Jumat, 20 Desember 2019

CONTOH PTK SENI BUDAYA SMA KELAS XI TERBARU DOC

CONTOH PTK SENI BUDAYA SMA KELAS XI TERBARU DOC-Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu, manusia perlu pendidikan untuk peradaban, beradaptasi dengan lingkungan dan sudah menjadi kodrati sebagai kebutuhan pokok untuk kehidupan yang lebih baik.
Pendidikan merupakan wahana untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas di era globalisasi yang penuh tantangan. Berkaitan dengan hal tersebut sangat disadari bahwa pendidikan merupakan dasar untuk membentuk suatu bangsa. Untuk itu pemerintah berusaha mewujudkan hal tersebut dengan mendirikan berbagai pusat pendidikan, di antaranya dengan satuan pendidikan berbagai jalur, salah satunya yaitu jalur formal yang didalamnya terdapat pendidikan dasar berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA).
Selain itu pendidikan juga berperan sebagai bagian yang penting dalam pembangunan kehidupan manusia, dan sebagai salah satu unsur dari kebudayaan, dan juga sebagai kelengkapan bagi kehidupan manusia itu sendiri, yang harus memiliki tujuan yang jelas.
Tujuan pendidikan tercantum secara resmi pada Undang – undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, yang berbunyi:PTK seni budaya sma doc

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Masyarakat dan Negara Indonesia sangat menggantungkan harapannya terhadap dunia pendidikan, selain bagian dari Pembangunan Nasional, pendidikan juga berperan sekali pada peradaban manusia, maka dari itu pendidikan harus memperhatikan tujuan pendidikan yang menjadi acuan.
Secara khusus, fungsi penyelenggara pendidikan Seni dilandasi perlunya dilakukan pembaruan paradigma. Pada awalnya yang haya berorientasi pada penugasan keterampilan teknis ke orientasi baru, yaitu seni sebagai wahana pendidikan, dengan kata lain pendidikan melalui seni (eduction through art). Dalam konsep ini, pengembangan ekspresi dan kreasi siswa menjadi fokus dalam pembelajaran.

Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas mapel SENI BUDAYA SMA yang diberi judul “UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBATIK CAP DI KELAS XI  SMA NEGERI 1 ......... DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CAP SEDERHANA  ". Disini akan di bahas lengkap.

PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE PTK KELAS XI lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS/WA/TM ke 0817-283-4988 dengan Format PESAN PTK 069 SMA ).

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Proses belajar-mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, tujuan pengajaran adalah rumusan kemampuan yang diharapkan dimiliki para siswa setelah menempuh berbagai pengalaman belajar pada akhir pengajaran. Agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara maksimal, maka diperlukan media pengajaran sebagai alat bantu pengajaran. Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Pernyataan tersebut ditegaskan Sudjana (2009 : 2) bahwa:

Ada beberapa alasan, mengapa media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa. Alasan pertama berkenaan dengan manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain :
Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata- mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi jikalau guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
Seorang guru dituntut agar dapat membuat media pembelajaran. 

Penggunaan media pengajaran dalam proses belajar mengajar harus dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan keinginan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pengajaran terhadap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman dan kreativitas siswa.contoh ptk seni budaya sma kelas xi doc
Sebagai contoh sederhana, guru akan mengajarkan teknik menggambar bentuk, yang menggunakan berbagai media pengajaran antara lain gambar-gambar yang menjelaskan teknik. Siswa akan lebih antusias dan memperhatikan dibandingkan cerita-cerita penjelasan guru tentang teknik-teknik menggambar bentuk. Gambar tersebut dapat membantu siswa dalam memperjelas pemahamannya, selain itu guru juga dapat lebih mudah mengatur dan memberi petunjuk kepada siswa apa yang harus dilakukan, sehingga tugasnya tidak semata-mata menuturkan bahan melalui kata-kata (ceramah).
Media pengajaran dapat mempertinggi proses dan hasil pengajaran yang berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berpikir manusia yang berkembang dimulai dari taraf berpikir kongkret ke taraf berpikir abstrak, atau dari taraf berpikir sederhana ke taraf yang rumit (kompleks). Penggunaan media pengajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut sebab dengan media hal-hal yang abstrak dapat dikongkritkan dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan.

Dalam pembelajaran seni rupa, perlu sekali media pembelajaran, karena mata pelajaran seni rupa merupakan mata pelajaran yang sebagian besar berupa praktikum. Guru seni rupa yang memiliki keterampilan menggambar dan membentuk memiliki peluang yang lebih besar untuk membuat media pengajaran, media pengajaran yang dipakai berkaitan dengan tujuan pembelajaran, karakteristik bahan ajar, kemampuan guru menggunakan dan kelayakan perolehannya dilihat dari segi ekonomis dan praktis.
Banyak pokok pembahasan dalam materi pembelajaran seni rupa yang harus menggunakan media, salah satu materi pelajaran seni rupa yang dianggap rumit oleh siswa adalah materi membatik. Padahal sangat disadari, bahwa materi batik sangat penting bagi para siswa mengingat untuk membudayakan budaya Indonesia sejak dini, agar tidak hilang di telan zaman. Dari gambaran awal yang didapat, siswa menilai membatik merupakan hal yang rumit dengan menggunakan canting atau cap mereka membayangkan membatik sangat sulit dan berat.

Penulis tertarik untuk meneliti di SMAN 1 ........, tentang pelaksanaan pembelajaran batik. Penelitian dilakukan di kelas XI. Siswa kelas XI sudah bisa beradaptasi di tempatnya. Hal yang menjadi sasaran dalam penelitian ini, juga dilihat dari sisi psikologis murid-muridnya yang sedang memasuki peralihan purberitas. Siswa pada masa ini harus mendapatkan perlakuan khusus dari gurunya. Selain itu SMA tersebut banyak mendapatkan prestasi-prestasi yang cukup membanggakan dalam bidang akademik.ptk sni budaya sma kurikulum 2013
Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa penggunaan media pengajaran dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran secara lebih maksimal. Namun pertanyaan yang muncul sekarang apakah media yang terbuat dari bahan sederhana yang digunakan dalam pembelajaran yang di anggap sulit oleh siswa (batik) dapat mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal? Pembelajaran seni rupa merupakan bagian dari sesuatu yang berharga dan dapat dijadikan sebagai pengembangan media pembelajaran khususnya pada materi membatik. Maka dari itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap peningkatan kemampuan kreasi siswa dalam PTK dengan judul: “UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBATIK CAP DI KELAS XI SMA NEGERI 1 .......... DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CAP SEDERHANA”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana rencana pembelajaran batik cap dengan menggunakan media cap sederhana?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran batik cap dengan menggunakan media cap sederhana?
3. Bagaimana hasil pembelajaran batik cap dengan menggunakan media cap sederhana?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka penulis merumuskan tujuan penelitian ini untuk:
1. Memperoleh gambaran rencana pembelajaran batik cap dengan menggunakan media cap sederhana.
2. Memperoleh gambaran pelaksanaan pembelajaran batik cap dengan menggunakan media cap sederhana.
3. Memperoleh gambaran hasil pembelajaran batik cap dengan menggunakan media cap sederhana.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian mengenai penggunaan media cap sederhana sebagai upaya meningkatkan wawasan membatik cap di kelas XI SMAN 1 ........ diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. 

Adapun manfaat yang diharapkan yaitu:
1. Bagi Penulis
Dapat mengembangkan pola pikir ilmiah, khususnya dalam ruang lingkup pendidikan sehingga menambah pengetahuan dibidang keguruan. Penulis pun dapat memperoleh pengetahuan tambahan terutama tentang bagaimana cara untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam berkreasi.
2. Bagi Dunia Pendidikan
Sebagai bahan informasi bagi guru dan dunia pendidikan, khususnya pendidikan seni rupa, dalam mengembangkan dan meningkatkan kreativitas siswa khususnya bagi guru seni rupa sebagai bahan kajian untuk lebih tepat dalam meningkatkan kreasi siswanya. Dapat memperkaya khasanah perkembangan ilmu pengetahuan dan diharapkan dapat bermanfaat tidak saja untuk mata pelajaran Seni Rupa tetapi mata pelajaran lainnya.

3. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini, diharapkan dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berkreasi sehingga suasana belajar mengajar menjadi kondusif dan tujuan pembelajaran lebih optimal. Pandangan siswa terhadap materi batik cap menjadi lebih mudah dan sederhana, dapat menambah pengalaman siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
4. Bagi Perguruan Tinggi
Sebagai bahan referensi informasi untuk kemungkinan diteliti lebih lanjut

BAB II
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBATIK CAP DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CAP SEDERHANA

A. Belajar

1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan usaha yang dilakukan dalam mengubah perilaku individu melalui proses interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sejalan dengan pengertian belajar yang dikemukakan oleh Surya, (1985: 23) bahwa: “Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat dari interaksi individu dengan lingkungan”
Hasil belajar dapat diidentifikasi dari kemampuan melakukan sesuatu secara permanen, dapat diulang-ulag dengan hasil yang sama. Orang yang secara kebetulan dapat melakukan sesuatu, tentu tidak dapat melakukan perbuatan itu dengan hasil yang sama, sedangkan orang yang mendapatkan hasil dari belajar dapat melakukannya dengan hasil yang sama secara berulang-ulang.
Perubahan pada perilaku tidak semuanya hasil dari belajar, ada di antaranya terjadi dengan sendirinya, karena proses perkembangan. Ini merupakan faktor yang penting yang mempengaruhi hasil belajar. Artinya belajar akan mendapatkan hasil yang baik bila dilakukan dengan matang dan penuh persiapan.

Belajar merupakan wahana utama pendidikan dan tidak dapat dilepaskan dari pendidikan. Prinsip ini sejalan dengan pandangan ISCE-UNESCO yang memandang pendidikan sebagai komunikasi terorganisasi dan berkelanjutan yang disusun untuk menumbuhkan belajar. (Mujana, 2004: 34)
Dengan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang, dan diikuti dengan semakin banyaknya kegiatan manusia, maka kebutuhan belajar semakin bervariasi dan kompleks.
2. Proses belajar Mengajar
Mengajar tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena inti dari proses mengajar yaitu siswa belajar. Sehingga dikenal istilah Proses Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM).
Di dalam proses mengajar diperlukan seni mengajar, seni mengajar merupakan kreativitas guru untuk menemukan pendekatan atau model mengajar yang memungkinkan setiap siswa mengembangkan potensi, kecakapan, dan karakteristiknya secara optimal melalui interaksi dengan lingkungan. Hal ini sejalan dengan pendapat Tarjo, (2004: 79) bahwa: “Mengajar dapat diartikan sebagai menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar”.

Dalam proses pembelajaran guru haruslah mempersiapkan dari awal perencanaan dan pada saat proses belajar mengajar itu terjadi, yaitu:
• Merencanakan
Perencanaan yang dibuat merupakan antisipasi terhadap apa yang akan dilakukan dalam pengajaran, sehingga terciptanya situasi dan kondisi yang mendukung pembelajaran sehingga sampai kepada tujuan pembelajaran yang diinginkan.
• Melaksanakan Pelajaran
Pada pelaksanaan pembelajaran selayaknya dilakukan dengan berpegang pada apa yang tertuang dalam perencanaan. Namun situasi pada saat melakukan pembelajaran merupakan pengaruh terbesar yang dihadapi oleh guru, maka guru haruslah peka terhadap situasi yang dihadapi, sehingga dapat menyelesaikan pola tingkah laku dalam mengajar dengan situasi yang dihadapi.

Menurut Tarjo (2004: 80) mengemukakan tentang ciri-ciri belajar mengajar, yaitu:
a) Belajar mengajar memiliki tujuan, yaitu membentuk anak didik dalam satu perkembangan tertentu. Pembelajaran adalah usaha sadar akan tujuan.
b) Dalam belajar mengajar terdapat satu prosedur yang terencana, sistematik, dan relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
c) Kegitan pembelajaran ditandai oleh suatu penggarapan materi yang khusus.
d) Adanya aktivitas siswa sebagai bentuk titik sentral dalam proses belajar mengajar, baik fisik maupun sentral.
e) Adanya guru atau sumber belajar yang berperan sebagai pembimbing.
f) Dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) ada disiplin, tata tertib, yang harus jadi pedoman guru maupun siswa.
g) Ada batas waktu dalam mencapai tujuan
h) Ada evaluasi untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan belajar, yang hasilnya digunakan kembali sebagai umpan balikan bagi penyempurnaan rencana kegiatan berikutnya.
Proses belajar mengajar yang merupakan sistem yang berisikan komponen-komponen yang saling berhubungan satu sama lainnya, perhatikan Gambar 2.1 di halaman berikutnya:

Gambar 2.1 Komponen-Komponen Pembelajaran
Sumber: Tarjo (2004: 82)
Dalam pelaksanaan pembelajaran diperlukan metode dalam pembelajaran, macam-macam metode pembelajaran, yaitu:
Metode Ceramah, menyampaikan informasi tentang suatu pengetahuan atau pokok masalah serta persoalan.
Metode Tugas atau Resitasi, pemberian tugas tertentu baik untuk dilaksanakan di sekolah maupun di rumah, dengan tujuan untuk menstimulasi anak untuk aktif belajar.
Metode Diskusi, cara siswa menyelesaikan atau membahas permasalahan secara bersama.
Metode Ekspresi Bebas, suatu cara untuk mempelajarkan siswa dalam mencurahkan isi hatinya dalam bentuk karya seni.
Metode demonstrasi, mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses atau situasi yang sedang terjadi.
Metode mencontoh, untuk menyampaikan berbagai jenis kegiatan terutama kegiatan motorik. (Tarjo 2004: 127)

B. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin “medius” yang secara harfiah berarti “tengah” atau “pengantar”. Dalam bahasa arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Media menurut AECT adalah “segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan”. Sedangkan Gagne mengartikan media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Briggs mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar (Santyasa, 2007:12).
Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar para siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya akan berhasil jika siswa belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang guru tidak dapat mewakili belajar siswanya, seorang siswa belum dapat dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan guru yang sedang mengajar.ptk sma doc

Geralach dan Elly (1971: 4.15), mengatakan bahwa: “Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media, secara lebih khusus pengertian media dalam proses belajar mengajar lebih diartikan sebagai alat-alat grafis, elektronis untuk menangkap memproses dan menyusun kembali informasi visual dan verbal. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Heinich, Dkk (1973:76), yaitu:
Media (jamak) atau medium (tunggal) secara umum adalah saluran komunikasi, yaitu segala sesuatu yang membaca informasi dan sumber informasi untuk disampaikan kepada penerima informasi. Jadi, televisi, film, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan dan sejenisnya adalah media komunikasi, apabila media itu membawa pesan¬pesan atau informasi yang bertujuan intruksional atau mengandung maksud¬maksud pengajaran maka media itu disebut dengan media pengajaran.

Pekerjaan mengajar tidak selalu harus diartikan sebagai kegiatan menyajikan materi pelajaran. Meskipun penyajian materi pelajaran memang merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran, tetapi bukanlah satu-satunya. Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan guru untuk membuat siswa belajar. Peran yang seharusnya dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber belajar yang ada.

2. Jenis Dan Kriteria Media Pengajaran
Penggunaan media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan keinginan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. disamping membangkitkan  motivasi dan minat siswa, media pengajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Sejalan dengan uraian ini, Yunus (1942:78) berpendapat bahwa: “Media pengajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan dapat lebih menjamin pemahaman”. Orang yang mendengarkan saja akan memiliki tingkat pemahaman yang berbeda dibanding orang yang mendengar sekaligus melihat.

Ada beberapa media pengajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran. (I) Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut media dua dimensi, yakni media yakni media yang mempunyai panjang dan lebar. (II) Dalam media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, dan lain-lain. (III) Media proyeksi seperti slide, film, penggunaan OHP dan lain-lain. Keempat penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian
Sejalan dengan permasalahan yang menjadi kajian penulis dalam penelitian ini, maka yang dijadikan lokasi penelitian adalah SMAN 1........... Lokasi ini dipilih karena terdapat kesesuaian materi dengan tujuan atau fokus masalah yang akan diteliti oleh peneliti, yaitu tentang pengembangan media pembelajaran batik siswa kelas XI.
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas XI SMAN 1 ......, dalam penggunaan media batik cap sederhana untuk meningkatkan kemampuan membatik cap di kelas XI
B. Model Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini mengangkat masalah-masalah nyata. Hal ini ditegaskan oleh Wibawa, (2004: 3) bahwa: “Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas yaitu suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan”. Adapun pengertian lain yang dikemukakan oleh Arikunto (2007: 3) menyebutkan bahwa: “Penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”. Penelitian tindakan kelas dilakukan oleh guru atau diarahkan dari guru namun dilakukan oleh siswa. Adapun tujuan dari penelitian tindakan kelas, adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses belajar mengajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Borg (1986) dalam Sohidin, Barsowi, dan Suranto (1992: 37) secara eksplisit menyebutkan bahwa:

Pengembangan keterampilan guru yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi berbagai permasalahan pembelajaran aktual yang dihadapi di kelasnya atau di sekolahnya sendiri dengan atau tanpa masukan khusus berupa berbagai program yang lebih eksplisit.
Selain pendapat diatas ada juga pendapat lain yang menyebutkan tentang tujuan PTK, yaitu pendapat Mulyasa (2009: 80-90) tentang tujuan Penelitian Tindakan Kelas, yaitu: “Memberikan kesempatan kepada guru untuk mengadakan pengkajian secara bertahap terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan sehingga terciptanya perbaikan yang berkesinambungan”.
Dalam penelitian tindakan kelas dikenal istilah model penelitian tindakan kelas, yaitu acuan penelitian. Model penelitian banyak macamnya, namun peneliti menggunakan model John Elliot.
Model John Elliot juga dikembangkan berdasarkan model Kurt Lewin yang jauh dikenalkan sebelum model Elliot yaitu tahun 1994, yang dijadikan acuan pokokatau dasar untuk model penelitian tindakan kelas yang lainnya. Model Elliot nampak lebih detail dan rinci. Pada model John Elliot dalam satu tindakan atau acting terdiri dari beberapa step atau langkah tindakan, yaitu langkah tindakan 1, langkah tindakan 2, dan langkah tindakan 3 (Depdiknas 1999:22). Untuk lebih jelasnya lihat Gambar Penelitian Tindakan Kelas Model Elliot (Gambar 3.1) pada halaman berikutnya.

C. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara-cara atau langkah-langkah yang digunakan sebagai alat bantu untuk mengumpulkan, menyusun dan menganalisis data sehingga dapat menjadi suatu kesimpulan. Sebagai mana yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1990: 140), bahwa:
Metode merupakan suatu cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini digunakan setelah penyelidika memperhitungkan kewajaran dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan.

Penelitian yang berjenis penelitian tindakan kelas, yang menjadi salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat saling mendukung satu sama lainnya dilengkapi dengan fakta-fakta dan mengembangkan kemampuan analisis.

Mengingat karakteristik masalah dan data yang diperoleh, maka penulis menetapkan strategi kajian penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang akan menghasilkan deskriptif tentang hasil objek yang diteliti, yaitu memberikan pengertian yang leluasa antar sektor yang masing-masing saling berkaitan. Hal ini di tegaskan oleh pendapat Surakhman (1982: 140) yaitu:
Ciri-ciri metode deskriptif yaitu memusatkan diri pada pemecahan-pemacahan masalah yang sedang terjadi pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang sedang aktual, dan data dikumpulkan mula-mula disusun dan kemudian dianalisa (karena metode ini sering disebut metode analisis).
Dengan demikian ciri metode deskriptif yang memusatkan kepada pemecahan masalah, sehingga sering disebut metode analisis, hal ini sejalan dengan proses penelitian tindakan kelas yang juga mengembangkan kemampuan analisis, maka peneliti menggunakan metode deskriptif.

Dengan metode ini peneliti berusaha untuk mengumpulkan data-data dan fakta –fakta sebanyak mungkin, dan hasil penelitian di lapangan serta menafsirkan dan merumuskannya secara sistematis dan tertulis untuk kebutuhan memperkaya wawasan bagi praktisi muda dibidang seni rupa.
D. Teknik Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti ditempatkan pada tempat yang utama sehingga harus berhadapan langsung dengan responden atau objek lainnya untuk memahami kaitan dan kenyataan dilapangan. Oleh karena itu teknik penelitian yang dilakukan adalah:

1. Observasi Langsung
Observasi langsung adalah teknik yang dimaksudkan meninjau lebih dekat dan berusaha membuat fokus dari tujuan penelitian yang akan dilakukan. Pada teknik ini mulai dikerucutkan mengenai responden dan pendekatan terhadap variabel yang akan diteliti. Hal ini dimaksudkan agar peneliti jauh lebih mengetahui pola pembelajaran yang dilakukan, lingkungan penelitian, maupun kesulitan-kesulitan yang dihadapi saat penelitian. Observasi dilakukan dari bulan April s/d Juni 2015.

2. Angket
Angket berisikan daftar pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh data dan keterangan yang dibutuhkan. Dalam hal ini angket akan diberikan kepada siswa kelas XI sebanyak 37 siswa. Angket dibuat secara terstruktur sesuai dengan siklus dan tindakan yang dilakukan saat penelitian, setiap siklus diberikan angket yang berbeda sesuai dengan tindakan yang dilakukan. Dengan adanya angket diharapkan memudahkan dalam proses pengumpulan dan analisis data, dan pemilihan instrumen angket dalam penelitian adalah sifat angket yang praktis, hemat waktu, tenaga, dan hemat biaya.

3. Wawancara
Teknik wawancara dilakukan untuk menambah data yang diperoleh dari hasil angket. Wawancara yang dilakukan penulis adalah wawancara yang terstruktur karena kemungkinan jawaban sudah disiapkan oleh penulis sehingga jawaban pertanyaan tinggal dikategorikan. Selain untuk mendukung jawaban responden (siswa) melaui angket dan juga untuk menguji validitas jawaban angket yang di isi oleh responden.


DAFTAR PUSTAKA


Hamzuri,. (1985). Batik Klasik (Classical Batik). Jakarta: Djambatan.
Jasper, J.E. Pirngadie, Mas. (2006). Indonesian Batik Designs. New York: Dover Publications, Inc.
LU, Fraser, Sylvia. (1989). Indonesian Batik Processes, Patterns, and Place. Singapore: Oxford University Press.
Maleong, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Rosdakarya.
Setiawan, D. (2009). Komputer dan Media Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sobandi, B. (2011). “Seminar Dan Pameran Nasional Batik Empowering Batik Dalam Membangun Karakter Budaya Bangsa”. Makalah. Disajikan dalam Pengembangan Media Pembelajaran Batik Cap Melalui Pemanfaatan Sampah Anorganik Untuk Meningkatkan Kreatifitas dan Apresiasi Siswa
Sudjana, Nana. (2009). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sumantri, Mulyani. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Susanto, Sekawan S.K. (1980). Seni Kerajinan Batik Indonesia. Jakarta: Balai Penelitian Batik dan Kerajinan, Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industri, Departemen Perindustrian.
Taniredja, T. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta
Tarjo, Enday (2004). Strategi belajar-mengajar seni rupa. Jurusan Pendidikan Seni Rupa, FPBS UPI Bandung.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Depdiknas.
Wardhani, Igak, dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Yudoseputro, W. (1986). Pengantar Seni Rupa Islam Di Indonesia. Bandung: Angkasa.


Terima kasih telah berkunjung di Musiyanto Blog yang membahas  CONTOH PTK SENI BUDAYA TERBARU- ini dapat membantu Anda dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan cara mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.