CONTOH PTK BAHASA INDONESIA MATERI CERITA PENDEK SMP DOC-Keterampilan membaca cerpen siswa kelas 9.1 SMPN .......... masih rendah. Hal tersebut disebabkan siswa merasa kesulitan dalam menceritakan kembali isi cerpen, siswa masih tidak menceritakan kembali hal-hal penting dalam cerpen dan menemukan unsur-unsur intrinsik dalam cerpen. Hal ini disebabkan penggunaan pendekatan dan media pembelajaran kurang menarik dan membosankan. Selain itu, guru belum secara intensif untuk membimbing siswa dalam pembelajaran membaca cerpen. Terkadang guru memberikan materi pelajaran dengan metode ceramah dan tanya jawab saja sehingga membuat siswa merasa bosan dan kurang tertarik. Selain itu membuat siswa kurang aktif dalam pembelajaran.contoh ptk bahasa indonesia smp doc
Rumusan masalah penelitian ini (1) proses pembelajaran membaca cerpen pada siswa kelas 9.1 SMPN 2............. dengan menggunakan metode P2R melalui model berpikir-berpasangan-berbagi, (2) berapa besaran peningkatan keterampilan membaca cerpen pada siswa kelas 9.1 SMPN 2......setelah mendapatkan pembelajaran membaca cerpen dengan menggunakan metode P2R dan model berpikir-berpasangan-berbagi, dan (3) bagaiamanakah perubahan perilaku siswa kelas 9.1 SMPN 2 ......... dalam mengikuti pembelajaran membaca cerpen dengan menggunakan metode P2R melalui model berpikir- berpasangan-berbagi. Tujuan penelitian tindakan kelas ini yaitu (1) mendeskripsikan proses pembelajaran membaca cerpen pada siswa kelas 9.1 SMPN 2 .......dengan menggunakan teknik P2R melalui model berpikir- berpasangan-berbagi, (2) mendeskripsikan peningkatan keterampilan pembelajaran membaca cerpen pada siswa kelas 9.1 SMPN 2 ..........dengan menggunakan teknik P2R melalui model berpikir-berpasangan-berbagi, dan (3) mendeskripsikan perubahan perilaku siswa kelas 9.1 SMPN 2 ........... dalam mengikuti pembelajaran membaca cerpen dengan menggunakan teknik P2R melalui model berpikir-berpasangan-berbagi.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah keterampilan membaca cerpen siswa kelas 9.1 SMPN........... Sumber data yang digunakan adalah siswa kelas 9.1 SMPN ........dengan jumlah 44 siswa. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu, keterampilan membaca cerpen dan variabel metode P2R dan model berpikir-berpasangan-berbagi. Pengumpulan data menggunakan teknik tes dan nontes. Tes dilaksanakan dalam bentuk tes unjuk kerja, sedangkan teknik nontes diterapkan melalui observasi, jurnal guru dan siswa, wawancara, dan dokumentasi foto. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis secara kuantitatif dan kualitatif.
Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas mapel BAHASA INDONESIA SMP yang diberi judul “Peningkatan Keterampilan Membaca Cerpen Dengan Metode P2r Dan Model Berpikir-Berpasangan-Berbagi Pada Siswa Kelas 9.1 Smpn..............Tahun Pelajaran 20.../20.... ". Disini akan di bahas lengkap.
PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan FILE PTK BAHASA INDONESIA SMPKELAS IX lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 - BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS/WA/TM ke 0817-283-4988 dengan Format PESAN PTK 082 SMP ).
A.CONTOH PTK BAHASA INDONESIA SMP TERBARU
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Membaca sebenarnya hakikatnya adalah melihat tulisan, menyuarakan atau tidak bersuara (membaca dalam hati) dan mengerti isi atau makna tulisan..contoh ptk bahasa indonesia smp doc
Keterampilan membaca merupakan kemampuan bahasa bagi siswa yang harus mereka kuasi agar dapat mengikuti seluruh kegiatan dalam proses pendidikan dan pengajaran. Membaca cerpen adalah membaca bacaan yang menimbulkan suatu imajinasi (gambaran) dalam pikiran. Jenis bacaan fiksi adalah bacaan yang penuh sifat khayali yang tinggi. Kegiatan membaca dalam proses belajar mengajar di kelas melibatkan berbagai faktor yaitu guru, siswa, media, metode, dan tempat berlangsung kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan membaca bertujuan untuk mencari serta memperoleh informasi mencakup isi, memahami makna bacaan (Tarigan, 1984:9). Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan (Tarigan, 1984:9). Tujuan membaca seseorang akan menentukan kecepatan bacanya. Berbicara tentang hubungan kecepatan membaca dengan tujuan yang dikehendaki dari kegiatan membacanya itu akan terjadilah apa yang dinamakan fleksibilitas kecepatan baca. Yang dimaksud fleksibilitas kecepatan baca adalah kelenturan tempo baca pada saat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan membacanya tersebut.
Jika tujuan membacanya hanya sekedar ingin menikmati karya sastra secara santai, pembaca dapat memperlambat tempo dan kecepatan bacanya. Kalau pembaca menginginkan informasi menyeluruh tentang kejadian hari ini dengan segera, tentu ia akan meningkatkan kecepatan bacanya. Pembaca akan berusaha menemukan ide-ide utama atau gagasan-gagasan penting saja dan menghiraukan hal-hal kecil atau rincian-rincaian khusus imbandalam bacaannya tersebut.
Lebih lanjut, Wiryodijoyo (1989:1) menyatakan bahwa membaca adalah salah satu keterampilan dasar terpenting pada manusia, yaitu berbahasa. Keterampilan membaca memungkinkan seseorang untuk 'melihat dunia' lebih luas, menambah wawasan ilmu pengetahuan, dan memperoleh informasi- informasi yang akan berguna bagi kehidupan yang lebih baik.
Dalam pembelajaran membaca cerpen, siswa diharapkan mampu memahami ungkapan atau perasaan si pengarang atau penulis serta dapat menentukan unsur-unsur intrinsik cerpen dengan tepat. Kemampuan menmbaca cerpen merupakan salah satu materi pembelajaran membaca sastra yang diajarkan di kelas. Manfaat lain membaca cerpen adalah siswa memperoleh hikmah dari cerpen yang dibaca, selain itu membaca cerpen dapat menghaluskan budi manusia sehingga dapat memupuk budi pekerti siswa sejak dini..contoh ptk bahasa indonesia smp doc
Kebiasaan anak membaca cerpen akan menambah pembendaraan kata atau kalimat, mengetahui kata atau kalimat untuk mengungkapkan perasaan, ide atau gagasan atau emosinya. Semakin sering anak membaca prosa maka kemampuannya yang berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas akan semakin meningkat. Mengajarkan keterampilan membaca tidak hanya sekedar menyuarakan lambang-lambang tertulis tanpa mempersoalkan apakah rangkaian kata atau kalimat yang dilisankan itu dipahami atau tidak, ada pula yang lebih jauh dari itu. Sebagai bagian dari kegiatan berbahasa, membaca merupakan proses yang kompleks. Aktivitas kegiatan membaca semakin jelas tampak pada tingkat membaca yang semakin tinggi. Dengan demikian membaca pun merupakan interaksi antara pembaca dan penulis.
Keterampilan membaca merupakan kemampuan bahasa bagi siswa yang harus mereka kuasi agar dapat mengikuti seluruh kegiatan dalam proses pendidikan dan pengajaran. Membaca cerpen adalah membaca bacaan yang menimbulkan suatu imajinasi (gambaran) dalam pikiran. Jenis bacaan fiksi adalah bacaan yang penuh sifat khayali yang tinggi. Sasaran utama dalam membaca fiksi bukanlah pada pemahaman isi bacaan melainkan pada ketepatan penggunaan bahasa dalam bahan bacaan. Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan bacaan itu dapat mengarah pada hal-hal berikut: 1) makna suatu kata dalam suatu konteks tertentu; 2) ketepatan pemakaian suatu kata dalam konteks tertentu; 3) penggunaan suatu kata dalam konteks yang berbeda-beda; 4) ketepatan pengguanaan awalan, akhiran, dan sisipan; 5) ketepatan penggunaan tanda baca; 6) ketepatan susunan kata/kalimat dan lain-lain (Supriyadi, 1993:145).
Standar Kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia aspek bersastra SMP kelas 9.1 subaspek membaca menyatakan bahwa membaca sebagai proses mental atau proses kognitif yang di dalamnya seorang pembaca bisa mengikuti dan merespon terhadap pesan si penulis. Sedangkan dalam Kompetisi Dasar siswa dituntut untuk menemukan tema, latar, penokohan pada cerpen dalam satu buku kumpulamn cerpen. Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia menuntut agar (1) peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri; (2) guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar; (3) guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya; (4) orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan dan kesusatraan di sekolah; (5) sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastran sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia; (6) daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar dan kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kebasaan daerah tepat memperhatikan kepentingan nasional.ptk bahasa indonesia smp terbaru
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunuikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik melalui lisan maupun tulis, serta menumpuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusi Indonesia. Hal ini berarti peserta didik (siswa) dituntut untuk mampu mengembangkan potensi diri dalam berbahasa dan bersastra baik secara lisan maupun tertulis.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan KTSP (Depdiknas:2006) bertujuan agar siswa memilki kemampuan sebagai berikut (1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tertulis; (2) menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara; (3) memahami Bahasa Indonesia dan menggunakan dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; (4) menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; (5) menikmati dan memafaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; (6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Membaca cerpen merupakan salah satu kompetensi dasar yang menjadi bagian dalam standar kompetensi kemampuan bersastra kelas 9.1 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Salah satu aspek yang diajarkan dalam pembelajaran sastra adalah membaca pemahaman cerpen. Dalam pembelajaran membaca cerpen, siswa diharapkan mampu memahami ungkapan atau perasaan si pengarang atau penulis serta dapat menentukan unsur-unsur intrinsik cerpen dengan tepat. Kemampuan membaca cerpen merupakan salah satu materi pembelajaran membaca sastra yang diajarkan di kelas. Membaca pemahaman bukanlah suatu kegiatan pembelajaran yang mudah.
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang memilki peranan penting bagi peningkatan kualitas kehidupan seseorang. Membaca merupakan salah satu diantara empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, yang penting untuk dipelajari dan dikuasi oleh setiap individu. Dengan membaca seseorang dapat berinteraksi dengan perasaan dan pikiran, memperoleh informasi dan meningkatakan ilmu pengetahuannya. Membaca bukanlah suatu kegiatan pembelajaran yang mudah. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam membaca. Secara umum faktor- faktor tersebut dapat diidentifikasi seperti guru, siswa, kondisi lingkungan, materi pelajaran, serta teknik mempelajari materi pelajaran.
Berdasarkan pengamatan dari observasi yang telah dilakukan di SMPN ..... kemampuan siswa dalam membaca cerpen masih rendah apabila dilihat dilihat dari hasil nilai prasiklus, dan nilai-nilai siswa dalam pelajaran membaca cerpen. Berdasarkan pengamatan tersebut dari observasi di kelas, siswa terlihat masih mengalami kesulitan dalam indikator menceritakan kembali isi cerpen dan menentukan unsur intsrinsik aspek latar dan gaya bahasa, kesulitan dalam mengulang kembali bacaan yang telah diberikan dengan tidak melihat bacaan tersebut.ptk bahasa indonesia smp
Metode P2R merupakan metode pembelajaran yang akan dilakukan peneliti dalam membelajarkan membaca cerpen. Metode P2R merupakan salah satu cara yang digunakan peneliti untuk meneliti siswa dalam membaca cerpen dengan model berpikir-berrpasangan-berbagi. Sementara berpikir-berpasangan- berbagi merupakan jenis model pembelajaran kooperatif yang menggunakan kelompok-kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dan saling membantu satu sama lain dalam menyelesaikan tugas yang dipelajarinya (Sutardi dan Sudirjo, 2007:82).
Kegiatan membaca dalam proses belajar mengajar dikelas melibatkan berbagai faktor yaitu guru, siswa, media, metode, dan tempat berlangsung kegiatan belajar mengajar. Guru sebagai penyampai bahan ajar diharapkan selalu meningkatkan penguasaan materi pembelajaran. Setiap guru bahasa harusnya dapat membantu seta membimbing para pelajar untuk mengembangkan serta meningkatkan keterampilan yang mereka butuhkan dalam membaca. Selain itu, guru pandai mengatur strategi, memilih metode atau teknik yang tepat ketika menyampaikan bahan ajar membaca cerpen sehingga siswa dapat memperoleh hasil keterampilan membaca cerpen dengar baik.
Keterampilan membaca cerpen siswa kelas 9.1 SMPN ........... masih rendah. Kebanyakan mereka belum mengerti cara membaca cerpen yang baik. Kelemahan mereka dalam membaca cerpen terutama dalam menceritakan kembali isi cerpen menentukan unsur-unsur intrinsik cerpen, mereka belum dapat menentukan unsur intrinsik cerpen aspek latar dan gaya bahasa dengan tepat Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor siswa dan faktor guru. Guru dalam membelajarkan membaca cerpen masih menggunakan metode ceramah, disamping itu dalam mengajarkan sastra hanya dengan menyampaikan sinopsis (ringkasan cerita) yang hanya bersumber dari buku paket yang digunakan saat mengajarkan prosa fiksi, tidak mencari dari sumber-sumber lain, misalnya buku-buku kumpulan cerpen. Itu dilakukan supaya tidak membutuhkan waktu yang cukup lama atau menyita waktu.download ptk bahasa indonesia doc
Masalah-masalah yang sering dialami siswa adalah siswa merasa bosan. Hal ini tampak pada saat pembelajaran berlangsung, karena guru hanya menggunakan sinopsis dalam membelajarkan cerpen, dan cara mengajar guru masih monoton yaitu dengan metode ceramah. Hal itu menyebabkan siswa merasa malas dan tidak bersemangat dalam pembelajaran membaca cerpen. Selain itu siswa tampak jenuh pada waktu guru menjelaskan cerpen, siswa tidak antusias kepada pembelajaran bahkan pada saat tanya jawab tak ada siswa yang mau berbicara atau mengungkapkan pendapat kalau tidak ditunjuk oleh guru. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru dan siswa perlu pengenalan model dan teknik dalam pembelajaran membaca cerpen yang dapat menyegarkan suasana KBM di sekolah. Oleh karena itu, peneliti mengambil penelitian tindakan kelas dengan judul, “Peningkatan Keterampilan Membaca Cerpen dengan Metode P2R dan Model Berpikir-Berpasangan-Berbagi pada Siswa Kelas 9.1 SMPN 2 ..........”
1.2 Identifikasi Masalah
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia diarahkan untuk membekali siswa terampil berkomunikasi dengan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Pembelajaran membaca cerpen merupakan bagian dari pembelajaran karya sastra pada siswa SMP kelas 9.1 dan pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang perlu mendapatkan perhatian khusus dan serius. Dalam pembelajaran membaca cerpen, siswa dituntut untuk memahami isi kutipan cerpen yang akan dibaca dan memahami unsur intrinsik yang ada dalam kutipan cerpen tersebut.
Keterampilan membaca cerpen siswa kelas 9.1 masih rendah. Hal ini, disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor siswa dan faktor guru. Masalah-masalah yang sering dialami siswa adalah karena siswa merasa bosan. Hal ini tampak pada saat pembelajaran berlangsung, karena guru hanya menggunakan sinopsis dalam membelajarkan cerpen, dan cara mengajar guru masih monoton yaitu dengan metode ceramah. Hal ini tampak pada saat pembelajaran berlangsung, siswa tampak jenuh pada waktu guru menjelaskan cerpen, siswa tidak antusias kepada pembelajaran bahkan pada saat tanya jawab tak ada siswa yang mau berbicara atau mengungkapkan pendapat kalau tidak ditunjuk oleh guru. Hal itu menyebabkan siswa merasa malas dan tidak bersemangat dalam pembelajaran membaca cerpen.
Rendahnya kemampuan siswa dalam membaca cerpen juga disebabkan belum tepatnya guru dalam proses pembelajaran. Guru dalam membelajarkan membaca cerpen masih menggunakan metode ceramah, di samping itu juga mengajarkan sastra hanya dengan menyampaikan sinopsis (ringkasan cerita) yang hanya bersumber dari buku paket yang digunakan saat mengajarkan prosa fiksi, tidak mencari dari sumber-sumber lain, misalnya saja buku-buku kumpulan cerpen. Itu dilakukan supaya tidak membutuhkan waktu yang cukup lama atau menyita waktu.
Beberapa faktor penyebab di atas adalah masalah–masalah yang dapat dicari solusinya, akan tetapi harus sesuai dengan sejauh mana usaha menyikapi dan sejauh mana usaha itu membuahkan hasil. Solusinya yang tepat untuk permasalahan tersebut adalah guru harus memilih model dan teknik yang mampu membuat siswa aktif dan berpartisipatif mengikuti pembelajaran, salah satunya yaitu dengan menggunakan metode P2R melalui model berpikir-berpasangan- berbagi. Dengan pembelajaran yang menggunakan metode P2R melalui model berpikir-berpasangan-berbagi ini diharapkan siswa kelas 9.1 SMPN........... mampu membaca cerpen dengan baik serta memahami unsur intrinsik cerpen dengan benar, sehingga siswa semakin berminat dalam pembelajaran membaca cerpen.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa permasalahan dalam penelitian ini cukup luas, perlu adanya pembatasan masalah. Peneliti memilih kelas 9.1 SMPN ......... sebagai subjek penelitian karena memang siswa di kelas tersebutlah yang bermasalah dalam pembelajaran membaca, terutama membaca cerpen. Kebanyakan siswa di kelas tersebut kurang berkonsentrasi dalam membaca cerpen dan kurang bersemangat pada saat proses pembelajaran membaca.
Penggunaan metode P2R diharapkan siswa dapat membaca cepat dengan baik dalam beberapa tahapan membaca. Sementara berpikir-berpasangan-berbagi termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning merupakan pengajaran kooperatif terpadu dalam pembelajaran membaca cerpen di mana siswa dapat bekerja sendiri serta bekerja sama dengan kelompoknya dalam menemukan unsur intrinsik dalam cerpen.
B.DOWNLOAD JUDUL PTK BAHASA INDONESIA SMP DOC
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teoretis
Landasan teoretis yang digunakan dalam penelitian ini 1) keterampilan membaca cerpen, 2) pengertian cerita pendek, 3) unsur-unsur pembangun cerpen yang meliputi tema, amanat, alur atau plot, tokoh penokohan, latar atau setting, sudut pandang (point of view), gaya bahasa, 4) metode P2R, 5) model berpikir- berpasangan-berbagi, 6) pembelajaran membaca cerpen dengan metode P2R dan model berpikir-berpasangan-berbagi.
2.1.1 Keterampilan Membaca Cerpen
Membaca merupakan berbahasa yang sangat bermanfaat. Dengan membaca dapat diperoleh berbagai informasi, gagasan, pendapat, pesan dan lain- lain yang disampaikan penulis melalui lambang-lambang grafis yang sudah dikenal. Dengan kata lain melalui kegiatan membaca akan diperoleh berbagai informasi dunia.download ptk bahasa indonesia doc
Keterampilan membaca sangat penting bagi siapa saja terutama bagi peserta didik atau pelajar. Keterampilan membaca tidak hanya sangat diperlukan bagi sekolah menengah maupun diperguruan tinggi melainkan setelah selesai perguruan tinggi dan bertugas dimanapun masih tetap diperlukan. Wallter Pauk dari Universitas Carnell menggolongkan keteraampilan membaca sebagai keterampilan pokok yang terus-menerus diperlukan (The Basic On-Going skill).
Setiap guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar-benar bahwa membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebh kecil. Dengan kata lain keterampilan membaca mencakup tiga komponen yaitu (1) pengenalan terhadap aksara serta tanda baca; (2) korelaasi aksara beserta tanda- tanda baca dan unsur-unsur intrinsik yang formal; (3) hubungan lebih lanjut antara 1 dan 2 dengan makna atau meaning.
Keterampilan membaca merupakan suatu kesinambungan yang berlangsung secara berangsur-angsur berproses dari yang sederhana hingga yang lebih kompleks. Membaca adalah suatu proses yang sangat rumit dan unik pula sifatnya. Keunikanya terletak pada banyaknya serta beraneka ragamnya faktor yang bekerja dalam proses membaca itu dan bertautnya faktor yang satu dengan yang lainya. Keunikannya terletak pada relatif berbeda-bedanya proses membaca itu berlangsung pada setiap pembaca. Faktor yang melatarbelakangi bermacam- macamnya pengertian membaca yang lain adalah pendekatan yang digunakan dalam merumuskan tersebut dengan menggunakan teori serta pendekatan dan pemilihan aspek permasalahan yang berbeda, juga adanya penemuan. Penemuan baru dalam studi membaca.download ptk bahasa indonesia doc
Dalam membaca cerpen diperlukan pemahaman dalam membaca. Keterampilan dalam membaca pemahaman yaitu masalah menangkap makna kalimat, menangkap gagasan utama paragraf, menangkap ide penjelas paragraf serta menangkap isi bacaan (Depdikbud 1984:70). Membaca pemahaman biasanya dilakukan dengan teknik membaca dalam hati. Menurut Tarigan (1986:24) membaca dalam hati adalah jenis membaca tanpa suara yang bertujuan memahami isi bacaan yang dibaca. Membaca pemahaman dapat dikuatkan sebagai suatu proses yang kompleks, sebab dalam membaca pemahaman pembaca melibatkan sejumlah keterampilan. Hakikat membaca cerpen sebagai karya senia adalah menghaluska budi pekerti siswa dengan memperoleh hikmah dari cerpen yang dibaca. Selain itu manfaat lain dapat menambah pembendaharaan kata atau kalimat, mengetahui kata atau kalimat untuk mengungkapkan perasaan, ide, atau gagasan serta emosinya.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah suatu kegiatan memahami pesanpesan media tulis melalui beberapa aspek didalam wacana yang dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internel pembaca. Sedangkan dalam membaca pemahaman membaca cerpen digukanakan untuk memahami isi cerpen dan mengerti unsur-unsur instrinsik dalam cerpen.
2.1.2 Pengertian Cerita Pendek
Cerita pendek tidak ditentukan oleh banyaknya halaman untuk mewujudkan cerita tersebut atau banyak sedikitnya tokoh dalam cerita itu, melainkan lebih disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan yang ingin disampaikan oleh bentuk karya sastra tersebut. Jadi sebuah cerita yang pendek belum tentu digolongkan kedalam jenis cerita prapendek jika ruang lingkup dan permasalahannya yang diungkapkan tidak memenuhi persyaratan yang dituntut oleh cerita pendek. (Suharianto 1982:39). Selanjutnya Suharianto (1982:39) juga menambahkan bahwa “cerita pendek biasanya adalah wadah yang biasanya dipakai oleh pengarang untuk menyuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang paling menarik perhatian pengarang”. Jadi sebuah cerita senantiasa memusatkan perhatiannya pada tokoh utama dan permasalahannya yang paling menonjol dan menjadi tokoh cerita pengarang, dan juga mempunyai efek tunggal, karakter, alur dan latar yang terbatas. Cerpen memuat penceritaan kepada satu peritiwa pokok, peristiwa pokok itu tidak selalu “sendirian” ada peristiwa lain yang sifatnya mendukung peristiwa pokok.
2.1.3 Unsur-unsur Pembangun Cerpen
Cerpen tersusun atas unsur-unsur pembangun cerita yang saling berkaitan erat antara satu dengan yang lainnya. Berkaitan antara unsur-unsur pembangun cerita tersebut membentuk totalitas yang bersifat abstrak, koherensi dan keterpaduan semua unsur cerita yang membentuk sebuah totalitas amat menentukan keindahan dan keberhasilan cerpen sebagai suatu bentuk ciptaan sastra. Unsur-unsur dalam cerpen terdiri atas: tema, amanat, alur atau plot, tokoh dan penokohan, latar (setting), sudut pandang (point of view), dan gaya bahasa.
2.1.3.1 Tema
Cerpen harus mempunyai tema atau dasar. Dasar itu adalah tujuan dari cerpen itu, dengan dasar ini pengarang dapat melukiskan watak-watak dari orang yang diceritakan dalam cerpen itu dengan maksud yang tertentu, demikian juga segala kejadian yang dirangkaikan berputar kepada dasar itu.
Menurut Stanton (dikutip oleh Nurgiyantoro 2005:70) tema sebagai makna sebuah cerita yang secara khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang sederhana. Tema suatu karya sastra dapat tersurat dan dapat pula tersirat. Disebut tersurat apabila tema tersebut dengan jelas dinyatakan oleh pengarangnya. Disebut tersirat apabila tidak secara tegas dinyatakan, tetapi terasa dalam keseluruhan cerita yang dibuat pengarang.download ptk bahasa indonesia doc
Amiruddin (2002:91) tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya.
Seorang pengarang harus memahami tema cerita yang akan dipaparkan sebelum melaksanakan proses kreatif penciptaan, sementara kita sebagai pembaca baru memahami tema setelah kita selesai memahami unsur-unsur pembangun yang menjadi media pemaparan tersebut. Oleh karena itu, untuk memahami tema kita harus terlebih dahulu memahami unsur-unsur pembangunnya, menyimpulkan makna yang dikandungnya serta menghubungkannya dengan tujuan penciptaan pengarangnya.
Unsur lain yang dapat kita peroleh sewaktu berusaha memahami tema cerita adalah unsur pokok pikiran atau subject matter. Melalui pemahaman terhadap pokok pikiran tersebut pada langkah lebih lanjut kita akan dapat mememukan nilai-nilai ditaktis yang berhubungan dengan masalah manusia dan kemanusiaan serta hidup kehidupan. Untuk mementukan nilai-nilai yang terkandung di dalam prosa fiksi tidaklah mudah. Prosa fiksi itu harus dibaca secara sungguh-sungguh dan disikapi secara kritis. Perhatian pembaca tidak boleh
hanya diarahkan pada jalan ceritanya saja semua kata dan kalimat harus benar- benar dirasakan dan diresapi sebab penyampaian nilai-nilai dalam prosa fiksi berbeda dengan karangan tentang ajaran budi, misalnya. Penyampaian nilai-nilai dalam prosa fiksi bukan secara tersurat melainkan secara tersirat.
Waluyo (2003:17) mengemukakan bahwa tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan penyair melalui melalui puisinya. Tema mengacu pada penyair. Pembaca sedikit banyak harus mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah menafsirkan tema puisi tersebut. Karena itu, tema bersifat khusus (diacu dari penyair, objektif), (semua pembaca harus menafsirkan sama), dan lugas (bukan makna kias yang diambil dari konotasinya.
Menurut beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tema merupakan dasar pemikiran yang melandasi suatu karya sastra. Melalui tema inilah pengarang mengungkapkan apa yang ia lihat, dengar, serta ia rasakan, sehingga dapat dinikmati oleh pembaca.
2.1.3.2 Amanat
Waluyo (2003:40) mengungkapkan amanat, pesan, nasehat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca cerpen. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca. Cara menyimpulkan amanat cerpen sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca terhadap suatu hal. Meskipun ditentukan
berdasarkan cara pandang pembaca, amanat tidak lepas dari tema dan isi cerpen yang dikemukakan penulis.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa amanat merupakan makna tersirat yang disampaikan penulis dalam cerpennya. Secara ringkas, unsur-unsur yang membangun gaya seorang pengarang meliputi 1) unsur leksikal, 2) gramatikal, dan 3) sarana retorika. Unsur leksikal menyangkut diksi, yakni penggunaan kata-kata yang sengaja dipilih pengarang. Unsur gramatikal menyangkut struktur kalimat yang digunakan pengarang dalam cerita rekaan yang ditulisnya. Adapun sarana retorika meliputi penggunaan pencitraan, bahasa kita, dan penyiasatan struktur.
C.CONTOH PTK MATERI CERPEN BAHASA INDONESIA KELAS 9 SMP
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas hanya memusatkan pada permasalahan yang spesifik dan kontekstual. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan secara tematik dengan mengikuti prosedur atau langkah-langkah tertentu.
Penelitian ini menggunakan desain (PTK) dengan dua siklus, yaitu proses tindakan pada siklus I dan siklus II, setiap siklus dilaksanakan melalui empat tahap. Empat tahap ini adalah tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Berikut bagian bagan untuk menggambarkan rangkaian siklus dan masing-masing tahapnya.
Gambar 1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Keterangan
K = Kondisi awal R = Refleksi
P = Perencanaan RP = Revisi perencanaan
T = Tindakan O = Observasi
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dua siklus. Siklus I dilakukan untuk mengetahui keterampilan membaca cerpen pada tahap awal tindakan penelitian. Siklus ini sekaligus digunakan sebagai refleksi untuk melakukan siklus II. Siklus II digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca cerpen setelah dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar yang didasarkan pada siklus I. Namun sebelum diadakan siklus I, observasi awal dilakukan agar dapat mengetahui kondisi siswa di dalam kelas dan kesulitan-kesulitan apa saja yang dialami oleh siswa. Berdasarkan penjelasan di atas akan dipaparkan prosedur tindakan pada siklus I adalah sebagai berikut.ptk smp doc
3.1.1 Proses Tindakan Siklus I
Siklus I terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Proses penelitian tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
3.1.2 Perencanaan Siklus I
Tahap perencanaan ini berupa kegiatan awal menentuan langkah-langkah yang akan dilakukan penelitian untuk memecahkan masalah yang akan dihadapi. Langkah ini merupakan upaya untuk memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran membaca cepat selama ini. Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah (1) menyiapkan materi pembelajaran yang akan diajarkan, (2) menyusun rencana pembelajaran (RPP) membaca cerpen dengan metode P2R dan model berpikir-berpasangan-berbagi, (3) menyusun dan menyiapkan instrumen nontes yang berupa observasi, jurnal, wawancara dan dokumentasi foto, (4) menyiapkan media pembelajaran, (5) menyusun dan menyiapkan lembar kriteria penilaian tes, dan (6) berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan dibantu teman, serta siswa kelas 9.1. Rencana pembelajaran ini digunakan sebagai program kerja atau pedoman penelitian dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
Rencana pelaksanaan ini dilakukan sebagai program kerja atau pedoman peneliti dalam melaksanakan proses belajar agar pembelajaran dapat tercapai. Semua perencanaan dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMPN 2 Babelan.
3.1.3 Tindakan Siklus I
Tindakan yang dilakukan peneliti secara garis besar adalah melaksanakan pembelajaran membaca cerpen dengan metode P2R dan model berpikir- berpasangan. Tindakan ini dilakukan dalam satu kali pertemuan yang terbagi atas tiga tahap yaitu tahap awal, inti, dan penutup.
Pada tahap awal guru memberikan apersepsi agar siswa siap mengikuti pembelajaran dengan baik. Kemudian guru mengutarakan tujuan pembelajaran dan manfaat yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran membaca cerpen. Selanjutnya guru mengarahkan pemahaman siswa tentan cerpen dan unsur intrinsik cerpen.
Tahap inti pembelajaran. Kegiatan inti pembelajaran dilakukan dengan tahap - tahap sebagai berikut : 1) siswa diberi penjelasan materi cara membaca cerpen dengan metode P2R, 2) siswa diberi kesempatan untuk berlatih membaca cerpen di dalam buku teks dengan metode P2R, 3) siswa membentuk kelompok berpasangan dan dibagikan teks cerpen oleh guru, 4) siswa membaca teks cerpen dengan metode P2R, 5) siswa berpikir dan mengerjakan tugas menceritakan kembali isi cerpen dan menemukan unsur intrinsik dalam cerpen, 6) siswa berpasangan dengan rekan kelompoknya dan mendiskusikan unsur intrinsik bersama, 7) siswa berbagi dan bergilir mewakili masing-masing kelompok membacakan hasil diskusi di depan kelas, 8) siswa diberi penguatan jawaban oleh guru setelah semua kelompok membacakan hasil diskusi, 9) siswa mengajukan kendala membaca cerpen dengan metode P2R dan model berpikir-berpasangan- berbagi, 10) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.
Tahap akhir meliputi beberapa bagian, meliputi: 1) siswa menjawab pertanyaan guru secara lisan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai pembelajaran membaca cerpen dengan metode P2R dan model berpikir- berpasangan-berbagi, 2) guru memberi penguatan terhadap simpulan yang diberikan oleh para siswa, 3) guru dan siswa merefleksi pembelajaran membaca cerpen yang baru berlangsung, 4) pemberian tugas kepada siswa untuk berlatih membaca cerpen dengan metode P2R.
3.1.4 Observasi Siklus I
Melalui pedoman observasi, peneliti mengamati tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Aspek-aspek yang diamati adalah sikap positif dan negatif siswa pada saat pembelajaran membaca cerpen.
Aspek yang diamati dalam proses pembelajaran meliputi: 1) intensifnya proses internalisasi penumbuhan minat siswa untuk membaca cerpen, 2) kondusifnya proses membaca cerpen dan menemukan unsur intrinsik cerpen, 3) kondusifnya proses diskusi berpasangan dalam menemukan unsur intrinsik, 4) kondusifnya kondisi siswa saat memaparkan hasil diskusi di depan kelas, (5) terbangunnya suasana yang reflektif sehingga siswa bisa menyadari kekurangan saat proses pembelajaran dan mengetahui apa yang akan dilakukan setelah proses pembelajaran.
Aspek-aspek yang diamati pada perubahan perilaku antara lain: 1) keantusiasan siswa saat mengikuti proses pembelajaran, 2) keaktifan siswa dalam merespon, bertanya, dan menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru pada kegiatan pembelajaran, 3) tanggung jawab siswa terhadap tugas yang diberikan oleh guru. Pada tahap observasi ini, peneliti dan guru memberikan tanda chek list (√) pada lembar observasi berdasarkan pengamatan proses pembelajaran berlangsung.
3.1.5 Refleksi Siklus I
Pada tahap ini dilakukan kegiatan menganalisis tes, hasil observasi, hasil jurnal, dan hasil wawancara. Setelah dianalisis akan terlihat permasalahan atau muncul pemikiran baru yang memerlukan tindakan baru, sehingga perlu muncul perencanaan ulang pada siklus II.
Hasil refleksi siklus I menunjukkan nilai rata-rata kelas untuk keterampilan membaca cerpen belum mencapai standar ketuntasan minimal 70. Nilai rata-rata kelas baru mencapai 67,44. Masih ada beberapa siswa belum dapat menceritakan kembali isi cerpen dengan baik dan menemukan unsur intrinsik dengan maksimal. Siswa banyak yang belum bisa mengefektifkan waktu dalam mengerjakan tugas. Kurangnya kerja sama siswa dalam tahap “berbagi” menyebabkan belum tercapainya skor yang ditargetkan. Pemahaman beberapa siswa mengenai unsur-unsur intrintrinsik belum maksimal karena beberapa siswa ada yang tidak memperhatikan guru seperti bercanda dengan teman sebangku, melamun, dan bermalas-malasan.
3.1.6 Proses Tindakan Siklus II
Proses tindakan siklus II merupakan kelanjutan dari siklus I. Hal-hal yang kurang tepat pada siklus I diperbaiki pada siklus II. Tahap-tahap pada siklus II adalah perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
3.1.7 Perencanaan Siklus II
Perencanaan yang dilakukan pada siklus II merupakan perbaikan dari perencanaan pada siklus I. Siklus I dapat digunakan sebagai refleksi terhadap siklus II. Siklus II digunakan untuk memperbaiki tindakan-tindakan yang masih kurang pada siklus I, sehingga pada siklus II akan terjadi peningkatan keterampilan siswa dalam membaca cerpen dengan metode P2R dan model berpikir-berpasangan-berbagi.download ptk bahasa indonesia pdf
Perbaikan yang dilakukan yaitu pada kegiatan awal setelah mengkondisikan siswa guru mengulas kembali unsur-unsur intrinsik denggan siswa kemudian melakukan ice breaking agar siswa tidak bosan. Kemudian pada bagian mengerjakan tugas guru lebih aktif lagi membimbing dan mendampingi siswa.
3.1.8 Tindakan Siklus II
Tindakan yang dilakukan oleh peneliti untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca cerpen adalah dengan perencanaan yang telah disusun. Tindakan yang dilakukan peneliti secara garis besar adalah proses pembelajaran membaca cerpen dengan model P2R dan model berpikir-berpasangan-berbagi. Tindakan ini dilakukan dalam satu kali pertemuan yang terbagi atas tiga tahap yaitu tahap awal, inti, dan penutup.
Pada kegiatan awal: (1) guru mengecek kesiapan siswa dan apersepsi, (2) guru melakukan ice breaking, 3) guru mengulas sejenak hasil membaca cerpen siklus I.
Tahap inti pembelajaran. Kegiatan inti pembelajaran dilakukan dengan tahap - tahap sebagai berikut: (1) guru memberikan pemecahan kesulitan yang dirasakan siswa dalam membaca cerpen. Siswa diberi penjelasan secara intensif tentang hal-hal yang belum dipahami, guru juga mengingatkan siswa untuk memperhatikan membaca cerpen dengan metode P2R dan materi memahami isi cerpen serta menemukan unsur intrinsik sesuai dengan target yang hendak dicapai, 2) siswa dan guru bertanya jawab dengan siswa mengenai unsur-unsur intrinsik, 3) siswa membentuk kelompok berpasangan dan dibagikan teks cerpen oleh guru, 4) siswa membaca teks cerpen dengan metode P2R, 5) siswa berpikir dan mengerjakan tugas menemukan unsur intrinsik dalam cerpen, 6) siswa berpasangan dengan rekan kelompoknya dan mendiskusikan unsur intrinsik bersama, 7) siswa dipantau oleh guru dalam mengerjakan tugas, 8) siswa berbagi dan bergilir mewakili masing-masing kelompok membacakan hasil diskusi di depan kelas, 8) siswa diberi penguatan jawaban oleh guru setelah semua kelompok membacakan hasil diskusi, 9) siswa mengajukan pertanyaan tentang kendala membaca cerpen dengan metode P2R dan model berpikir-berpasangan- berbagi, 10) guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.
Tahap akhir meliputi beberapa bagian, meliputi: 1) siswa menjawab pertanyaan guru secara lisan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai pembelajaran membaca cerpen dengan metode P2R dan model berpikir- berpasangan-berbagi, 2) guru memberi penguatan terhadap simpulan yang diberikan oleh para siswa, 3) guru dan siswa merefleksi dan evaluasi
pembelajaran membaca cerpen yang baru berlangsung, 4) guru menutup pelajaran dengan memberikan nasihat kepada siswa agar siswa giat berlatih membaca cerpen.
3.1.9 Observasi siklus II
Observasi yang dilakukan pada siklus II hampir sama dengan pelaksanaan observasi pada siklus I. Melalui pedoman observasi, peneliti mengamati tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Aspek yang diamati dalam proses pembelajaran meliputi: 1) intensifnya proses internalisasi penumbuhan minat siswa untuk membaca cerpen, 2) kondusifnya proses membaca cerpen dan menemukan unsur intrinsik cerpen, 3) kondusifnya proses diskusi berpasangan dalam menemukan unsur intrinsik, 4) kondusifnya kondisi siswa saat memaparkan hasil diskusi di depan kelas, (5) terbangunnya suasana yang reflektif sehingga siswa bisa menyadari kekurangan saat proses pembelajaran dan mengetahui apa yang akan dilakukan setelah proses pembelajaran.
Aspek-aspek yang diamati pada perubahan perilaku antara lain: 1) keantusiasan siswa saat mengikuti proses pembelajaran, 2) keaktifan siswa dalam merespon, bertanya, dan menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru pada kegiatan pembelajaran, 3) tanggung jawab siswa terhadap tugas yang diberikan oleh guru. Pada tahap observasi ini, peneliti dan guru memberikan tanda chek list (√) pada lembar observasi berdasarkan pengamatan proses pembelajaran berlangsung.ptk bahasa indonesia pdf.
3.1.10 Refleksi Siklus II
Refleksi pada siklus II merupakan koreksi dan perenungan akhir dalam penelitian ini. Peneliti melakukan refleksi terhadap perubahan-perubahan perilaku dan peningkatan keterampilan menulis puisi pada setiap siswa dengan cara menganalisis hasil observasi terhadap siswa selama proses pembelajaran siklus II berlangsung. Refleksi pada siklus II dilakukan untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan perbaikan dan keefektifan penggunaan metode P2R dan model berpikir-berpasangan-berbagi dalam peningkatan membaca cerpen siklus II. Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes keterampilan membaca cerpen dan hasil nontes yang dilakukan pada siklus II. Hasil nontes juga dianalisis untuk mengetahui perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran pada siklus II.
Hasil refleksi pembelajaran pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya nilai rata-rata kelas yang sudah mecapai ketuntasan minimal 70. Nilai rata-rata kelas siklus I hanya mencapai 67,44 dan di siklus II meningkat menjadi 74,46.
Selanjutnya, berdasarkan hasil nontes yang terdiri atas observasi, jurnal guru dan siswa, wawancara, dan dokumentasi juga telah mencapai kriteria yang diharapkan. Berdasarkan hasil observasi, jurnal guru dan siswa, wawancara, dan dokumentasi sebagian besar siswa sudah menunjukkan perilaku positif yang mendukung pembelajaran. Siswa yang semula kurang berminat menjadi berminat dan lebih serius dan aktif mengikuti pembelajaran menulis puisi. Mereka lebih \termotivasi mengikuti pembelajaran sehingga mempengaruhi hasil tes membaca cerpen menjadi lebih baik.
D.PTK BAHASA INDONESIA SMP KURIKULUM 2013 DOC
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2004. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensido. Arikunto, Suharsini, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Sinar Baru
Atmazaki. 1990. Ilmu Sastra Teori dan Terapan. Padang: Angkasa Raya.
Baribin, Raminah. 1985. Teori dan Apresiasi Prosa Fiksi. Semarang: IKIP Semarang Press.
Firdaus, Zulfathur Z dkk. 1986. Buku Materi Pokok Analisis dan Rangkuman Bacaan Sastra. Jakarta: Universitas Terbuka.
Harjasarjana, Ahmad Selamet dan Yeni Mulyati . 1997. Membaca 2. Jakarta: Depdikbud.
Haryadi. 2006. Retorika Membaca model, Metode, Dan Teknik. Semarang : Rumah Indonesia.
Hardjono, Sartinah. 1988. Prinsip-prinsip Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Jakarta: Depdiknas.
Hartono, Bambang. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Semarang.
Hastuti, Sri. 1996. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Ibrahim, Muslim . dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press.
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta: Grafindo.
Lipec. 2003. Good and Poor Readers – What Can We Learn from the Structural Analysis of Their Reading Comprehension. International Journal for Teachers of Reading Skills. Volume III, Number 3 (Online). http:
//iteslj.org/. Diunduh tanggal 13 Febuari 2012.
Niko dan Rafa. 2004. Panduan Menulis Fiksi untuk Pemula. Yogyakarta; Platinum.
Nursisto. 2000. Ikhtisar Kesusastraan Indonesia. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Nurgiantono, Burhan. 1994. Teori Pengajaran Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Parkamin, Amron dan Noor Bari. 1973. Pengantar Sastra Indonesia. Bandung: CV. Sulita.
Rahmanto. 1999. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.
Subana. 2006. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
Sudjana. 1998. Keterampilan Berbahasa Membaca-Menulis-Berbicara Untuk Mata Kuliah Dasar-dasar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning . Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Supriyadi. 2003. “Peningkatan keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen
Melalui Teknik Berjenjang Siswa Kelas I Bonofasio Semarang Tahun Ajaran 2003/2004”. Skirpsi. Universitas Negeri Semarang.
Suroto. 1993. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta:Erlangga.
Sugiarti. 2002. Upaya Peningkatan Kemampuan Memahami Isi Cerpen MelaluiMetode Pemberian Tugas Rumah pada Siswa Kelas II MA Roudlotut Tholibin Pakis Tayu Pati Tahun Ajaran 2001/2002.Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra Berdasarkan Kurikulum Barbasis Kompetensi. Surabaya: SIC.
Terima kasih telah berkunjung di Musiyanto Blog yang membahas CONTOH PTK BAHASA INDOESIA SMP TERBARU ini dapat membantu Anda dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan cara mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.