Senin, 22 Oktober 2018

CONTOH LENGKAP PTK PKN SMA KELAS XII TERBARU DOC

CONTOH LENGKAP PTK PKN SMA KELAS XII TERBARU DOC-Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan oleh penulis di kelas XII SMA Negeri Ambulu, baik wawancara dengan guru maupun siswa, diketahui bahwa partisipasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) masih rendah. Hal ini terlihat dari permasalahan yang ada diantaranya yaitu: Dari komponen guru, pertama selama pembelajaran berlangsung peran guru terlihat cukup mendominasi, guru hanya memberikan banyak materi tanpa mengoptimalkan kemampuan siswa untuk berpartisipasi aktif.

Selain itu pembelajaran PKn yang dilakukan oleh guru di kelas lebih dominan menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif, dan partisipasi belajar siswa pun terhadap pembelajaran PKn menjadi rendah. Kedua skenario pembelajaran yang akan disampaikan di kelas terkadang tidak sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran. Penyusunan rencana atau skenario pembelajaran sering tidak sesuai dengan kondisi kelas dan suasana belajar, sehingga pembelajaran seringkali menyimpang dari tujuan semula dan kegiatan pembelajaran di dalam kelas menjadi selalu didominasi oleh guru.

Dari komponen siswa, banyak sebagian siswa yang kurang merespon mata pelajaran PKn, hal ini terlihat dalam mengikuti proses belajar sebagian banyak siswa bersikap pasif dan acuh terhadap pelajaran yang diberikan, adapun keaktifan hanya dimiliki oleh siswa tertentu saja. Jika melihat kondisi tersebut, terkadang guru sebagai pengajar hanya menyuruh siswa mengerjakan tugas. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran PKn sebesar 75% siswa kurang aktif dalam belajar PKn. Sementara menurut keterangan dari siswa masalah yang dikeluhkan siswa adalah terlalu monotonnya pelaksanaan proses pembelajaran di kelas terutama dalam penggunaan metode. Metode yang digunakan guru yaitu berupa ceramah, yang terkesan membosankan dan kurang menarik sehingga menyebabkan kurangnya minat siswa untuk mengikuti pelajaran, selain itu pembelajaran PKn membuat mereka bosan dan tidak menarik karena materinya yang terlalu banyak teori.PTK pkn sma kelas xii doc

Dalam pembelajaran PKn yang isi muatan materinya berupa teori dan hapalan, mengakibatkan para siswa dituntut untuk menghapal materi-materi secara konseptual saja. Akan tetapi hal ini justru membuat siswa menjadi merasa jenuh, malas dan pembelajaran di kelas akan terasa tidak hidup. Dalam masalah seperti ini guru PKn perlu mencari pemecahan agar siswa merasa terlibat dan berkesan dalam pembelajaran PKn.
Dengan adanya permasalahan tersebut, maka penulis dan guru sebagai pelaksana pendidikan berkewajiban untuk berperan serta dalam upaya perbaikan pembelajaran. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis dan dengan melihat permasalahan yang muncul ketika itu, maka penulis mencoba untuk menerapkan suatu model pembelajaran yaitu model pembelajaran snowball throwing. PTK pkn sma kelas xii doc

Dalam penerapan model pembelajaran snowball throwing menuntut siswa untuk dapat aktif dalam proses pembelajaran, siswa tidak harus duduk diam dan mendengarkan penjelasan dari guru selama pembelajaran, namun aktif di dalam kelas sehingga siswa tidak merasa jenuh dengan pembelajaran yang monoton, karena dengan menerapkan model snowball throwing siswa tidak hanya bermain tetapi harus tetap serius dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan seseorang dalam pembelajaran inilah yang dinamakan partisipasi (Hamalik, 2003).
Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas mapel PKN SMA yang diberi judul “Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Dalam Meningkatkan Partisipasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas Xii Sma Negeri ..... Tahun Pelajaran 20../20..)". Disini akan di bahas lengkap.

PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE PTK PKN SMA KELAS XII lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS/WA/TM ke 0817-283-4988 dengan Format PESAN PTK 066 SMA ).

A.DOWNLOAD PTK PKN SMA KURTILAS

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Berpartisipasi berarti siswa memilih keterlibatan langsung baik fisik maupun secara psikis. Terkait dengan konsep aktivitas, bahwa setiap kegiatan belajar harus melibatkan diri setiap individu terjun mengalami. Kehadiran siswa secara fisik didalam kelas belum tentu akan membawa hasil belajar yang optimal jika tidak di sertai dengan keterlibatan fikiran, mental emosional secara maksimal.
Suryadi (1983 :ix) mengemukakan bahwa “dewasa ini diharapkan tumbuh kesadaran yang makin kuat dikalangan pendidikan bahwa proses belajar mengajar itu akan lebih efektif apabila siswa aktif berpartisipasi dalam proses tersebut”. Hal ini sejalan dengan Sudjana (1993:v) yang menyarankan bahwa kegiatan belajar partisipasi perlu dikembangkan karena kegiatan belajar ini cocok digunakan dalam mengembangkan potensi-potensi belajar para warga atau peserta didik untuk berperan aktif didalam belajar bersama.

Partisipasi sangatlah penting dimiliki oleh setiap siswa. Kemampuan berpartisipasi itu adalah salah satu ciri dari warga negara yang baik (civic participation). Selain itu kembali pada hakikat dan tujuan PKn itu sendiri bahwa, mata pelajaran PKn adalah program pendidikan yang memiliki tujuan salah satunya untuk membentuk peserta didik agar memiliki kemampuan berpartisipasi secara aktif, bermutu dan bertanggung jawab, bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.PTK pkn sma kelas xii doc
Tujuan pendidikan kewaranegaraan adalah partisipasi yang penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia. Partisipasi warga negara yang efektif dan penuh tanggung jawab memerlukan penguasaan seperangkat ilmu dan keterampilan intelektual serta keterampilan untuk berperan serta.

Untuk dapat mewujudkan keterampilan sosial dan mengobati permasalahan yang terjadi khususnya dalam partisipasi siswa, guru hendaknya tidak hanya menuntut siswa untuk menghapal materi-materi secara konseptual saja, tetapi lebih jauh siswa mampu mengaplikasikan secara cerdas dan bertanggung jawab. Guru juga harus mampu melaksanakan pembelajaran dengan multimedia, model dan teknik pembelajaran yang kompleks, sehingga pembelajaran tidak monoton dan dapat menciptakan pembelajaran aktif dan menyenangkan bagi siswa. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan pembelajaran PKn dalam membentuk warga negara yang baik, guru dapat menerapkan beberapa model pembelajaran. Dari sekian banyak model pembelajaran, salah satu diantaranya adalah dengan model pembelajaran snowball throwing.PTK pkn sma kelas xii doc

Pembelajaran partisipatif salah satunya bisa menggunakan model pembelajaran snowball throwing. Model pembelajaran snowball throwing merupakan salah satu model yang dapat membangkitkan motivasi siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Disamping itu dapat membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan dengan tuntunan pertanyaan kepada teman lain maupun guru, juga melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik. Selain itu merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut. Kemudian dapat mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada teman maupun guru serta melatih kesiapan siswa. Dan dengan menggunakan metode ini memungkinkan siswa saling memberikan pengetahuan.

Peneliti lain yang sejenis menggunakan model pembelajaran snowball throwing adalah Ferayanti Puspaningrum S (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan model pembelajaran snowball throwing sebagai alat evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam materi menghargai persamaan kedudukan warga negara”, menunjukkan bahwa model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan pemahaman siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan keaktifan siswa dalam mengemukakan pendapat serta menciptakan suasana belajar yang relaks dan menyenangkan.
Penelitian tersebut membuktikan bahwa model pembelajaran snowball throwing sangat penting untuk dikembangkan, karena dapat membantu memecahkan masalahnya di kelas seperti membantu dalam meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar di kelas dan terlebih dalam meningkatkan partisipasi siswa di kelas. Partisipasi siswa di kelas terutama pada saat pembelajaran sangat dibutuhkan, dengan partisipasi ini maka proses pelakonan terjadi dan pengenalan pengetahuan secara aplikatif, Berpartisipasi berarti siswa ikut ambil bagian dan berperan serta dalam kegiatan belajar mengajar.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan guru untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran guna meningkatkan partisipasi di kalangan siswa ialah dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai agar mendukung terlaksananya kegiatan belajar yang dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa.

Model pembelajaran snowball throwing merupakan salah satu modifikasi dari teknik bertanya yang menitik beratkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melemparkan bola salju (snowball throwing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman. Metode yang dikemas dalam sebuah permainan ini membutuhkan kemampuan yang sangat sederhana yang bisa dilakukan oleh hampir setiap siswa dalam mengemukakan pertanyaan sesuai dengan materi yang dipelajarinya. Metode ini biasa dilakukan oleh beberapa kelompok yang terdiri dari lima sampai sepuluh orang yang memiliki kemampuan merumuskan pertanyaan yang ditulis dalam sebuah kertas menyerupai bola. Kemudian, kertas tersebut dilemparkan kepada kelompok lain untuk ditanggapi dengan menjawab pertanyaan yang dilemparkan tersebut. Metode ini juga dapat menciptakan suasana sangat rileks, menyenangkan dan tidak menakutkan untuk mengajukan pertanyaan. Secara tidak sengaja siswa mampu mengemukakan pertanyaan secara kritis dan sistematis dan tidak keluar dari materi esensial yang diajarkan.

Dengan demikian model pembelajaran ini secara tidak langsung dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Hal ini disebabkan karena siswa terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan konteks yang ada di sekitar siswa sehinggga siswa akan mudah memahami materi yang telah diajarkan dan memberikan peluang terjadinya proses aktif dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya dengan memanfaatkan sumber belajar secara beragam.contoh ptk pkn sma kurikulum 2013
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing dalam Meningkatkan Partisipasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. (Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas XII SMA .......”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah utama yang akan diteliti adalah “Bagaimana penerapan model pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada pembelajaran PKn?” Agar lebih spesifik lagi, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan penerapan model snowball throwing dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn di SMA..............?
2. Kendala apa saja yang model pembelajaran snowball throwing? dihadapi guru dalam menerapkan model “snowball throwing” dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan?
3. Bagaimana upaya penanggulangan kendala-kendala dalam penerapan model “snowball throwing” di kelas XII SMA Negeri ........?
4. Bagaimana kemampuan partisipasi belajar siswa pada pembelajaran PKn di SMA Negeri ....... setelah pelaksanaan
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran nyata mengenai sejauh mana penerapan model pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Tujuan Khusus
Sedangkan secara Khusus, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui :
1. Pelaksanaan penerapan model snowball throwing dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn di SMA Negeri .............
2. Kendala apa saja yang yang dihadapi guru dalam menerapkan model pembelajaran snowball throwing dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
3. Upaya penanggulangan kendala-kendala dalam penerapan model “snowball throwing” di kelas XII SMA Negeri Ambulu.
4. Kemampuan partisipasi belajar siswa pada pembelajaran PKn di kelas XII SMA Negeri..... setelah pelaksanaan model pembelajaran snowball throwing.
D. Manfaat Penelitian
Secara umum penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Secara Teoritis
Sebagai suatu karya ilmiah maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan dunia pendidikan terutama bagi peningkatan kualitas pembelajaran PKn, serta diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis berupa konsep-konsep baru tentang peningkatan dan pengembangan partisipasi belajar siswa.
Hasil penelitian ini dapat memberikan suatu gambaran tentang pengaruh penerapan model pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan partisipasi siswa pada pembelajaran PKn. Selain itu dapat bermanfaat bagi tercapainya metode pembelajaran dimana siswa dibelajarkan dalam keadaan nyata dan simulatif, serta dapat membangkitkan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran..contoh ptk pkn sma kurikulum 2013
2. Secara Praktis
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang berhubungan dengan dunia Pendidikan seperti:
a. Bagi Guru
1) Mendorong para guru untuk melihat model snowball throwing sebagai suatu alternatif menarik dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa di sekolah.
2) Guru dapat berkembang secara professional karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang diterapkan juga sebagai bahan acuan agar guru lebih kreatif lagi dalam menciptakan model-model baru.
b. Bagi Siswa
1) Meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar di kelas dan membantu siswa dalam mengatasi permasalahan dalam belajar baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Serta membelajarkan siswa agar bertanggung jawab terhadap dirinya maupun terhadap temannya.
2) Sebagai bahan bagi siswa untuk lebih aktif dan berpartisipasi terhadap pembelajaran PKn, selain itu dengan model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran dapat memotivasi belajar siswa untuk antusias terhadap pelajaran PKn.
c. Bagi sekolah
1) Sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya melalui penerapan model pembelajaran.
2) Sebagai masukan untuk bahan pertimbangan bagi peningkatan kualitas pembelajran PKn dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di SMA Negeri .........
d. Bagi jurusan PKn
1) Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi jurusan PKn untuk lebih meningkatkan kualitas pembelaj ran terhadap para mahasiswa yang dibimbing dan lebih kreatif dalam menciptakan model-model pembelajaran yang baru.
2) Membantu mahasiswa PKn apabila akan melakukan penelitian yang topiknya sama.
3) Menambah referensi kepustakaan jurusan PKn khususnya yang berhubungan dengan penelitian mengenai penerapan model snowball throwing untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional diperlukan untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman atau agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda dalam mengartikan istilah-istilah judul penulisan ini. Adapun istilah yang perlu di tegaskan adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran
Pembelajran adalah proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik baik guru dengan siswa, siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (tim pengembang MKDU kurikulum dan pembelajaran, 2002:48).
2. Model Pembelajaran Snowball Throwing
Model pembelajaran snowball throwing merupakan salah satu modifikasi dari teknik bertanya yang menitik beratkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melemparkan bola salju (snowball throwing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman. Metode yang dikemas dalam sebuah permainan ini membutuhkan kemampuan yang sangat sederhana yang bisa dilakukan oleh hampir setiap siswa dalam mengemukakan pertanyaan sesuai dengan materi yang dipelajarinya.

3. Partisipasi Belajar
Partisipasi menurut Hamalik (2003:96) merupakan keterlibatan seseorang dalam kegiatan penbelajaran. Pendekatan pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara langsung aktif melakukan perbuatan yang hasilnya akan lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan yang hanya sekedar menuangkan pengetahuan-pengetahuan informasi.

4. Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan ialah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio, kultural, bahasa, usia, suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945 (Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi).
F. Asumsi
Asumsi atau anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang akan dipakai untuk berpijak bagi peneliti dalam melaksanakan penelitiannya (Suharsimi, 2002:22).
Dalam penelitian ini penulis menyusun asumsi tindakan bahwa penerapan model pembelajaran snowball throwing dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan mampu meningkatkan partisipasi belajar siswa. Adapun yang menjadi dasar penyusunan asumsi tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Belajar pada hakikatnya merupakan pengembangan struktur informasi pengetahuan pada diri siswa (Astriyani, 2009:10). Belajar akan berlangsung sangat efektif apabila berada dalam keadaan yang nyaman, rileks dan menyenangkan (Herwono, 2005:7).

2. Model pembelajaran snowball throwing merupakan salah satu modifikasi dari teknik bertanya yang menitik beratkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melemparkan bola salju (snowball throwing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman. Metode yang dikemas dalam sebuah permainan ini membutuhkan kemampuan yang sangat sederhana yang bisa dilakukan oleh hampir setiap siswa dalam mengemukakan pertanyaan sesuai dengan materi yang dipelajarinya. Metode ini dapat menciptakan suasana sangat rileks, menyenangkan dan tidak menakutkan untuk mengajukan pertanyaan. Secara tidak sengaja siswa mampu mengemukakan pertanyaan secara kritis dan sistematis dan tidak keluar dari materi esensial yang diajarkan. Dengan demikian, penerapan metode snowball throwing dapat membangkitkan motivasi siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran..

3. Partisipasi menurut Hamalik (2003:96) merupakan keterlibatan seseorang dalam kegiatan penbelajaran. Pendekatan pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara langsung aktif melakukan perbuatan yang hasilnya akan lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan yang hanya sekedar menuangkan pengetahuan-pengetahuan informasi..contoh ptk pkn sma kurikulum 2013
G. Hipotesis Tindakan
Dalam suatu penelitian diperlukan hipotesis guna memperjelas arah pengujian terhadap masalah yang diteliti. Hal ini dijelaskan oleh Hasan (2002:50) sebagai berikut:
“Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari permasalahan penelitian yang biasa dirumuskan dalam bentuk yang dapat diuji secara empirik. Dalam suatu penelitian hipotesis merupakan pedoman karena data yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan variabel-variabel yang dinyatakan dalam hipotesis tersebut”.
Berdasarkan masalah yang berhasil diidentifikasi, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
“Jika dalam proses pembelajaran PKn diterapkan model pembelajaran snowball throwing, maka partisipasi belajar siswa kelas XII SMA Negeri ...... akan meningkat”.

H. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Penelitian
Mengingat bentuk dari penelitian yang dilaksanakan adalah suatu kajian reflektif dalam rangka mengatasi masalah pembelajaran berupa rendahnya partisipasi belajar siswa dalam proses pembelajaran PKn, maka metode yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (classroom Action Research) .
Arikunto (2009:3) menyatakan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan perencanaan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Sedangkan Suharjono (2009:59) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/ meningkatkan mutu praktik pembelajaran.

Peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan pertimbangan bahwa dalam melaksanakan suatu penelitian yang sifatnya ilmiah di perlukan pemilihan dan penggunaan metode penelitian yang tepat, sehingga tujuan penelitian yang telah di tentukan pada akhirnya akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Penggunaan metode Penelitian Tindakan kelas ini pun sudah di sesuaikan dengan masalah yang akan diteliti yaitu mengenai rendahnya partisipasi belajar siswa, yang harus dicari solusi pemecahannya melalui tindakan kelas.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan oleh peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas berbentuk daur ulang atau siklus yang mengacu pada Model Kemmis dan Taggart (Hopkins, 1993:48). Dimana setiap siklusnya terdiri atas empat tahapan tindakan yang meliputi: perencanaan tindakan (joint planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Penelitian tindakan kelas ini merupakan bagaimana guru atau sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Guru dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka dan melihat pengaruh nyata dari upaya dengan ciri utamanya adalah adanya tindakan yang berulang dan metode utamanya adalah refleksi diri yang bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran.
Mengingat masalah yang akan diteliti dalam penelitian tindakan kelas memerlukan pengamatan dan penelitian yang mendalam, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dipakai untuk menggambarkan permasalahan yang dihadapi guru di kelas dan untuk menggambarkan penerapan model Snowball throwing di kelas dengan menggunakan wawancara dan lembar observasi. Sedangkan pendekatan kuantitatif dipakai untuk mengukur perkembangan tingkat partisipasi belajar siswa dan tanggapan siswa terhadap diterapkannya model pembelajaran ini dengan angket..contoh ptk pkn sma kurikulum 2013
2. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Observasi atau pengamatan adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap objek dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 1996:145). observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti. Observasi dalam penelitian ini dilakukan di kelas XII SMA Negeri...yang ditujukkan untuk memperoleh gambaran nyata mengenai penerapan model pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn di SMA Negeri ...

b. Wawancara merupakan dialog yang di lakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 2002 : 132). Teknik wawancara ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan penerapan model snowball throwing dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn di SMA Negeri..., Kendala apa saja yang dihadapi guru dalam menerapkan model pembelajaran snowball throwing pada pembelajaran PKn, upaya penangulangan kendala-kendala dalam penerapan model pembelajaran snowball throwing di kelas XII SMA Negeri ......, dan Kemampuan partisipasi belajar siswa pada pembelajaran PKn di SMA Negeri .. setelah pelaksanaan model pembelajaran snowball throwing. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada guru PKn kelas XII dan siswa kelas XII.
c. Studi Literatur, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkrif, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti dan sebagainya (Arikunto, 2002:202). Studi literatur dalam penelitian ini yaitu mempelajari buku-buku sumber untuk mendapatkan data atau informasi teoritis yang berhubungan dengan masalah yang diteliti yakni permasalahan pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa.
d. Studi Dokumentasi digunakan untuk mempelajari dokumen seperti daftar nama dan jumlah siswa. Daftar hadir siswa, daftar nilai siswa dan lain-lain. Studi dokumentasi untuk melengkapi data dari teknik pengumpulan data. Studi dokumentasi dalam penelitian ini berupa mempelajari dokumen-dokumen yang ada seperti satuan pelajaran, format penilaian dan transkrip nilai hasil belajar siswa yang bertujuan untuk mendapat informasi yang berkaitan dengan pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing.
e. Perangkat test
Perangkat test berbentuk pertanyaan untuk test baik secara lisan maupun tulisan yang digunakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing.
f. Catatan lapangan
Catan lapangan menurut Bogdan dan Bikle (dalam Moleong, 2005:209) adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.
g. Angket
Menurut Suherman (2003:56) angket adalah sebuah daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh orang yang akan dievaluasi (responden). Angket berfungsi sebagai pengumpulan data. Data tersebut dapat berupa keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap, pendapat mengenai suatu hal. Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing.


B.DOWNLOAD PTK PKN KELAS XII SMA TERBARU

BAB II
KAJIAN PUSTAKA



A. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Pendidikan kewarganegaraan merupakan bagian atau usaha salah satu tujuan pendidikan IPS (Social Science Education) yaitu bahan pendidikannya diorganisir secara terpadu (integrated) dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, humaniora, dokumen negara, terutama Pancasila, UUD 1945, dan perundangan negara dengan tekanan bahan pendidikan pada hubungan warga negara dan yang berkenaan dengan bela negara. Pasal 39 UU No. 20 tahun 2003 menegaskan bahwa PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Hal senada dikemukakan pula oleh Soemantri (2001:299) antara sebagai berikut:

Mata pelajaran PKn adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berfikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Sedangkan dalam Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2006:2) ditegaskan bahwa:
PKn (citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukkan diri yang beragam dari segi agama, sosial-budaya, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

PKn mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam kebudayaan dan kepentingan, perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan perorangan dan golongan. Sehingga perbedaan pemikiran, pendapat ataupun kepentingan di atasi melalui musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lebih lanjut Soemantri (2001:154) mengemukakan bahwa:
PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan hubungan antar warga negara dengan Negara serta pendidikan pengetahuan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.download ptk pkn sma doc

Berdasarkan uraian di atas terdapat tiga ciri khas yang dimiliki mata pelajaran PKn, yakni meliputi pengetahuan, keterampilan dan karakter kewarganegaraan. Ketiga hal tersebut merupakan bekal bagi peserta didik untuk meningkatkan kecerdasan multidimensional yang memadai untuk menjadi warga negara yang baik. Adapun isi dari pengetahuan (body of knowledge) dari mata pelajaran PKn diorganisasikan secara interdisipliner dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial seperti ilmu politik, hukum, tata negara, psikologi dan berbagai kajian lainnya yang berasal dari kemasyarakatan, nilai-nilai budi pekerti dan hak asasi manusia dengan penekanan kepada hubungan antar warga negara dan warga negara, warga negara dan pemerintah negara, serta warga negara dan warga dunia.
2. Visi dan Misi Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah mata pelajaran yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang baik serta berkarakter sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

Visi Pendidikan kewarganegaraan di Perguruan Tinggi adalah: Menjadi sumber nilai dan pedoman penyelenggaraan program studi dalam mengantarkan mahasiswa mengembangkan kepribadiannya selaku warga Negara yang berperan aktif menegakkan demokrasi menuju masyarakat madani.
Dengan demikian Pendidikan Kewarganegaraan merupakan subjek pembelajaran yang mengemban misi untuk membentuk kepribadian bangsa, yang mempunyai karakter. Pendidikan kewarganegaraan ini memiliki misi (Maftuh, 2009:108) sebagai berikut:

1. PKn sebagai pendidikan politik, yang berarti program pendidikan ini memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan kepada siswa agar mereka mampu hidup sebagai warga negara yang memiliki tingkat kemelekan politik (political literacy) dan kesadaran berpolitik (political awareness), serta kemampuan berpartisipasi politik (political participation) yang tinggi.
2. PKn sebagai pendidikan hukum, yang berarti bahwa program pendidikan ini diarahkan untuk membina siswa sebagi warga negara yang memiliki kesadaran hukum yang tinggi, yang menyadari akan hak dan kewajibannya, dan yang memiliki kepatuhan terhadap hukum yang tinggi.
3. PKn sebagai pendidikan nilai (value education), yang berarti melalui PKn diharapkan tertanam dan tertransformasikan nilai, moral, dan norma, yang dianggap baik oleh bangsa dan negara kepada diri siswa, sehingga mendukung bagi upaya nation and character building. Dalam hal ini, nilai-nilai Pancasila tetap harus menjadi rujukan utama dalam upaya pendidikan nilai ini.
4. PKn sebagai pendidikan nasionalisme, yang berarti melalui PKn diharapkan dapat ditumbuhkan rasa kebangsaan atau nasionalisme siswa, sehingga mereka lebih mencintai, merasa bangga, dan rela berkorban untuk bangsa dan negaranya.download ptk pkn sma doc
5. PKn sebagai pendidikan multikultural (multicultural education), yang berarti PKn diharapkan mampu meningkatkan wawasan dan sikap toleran siswa dan mahasiswa untuk hidup dalam masyarakat yang mutikultural.
6. PKn sebagai pendidikan resolusi konflik (conflict resolution education), yang berarti PKn membina siswa dan mahasiswa untuk mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.
Berdasarkan misi PKn di atas, maka materi PKn bukan hanya berupa konsep-konsep ilmu politik saja tetapi juga memuat konsep-konsep ilmu hukum dan disiplin ilmu sosial lainnya. Selain itu sebagai pendidikan nilai, maka konsep dalam PKn juga memuat nilai-nilai luhur yang terkandung pada nilai sentral bangsa Indonesia yakni Pancasila. Misi PKn ini senada dengan pendapat Soemantri (2005:167) yaitu:
Substansi Pendidikan Kewarganegaraan terdiri atas seperangkat pengetahuan yang diharapkan dimiliki dihayati dan ditampilkan dalam berbagai perilaku kajian mengenai pengetahuan kewarganegaraan diharapkan akan bermuara pada nilai sentral yaitu Pancasila.
Substansi yang sifatnya moral dan pengetahuan berhubungan erat dengan pendidikan politik, hukum, dan nilai karena pada dasarnya unsur-unsur dan jenis pendidikan tersebut merupakan satu rumpun pendidikan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran PKn
PKn sebagai salah satu mata pelajaran bidang sosial dan kenegaraan memiliki fungsi yang esensial dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang memiliki keterampilan hidup bagi diri, masyarakat, bangsa dan negara. Soemantri (2001:166) memberikam pemaparan mengenai fungsi PKn sebagai berikut:

Usaha sadar yang dilakukan secara ilmiah dan psikologis untuk memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik agar terjadi internalisasi moral Pancasila dan pengetahuan kewarganegaraan untuk melandasi tujuan pendidikan nasional, yang diwujudkan dalam integritas pribadi dan perilaku sehari-hari.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pembelajaran PKn diharapkan dapat memberikan kemudahan belajar para siswa dalam menginternalisasikan moral Pancasila dan pengetahuan kewarganegaraan untuk melandasi tujuan pendidikan nasional, yang diwujudkan dalam integritas pribadi dan perilaku sehari-hari.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 2006 (Depdiknas, 2006:2) menyatakan bahwa fungsi dan tujuan dari mata pelajaran PKn adalah:

Sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang baik (to be good citizenship), cerdas, terampil dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia yang merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai degan amanat Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan pada fungsi tersebut, maka pelajaran PKn harus dinamis dan mampu menarik perhatian peserta didik, yaitu dengan cara sekolah membantu peserta didik mengembangkan pemahaman baik materi maupun keterampilan intelektual dan partisipatori dalam kegiatan sekolah yang berupa intrakulikuler dan ekstrakulikuler. Dengan pembelajaran bermakna, peserta didik diharapkan dapat mengembangkan dan menerapkan keterampilan intelektual dan partisipatori.
Adapun tujuan PKn adalah sebagai berikut:
1) Berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2) Berpartisipasi aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Kompetensi-kompetensi yang dijabarkan dalam tujuan mata pelajaran PKn tersebut dapat mengembangkan berbagai kemampuan dasar warga negara seperti: berfikir kritis dan kreatif, dapat mengambil keputusan secara tepat, memegang teguh aturan yang adil, menghormati hak orang lain, menjalankan kewajiban, bertanggung jawab atas ucapan dan perbuatannya, berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa materi PKn dapat diambil dari berbagai sumber untuk dijadikan bahan ajar yang tidak menyimpang dari kurikulum. Materi tersebut dapat berasal dari sumber formal maupun informal. Seperti yang dikemukakan oleh Hanna (1964: 62-68) dalam Soemantri (2001:307) bahwa: “untuk program di sekolah harus memperhatikan motivasi, tugas perkembangan (depelopment task) siswa dan “basic human activities”.

4. Pendidikan Kewarganegraan sebagai Mata Pelajaran Di Sekolah
Pendidikan Kewarganegaraan untuk persekolahan sangat erat kaitannya dengan dua disiplin ilmu kenegaraan, yakni Ilmu Politik dan Hukum yang terintegrasi dengan Humaniora dan dimensi keilmuan lainnya yang dikemas secara ilmiah dan pedagogis untuk kepentingan pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, PKn ditingkat persekolahan bertujuan utnuk mempersiapkan peserta didik sebagai warga negara yang cerdas dan baik (to be smart and good citizenship). Warga negara yang dimaksud adalah warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat dimamfaatkan untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang diajarkan disetiap jenjang pendidikan yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang baik serta berkarakter sesuai dengan Pancasila UUD 1945. Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Maftuh dan Sapriya (2005:32 1) mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diartikan sebagai berikut:

Mata pelajaran PKn adalah program pendidikan atau mata pelajaran yang memiliki tujuan utama untuk mendidik siswa agar menjadi warga negara yang baik, demokratis dan bertanggung jawab. Program PKn ini memandang siswa dalam kedudukannya sebagai warga negara, sehingga program-program, kompetensi atau materi yang diberikan kepada peserta didik diarahkan untuk mempersiapkan mereka mampu hidup secara fungsional sebagai warga masyarakat dan warga negara yang baik.
Sedangkan dalam Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2006:2) dijelaskan bahwa:
Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia, serta suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter sesuai dengan yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan kewarganegaran sebagai mata pelajaran di sekolah merupakan program pengajaran yang memuat berbagai aspek, tidak hanya aspek kognitif semata, melainkan aspek afektif serta psikomotor secara utuh dan menyeluruh guna membentuk setiap siswa untuk menjadi warga negara yang baik. Warga negara yang dimaksud adalah warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
5. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegraan
a. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegraan
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang menekankan hubungan warga negara berkenaan dengan bela negara yang di dalamnya memuat nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 sebagai landasan untuk membentuk warga negara yang baik.
Adapun pengertian pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut Djahiri (2006:22) sebagai berikut:
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan pembelajaran yang secara programatik berupaya memanusiakan (humanizing) dan membudayakan serta memberdayakan (empowering) manusia/anak didik (diri dan kehidupannya) menjadi warga negara yang baik dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sejalan dengan pendapat di atas, Cogan (dalam Somantri, 2001:161) mengemukakan bahwa “pembelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan proses pendidikan secara utuh dan menyeluruh terhadap pembentukan karakter individu sebagai warga negara yang cerdas dan baik”.
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan harus diinternalisasikan secara utuh dan menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan (baik pribadi/keluarga, sekolah, masyarakat maupun bangsa dan negara) dengan tujuan untuk membentuk karakter siswa sebagai warga negara yang cerdas dan baik, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 menyebutkan bahwa dalam kurikulum pendidikan dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi itu salah satunya wajib memuat Pendidikan Kewarganegaraan. Hal itu menunjukan bahwa keberadaan Pendidikan Kewarganegaraan sangatlah penting pada pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Sesuai dengan tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Maftuh dan Sapriya, 2005:320) yaitu:

Secara umum tujuan negara mengembangkan Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar setiap warga negara menjadi warga negara yang baik (to be good citizenship), yakni warga negara yang memiliki kecerdasan (civic intelligence), baik intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual; memiliki rasa bangga dan bertanggung jawab (civic responsibility); dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara (civic participation) agar tumbuh rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Berdasarkan perkembangan mutakhir, tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah partisipasi yang bermutu dan bertanggung jawab dari warga negara dalam kehidupan politik dan masyarakat baik pada tingkat lokal mapun nasional (Winaputra dan Budimansyah, 2007:185).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006), menjelaskan bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tujuan sebagai berikut:
1) Berpikir kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu-isu kewarganegaraan.
2) Berpartisipasi secara aktif, bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti-korupsi.
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karekter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Dengan demikian secara umum dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk mendidik warga negara agar menjadi warga negara yang dapat digambarkan sebagai warga negara yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, saling menghormati, menjungjung tinggi nilai-nilai toleransi, memupuk rasa kekeluargaaan, memupuk rasa bangga dan cinta terhadap bangsa serta tanah air, demokratis, cakap dan bertanggung jawab, berwawasan luas, menaati hukum dan norma yang berlaku dalam masyarakat, berbudi pekerti luhur, memiliki kecerdasan dan keterampilan intelektual, spiritual, sikap/emosional, sehingga dapat mengembangkan potensi serta mampu memposisikan diri dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, bahkan dalam pergaulan antar bangsa.
b. Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegraan
Secara umum strategi diartikan sebagai kumpulan dari metode untuk kepentingan menyampaikan bahan-bahan atau materi dalam proses pembelajaran. Wuryan dan Syaifullah (2008:52-53) memaparkan bahwa

“Dalam konteks pembelajaran civics dan PKn, agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sudah barang tentu dalam pembelajaran tersebut harus mengimplementasikan strategi pembelajaran yang dipandang tepat atau sesuai dengan karakter dari pelajaran Civics dan PKn itu sendiri serta keadaan para siswa yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran itu”.
Pada dasarnya pendekatan pembelajaran dalam Civics dan PKn harus menekankan pentingnya keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran siswa melalui partisipasi aktif dan positif dalam menemukan ide atau gagasan kreatif dalam rangka melatih untuk memecahkan masalah (solve the problem) yang dihadapi.download ptk pkn sma doc

Menurut Wuryan dan Syaifullah (2008:54) proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang interaktif, pembelajaran ini memiliki karakteristik umum sebagai berikut:
1) Adanya variasi kegiatan klasikal, kelompok, dan perorangan.
2) Keterlibatan mental (pikiran, perasaan) siswa yang tinggi;
3) Guru/dosen/tutor/instruktur sebagai fasilitator belajar, nara sumber dan menejer kelas yang demokratis.
4) Menerapkan pola komunikasi banyak arah (multiways trafic communication).
5) Suasana kelas yang fleksibel, demokratis, menantang, dan tetap terkendali oleh tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
6) Potensial dapat menghasilkan dampak instruksional (instructional afect) dan dampak pengiring (nurturant afect) lebih baik.
7) Dapat digunakan dalam dan/atau di luar kelas/ruangan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberadaan strategi sangat
pendidik atau guru karena keberhasilan proses belajar mengajar (PBM) bergantung pada cara mengajar guru baik itu dalam metode maupun media pembelajaran.
Metode mengajar adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan (Sutikno, 2007:55). Seperti yang telah di jelaskan di atas bahwa dalam membelajarkan siswa, guru dituntut untuk menggunakan metode yang bervariasi agar tidak menimbulkan kejenuhan dan kebosanan para siswa.

Menurut Djahiri dalam bukunya Dasar-dasar Umum Metodologi dan Nilai Pengajaran Nilai-Moral PVCT (1995/1996:11) memaparkan beberapa metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) yaitu: “Ceramah Bervariasi, metode ekpasitori, pengajaran konsep, tanya jawab, Partisipatori, Diskusi dan kelompok belajar, Kejarkop, Inkuiri dan Pemecahan Masalah serta Value Clarificatation Technique (VCT)”. Dimana VCT adalah pola pengajaran yang membelajarkan potensi/dunia afektif peserta didik sekaligus pola mempribadikan isi pesan (mean, value, nilai dan moral-jiwa serta semangat) yang tersirat dalam suatu kajian pelajaran.

Dalam bukunya Paparan Klarifikasi Pembaharuan Pendidikan Kewarganegaraan dan Budi Pekerti-PKN suplemen 1999/2000 (PKN-PBP) dan Kurikulum berbasis Kompetensi 2002 yang dikutip oleh Tintin Rosmala Dewi (2008:28), Djahiri mengembangkan pendekatan pembelajaran kontekstual menjadi beberapa pembelajaran yang dapat diterapkan dalam PKn, antara lain: Pola pembelajaran Kooperatif (Cooperative learning), Penemuan (Discovery), Metode pemecahan Masalah (problem solving), Inquiry, Interactive, Eksploratif, berpikir kritis, catatan kegiatan, Skala sikap, koleksi tugas, Diskusi, Portopolio, Pola pemberdayaan Media cetak dan Praktikum PKn.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Depdiknas (2003:5) menyatakan bahwa:
Pembelajaran dalam mata pelajaran PKn merupakan proses dan upaya dengan menggunakan pendekatan belajar kontekstual untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan, keterampilan, dan karakter warga negara. Pendekatan belajar kontekstual dapat diwujudkan antara lain dengan metode: 1) Kooperatif; 2) Penemuan; 3) Inquiri; 4) Interaktif; 5) Eksploratif; 6) berpikir kritis; 7) Pemecahan masalah.

Oleh karena itu, tujuan dari berbagai metode dan pembelajaran yang dapat digunakan dalam PKn adalah untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan, keterampilan dan karakter warga negara Indonesia. Sehingga guru harus melakukan analisis terlebih dahulu terhadap kondisi siswa dan lingkungan serta sumber belajar yang tersedia agar metode yang digunakan tepat dan bermakna bagi proses pembelajaran siswa.
c. Materi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegraan
Materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bidang kajian interdisipliner, artinya materi Pendidikan Kewarganegaraan dijabarkan dari beberapa disiplin ilmu antara lain Ilmu Politik, Ilmu Negara, Ilmu Tata negara, Hukum, sejarah, Ekonomi, Moral dan Filsafat.

Menurut Djahiri (1996:17), yang dikutip oleh Nurmayanti (2007:17) mengemukakan bahwa pengembangan dan program pengajaran (bahan materi pelajaran) yang layak untuk Pendidikan Kewarganegaraan antara lain:download ptk pkn sma doc
1) Sumber formal, terdiri atas:
a. Pancasila, UUD 1945 dan seluruh perangkat hukum yang berlaku baik dokumenter maupun sumber dan publikasi lembaga yang berwenang (Departemen Pusat serta Daerah dan lain-lain).
b. Agama yang diakui oleh Negara Republik Indonesia (RI) dan nilai luhur budaya bangsa (lokal dan nasional)
2) Sumber literatur keilmuan yang tidak terlarang.
3) Media massa, baik cetak mupun elektronik.
4) Nara sumber yang layak, baik secara keilmuan, sosial politik, budaya maupun keagaman.
Paparan di atas menegaskan bahwa materi Pendidikan Kewarganegaraan dapat diperoleh dari berbagai sumber yang memiliki kualifikasi untuk dijadikan bahan ajar yang tidak menyimpang dari kurikulum yang telah ditentukan. Materi tersebut dapat berasal dari sumber formal maupun informal.
Menurut Djahiri (1996:37) materi PKn harus memiliki kualifikasi sebagai berikut:
1. Menyerap sejumlah azas dan pendekatan yang dimintai kurikulum 1994.
2. Memadukan dengan kualifikasi aspek the hidden sehingga terwujud the proper instructional program.
3. Mutu domain-taksonomi tinggi multi dimensi/gatra: sumber, media dan pola evaluasi.
4. Tematis, kemasyarakat, meluas (dan terpadu integratif)
5. Padat nilai moral (value base Pancasila UUD 1945 -agama- dan buaya luhur Indonesia).
Selain itu juga Djahiri (1997) pernah menegaskan bahwa:
“Materi PKn hendaknya lebih menitikberatkan pada pembinaan watak, pemahaman dan penghayatan nilai dan pengalaman Pancasila dan UUD 1945 sebagai falsafah dasar dan pandangan hidup bangsa, pembinaan siswa untuk melihat kenyataan, fokus belajar pada konsep yang benar menurut dan sesuai dengan Pancasila”.


C.PTK KURIKULUM 2013 METODE TERBARU DOC

BAB III
METODE PENELITIAN



Secara umum penelitian merupakan suatu proses kegiatan atau aktivitas yang terdiri dari suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis agar dapat memecahkan suatu masalah yang dihadapi oleh seorang penulis. Penelitian dapat juga diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Mengingat hasil penelitian merupakan salah satu bentuk pengembangan pengetahuan, tentunya suatu penelitian harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang sesuai dengan metode ilmiah dan menurut kerangka yang sistematis serta berencana. Agar penelitian kegiatan dapat terlaksana dengan baik tentunya harus mengacu pada prosedur penelitian. Adapun prosedur atau persiapan penelitian yang peneliti lakukan adalah meliputi: (1) Menentukan Metode, (2) Tekhnik Pengumpulan Data, (3) Subjek Penelitian, (4) Tahap Penelitian, (5) Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data.

A. Pendekatan dan Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Mengingat masalah yang akan diteliti dalam Penelitian Tindakan Kelas memerlukan pengamatan dan penelitian yang mendalam, maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian pendidikan ada dua paradigma yang sering digunakan yaitu kuantitatif dan kualitatif (Philips, 1987; Reichardt & Cook, 1979; Webb, Beals, & White, 1986 dalam Creswell, John.W, 1994). Moleong (2007: 8) mengungkapkan tentang penelitian kualitatif sebagai berikut:
Penelitian kualitatif itu berakar pada latar ilmiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengandalkan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersifat sementara dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak antara peneliti dan subjek penelitiannya.

Penelitian kualitatif menurut pengertian di atas bersifat deskriptif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Pernyataan ini sejalan dengan apa yang kemukakan oleh Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007: 4) bahwa “Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang dan pelaku yang diamati”. Oleh karena itu penelitian ini bersifat deskriptif, maka peneliti memfokuskan diri untuk memecahkan masalah yang terjadi pada saat sekarang dan memusatkan perhatian pada masalah aktual yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan. Sehubungan dengan hal ini Arikunto (1996: 5) menyatakan:
Apabila peneliti bermaksud untuk mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa dan bagaimana, berapa banyak, sejauhmana dan sebagainya, maka penelitiannya bersifat deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau menerangkan peristiwa.ptk pkn sma kelas xii terbaru

Pendekatan kualitatif dilakukan untuk memelihat aktivitas keseharian siswa dan guru yaitu sikap ketika penggunaan model pembelajaran snowball throwing dalam hal ini menggunakan lembar observasi guru dan siswa. Peneliti berpijak dari realita atau peristiwa yang berlangsung di lapangan. Kaitannya dengan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh peneliti, permasalahannya berpijak pada permasalahan pembelajaran yang ditemui di lapangan, atau lebih tepatnya di sekolah dan di kelas yang dijadikan lokasi dan subjek penelitian.
Sedangkan pendekatan kuantitatif dilakukan untuk melihat perkembangan kemampuan partisipasi belajar siswa yang diukur melalui tes dan angket. Pendekatan kuantitatif ini berpijak pada apa yang disebut dengan fungsionalisme struktural, realisme, positivisme, behaviourisme dan empirisme yang intinya menekankan pada hal-hal yang bersifat kongkrit, uji empiris dan fakta-fakta yang nyata.
Mengenai pendekatan kuantitatif, Sugiyono (2009:7) menyebutkan bahwa “data kuantitatif berbentuk angka-angka dan analisis menggunakan statistik”. Analisis data kuantitatif disini hanyalah statistik sederhana yaitu mempresentasikan peningkatan kemampuan partisipasi belajar siswa dari siklus I sampai siklus III.
2. Metode Penelitian
Pada dasarnya dalam melaksanakan suatu penelitian yang sifatnya ilmiah, diperlukan pemilihan dan penggunaan metode penelitian yang tepat. Hal ini dimaksudkan agar tujuan penelitian yang telah diterapkan dapat tercapai dengan baik dan memuaskan.
Mengingat bentuk dari penelitian yang dilaksanakan adalah untuk meningkatkan kemampuan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran PKn, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Hopkins (Wiriaatmadja, 2006:11) menyatakan sebagai berikut:

Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substansif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.
Sejalan dengan pendapat di atas, Arikunto (2007:3) menyatakan pengertian Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut: ”Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”. Penelitian Tindakan Kelas pada prosesnya merupakan suatu penelitian berulang atau siklus yang pada tiap siklusnya terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.

Pemilihan metode ini karena metode penelitian ini berguna untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam, yaitu dengan melakukan tindakan yang sesuai dengan masalah yang ada. Berdasarkan penelitian ditemukan permasalahan dalam proses pembelajaran, maka dari itu tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas adalah untuk perbaikan dan peningkatan praktek pembelajaran secara berkesinambungan yang pada dasarnya melekat pada misi profesional kependidikan. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Wardani (dalam Kunandar 2008:47) yaitu:
“Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat”

Dari pendapat di atas, terlihat bahwa penelitian tindakan kelas (classroom action research) ini menempatkan otonomi guru dalam meningkatkan profesionalitas terhadap kinerja serta aktivitas mengajarnya.
Kunandar (2008:51) mengungkapkan beberapa alasan penelitian tindakan kelas menjadi salah satu pendekatan dalam meningkatkan atau memperbaiki mutu pembelajaran yaitu:
(1) Merupakan pendekatan pemecahan masalah yang bukan sekedar trial and error; (2) menggarap masalah-maslah faktual yang dihadapi guru dalam pembelajaran; (3) tidak perlu meninggalkan tugas utamanya, yakni mengajar; (4) guru sebagai peneliti; (5) mengembangkan iklim akademik dan profesionalisme guru; (6) dapat segera dilaksanakan pada saat muncul kebutuhan; (7) dilaksanakan dengan tujuan perbaikan; (8) murah biayanya; (9) disain lentur dan fleksibel; (10) analisis data seketika dan tidak rumit; dan (11) manfaat jelas dan langsung.
Dengan demikian, Penelitian Tindakan Kelas sangat kompeten dilakukan oleh seorang guru, karena di dalamnya merupakan kegiatan reflektif dalam berpikir dan bertindak dari guru itu sendiri, untuk meningkatkan kinerja serta kualitas pembelajaran yang lebih baik dari yang sebelumnya.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat melakukan penelitian guna memperoleh data yang berasal dari subjek penelitian. Menurut Nasution (2003 :43) mengemukakan bahwa “lokasi penelitian menunjukkan pada tempat atau lokasi sosial dimana penelitian dilakukan, yang dicirikan oleh adanya 3 unsur yaitu pelaku, tempat dan kegiatan yang dapat diobservasi”. Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah SMA Negeri ......... yang berlokasi di Jln. Candradimuka No.42 Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember, sedangkan subjek penelitiannya adalah guru mata pelajaran PKn dan siswa kelas XII dengan jumlah siswanya adalah 38 orang. Penelitian dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran PKn berlangsung.

Adapun yang menjadi pertimbangan dipilihnya sekolah dan kelas tersebut sebagai lokasi dan subjek dalam penelitian ini adalah berdasarkan hasil observasi awal diperoleh informasi bahwa kelas XII di SMA Negeri .......... mempunyai beberapa masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran terutama menyangkut rendahnya tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran PKn, di samping adanya keterbukaan dari pihak sekolah terutama guru mata pelajaran PKn terhadap penelitian yang akan dilaksanakan.
C. Prosedur Pengumpulan Data dan Analisis  ptk pkn sma kelas xii terbaru
1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan peneliti sebagai tahap awal dalam proses penelitian adalah mempersiapkan segala sesuatu agar penelitian dapat berjalan lancar. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tahap Persiapan Penelitian
Tahap ini biasa disebut sebagai tahap pra penelitian. Pada tahap ini peneliti mengajukan proposal (rancangan) penelitian. Selanjutnya proposal penelitian tersebut diseminarkan dihadapan tim dosen penguji untuk mendapatkan koreksi, masukan dan sekaligus perbaikan sehingga mendapatkan pengesahan serta persetujuan dari Ketua Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), yang selanjutnya direkomendasikan untuk mendapatkan pembimbing skripsi.

Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan (observasi awal) untuk melihat lebih jauh dan meyakinkan peneliti mengenai apa yang menjadi masalah di dalam pembelajaran di kelas serta untuk mengetahui kondisi lapangan yang sesungguhnya. Dalam kegiatan observasi awal, pertama yang dilakukan adalah bertemu guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) untuk memperoleh informasi mengenai proses pembelajaran di kelas. Kedua, peneliti melakukan observasi kelas (classroom observation) untuk melihat proses pembelajaran di kelas secara langsung. Ketiga, melakukan pertemuan untuk mengadakan perencanaan bersama (planing conference) antara guru Pendidikan Kewarganegaraan dengan peneliti untuk membicarakan tentang materi yang akan disajikan, fokus yang akan diobservasi berdasarkan kriteria-kriteria yang disepakati bersama serta waktu dan tempat kegiatan observasi akan dilaksanakan.

Setelah izin diperoleh, peneliti melanjutkan pada proses penjajakan kaitannya dengan pihak responden (siswa dan guru mitra) di SMA Negeri ...... Di samping itu peneliti tidak lupa mempersiapkan berbagai instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian, berupa lembar observasi, dan pedoman wawancara. Selanjutnya setelah semuanya siap sesuai dengan perencanaan bersama antara peneliti dan guru mitra, maka penelitian siap untuk dilaksanakan.
b. Tahap Pelaksanaan penelitian
1) Tahap Perencanaan Penelitian
Pada tahap ini peneliti melakukan pembicaraan non formal dan wawancara dengan guru PKn sebagai guru mitra. Wawancara tersebut dilakukan untuk membahas permasalahan atau kesulitan yang dihadapi selama pembelajaran serta mengenai rencana penerapan model snowball throwing di kelas sebagai alternatif untuk mengatasi masalah atau kesulitan yang dihadapi guru ketika mengajar di kelas.ptk pkn sma kelas xii terbaru

Setelah Guru mata pelajaran dan wali kelas memberikan izin untuk menerapkan model snowball throwing yang disesuaikan dengan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kemudian peneliti dan guru mitra merencanakan kelas yang akan dijadikan subjek penelitian. Kelas XII dipilih sebagai subjek penelitian karena kelas tersebut mengindikasikan permasalahan mengenai rendahnya partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran PKn. Siswa kelas XII tersebut dinilai kurang antusias mengukuti kegiatan pembelajaran PKn, hal itu dapat dilihat dari rendahnya tingkat keterlibatan siswa dalam aktivitas kegiatan pembelajaran, hanya beberapa siswa tertentu saja yang benar-benar melibatkan diri secara penuh dalam kegiatan pembelajaran sedangkan kebanyakan siswa hanya terlibat karena terpaksa misalnya karena ditunjuk langsung oleh guru.
Selain itu pada tahap perencanaan penelitian disepakati juga kapan waktu penelitian dilaksanakan berdasarkan pada penempatan jadwal pelajaran.

2) Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap ini, peneliti memberikan angket kepada siswa kelas XII serta mengadakan wawancara dengan guru dan siswa tersebut mengenai pembelajaran yang selama ini dilakukan, serta tentang rencana penerapan model snowball throwing dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn dikelas XII yaitu dengan waktu kurang lebih satu bulan lebih dengan menggunakan beberapa siklus.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan oleh peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas berbentuk daur ulang atau siklus yang mengacu pada Model Kemmis dan Taggart (Hopkins, 1993:48). Dimana setiap siklusnya terdiri atas empat tahapan tindakan yang meliputi: perencanaan tindakan (joint planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali, melainkan beberapa kali sehingga tujuan pembelajaran PKn di kelas XII dapat lebih bermakna. Berdasarkan temuan dan refleksi awal pada saat orientasi terhadap pelaksanaan pembelajaran PKn, maka pelaksanaan program tindakan dalam penerapan model pembelajaran yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan Tindakan (joint planing)ptk pkn sma kelas xii terbaru
Perencanaan adalah menyusun rencana tindakan dan penelitian yang akan dilaksanakan. Perencanaan ini dibuat sesudah penulis menyikapi kondisi siswa, fakta yang terjadi, sehingga dapat menentukan strategi apa yang diterapkan guru dalam pembelajaran. Pada saat perencanaan, peneliti membuat silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dilengkapi dengan sistem penilaian yang akan diberikan pada saat proses pembelajaran. Selain itu, peneliti mempersiapkan format observasi yaitu format kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran PKn berlangsung dengan menerapkan model pembelajaran snowball throwing di kelas XII.ptk pkn sma kelas xii terbaru

Perencanaan tindakan dilakukan secara kolaboratif atau bersama-sama antara penulis dan guru mitra untuk menentukan berbagai hal menyangkut teknis pelaksanaan penelitian tindakan kelas, diantaranya waktu, kelas yang akan dijadikan objek penelitian tindakan, materi atau pokok bahasan yang diberikan pada saat penelitian dan tempat observasi. Penerapam model snowball throwing akan di terapkan pada Standar kompetensi “Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka”, dengan tempat penelitian yaitu di kelas XII¬A SMA Negeri ......
Dalam pelaksanaan tindakan, terdapat kemungkinan berubahnya rencana yang semula disusun dan ditetapkan bersama guru mitra. Hal tersebut merupakan suatu yang wajar karena pada dasarnya pelaksanaan program penelitian tindakan menurut Hopkins dalam Wiriaatmadja (2008:98) dilakukan dengan mempertimbangkan situasi kelas sosial yakni sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan, bahwa rencana program tindakan berkembang dan berubah sesuai dengan tuntutan situasi lapangan.
b. Pelaksanaan Tindakan (acting)ptk pkn sma kelas xii terbaru
Pelaksanaan yaitu praktik pembelajaran yang nyata berdasarkan rencana yang disusun secara bersama sebelumnya. Pada tahap ini rancangan strategi dan skenario pembelajaran yang telah dibuat diterapkan langsung dalam praktik pembelajaran yang nyata. Adakalanya perubahan harus dilakukan ketika kondisi kelas memerlukannya. Oleh karena itu rencana yang sebelumnya dibuat bersifat fleksibel disesuaikan dengan kondisi lapangan ketika akan dilakukannya penelitian tindakan.
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan merupakan upaya untuk memperbaiki keadaan, meningkatkan kualitas dan mencari solusi permasalahan. Berdasarkan fakta dan permasalahan yang ditemukan mengenai rendahnya tingkat partisipasi siswa kelas XII dalam pembelajaran PKn, maka pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai rencana dengan menerapkan model snowball throwing sebagai solusi yang diyakini mampu mengatasi masalah tersebut.

Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti tidak menentukkan beberapa siklus yang akan dilaksanakan, karena pada dasarnya siklus tindakan tersebut akan terus dilaksanakan sampai akhirnya mencapai titik jenuh pada hasil tindakan, yang berarti juga tercapainya tujuan penelitian yakni meningkatnya partisipasi siswa dalam pembelajaran PKn. Pada saat pelaksanaan tindakan ini, peneliti melaksanakan observasi yaitu dengan menggunakan format observasi serta catatan lapangan (field notes). Catatan ini akan sangat bermanfaat pada saat peneliti memulai kegiatan analisis terhadap apa yang terjadi di kelas.

D.DOWNLOAD PTK PKN SMA KELAS XII LENGKAP

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. PT. Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsini. (2002). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. PT. Bumi Aksara.
Branson. (1999). (Terjemahan Syaripudin, dkk). Belajar “Civic Education” dari Amerika. Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS).
Budiyanto. (2007). Pendidikan Kewarganegaraan SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Budimansyah. (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pasca Sarjana UPI.
Budimansyah dan Udin Winataputra. (2007). Civic Education: Konteks, Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan UPI.
Budiningsih, Asri. (2004). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.
Djahiri, Achmad Kosasih. (1985). Strategi Pengajaran Afektif Nilai Moral VCT dan Games dalam VCT. Bandung: Jurusan PKn UPI.
Djahiri, Kosasih (1995/1996). Dasar-dasar Umum Metodologi dan Pengajaran Nilai-Moral. Bandung: Jurusan PMPKn FPIPS UPI.
Dokumen SMK 45 Lembang Tahun 2010.
Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, Sobry (2007). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Reflika Aditama.
Hamalik, Oemar. (2003). Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Johnson, Elaine B. (2004). CTL: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasikkan dan Bermakna. Bandung: MLC Rosda karya.
Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT. Reflika Aditama.
Kartini, Tini. (2010). Penerapan Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan KelasSebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Lie, Anita. (2002). Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.
Moleong, Lexy. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nurmayanti, Novi. (2010). Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together untuk Meningkatkan Partispasi Belajar Siswa Pada Materi Persamaan Kedudukan Warga Negara. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Purwanto, Ngalim. (1993). Ilmu Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Puspaningrum, Ferayanti. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing sebagai Alat Evaluasi Pembelajaran untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Materi Menghargai Persamaan Kedudukan Warga Negara. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Redaksi Fokusmedia. (2003). Undang-undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokusmedia.
Rahmat, dkk. (2008). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia.
Sapriya & Maftuh Bunyamin. (2005). Jurnal Civicus: Implementasi KBK Pendidikan Kewarganegaraan dalam Berbagai Konteks. Bandung: Jurusan PMPKN FPIPS.
Sapriya dan Udin, S. (2003). Pendidikan Kewarganegaraan: Model Pengembangan Materi dan Pembelajaran. Bandung: Labolatorium PKn FPIPS UPI.
Somantri, Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Pendidikan: CV. Alfabeta.
Sundawa, Dadang. (2005). Implementasi Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Dalam Pembelajaran PKn. Jurnal CIVICUS: implementasi KBK pendidikan kewarganegaraan dalam berbagai konteks. 1 (5), 339-345 Bandung: Jurusan PMPKn FPIPS UPI.
Surya. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pen gajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Suyatno. (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Jawa Timur: Masmedia Buana Pustaka.
Syaifullah dan Sri Wuryan. (2008). Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung: Laboratorium Kewarganegaraan.
Sudjana. (1983). Metode dan Teknik Kegiatan Belajar Partisipatif. Bndung: Theme Bandung.
Sudjana, Nana. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. PT Remaja Rosda Karya.
Sudjana, Nana. (2009). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru Algensindo.
Suraya, Ai Ida. (2006). Penerapan Model Cooperative Learning untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn. Skripsi Sarjana Pendidikan pada FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Usman, Moch. Uzer. (2007). Menjadi guru professional. Bandung. PT. Remaja Rosada Karya.
Wiriaatmadja, Rochiati. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
A

Terima kasih telah berkunjung di Musiyanto Blog yang membahas  CONTOH PTK PKN SMA TERBARU- ini dapat membantu Anda dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan cara mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.