperatif yang dilakukan untuk melatih siswa bagaimana
mengutarakan pendapat dan siswa belajar menghargai pendapat orang lain dengan
langkah – langkah pembelajaran meliputi :
1. Siswa menyimak materi pembelajaran
2. Siswa secara individu berfikir (Think) untuk menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru
3. Siswa berpasangan (Pairs) untuk menjawab pertanyaan
4. Siswa berbagi (Sharing) jawaban
5. Siswa (pasangan) lain memberikan tanggapan
6. Siswa melakukan penegasan terhadap materi yang telah
dipelajari dengan bimbingan dari guru
3.3 Rencana Penelitian
Model penelitian ini mengacu pada teori Kemmis dan
Taggart dalam Endang Mulyatiningsih (2011 ;70) bahwa prosedur penelitian
tindakan kelas dibagi dalam empat tahap kegiatan pada satu putaran (siklus)
yaitu : perencanaan¬tindakan dan observasi-refleksi. Kegiatan tindakan dan
observasi digabung dalam satu waktu, yaitu pada saat dilaksanakan tindakan
sekaligus dilaksanakan observasi. Rencana tindakan yang akan dilakukan oleh
peneliti yaitu PTK menggunakan model spiral dari Kemmis dan Targgart dengan
menggunakan 2 siklus. Di dalam setiap siklus terdapat 3 tahap, yaitu:
perencanaan (pembuatan RPP, lembar observasi, lembar evaluasi), implementasi
RPP dan observasi, refleksi. Penjelasan lebih rinci akan disajikan di gambar
3.1 berikut ini.
Gambar 3.1 Model Spiral dari Kemmis dan Targgat
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Model Spiral dari
C. Kemmis dan Mc. Taggart, R.
3.3.1 Pelaksanaan Siklus I
Kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan siklus I
antara lain adalah :
1. Perencanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah
penyusunan perangkat pembelajaran, meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) tentang Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan
kemerdekaan, perangkat evaluasi yang meliputi rubrik penilaian dan butir¬butir
soal (terlampir), serta lembar observasi pelaksanaan RPP (terlampir). Download ptk sosiologi sma word Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam
siklus ini dibuat untuk dua kali pertemuan.
2. Implementasi Tindakan dan Observasi I
Kegiatan yang dilakukan tahap ini adalah menerapkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun dalam pembelajaran di
kelas. Kegiatan observasi dilakukan sebagai sarana pengumpulan data yang
berkaitan dengan pelaksanaan tindakan penelitian. Kegiatan inti dilakukan oleh
guru kelas sebagai asisten peneliti yang mengimplementasikan model pembelajaran
tipe TPS dan kegiatan observasi dilakukan oleh rekan sejawat asisten peneliti
(observer) untuk mengetahui pelaksanaan model pembelajaran tipe TPS sudah
terlaksana dengan baik atau belum yang waktunya bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan. Selain itu observer juga mengamati aktifitas siswa pada saat
pembelajaran berlangsung.
3. Refleksi I
Kegiatan refleksi dilakukan setelah pelaksanaan
tindakan dan observasi pada Siklus I. Refleksi ini dilakukan untuk mengevaluasi
kelemahan dan kelebihan dari tindakan pembelajaran yang telah dilakukan, hasil
tindakan serta hambatan-hambatan yang dihadapinya. Hasil refleksi ini berguna
untuk menentukan tingkat keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan dan
sebagai dasar pertimbangan untuk menyusun rencana kegiatan pada Siklus II.
Siklus II akan dilaksanakan jika Siklus I belum tuntas.
3.3.2 Pelaksanaan Siklus II
Dalam pelaksanaan siklus II sama seperti pada siklus
I, yakni terdapat tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan dan observasi,
dan yang terakhir adalah refleksi. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan Tindakan II
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sama
dengan Siklus I yaitu penyusunan perangkat pembelajaran meliputi RPP, Lembar
Penilaian, media dan alat peraga serta lembar observasi.
Namun dalam Siklus II ini perencanaan dilakukan dengan
mempertimbangkan hasil refleksi pada Siklus I. Tindakan pada Siklus II ini
disertai dengan penambahan/penyesuaian kegiatan yang diperkirakan dapat
mengatasi masalah pada Siklus I atau dapat meningkatkan ketrampilan yang
diinginkan.
2. Implementasi Tindakan dan Observasi II
Kegiatan yang dilakukan tahap ini adalah menerapkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun dalam pembelajaran di
kelas. Download ptk sosiologi sma pdf Kegiatan observasi dilakukan sebagai
sarana pengumpulan data yang berkaitan dengan pelaksanaan tindakan penelitian.
Kegiatan inti dilakukan oleh guru kelas sebagai asisten peneliti yang
mengimplementasikan model pembelajaran tipe TPS dan kegiatan observasi
dilakukan oleh rekan sejawat asisten peneliti (observer) untuk mengetahui
pelaksanaan model pembelajaran tipe TPS sudah terlaksana dengan baik atau belum
yang waktunya bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Selain itu observer juga
mengamati aktifitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
3. Refleksi
Refleksi dalam Siklus II ini dilakukan sama seperti
refleksi pada Siklus I. Refleksi ini dilakukan untuk mengevaluasi kelemahan dan
kelebihan dari tindakan pembelajaran yang telah dilakukan, hasil tindakan serta
hambatan-hambatan yang dihadapinya. Hasil refleksi ini berguna untuk menentukan
tingkat keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan.
3.4. Jenis Data, Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
Penelitian
3.4.1 Jenis Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa
data kualitatif yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil pengamatan siswa
dan guru; dan data kuantitatif adalah data yang diperoleh langsung dari skor
yang diperoleh dari tes formatif dan rubrik penilaian unjuk kerja.
3.4.2 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian
tindakan ini adalah teknik tes dan non tes yang terdiri dari:
a. Tes
Tes dalam penelitian ini adalah tes formatif
Tes formatif berbentuk pilihan ganda dan uraian,
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa setelah diberi pembelajaran TPS.
b. Non Tes
Non tes dalam penelitian ini berupa observasi
pengamatan kepada siswa ketika berfikir, diskusi berpasangan serta berbagi
jawaban. Pelaksanaan observasi dilakukan dengan cara menggunakan instrumen yang
sudah dirancang sebelumnya sesuai dengan jenis perilaku yang akan diamati dan
situasi yang akan diobservasi.
3.4.3 Instrumen penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah
butir-butir soal (Terlampir), ruprik penilaian (Terlampir), lembar aktifitas
siswa (Terlampir) dan lembar observasi implementasi RPP (Telampir). Untuk
membuat instrumen penelitian, sebelumnya di buat terlebih dahulu kisi-kisi
instrument.
3.5 Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah
terjadinya kenaikan hasil belajar yang ditunjukkan adanya kenaikan skor hasil
belajar siswa. Target KKM Sosiologi ~90 dan apabila sebanyak 90% siswa telah
mencapai nilai minimal 90 maka dikatakan tuntas secara klasikal.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah
Deskriptif Komparatif yaitu membandingkan hasil dari Prasiklus, siklus 1 dan
siklus 2 dengan menggunakan distribusi frekuensi, standar deviasi, rata-rata,
skor minimal, skor maksimal, dan persentase. Contoh ptk sosiologi sma
Untuk melakukan Analisis data telebih dahulu dilakukan Uji prasarat
Instrument Penelitian.
Uji Prasyarat Instrumen Penelitian
Uji prasarat instrument penelitian terdiri dari
validitas, Reliabelitas di perkuat oleh Tingakt kesukaran soal.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen. Sebuah instrumen dinyatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari
variabel yang diteliti secara tepat (Suharsimi, 2006).
Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran
adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan Pearson (Suharsimi,
2009: 69). Rumus korelasi product moment dengan angka kasar.
rxy = koefisien korelasi pearson
x = variabel bebas
y = variabel terikat
n = jumlah data
Uji validitas dilakukan dengan SPSS 19,0. Tentang
kriteria tinggi rendahnya validitas setiap butir instrumen, ada berbagai
pendapat. Kriteria intrumen menurut Saifuddin Azwar dalam Naniek Sulistya Wardani
(2010) menyatakan bahwa suatu item instrumen dianggap valid jika memiliki
koefissien corrected item to total correlation ~ 0,20. Kategori inilah yang
digunakan untuk menentukan apakah item valid atau tidak. Menghitung validitas
bertujuan untuk menilai ketepatan instrument tersebut dalam mengukur kemampuan
siswa.
Reliabilitas adalah ukuran konsistensi internal dari
indikator-indikator sebuah variabel bentukkan yang menunjukkan derajad sampai
dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah variabel bentukan
yang umum.
Untuk menentukan koefisien reliabilitas soal pilihan
ganda menggunakan rumus KR.20. Rumus reliabilitas dengan KR.20 (Sugiyono:3 59)
adalah:
Keterangan:
k = jumlah item dalam instrument
= proporsi banyaknya subjek yang menjawab pada item 1
= 1
= varians total
Untuk melakukan uji reliabilitas tes soal uraian
menggunakan rumus Alfa Croanbach. Rumus reliabilitas Alfa Croanbach (Sugiyono,
2006:2 82) adalah:
Keterangan:
k = mean kuadrat antara subjek
= mean kuadrat kesalahan
= varians total
Uji reliabilitas tes dalam penelitian ini dilakukan
dengan bantuan SPSS 19,0 dan kriteria untuk menentukan tingkat reliabilitas
instrumen digunakan pedoman yang dikemukakan oleh George dan Mallery dalam
Naniek Sulistya Wardani (2010:35) sebagai berikut: kesukaran makin mudah soal
tersebut begitu pula sebaliknya makin kecil tingkat kesukaran makin sukar soal
tersebut (Rahmah Zulaiha, 2008; 14). Download ptk sosiologi kelas xi
Tingkat kesukaran soal pilihan ganda diperoleh melalui
perhitungan dengan menggunakan rumus berikut (Rahmah Zulaiha, 2008:15) :
TK =
Keterangan:
TK = Tingkat kesukaran soal pilihan ganda
JB = Banyak siswa yang menjawab benar
n = Banyak siswa
Tingkat kesukaran soal uraian menurut klasifikasi
puspendik dalam Rahmah Zulaiha (2008:34) diperoleh melalui perhitungan dengan
menggunakan rumus:
TK =
Keterangan
TK = Tingkat kesukaran soal uraian
Mean = Rata-rata skor siswa
Skor Maksimum = Skor maksimum yang ada pada tabel penskoran
Tingkat kesukaran dibagi menjadi 3 kategori yaitu soal
sukar, soal sedang, dan soal mudah. Berikut ini adalah kriteria tingkat
kesukaran soal (Rahmah Zulaiha, 2008:14).
TK < 0, 3 = Sukar
0,3 ~ TK ~ 0,7 = Sedang
TK > 0,7 = Mudah
Uji tingkat kesukaran dilakukan setelah instrumen
dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas diambil 20 butir soal pilihan
ganda dan 5 butir soal uraian pada siklus I serta pada siklus II diambil 20
butir soal pilihan ganda dan 5 butir soal uraian. Contoh ptk sejarah sma doc Untuk
hasil akhir pada uji tingkat kesukaran instrumen tes siklus I didapat hasil
pada butir soal pilihan ganda dengan tingkat kesukaran sedang sebanyak 19 butir
dan pada tingkat kesukaran sukar sebanyak 1 butir. Pada butir soal uraian
dengan tingkat kesukaran sedang sebanyak 3 butir dan pada tingkat kesukaran
sukar sebanyak 2 butir. Pada siklus II didapat hasil pada butir soal pilihan
ganda dengan tingkat kesukaran sedang sebanyak 18 butir dan pada tingkat
kesukaran sukar sebanyak 2 butir. Pada butir soal uraian dengan tingkat
kesukaran sedang sebanyak 3 butir dan pada tingkat kesukaran sukar sebanyak 2
butir.
D.CONTOH PENELITIAN
TINDAKAN KELAS IPS SOSIOLOGI KELAS XI
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. P rosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta.
Hanafiah. 2010. Model Pembelajaran Think Pairs Share D
alam M ata Pelajaran Sejarah Pada Siswa Kelas X SM A Negeri 1 Langsa. Kultura
Volume 11. 1-14
Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning M empraktikkan
Cooperative Learning Di Ruang – Ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo
Mulyatiningsih, Endang. 2011. Riset Terapan Bidang
Pendidikan dan Teknik. Yogyakarta: UNY Press
Peraturan M enteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006 Tentang Standar Isi. 2006. Jakarta
Poerwanti, Endang, dkk. 2008. A sesm en P em belaja
ran SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional
Priyatno, Duwi. 2010. Teknik M udah dan Cepat M
elakukan Analisis Data Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media
Maka Rachmadyanti, Putri. 2011. Peningkatan H asil
Belajar IPS M elalui Model Pembelajaran Koopertif tipe Think Pair Share Siswa
Kelas IV SD N Kendalrejo 01 Kecamatan Talun Kabupaten Blitar. Skripsi. Malang:
Universitas Negeri Malang
Rinawati, Yanik. 2011. Peningkatan Keterampilan M
enulis P uisi M elalui Model Pembelajaran Think Pair And Share (TPS) pada Siswa
Kelas V SD N D ampit 2 Kecamatan Dam pit Kabupaten M alang. Skripsi. Malang:
Universitas Negeri Malang
Sofian, Alfian Halid. 2011. Efektivitas Penerapan
Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) terhadap H asil Belajar Akuntansi
Siswa Kelas XI IPS SM A N eg er i 9 M a lang. Skripsi. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Solihatin, Etin, Raharjo. 2008. Cooperative Learning
Analisis Model Pembelajaran IP S. Jakarta: Bumi Aksara
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian H asil P roses Belajar
M engajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sugiyanto. 2010. Model – Model Pembelajaran Inovatif.
Surakarta: Yuma Pustaka
Sugiyono. 2006. Statistika U ntuk P enelitian.
Bandung: CV Alfabeta
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning, Teori dan
Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Trianto. 2011. M odel-M odel P em belajaran I novatif
B erorientasi K onstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
Umiatin, Luluk. 2010. Penerapan Think Pair Share (TPS)
U ntuk M eningkatkan Aktivitas dan H asil Belajar IPS Siswa Kelas V SD N
Segaran 03 Kecamatan G edangan K abupaten M alang. Skripsi. Malang: Universitas
Negeri Malang
Wardani, Naniek Sulistya, dkk. 2009. A se sm en P em b
e laja r a n SD. Jakarta: Depdiknas.
Wardani, Naniek Sulistya. 2010. Pengembangan Model
Pembelajaran Aktif (H asil Penelitian). Salatiga: Widya Sari Press
Wulan, Ana Ratna. 2010. Pengertian dan esensi konsep
Evaluasi, Asesmen, Tes, dan Pengukuran
file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/ANA_RATNA WULAN/pengertian_asesmen.pdf+Pengertian+Asesmen (1
Maret 2012)
Terima kasih
telah berkunjung di Musiyanto Blog yang membahas CONTOH
PTK SOSIOLOGI SMA- ini dapat membantu Anda dalam penyusunan laporan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Jika berkenan, mohon bantuannya untuk
memberi vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan
cara mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya
dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.