Senin, 28 Mei 2018

CONTOH LENGKAP PTK PKN SMA KELAS X DOC

CONTOH LENGKAP PTK PKN SMA KELAS X DOC-Upaya untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam penerapan Model Penyelidikan Berkelompok (Group investigation) adalah 1) guru mempersiapkan format pembagian kelompok dengan memperhatikan keragaman kemampuan akademik siswa, 2) memotivasi siswa untuk lebih aktif lagi dalam melakukan penyelidikan berkelompok dan menumbuhkan tingkat kepercayaan diri siswa untuk menyelidiki, 3) pengalokasian waktu lebih efektif tertuang dalam RPP yang dirancang secara baik dan matang, dan 4) guru dapat menginformasikan kepada siswa cara belajar Model Pembelajaran Penyelidikan Berkelompok (Group Investigation) yang baik sehingga siswa paham dan timbul motivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan baik.
Implementasi model penyelidikan pada pembelajaran PKn ditemukan ada peningkatan hasil belajar siswa yang diperoleh pada setiap siklusnya dengan demikian, hasil belajar PKn kelas X.IPA.4 8 Kota Tangerang berada di atas target minimal keberhasilan belajar berdasarkan Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah
Hasil analisis kemampuan berpikir kritis siswa selama tindakan I sampai III menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa meningkat. Pada tindakan I belum terlihat adanya kemampuan berpikir kritis pada siswa, pada tindakan II menunjukkan sedikit peningkatan kemampuan berpikir kritis pada siswa sebanyak 9,1 %, kemampuan berpikir kritis siswa pada tindakan III ini mengalami peningkatan sebanyak 63,6 %, dan hal ini merupakan suatu kemajuan yang dinilai sangat baik
Laporan penelitian tindakan kelas ini membahas MAPEL PKN yang diberi judul “Penerapan Model Cooperative Learning Melalui Teknik Jigsaw Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X.Ipa4 Pada Pembelajaran Pkn Sman …………… Tahun Pelajaran 2015/2016, untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam kenaikan tingkat dari IV a ke IV b. Disini akan di bahas lengkap.
PTK ini bersifat hanya REFERENSI saja kami tidak mendukung PLAGIAT, Bagi Anda yang menginginkan file PTK PKN Kelas X lengkap dalam bentuk MS WORD SIAP DI EDIT dari BAB 1 – BAB 5 untuk bahan referensi penyusunan laporan PTK dapat (SMS ke- 081 7283 4988 dengan Format PESAN PTK 008 SMA).

A.CONTOH PTK  PKN SMA LENGKAP doc..

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis di SMAN 8 Kota …, permasalahan dalam pembelajaran yang dialami oleh Guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah mengenai keadaan kelas yang pasif dalam belajar dan siswa hanya mampu mengembangkan kemampuan mengingat/hapalan saja. Pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar siswa tidak banyak bertanya ataupun menjawab pertanyaan guru, sehingga hal ini dirasakan sebagai kendala bagi pengajar (guru) mata pelajaran PKn, yang dapat menghambat tercapainya tujuan pengajaran PKn yang salah satunya adalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa.
Cooperative learning sebagai model pembelajaran yang kreatif dan inovatif merupakan satu solusi yang dianggap efektif. Pengembangan model pembelajaran ini perlu diupayakan guna meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam belajar. ptk pkn sma kelas xi doc Cooperative learning memungkinkan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga memberikan dampak yang positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi diantara siswa. Interaksi dan komunikasi yang berkualitas ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Teknik jigsaw merupakan teknik belajar mengajar yang dikembangkan oleh Aronson et al. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skema atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengangkat judul mengenai “Penerapan Model Cooperative Learning Melalui Teknik Jigsaw Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran PKN Di SMAN 8 Kota … Tahun Pelajaran 2012-20113”
B. Rumusan Masalah dan Identifikasi Masalah
1. Rumusan Masalah
Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penulis merasa perlu untuk merumuskan apa yang menjadi permasalahannya. Secara umum, yang menjadi inti permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah penerapan Model cooperative learning Melalui Teknik jigsaw dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Di SMAN 8 Kota …?”
2. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana penerapan model pembelajaran cooperative learning melalui teknik jigsaw dalam pembelajaran PKn di SMA?
b. Bagaimana berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan selama pembelajaran di SMA?
c. Apakah penerapan model pembelajaran cooperative learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui penerapan cooperative learning dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMAN 8 Kota … kelas X melalui penelitian tindakan kelas.
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan tujuan penelitian secara umum di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan khusus sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran cooperative learning melalui teknik jigsaw dalam metode penelitian kelas.
b. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan selama pembelajaran di kelas X.
c. Untuk mengetahui dampak dari penerapan model pembelajaran cooperative learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain :
1. Bagi guru
a. Merupakan bahan informasi dan rujukan dalam mengajar, khususnya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan umumnya mata pelajaran lainnya dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas.
b. Merupakan salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru dalam proses pembelajaran.
c. Sebagai rujukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang metode pembelajaran cooperative learning melalui teknik jigsaw. Download ptk pkn sma pdf 
d. Merupakan salah satu alat bantu guru dalam meningkatkan profesionalitasnya dalam menciptakan pembelajaran PKn yang aktif, partisipatif dan memicu berpikir kritis siswa.
2. Bagi siswa
a. Model pembelajaran cooperative learning dapat memberikan bekal keterampilan sosial bagi siswa sebagai bekal kehidupan sosial di masyarakat.
b. Model pembelajaran cooperative learning merupakan sarana aplikasi kelas
sebagai laboratorium demokrasi dalam menumbuhkan sikap kritis siswa.
3. Bagi Pihak Sekolah
Diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi dalam menemukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah.
E. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini penulis mengambil judul ‘Penerapan Model cooperative learning Melalui Teknik jigsaw Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa’. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang judul tersebut, penulis membatasi definisi operasional sebagai berikut:
1. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio¬kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945 (Sundawa, 2005: 344).
2. Model Pembelajaran cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok (Slavin, 1984) dalam (Etin Solihat dan Raharjo, 2007: 4).
3. Teknik Jigsaw
Teknik jigsaw dalam belajar mengajar dikembangkan oleh Aronson et al. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi (Lie, 1999: 73).
4. Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan menganalisis terhadap berbagai persoalan yang menyangkut mata pelajaran, memberikan argumentasi, memunculkan wawasan dan memberikan interpretasi (Suryati, 2000: 11).
F. Subjek Dan Lokasi Penelitian
1. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 8 Kota …. Pemilihan subjek penelitian ini didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
a. Mengacu pada hasil observasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan guru PKn, bahwa siswa kelas X di SMAN 8 Kota ….
b. Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Jika dilihat dari keaktifan siswa belum semuanya siswa dapat memberikan keaktifan dalam proses belajar mengajar.
c. Adanya keterbukaan dari pihak sekolah terutama guru mata pelajaran PKn terhadap penelitian yang akan dilaksanakan.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X.IPA4 SMAN 8 Kota …, yang terletak di Jl. Besi Raya Perumnas II Tangerang Cibodas Baru.
G. Instrumen penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes dan non tes.
1. Instrumen Tes
Instrumen tes yang dimaksud adalah tes formatif dan tes sumatif. Tes formatif dan tes sumatif ini berupa soal uraian untuk menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa. Contoh ptk pkn sma kelas x doc Pemilihan bentuk tes uraian bertujuan untuk menilai proses berpikir seseorang serta kemampuannya mengekspresikan buah pikiran (Sudjana dan Ibrahim, 2004: 262).
2. Instrumen Non Tes
Instrumen non tes meliputi lembar observasi, pedoman wawancara dan dokumentasi.
a. Lembar Panduan Observasi
Lembar panduan observasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu pedoman observasi terhadap aktivitas atau kinerja guru dan pedoman observasi terhadap aktivitas belajar siswa selama pengembangan tindakan dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran
cooperative learning melalui teknik jigsaw. Untuk pedoman observasi kinerja guru di isi oleh pengamat, sedangkan pedoman observasi aktifitas belajar siswa di isi oleh guru dan pengamat.
b. Pedoman wawancara
Dalam penelitian ini pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh data sehubungan dengan rencana pelaksanaan tindakan, pandangan dan pendapat guru dan siswa terhadap penerapan model pembelajaran cooperative learning melalui teknik jigsaw pada pembelajaran PKn.
c. Dokumentasi
Dokumentasi berkaitan dengan proses mencari data di lapangan dengan mencatat peristiwa atau hal-hal yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, notulen, agenda dan sebagainya. Pada penelitian ini, studi dokumentasi diperoleh dari buku-buku sumber yang berkaitan dengan penggunaan model cooperative lerning melalui teknik jigsaw.

B.CONTOH PTK PKN SMA KELAS X METODE JIGSAW

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Belajar
1. Pengertian Belajar
Sejumlah filosof pendidikan memberikan sejumlah konsep mengenai kegiatan belajar mengajar di sekolah. Diantaranya adalah yang dikemukakan oleh Thomas Tate 1987 (A. Kosasih Djahiri, 1995/1996: 3) bahwa:
“Seorang guru yang baik, sebelum menentukan pilihan rancangannya, terlebih dahulu menempatkan diri dengan tabiat, kebiasaan, kemampuan dan kesiapan siswanya. Setelah itu diajukan dua pertanyaan pokok, apa yang akan saya ajarkan dan bagaimana sebaiknya saya mengajar?”
Pemikiran yang fundamental di atas, akan menentukan kelancaran proses kegiatan belajar mengajar. Karena, suksesnya pendidikan di sekolah atau terlaksananya kegiatan belajar mengajar dengan baik dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah interaksi antara guru dan siswa yang terjalin dengan baik.
Konsep awal, terkait dengan pelaksanaan pendidikan di sekolah identik dengan konsep mengenai belajar. Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi yang seutuhnya. Download ptk pkn sma kurikulum 2013 Sedangkan pengertian yang lebih sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
2. Hakekat Belajar
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Dengan pengertian ini kita dihadapkan kepada pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
a. Apakah yang dimaksud dengan perilaku?
b. Perubahan perilaku bagaimana yang termasuk belajar?
c. Apakah perubahan perilaku dapat terjadi pada setiap individu yang berinteraksi dengan lingkungan?
Perilaku itu mengandung pengertian yang luas. Hal ini mencakup pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap dan sebagainya. Setiap perilaku ada yang nampak bisa diamati, ada pula tidak bisa diamati. Perilaku yang dapat diamati disebut penampilan atau behavioral performance. Sedangkan yang tidak bisa diamati disebut “kecenderungan perilaku atau behavioral tendency ”.
3. Teori Belajar
Kegiatan belajar itu begitu kompleks, maka timbul beberapa teori tentang belajar. Teori-teori belajar yang menjadi rujukan dalam mengkaji lebih dalam tentang konsep belajar secara umum, antara lain:
Dalam hal ini secara global teori belajar yakni, teori Ilmu Jiwa Daya, Ilmu Daya Gestalt dan Ilmu Jiwa Asosiasi.
a. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya
Teori ini mengungkapkan bahwa (Sardiman, 2004: 30)
“Jiwa manusia terdiri dari bermacam-macam daya. Masing-masing daya dapat dilatih dalam rangka untuk memenuhi fungsinya. Untuk melatih suatu daya itu dapat digunakan berbagai cara atau bahan.”
Sebagai contoh untuk melatih daya ingat dalam belajar misalnya dengan menghapal kata-kata atau angka, istilah-istilah asing. Begitu pula untuk daya-daya yang lain. Teori ini bukan mengutamakan pada penguasaan bahan atau materinya, melainkan hasil dari pembentukan dari daya-daya itu. Kalau sudah demikian, maka seseorang yang belajar itu akan berhasil.
b. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt
Teori belajar Gestalt (Gestalt theory) lahir di Jerman tahun 1912 dipelopori dan dikembangkan oleh Max Wertheirmer (1880-1943) yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving.
4. Ciri-Ciri Belajar
Untuk lebih memahami konsep belajar, berikut ini ciri-ciri belajar antara
lain:
Tabel 1.1
Ciri-Ciri Umum Pendidikan, Belajar dan Perkembangan
Adaptasi dari Monks Knoers, Siti Rahayu (1989), Biggs dan Telfer (1987),
dan Winkel (1991), Dimyati dan Mudjiono (1998: 8) dalam Syaiful Sagala
(2005: 52)
Cirri khas belajar adalah perubahan, yaitu belajar menghasilkan perubahan perilaku dalam diri peserta didik. Belajar menghasilkan perubahan perilaku yang secara relatif tetap dalam berpikir, merasa dan melakukan pada diri peserta didik. ptk pkn sma doc Perubahan tersebut terjadi sebagai hasil latihan, pengalaman, dan pengembangan yang hasilnya tidak dapat diamati secara langsung.
B. Tinjauan Tentang Teori Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal agar siswa mencapai tujuan yang diharapkan. Banyak faktor yang menunjang proses pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak langsung. Abin Syamsusin (1981: 132) menyatakan bahwa:
“Pembelajaran ditekankan pada terjadinya perilaku belajar pada pihak siswa dan perilaku mengajar pada pihak guru yang berlangsung tidak hanya satu arah (one way sistem). Melainkan timbul secara timbal balik (interaktif) dimana kedua belah pihak berperan dan berbuat secara aktif di dalam suatu kerangka kerja (frame work).”
Selain itu, tujuan pembelajaran merupakan rumusan perilaku yang ditetapkan sebelumnya untuk menjadi milik dan harus nampak pada diri siswa sebagai akibat dari perbuatan belajar yang telah dilakukan. Tujuan pembelajaran dipilih menjadi tujuan yang bersifat kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan ataupun psikomotor (keterampilan). Derajat pencapaian tujuan pembelajaran ini merupakan indikator kualitas pencapaian tujuan dan hasil perbuatan belajar siswa.
2. Fungsi Pembelajaran
Baruadi (2001) menyatakan terdapat tiga fungsi pembelajaran antara lain:
a. Fungsi Idiologis
b. Fungsi Kultural
c. Fungsi Praktis.
a. Fungsi idiologis, merupakan perwujudan dari tujuan pendidikan nasional yang pada dasarnya bermuara pada pembentukan manusia yang pancasilais berdasarkan UUD 1945. Tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dapat dilakukan melalui pemilihan bahan ajar Pendidikan Kewarganegaraan, sehingga siswa akan mampu meningkatkan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, ketrampilan, budi pekerti, kepribadian dan semangat kebangsaannya.
b. Fungsi kultural, berkaitan dengan usaha untuk meneruskan dan mengembangkan budaya bangsa. Diharapkan penerusan budaya yang berdasarkan wawasan nusantara dapat dilaksanakan melalui pengajaran apresiasi sastra. Melalui pemilihan materi ajar siswa diperkenalkan dengan karya sastra yang padat dengan ide-ide budaya nasional dan daerah. Siswa tidak hanya menikmati, melainkan juga bisa menghargai dan memahami karya-karya sastra sebagai salah satu aspek budaya.
c. Fungsi praktis, berdasarkan fungsi ini siswa dibekali dengan bahan-bahan yang mungkin berguna baginya di dalam masyarakat. Oleh karena itu, pemilihan bahan ajar Pendidikan Keweraganegaraan hendaklah disesuaikan dengan perkembangan zaman, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama yang berhubungan langsung dengan kebutuhan masyarakat.
3. Komponen-Komponen Pembelajaran
Komponen pembelajaran adalah berbagai komponen yang baik secara langsung atau tidak langsung terkait dan dapat mempengaruhi proses dan kualitas pembelajaran. Ada beberapa komponen pembelajaran antara lain sebagai berikut:
a. Raw Input, adalah kondisi dan keberadaan siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran (motivasi, minat, sikap dan kebiasaan).
b. Instrumental Input, adalah sarana dan prasarana yang terkait dengan proses pembelajaran seperti metode, guru, teknik, media dan bahan pembelajaran.
c. Environmental Input, adalah situasi dan keberadaan lingkungan baik fisik, sosial maupun budaya dimana kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
d. Expected Output, merujuk pada rumusan normatif yang harus menjadi milik siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran.
(Ibrahim et al, 2002: 51)
4. Model-Model Pembelajaran
Ada empat macam model-model pembelajaran yang dikemukakan oleh Bruce Joyce and Mash Weil dalam Models of Teaching dalam Nana Sudjana dan Wari Suwariyah, (1991: 47), keempat rumpun model mengajar tersebut yaitu:
a. Informasi Processing Models
Onformation processing models yaitu model yang berorientasi kepada pengembangan kemampuan peserta didik dalam mengolah dan menguasai informasi yang diterima mereka dengan menitikberatkan aspek intelektual akademis.
b. Personal Models
Personal models adalah model yang berorientasi kepada pengembangan diri (pribadi) peserta didik baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungan, dengan menitikberatkan aspek kehidupan emosional.
C. Penelitian Tindakan Kelas Dan Penelitian Kelas
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang mempunyai berbagai aturan dan langkah yang harus diikuti. Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu satu action research yang dilakukan di kelas. Download ptk pkn sma pdf Action research, sesuai dengan arti katanya, diterjemahkan menjadi penelitian tindakan; yang oleh Carr dan Kemmis (McNiff, J, 1991, p.2) dalam Universitas Terbuka (2004: 1.3) didefinisikan sebagai berikut:
Action research is a form of self reflective enquiry undertaken by participants (teachers, students or principals for example) in social (including educational) situations in order to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practices. (b) their understanding of these practices, and the situations (and institutions) in which the practices are carried out.
Jika dicermati secara seksama pengertian di atas, ditemukan sejumlah idea pokok sebagai berikut:
a. Penelitian tindakan adalah satu bentuk inkuiri atau penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi diri.
b. Penelitian tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang diteliti, seperti guru, siswa, atau kepala sekolah.
c. Penelitian tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi pendidikan.
d. Tujuan penelitian tindakan adalah memperbaiki; dasar pemikiran dan kepantasan dari praktek-praktek, pemahaman terhadap praktek tersebut, serta situasi atau lembaga tempat praktek tersebut dilaksanakan.
Dari keempat pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa penelitian tindakan merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh orang yang terlibat di dalamnya, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan, dalam berbagai aspek.
2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Karakteristik penelitian tindakan kelas dalam Universitas Terbuka (2004: 1.3) adalah sebagai berikut:
a. Guru merasa bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam praktek pembelajaran yang dilakukannya selama ini. Dan perbaikan tersebut diprakarsai dari dalam diri guru sendiri (an inquiry of practice from uttbin) bukan oleh orang dari luar. Tegasnya, kepedulian guru terhadap kualitas pembelajaran yang dikelolanya merupakan awal dari munculnya masalah yang perlu dicari jawabannya. Hal ini berbeda dengan penelitian biasa yang secara umum adanya masalah ditengarai (ditandai) oleh peneliti yang diasanya berasal dari luar lingkungan yang mempunyai masalah tersebut.
b. Self-reflective inquiry, atau penelitian melalui refleksi diri, merupakan ciri PTK yang paling esensial. Berbeda dengan penelitian biasa yang mengumpulkan data dari lapangan atau objek atau tempat lain sebagai responden, maka PTK mempersyaratkan guru mengumpulkan data dari prakteknya sendiri melalui refleksi diri. Ini berarti guru mencoba mengingat kembali apa yang dikerjakannya di dalam kelas, apa dampak tindakan tersebut bagi siswa, dan kemudian yang terpenting guru mencoba memikirkan mengapa dampaknya seperti itu. Dari hasil renungan tersebut, guru mencoba menemukan kelemahan dan kekuatan dari tindakan yang dilakukannya, dan kemudian mencoba memperbaiki kelemahan dan mengulangi bahkan menyempurnakan tindakan yang dianggap sudah baik. Dengan demikian, data dikumpulkan dari praktek sendiri, bukan dari sumber data yang lain. Pengumpul data adalah guru yang terlibat dalam kegiatan praktek, sehingga guru mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai guru dan sebagai peneliti.
c. Penelitian tindakan kelas dilakukan di dalam kelas, sehingga fokus penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran berupa perilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi.
d. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus-menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan. Download ptk pkn sma kurikulum 2013 Oleh karena itu, dalam PTK dikenal adanya siklus pelaksanaan berupa pola: perencanaan- pelaksanaan- observasi- refleksi- revisi (perencanaan ulang). Ini tentu berbeda dengan penelitian biasa, yang biasanya tidak disertai dengan perlakuan yang berupa siklus. Ciri ini merupakan ciri khas penelitian tindakan, yaitu adanya tindakan yang berulang-ulang sampai didapat hasil yang terbaik.
Dari keempat karakteristik di atas penulis dapat simpulkan bahwa kunci utama dalam PTK adalah adanya tindakan (action) yang dilakukan berulang-ulang dalam rangka mencapai perbaikan yang diinginkan. Tindakan atau action ini dilakukan oleh orang yang terlibat langsung dalam bidang yang diperbaiki tersebut, dalam hal ini para guru. Tentu saja para guru dapat meminta bantuan orang lain dalam merencanakan dan melaksanakan perbaikan tersebut sehingga dapat dihasilkan satu model pembelajaran yang dianggap efektif.
3. Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas Dan Penelitian Kelas
Penelitian tindakan kelas (PTK) tentu berbeda dari penelitian kelas (classroom research). PTK termasuk salah satu jenis penelitian kelas karena memang penelitian tersebut dilakukan di dalam kelas. Namun penelitian kelas dapat didefinisikan sebagai penelitian yang dilakukan di dalam kelas, mencakup tidak hanya PTK, tetapi juga berbagai jenis penelitian yang dilakukan di dalam kelas. Penelitian kelas yang terkenal adalah penelitian yang dilakukan dengan menggunakan cara Flenders, yang mengamati proporsi berbicara antara guru dan siswa. Hasil-hasilnya mungkin sudah pernah ditemukan bahwa guru selalu mendominasi pembicaraan di kelas. Jelas dalam penelitian kelas seperti ini, kelas dijadikan sebagai objek penelitian. Penelitian dilakukan oleh orang luar yang mengumpulkan data dengan cara mengamati guru mengajar. Contoh penelitian kelas yang lain misalnya penelitian mengenai keefektifan salah satu metode mengajar. Dalam hal ini, guru diminta menggunakan metode mengajar tertentu dengan cara mengikuti disain atau rancangan yang telah ditetapkan. ptk pkn sma pdf Peneliti akan mengumpulkan data dari observasi kelas, wawancara dengan guru dan siswa, dan barangkali juga memberikan angket. Guru berperan sebagai subjek penelitian, sedangkan penelitinya sendiri mungkin berasal dari lembaga lain, misalnya Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan atau Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Perilaku guru yang dipersyaratkan oleh peneliti harus dipertahankan oleh guru selama penelitian ini berlangsung.
Hasil penelitian ini mungkin juga akan disampaikan kepada sekolah, tetapi tindak lanjutnya barangkali masih menjadi tanda Tanya. Demikian pula dampak yang ditimbulkan pada guru yang menjadi subjek penelitian tidak dapat diketahui, apakah setelah penelitian selesai guru masih menggunakan perilaku yang ditunjukkan selama penelitian masih terus dipertahankan atau dilupakan saja setelah penelitian selesai. Pengalaman menunjukkan bahwa seringkali guru kembali kepada perilaku yang biasa ditunjukkannya sebelum dijadikan subjek penelitian. Salah satu penyebab dari kondisi ini adalah tidak akrabnya guru dengan masalah penelitian yang dirumuskan oleh para peneliti sehingga guru merasa tugasnya telah selesai jika perilaku yang diminta oleh peneliti telah tuntas didemonstrasikan. Rasa memiliki masalah penelitian mungkin belum kental pada diri guru karena ada terasa jarak antara peneliti dengan guru.
Perbedaan penelitian tindakan kelas dan penelitian kelas non-PTK dalam Universitas Terbuka (2004: 1.3) dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 1.2
Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas Dan Penelitian Kelas Non- PTK
D. Model Cooperative Learning
Falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong royong dalam pendidikan adalah falsafah Homo Homini Socius. Berlawanan dengan teori Darwin, falsafah ini menekankan manusia bahwa manusia adalah mahluk sosial. Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerjasama tidak aka nada individu, keluarga, organisasi atau sekolah.
1. Konsep Dasar Belajar Kooperatif
Belajar kooperatif merupakan suatu pembelajaran dengan siswa di kalompok-kelompokkan dalam tim kecil untuk menyelesaikan tugas dan menyelesaikan masalah secara bersama-sama, serta untuk mencapai tujuan kelompok yang menguntungkan. Dalam cooperative learning tiap kelompok terdiri dari 4-6 orang dengan tingkat kemampuan yang beragam, dan tiap anggota bertanggungjawab atas keberhasilan belajarnya baik secara individual maupun secara kelompok. Watson dalam Marjani (2000: 10) menyatakan pembelajaran kooperatif sebagai satu lingkungan belajar, dimana siswa bekerjasama dalam kelompok heterogen untuk menyelesaikan tujuan bersama.
2. Strategi Cooperative Learning
Cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerjasama secara kolaboratif dalam pencapaian tujuan. Penekanan cooperative learning adalah pada aspek sosial yaitu adanya aktivitas tiap anggota kalompok untuk berinteraksi dengan anggota kelompk lain dan guru berupaya mengkondisikannya dengan selalu memotivasi tumbuhnya rasa kebersamaan dan saling membutuhkan diantara siswa. Secara rinci Arend dalam Musahir (2000: 111) mengemukakan bahwa karakteristik cooperative learning adalah (a) siswa bekerjasama dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis; (b) anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa-siswa yang berkemampuan tinggi, rendah dan sedang; (c) jika memungkinkan masing-masing anggota berbeda suku, budaya dan jenis kelamin; dan (d) sistem penghargaan yang berorientasi pada kelompok daripada individu. Menurut Berger dan Luckman dalam Suparno (1997: 47) hal tersebut menandakan cooperative learning didasarkan pada konstruktivisme, yaitu bahwa pengetahuan merupakan hasil penemuan social sekaligus merupakan faktor dalam perubahan sosial.
3. Pengelolaan Kelas Model Cooperative Learning
Tidak semua kerja kelompok bias dianggap sama dengan model pembelajaran cooperative learning. Ada lima unsur seperti yang telah diungkapkan sebelumnya yang membedakan model pembelajaran cooperative learning dengan kerja kelompok biasa. Siswa dalam hal ini harus memiliki niat untuk bekerjasama dengan yang lainnya dalam kegiatan belajar cooperative learning yang akan saling menguntungkan.
a. Pengelompokkan
Oleh karena itu, pengelompokkan heterogenitas merupakan cirri-ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran cooperative learning. Kelompok heterogenitas bisa menggambarkan keanekaragaman gender dan Kemampuan akademis dan lain-lain. Dalam hal Kemampuan akademis, kelompok cooperative learning biasanya terdiri dari satu orang yang berkemampuan tinggi, dua orang yang berkemampuan sedang dan satu orang berkemampuan rendah. Download ptk pkn sma pdf
b. Semangat cooperative learning
Agar kelompok bisa bekerjasama secara efektif dalam proses pembelajaran, masing-masing anggota kelompok perlu memiliki semangat gotong royong. Keinginan siswa dapat dibina dengan membuat relasi masing-masing anggota kelompok lebih erat seperti adanya kesamaan kelompok, identitas kelompok dan sapaan serta sorak kelompok.
c. Penataan ruang kelas
Penataan ruang kelas dengan penggunaan model cooperative learning perlu memperhatikan prinsip-prinsip tertentu. Bangku perlu ditata sedemikian rupa sehingga semua siswa bisa melihat guru/papan tulis dengan jelas, bisa melihat rekan kelompoknya dengan baik dan berada dalam jangkauan kelompoknya dengan merata.
Dari pendapat diatas nampak jelas bahwa cooperative learning dapat dibentuk apabila dalam kelompok tersebut antara siswa memiliki semangat dan dapat bekerjasama dengan teman sekelompoknya.
4. Evaluasi Belajar Model Cooperative Learning
Dalam penilaian, siswa mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok. Siswa bekerjasama dengan model cooperative learning. Mereka saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk tes. Kemudian, masing-masing mengerjakan tes sendiri-sendiri dan menerima nilai pribadi.
Untuk menjaga rasa keadilan ada cara lain yang dipilih. Setiap anggota kelompok menyumbangkan poin diatas nilai rata-rata mereka sendiri. Ini berarti setiap siswa pandai maupun lamban memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi.
5. Langkah-Langkah Pembelajaran Cooperative Learning
Arends (2001) menyatakan terdapat 6 fase atau langkah utama dalam Cooperative Learning, yaitu pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti siswa dengan penyajian informasi, sering dalam bentuk teks bukan verbal. Selanjutnya siswa dikelompokan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerjasama menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir dari Cooperative Learning yaitu penyajian hasil akhir kerja kelompok, dan mengetes apa yang mereka pelajari, serta memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Keenam fase Cooperative Learning dirangkum pada Tabel berikut ini.
Tabel 1.3
Langkah-langkah Pembelajaran Cooperative Learning
6. Model-Model Cooperative Learning
a. Mencari Pasangan
Keunggulan Mencari Pasangan (make a match) adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan (Anita Lie, 2004: 55). Teknik ini bisa digunakan untuk semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia didik.
Langkah-langkahnya:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep atau topik yang cocok untuk sesi review.
2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
3) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.
4) Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok.
b. Bertukar Pasangan
Teknik belajar mengajar Bertukar Pasangan memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Setiap siswa mendapat satu pasangan.
2) Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3) Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan lain.
4) Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan.
7. Teknik Jigsaw
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson sebagai pembelajaran kooperatif (Lie, 1999: 73). Teknik jigsaw ini juga bisa digunakan pada pelajaran Ilmu-ilmu sosial, seperti yang dikemukakan oleh Nu’man Somantri (2001: 161), bahwa PKn merupakan salah satu tujuan dari pendidikan IPS. Proses pembelajaran dengan menggunakan teknik jigsaw melatih siswa untuk bekerja dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi (Anita Lie, 2004: 69).
Model belajar tipe Jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri (Lie, 1999: 75). Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikannya kepada anggota kelompok lainnya. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama anggota kelompok dalam suasana kooperatif dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi (Lie, 1999: 77). Contoh ptk pkn sma kelas x doc
Gambar 1.1
Kelompok Ahli
(Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tiap kelompok asal)
Gambar Bagan Pembagian Kelompok pada model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw. A rends (Yusuf: 2003)
2. Gambaran kegiatan pembelajaran kooperatif Jigsaw
a. Tahap Awal : memeprsiapkan kegiatan pembelajaran kelompok
1) Pembentukan kelompok asal (home group) yang terdiri dari 6 siswa (gabungan dari 2 siswa berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang, dan 2 orang berkemampuan rendah)
2) Setiap anggota kelompok asal memiliki tugas masing-masing.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan kelompok ahli
1) Setiap anggota kelompok asal menugaskan satu orang siswa untuk mengerjakan tugasnya di kelompok ahli.
2) Masing-masing kelompok ahli mengerjakan tugas tertentu.
3) Melaporkan hasil kerjanya kepada kelompok asal.
c. Kegiatan kelompok Asal
1) Membahas hasil kegiatan anggota kelompok di kelompok ahli.
2) Merangkum hasil pembahasan dari masing-masing anggota.
d. Kegiatan Akhir
Mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas oleh perwakilan kelompok ahli terhadap materi yang berbeda.
E. Pembelajaran PKn
1. Pengertian PKn
Pendidikan Pancasila secara umum, sebagaimana dikemukakan oleh Djahiri (1995: 9) yakni rekayasa terarah, terkendali dan berencana untuk menanamkan nilai moral Pancasila dan UUD 1945 sebagai kepribadian dan perilaku masyarakat dan warga negara, sehingga terbina astra gatra kehidupan yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
F. Kemampuan Berpikir Kritis
1. Pengertian Berpikir Kritis
Setiap manusia pada dasarnya mempunyai potensi untuk berpikir, manusia juga disebut manusia berpikir, karena manusialah sebagai makhluk yang dikaruniai akal. Dengan akalnya itulah manusia mampu untuk berpikir kritis sehingga mampu membedakan mana yang baik dan tidak, mana yang benar dan tidak. Bukan hanya sebatas itu, akan tetapi juga manusia menelusuri kenapa itu baik, kenapa itu tidak, mengapa itu benar, mengapa itu salah, dan seterusnya.
Tabe l.4
Keterampilan Berpikir Kritis dan Perinciannya
Dari indikator-indikator di atas kita dapat mengetahui bahwa seseorang dapat telah memiliki keterampilan berpikir kritis apabila sesuai dan juga apabila indikator diatas telah ada dan melekat pada diri orang tersebut. Keterampilan berpikir kritis ini dapat dilatih dan senantiasa terus berkembang. Guru dapat melatih keterampilan berpikir kritis dengan kegiatan belajar yang dapat melatih dan mendorong mereka untuk aktif berpikir, salah satu metode yang tepat adalah dengan penerapan model Cooperative Learning melalui tekik Jigsaw.

C.CONTOH LENGKAP PTK SMA TERBARU

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan, Metode dan Teknik Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. S. Nasution (2003: 5) mengemukakan pendekatan kualitatif dengan mengatakan bahwa: “penelitian kualitatif pada hakikatnya mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya”.
Metodologi penelitian sangat dibutuhkan dalam sebuah penelitian, karena dalam metode penelitian ditemukan cara-cara bagaimana objek penelitian hendak diketahui dan diamati sehingga menghasilkan data-data yang tepat sesuai dengan tujuan pnelitian. Oleh karena itu seorang peneliti harus pandai memilih metode yang tepat, karena tepat atau tidaknya metode penelitian akan menemukan valid atau tidaknya suatu penelitian. Suatu metodologi penelitian ini menggunakan metode deskriptif suatu kejadian atau peristiwa yang sedang berlangsung selama penelitian ini dilaksanakam.
B. Prosedur Pengumpulan Data
a. Tahap pelaksanaan penelitian
Setelah mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penelitian dilaksanakan dalam beberapa tahap antara lain:
1) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti melakukan pembicaraan dan wawancara non formal dengan guru pada tanggal 27 Agustus dan 8 September 2015. Wawancara pertama ini dilakukan bersama guru PKn Kelas X.IPA4 untuk membahas tentang penerapan model pembelajaran cooperative learning melalui teknik jigsaw di kelas serta kesulitan yang dihadapi selama pembelajaran.
Kemudian, peneliti dengan guru mitra merencanakan kelas sebagai subjek penelitian. Download ptk pkn sma kurikulum 2013 Kelas yang disepakati bersama adalah kelas X.IPA4 karena kelas tersebut mengindikasikan permasalahan mengenai keadaan kelas yang pasif dalam belajar dan siswa hanya mampu mengembangkan kemampuan mengingat/hapalan saja yang dapat menghambat tercapainya tujuan pengajaran PKn yang salah satunya adalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa.
2) Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti mengadakan wawancara dengan siswa dan guru pada tanggal 27 Agustus dan 8 September 2015, tentang penerapan model pembelajaran cooperative learning melalui teknik jigsaw untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas pada mata pelajaran PKn. Kegiatan utama dari penelitian ini adalah menerapkan model pembelajaran cooperative learning melalui teknik jigsaw di kelas X.IPA4 kurang lebih selama tiga bulan yaitu dari bulan September sampai bulan November 2015.
2. Prosedur teknis pengumpulan data
a. Lokasi dan subjek penelitian
1) Lokasi Penelitian
Menurut Nasution (1996: 43), lokasi penelitian merupakan lokasi situasi sosial yang mengandung unsur tempat, pelaku, dan kegiatan. Tempat atau lokasi penelitian ini dilaksanakan di kelas X.IPA4 SMAN 8 Kota …, yang terletak di Jl. …
2) Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah guru PKn kelas X.IPA4 yang mengembangkan metode pembelajaran cooperatif learning melalui teknik jigsaw dan Siswa kelas X.IPA4 tahun ajaran 2015/2016.
b. Instrumen penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes dan non tes.
1) Instrumen Tes
Instrumen tes yang dimaksud adalah tes formatif dan tes sumatif. Tes formatif dan tes sumatif ini berupa soal uraian untuk menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa. Pemilihan bentuk tes uraian bertujuan untuk menilai proses berpikir seseorang serta kemampuannya mengekspresikan buah pikiran (Sudjana dan Ibrahim, 2004: 262). Instrumen tes ini digunakan pada saat pretes dan postes dengan karakteristik setiap soal pada masing-masing tesnya adalah identik.
Instrumen tes yang berupa tes formatif dan tes sumatif ini sekaligus dimaksudkan sebagai lembar pengamatan pada setiap siklusnya. Pada siklus pertama, dilaksanakannya pretes dan soal tes kemampuan berpikir kritis yang masing-masing terdiri dari lima butir soal. Siklus kedua, soal tes kemampuan berpikir kritis. Siklus ketiga, soal tes kemampuan berpikir kritis dan dilaksanakan postes.
2) Instrumen Non Tes
Instrumen non tes meliputi lembar observasi, pedoman wawancara dan dokumentasi.
a. Lembar Panduan Observasi
Lembar panduan observasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu pedoman observasi terhadap aktivitas atau kinerja guru dan pedoman observasi terhadap aktivitas belajar siswa selama pengembangan tindakan dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning melalui teknik jigsaw. Untuk pedoman observasi kinerja guru di isi oleh pengamat, sedangkan pedoman observasi aktifitas belajar siswa diisi oleh guru dan pengamat.
b. Pedoman wawancara
Dalam penelitian ini pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh data sehubungan dengan rencana pelaksanaan tindakan, pandangan dan pendapat guru dan siswa terhadap penerapan model pembelajaran cooperative learning melalui teknik jigsaw pada pembelajaran PKn. Download ptk pkn sma pdf
c. Dokumentasi
Dokumentasi berkaitan dengan proses mencari data di lapangan dengan mencatat peristiwa atau hal-hal yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, notulen, agenda dan sebagainya. Pada penelitian ini, studi dokumentasi diperoleh dari buku-buku sumber yang berkaitan dengan penggunaan model cooperative lerning melalui teknik jigsaw.
c. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas
Prosedur penelitian tindakan ini akan dilakukan dalam 3 siklus. Tindakan yang dilakukan pada setiap siklus akan selalu dievaluasi, dikaji, dan direfleksikan dalam upaya meningkatkan efektivitas tindakan pada siklus berikutnya. Indikator untuk menunujukkan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran dan sejauh mana hasil belajar siswa dalam komponen civic knowledge, civic skill, dan civic disposition.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:
1. Observasi
Observasi adalah suatu pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 2002: 132). Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan, dan sebagainya. Pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti dari fenomena dari pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan para subjek pada keadaan waktu itu; pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek sehingga memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun dari pihak subjek (Lexy J. Moleong, 2005: 175).
Adapun observasi yang penulis lakukan adalah mengenai kondisi kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning melalui teknik jigsaw dan apakah model pembelajaran cooperative learning melalui teknik jigsaw dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas X.IPA4 SMAN 8 Kota …
2. Wawancara
Wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 2002: 133). Sedangkan menurut Lexy J. Moleong (2005: 186), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Sebagai bahan acuan, maka penulis mencoba membuat pedoman wawancara sebagai berikut:
1) Wawancara dengan guru
a) Kesulitan-kesulitan apa yang Ibu temukan dalam mengajar PKn?
b) Persiapan-persiapan apa saja yang Ibu lakukan sebelum mengajar?
c) Apakah Ibu selalu membuat silabus dan skenario pembelajaran sebelum mengajar PKn?
d) Metode apa yang Ibu gunakan dalam mengajar PKn?
e) Media apa yang Ibu gunakan dalam mengajar PKn?
2) Wawancara dengan siswa
a) Bagaimana pendapat kamu tentang pembelajaran PKn selama ini apakah cukup menarik?
b) Apakah guru kamu cukup bagus memberikan pengajarannya?
c) Pernahkah guru kamu dalam salah satu proses pembelajaran menggunakan metode atau media pembelajaran yang dapat membuat kamu dan teman-teman merasa senang mengikutinya serta memudahkan pemahaman kalian terhadap materi yang disampaikanya?
3. Studi Literatur
Studi literatur dimaksudkan untuk mengumpulkan dan mempelajari literatur buku-buku, sehingga diperoleh informasi teoritis yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.
4. Studi Dokumenter
Dokumen terdiri atas tulisan pribadi seperti buku harian, surat-surat, dan dokumen resmi (Nasution, 1996: 85). Yang dikaji dapat berupa daftar hadir, silabus, hasil karya siswa, arsip, dan lembar kerja siswa. Contoh ptk pkn sma kelas x doc
D. Teknik Analisis Data
Tahap analisis data yang dalam Penelitian Tindakan Kelas dilakukan sejak awal, berarti bahwa peneliti akan melakukannya sejak tahap orientasi lapangan seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (Rochiati Wiriaatmadja, 2005: 139), bahwa model ideal dari pengumpulan data dan analisis adalah yang secara bergantian berlangsung sejak awal.
3. Interpretasi
Interpretasi ini dilakukan untuk menafsirkan terhadap keseluruhan temuan penelitian berdasarkan acuan normatif praktis dan aturan teoritik yang telah disepakati mengenai proses pembelajaran.

D.DOWNLOAD LENGKAP PTK PKN SMA KURTILAS DOC

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2004). Guru Dalam Proses Belajar Men gajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Ambarsari, Y. A. (2007). Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Melalui Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning.
Skripsi: Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS UPI Bandung:
Tidak diterbitkan.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Cooper et.al. (2002). What is cooperative learning. (Online). Tersedia: http://www.ed.gov/pubs/OR/ConsumerGuides/cooplear.html. (22 Desember 2004).
Depdiknas. (2001). Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Seting Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kualitas Belajar IPA Siswa SLTP. (Online). Tersedia: http://www.DEPDIKNAS.GO.ID.
Depdiknas. (2001). Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi. (Online). Tersedia: http://www.DEPDIKNAS.GO.ID.
Depdiknas. (2001). Profil Pengajaran Sastra (Wacana Pengembangan Pengajaran Sastra Berbasis Kawasan). (Online). Tersedia: http://www.depdiknas.go.id/jurnal/53/0408 11 %20-Ed-%20karmin¬profil%20pengajaran%20sastra.pdf.
Djahiri, K. A. (1996). Landasan Operasionalisasi Kurikulum PKn 1994. Bandung: Laboratorium Pengajaran PMP IKIP Bandung.
Djamarah, B. S. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Ibrahim, et.al. (2002). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan
Rahmawati, D. (2006). Efektifitas Penggunaan Pembelajaran PKn Berbasis ‘Ccontroversial Issues’ Dalam Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Skripsi: Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Sagala, Syaiful. (2005). Konsep & Makna Pembelajran. Bandung: Alfabeta.
Setiawati, M. (2006). Efektifitas Pelaksanaan Metode Diskusi kelompok
Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.
Skripsi: Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS UPI Bandung:
Tidak diterbitkan.
Solihat, E. dan Raharjo. (2007). Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.
Somantri, M. N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sopiyanti, L. (2005). Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatife Tipe Three Step Interview dan Tipe Jigsaw Dalam Sub Konsep Reproduksi Pada Manusia. Skripsi: Jurusan pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Sudjana, N & Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sudjana, N. & Wari, S. (1991). Model-Model Mengajar CBSA. Bandung: Sinar baru.
Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003.
Wiriaatmadja, R. (2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Terima kasih telah berkunjung di Musiyanto Blog yang membahas  CONTOH PROPOSAL PTK PKN SMA KELAS X DOC ini dapat membantu Anda dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi vote Google + Rekomendasikan ini di Google untuk halaman ini dengan cara mengklik tombol G+ di bawah. Jika akun Google anda sedang login, hanya dengan sekali klik voting sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya.